Anda di halaman 1dari 42

BAB I

REAKSI KIMIA

CAPAIAN PEMBELAJARAN : Pada akhir fase E, peserta didik mampu


memahami kimia organik dasar dan kimia anorganik dasar (larutan
standar, reaksi kimia, stoikiometri, laju reaksi, kesetimbangan kimia,
sifat koligatif larutan, redoks, dan elektrokimia).

ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN : Peserta didik mampu memahami


reaksi kimia.

A. CIRI – CIRI PERUBAHAN KIMIA

Suatu perubahan kimia lebih sering disebut dengan istilah reaksi kimia. Kata
kerja “bereaksi” selalu berarti “membentuk zat baru”. Zat semula kemudian
berubah disebut Pereaksi (reaktan), sedangkan zat baru yang terbentuk disebut hasil
reaksi (produk).

Ada 4 macam petunjuk yang menandai berlangsungnya suatu reaksi kimia, yaitu:

a. Pembentukan gas
b. Pembentukan endapan
c. Perubahan warna
d. Perubahan suhu

1
Tabel pengamatan Perubahan Materi

Perubahan Fisis Perubahan Kimia

1. Pembakaran Logam Nikel 2. Pembakaran logam magnesium

Kawat nikel dibakar pada nyala api alat Pita magnesium di bakar pada nyala
pembakaran Bunsen. Nikel terbakar Bunsen. Magnesium terbakar dengan
membara. Ketika di dinginkan, logam itu menimbulkan cahaya terang, dan
kembali pada wujud semula. menghasilkan abu berwarna putih.

3. Pelarutan garam dapur 4. Pelarutan logam natrium

Sesendok garam dapur dimasukan ke dalam Dengan menggunakan tang, sekeping


air suling pada gelas kimia, dan diaduk natrium dimasukan secara hati hatipada
sampai larut. Jika larutan ini dipanaskan permukaan air suling di gelas kimia.
sampai semua air menguap maka garam Natrium larut disertai sedikit ledakan. Jika
dapur diperoleh kembali. air diuapkan, kita memperoleh zat padat
putih. Zat ini juga larut dalam air, tetapi
tidak menimbulkan ledakan.

5. Pemanasan secara lemah 6. Pemanasan secara kuat

Panaskan belerang dalam tabung reaksi Panaskan belarang dalam sendok porselin
dengan api yang lemah (nyala kuning). dengan api yang kuat (nyala biru). Belerang
Tabung digoyangkan terus-menerus. Setelah meleleh, dan lamban laun jumlahnya
belerang meleleh, pemanasan dihentikan. berkurang. Akhirnya sendok itu kosong dan
Ketika didinginkan, belerang menjadi padat timbul gas yang berbau seperti bau korek
kembali seperti semula. api yang terbakar.

B. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi adalah cara pemaparan perubahan zat – zat asal (reaktan) menjadi
zat – zat baru (produk) menggunakan rumus kimia zat – zat yang terlibat dalam
2
reaksi. Contohnya “reaksi antara gas hidrogen dengan gas oksigen membentuk air”
dipaparkan sebagai berikut:
2H2(g) + O2 (g) → 2H2O (l)
Tanda panah menunjukkan arah reaksi dan dapat dibaca sebagai “membentuk” atau
“bereaksi menjadi”. Bilangan di depan rumus kimia disebut koefisien reaksi,
koefisien (1) tidak ditulis. Huruf kecil dalam tanda kurung yang mengikuti rumus
kimia menyatakan wujud atau keadaan zat yang bersangkutan, yaitu:
 s = padatan (solid)
 l = cairan (liquid)
 g = gas
 aq = larutan berair (aqueous, larutan dalam air)
 Persamaan Reaksi Setara
Persamaan reaksi setara adalah persamaan reaksi yang jumlah atom pada reaktan
(ruas kiri) sama dengan jumlah atom pada produk (ruas kanan ). Cara
menyetarakan persamaan reaksi yaitu dengan menambahkan angka koefisien
dan tidak boleh merubah rumus kimia zat. Contoh: Setarakan persamaan reaksi
berikut ini ! CH4 (g) + O2 (g) → CO2 (g) + H2O (l)
C: 1 1
H: 4 2 x 2 (menjadi koefisien H2O)
O: 2x2 2 + 2=4
(menjadi koefisien O2)
Sehingga diperoleh persamaan reaksi sebagai berikut:
CH4 (g) + 2O2 (g) → CO2 (g) + 2H2O (l) (Reaksi setara)

3
LATIHAN SOAL :

1. Tuliskan persamaan reaksi setara dari !


Reaksi antara logam magnesium dengan gas nitrogen membentuk magnesium
nitrida (Mg3N2)

2. Setarakan persamaan reaksi berikut ini !


(i) Mg + HCl → MgCl2 + H2
(ii) Fe3O4 + CO → FeO + CO2

4
BAB II
STOIKIOMETRI

CAPAIAN PEMBELAJARAN : Pada akhir fase E, peserta didik mampu


memahami kimia organik dasar dan kimia anorganik dasar (larutan
standar, reaksi kimia, stoikiometri, laju reaksi, kesetimbangan kimia,
sifat koligatif larutan, redoks, dan elektrokimia).

ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN : Peserta didik mampu memahami


stoikiometri.

A. Hukum – Hukum Dasar Kimia


a. Hukum Lavoisier ( Hukum kekekalan Massa )
Lavoisier menyatakan bahwa “ massa zat – zat sebelum reaksi sama dengan
massa zat – zat sesudah reaksi”
b. Hukum Proust ( Hukum perbandingan tetap )
Proust menyimpulkan bahwa “perbandingan massa unsur – unsur yang
menyusun senyawa selalu tetap “
c. Hukum Gay Lussac ( Hukum perbandingan volume )
Gay Lussac menyimpulkan penemuannya sebagai berikut : bila diukur pada
suhu dan tekanan yang sama, volume gas yang bereaksi dan gas hasil reaksi
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana.
d. Hipotesis Avogadro
Amadeo Avogadro berhasil menjelaskan hukum Gay Lussac dengan hipotesis
sebagai berikut : Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas bervolume sama
mengandung jumlah molekul yang sama pula. Sesuai dengan hipotesis tersebut,
maka perbandingan volume gas – gas merupakan perbandingan jumlah molekul
yang terlibat dalam reaksi. Secara matematis dituliskan: =

5
B. Perhitungan Ar dan Mr
a. Massa Atom Relatif (Ar)
Massa atom relatif (Ar) suatu unsur secara matematis dapat dituliskan:

Ar unsur X =

b. Massa Molekul Relatif (Mr)


Massa molekul relatif (Mr) secara matematis dapat ditulis :

Mr =

Jika diketahui Ar unsur, maka Mr senyawa dapat dihitung dengan persamaan :


Mr = jumlah Ar unsur yang menyusun senyawa
Contoh:
Diketahui massa atom relatif (Ar) H = 1; