Anda di halaman 1dari 5

1.

Definisi Ilmu kimia

Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang memiliki induk ilmu alam berupa
ilmu matematika. Ilmu kimia secara garis besar mempelajari tentang struktur, perubahan, dan
energi yang menyertai suatu reaksi yang terjadi pada suatu reaksi. Reaksi dapat terjadi secara
alamiah ataupun buatan seperti eksperimen. Reaksi yang terjadi juga dapat membentuk suatu
senyawa baru. Ilmu kimia didefinisikan sebagai bagian ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
komposisi, struktur zat kimia, beserta perubahan – perubahan yang dialami suatu materi secara
alamiah ataupun eksperimen yang direncanakan (Juwita, 2017).

2. Pengertian unsur, campuran, dan senyawa

Materi yang mengalami perubahan atau reaksi kimia adalah objek pengamatan pada ilmu
kimia. Materi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa
serta volume. Materi pasti memiliki dua sifat yaitu sifat intrinsik atau sifat kimia dana sifat
ekstrinsik atau sifat fisika. Materi juga dapat mengalami perubahan yang dapat menghasilkan
suatu zat baru ataupun tidak menghasilkan zat baru. Zat sendiri merupakan jenis materi yang
memiliki komposisi yang pasti. Zat juga disebut dengan unsur dan senyawa. Materi dapat
berbentuk sebagai unsur, senyawa, atau campuran dengan wujud padat, cair, ataupun gas.
Materi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu zat murni (unsur dan senyawa) dan campuran
(heterogen dan homogen) (Yusuf, 2018).

Zat disebut juga dengan substansi yaitu suatu materi dengan susunan tertentu dan tetap
dengan sifat tertentu serta memiliki kompoisisi yang tetap. Unsur atau elemen adalah suatu zat
yang tidak dapat dipisahkan lagi menjadi zat – zat sederhana dengan cara kimia. Unsur
merupakan bentuk materi sederhana yang menjadi pembentuk suatu senyawa atau campuran
melalui sebuah pereaksian tertentu. Campuran atau mixture merupakan gabungan dua atau
lebih zat dengan perbandingan yang bebas atau tertentu, tetapi tetap mempertahankan
identitas dari masing – masing unsur pembentuknya. Campuran dapat dibagi menjadi dua, yaitu
campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran juga dapat dipisahkan berdasarkan
sifat fisiknya untuk mendapatkan suatu zat murni karena sebagian besar materi yang ditemukan
tidak murni atau sudah saling bercampur. Campuran homogen merupakan campuran yang tidak
terlihat lagi perbedaan zat pelarut dan terlarut pada suatu larutan. Campuran heterogen
memiliki susunan yang tidak sama dan sifat asli masing – masing zat penyusunnya masih dapat
terlihat atau penggabungan yang tidak merata (Juwita, 2017).

Senyawa juga merupakan bagian dari materi. Senyawa merupakan suatu zat yang tersusun
atas dua atau lebih unsur yang terikat secara kimia dengan perbandingan tetap. Senyawa dapat
diperoleh dengan mereaksikan beberapa unsur melalui reaksi kimia sehingga didapatkan sebuah
senyawa baru yang dibentuk dari unsur – unsur penyusunnya. Perbandingan yang tetap dari
unsur – unsur pembentuk suatu senyawa dapat berubah perbandingan massa dari masing –
masing unsur pembentuk. Senyawa tertentu pasti dibentuk olek unsur – unsur dengan
perbandingan tertentu yang tetap, karena perbedaan perbandingkan pada unsur – unsur
pembangun dapat membentuk suatu senyawa lain yang berbeda. Atom – atom pada setiap
unsur pembentuk senyawa akan bercampur dan bergabung dalam reaksi kimia sehingga
senyawa memiliki sifat yang yang berbeda dengan sifau unsur – unsur pembentuknya. Senyawa
terdiri atas senyawa organik yang tersusun atau unsur karbon dan senyawa anorganik yang tidak
tersusun atas unsur karbon. Senyawa yang dapat dicontohkan seperti senyawa tembaga (II)
oksida (CuO) yang terbentuk dari logam tembaga yang direaksikan kemudian dipanaskan untuk
mendapatkan senyawa tersebut. senyawa tembaga (II) oksida memiliki unsur pembentuk yaitu
logam tembaga (Cu) dan oksigen (O) yang merupakan unsur – unsur atau elemen yang terjadi
atau terdapat bebas di alam (Hidayanti, 2021).

3. Hukum – hukum dasar kimia

Hukum kimia adalah hukum alam yang berlaku dan relevan dengan bidang kimia. Hukum –
hukum dasar ilmu kimia juga merupakan dasar yang digunakan dan dijadikan panduan dalam
perhitungan kimia secara stokiometri. Hukum – hukum dasar ilmu kimia antara lain, yaitu hukum
Boyle, hukum Lavoister, hukum Proust, hukum Gay Lussac, hukum Dalton, hipotesis Avogadro,
dan hukum Gas Ideal. Hukum Boyle disebut juga dengan hukum ketetapan hasil kali tekanan dan
volume. Hukum – hukum kimia dasar menyatakan dasar – dasar ketetapan yang digunakan
dalam pengembangan dari suatu kegiatan kimia serta hukum – hukum tersebut memiliki bunyi
masing – masing. Karakteristik konsep hukum-hukum dasar kimia adalah suatu konsep yang
bersifat konkrit sampai yang bersifat abstrak (Helmiati dkk, 2021).

Hukum Boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat berkembang bila
dipanaskan dan beerbunyi, “Hasil kali tekanan gas dan dan volume gas akan selalu tetap jika
diukur pada suhu dan tekanan yang sama”. Hukum Boyle juga mengemukakan bahwa pada suhu
tetap, volume gas pada ruangan yang tertutup adalah berbanding terbalik dengan tekanannya.
Hukum Lavoister dikenal juga dengan hukum kekekalan massa. Hukum Lavoister berbunyi,
“Jumlah zat sebelum reaksi sama dengan jumah zat sesudah reaksi pada reaksi kimia, massa zat
pereaksi sama dengan massa hasil reaksi”. Hukum perbandingan tetap dikemukakan oleh Joseph
Louist Proust dan dikenal juga dengan hukum Proust. Hukum perbandingan ganda atau Hukum
Dalton. Hukum Dalton berbunyi, “Jika dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa,
maka perbandingan massa unsur yang satu, yang bersenyawa dengan unsut lain yang tertentu
massanya, merupakan bilangan bulat dan sederhana”. Hipotesis Avogadro didasarkan pada
perbedaan jumlah material dari jenis gas yang sama dengan volume berbeda dan pada material
gas yang volumenya sama tetapi jenis gasnya berbeda. Hipotesis Avogadro berbunti, “Gas – gas
yang volumenya sama, jika diukur pada suhu dan tekanan sama, mengandung molekul yang
sama” (Sulastri dan Rahmadani, 2017).

Hukum Gay Lussac merupakan hukum dasar kimia yang pengimplementasiannya biasanya
pada materi termodinamika dan gas ideal. Hukum Gay Lussac mengatakan bahwa gas dalam
wadah tertutup dengan volumenya dijaga konstan maka tekanan gas berbanding lurus degan
temperatur mutlaknya. Hukum Gay Lussac dikenal juga dengan hukum perbandingan volume.
Hukum Gay Lussac berbunyi,”Volume gas – gas yang bereaksi dan gas – gas hasil rekasi bila
diukur pada suhu dan tekanan yang sama akan berbanding sebagai bilangan bulat dan
sederhana” (Nurazmi dkk, 2020).

4. Hukum Perbandingan Tetap

Hukum perbandingan tetap disebut juga dengan Hukum Proust. Hukum ini dikemukakan
oleh Joseph Proust, seorang ilmuwan asal Perancis, pada tahun 1799. Proust menemukan bahwa
unsur – unsur yang membentuk suatu senyawa akan selalu tetap berdasarkan data percobaan di
laboratorium yang dimiliki. Proust pada percobaannya pada tahun 1799 menemukan bahwa
tembaga karbonat dari sumber alami maupun sintesis memiliki susunan atau unsur – unsur
penyusun yang tetap. Hukum Proust berbunyi, “Pada suatu rekasi kimia, massa zat yang bereaksi
dengan sejumlah tertentu zat lain massa tetap atau suatu senyawa selalu terdiri atas unsur –
unsur yang sama dengan perbandingan yang tetap”. Hukum perbandingan tetap mengatakan
bahwa perbandingan unsur – unsur penyusun suatu senyawa adalah tertentu dan tetap. Hukum
perbandingan tetap ini juga menjadi hukum dasar sebagai pedoman dalam stoikiometri kimia
(Sabarni, 2017).

5. Stoikiometri

Stoikiometri merupakan salah satu sub materi pada kimia. Stoikiometri merupakan pokok
pembahasan pada kimia yang sudah menjadi ciri khas dari ilmu kimia. Stoikiometri merupakan
hubungan kuantitatif antara zat – zat yang menyusun suatu senyawa melalui suatu reaksi atau
zat – zat yang terkait dengan suatu reaksi kimia yang terjadi. Stoikiometri secara umum
merupakan bidang dari ilmu kimia yang membahas cara perhitungan dan pengukuran atau
hubungan kuantitatif zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri membahas
perbandingan zat-zat penyusun yang digunakan dalam bereaksi dengan hasil reaksi pada sebuah
persamaan reaksi. Stoikiometri meliputi beberapa pokok – pokok pembahasan yaitu hukum –
hukum dasar kimia, rumus empiris dan rumus molekul, perhitungan terhadap mol, jumlah
partikel, massa, besera volume, dan juga stoikiometri reaksi (Sappaile, 2019).

6. Reaksi Kimia

Reaksi merupakan proses dimana satu atau lebih senyawa diubah ke satu atau lebih
senyawa baru. Reaksi juga dapat digambarkan dengan penggabungan beberapa jenis unsur
dengan pemberian perlakukan tertentu sehingga menghasilkan suatu senyawa. Proses – proses
tersebut disebut juga dengan reaksi kimia. Reaksi kimia dinyatakan dengan persamaan reaksi
atau dikenal juga dengan persamaan kimia. Reaksi memiliki beberapa macam bentu, seperti
reaksi kombinasi, reaksi dekomposisi, dan reaksi pembakaran. Reaksi kombinasi yaitu ketika dua
atau lebih zat bereaksi untuk membentuk satu produk seperti pembakaran logam magnesium di
udara yang menghasilkan magnesium oksida atau 2MgO dengan fase solid. Reaksi kombinasi
terjadi ketika reaktan berinteraksi adalah reaksi dari logam dan non logam. Reaksi dekomposisi
atau dikenal dengan reaksi penguraian yaitu ketika satu senyawa terurai menghasilkan dua atau
lebih senyawa lain, seperti penguraian pada CaCO3 mengasilkan CaO yaitu batu kapur dan CO2.
Reaksi pembakaran adalh reaksi yang cepat menghasilkan nyala dan biasanya melibatkan
oksigen (O2) dari udara sebagai reaktan. Reaksi pembakaran seperti pada pembakatan metana
(CH4) menghasilkan CO2 dan uap air. Persamaan suatu reaksi harus seimbang atau setara antara
jumlah atom atau koefisien pada unsur yang direaksikan atau reaktan dengan hasil reaksi atau
produk. Koefisien reaksi merupakan angka di depan rumus kimia suatu persamaan reaksi kimia.
Reaksi kimia terjadi dengan pemutusan suatu ikatan dan pembentukan ikatan baru yang
membentuk produk dan pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan atom atau penghancuran
atom ataupun penghilangan atom (Azhar, 2020).
Sumber:

Azhar, M. 2020. Mudah Memahami Stokiometri: Perhitungan Zat pada Rumus Kimia dan Persamaan
Reaksi. Padang: SUKABINA Press.

Helmiati, N., Abudarin, dan A.H. Fatah. 2021. Penguasaan Konsep Hukum – Hukum Dasar Kimia Hasil
Pembelajaran Menggunakan Lebar Kerja Siswa Berbasis Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas X
SMA Negeri Palangkaraya Tahun Ajaran 2017/2018. Jurnal of Environment and Management.
2(3):212 – 217.

Hidayanti, F. 2021. Kimia Dasar: Konsep Materi. Jakarta: LP_UNAS.

Juwita, R. 2017. Kimia Dasar. Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat.

Nurazmi, A.T.H. Prayuda, N.A.M. Khawair, Harni, S.Sutriana, dan Riska. Analisis Hubungan Jumlah
Partikel dengan Volume Menggunakan Model Teori Kinetik Gas. Jurnal Pendidikan Fisika.
8(1):87-93.
Sabarni, S. (2017). Atom dan Molekul Berdasarkan Ilmu Kimia dan Perspektif Al-quran. Lantanida
Journal. 2(2):123-136.

Sappaile, N. 2019. Hubungan Pemahaman Konsep Perbandingan dengan Hasil Belajar Kimia Materi
Stoikiometri. JIP: Jurnal Ilmu Pendidikan STKIP Kusuma Negara. 10(2):58-71.

Sulastri dan R.F.I, Rahmadani. 2017. Kimia Dasar I. Banda Aceh: Siah Kuala University Press
Darussalam.

Tim Penyusun. 2022. Hukum Perbandingan Tetap. Jember: Universitas Jember.

Yusuf, Y. 2018. Kimia Dasar. Jakarta: Penerbit EduCenter Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai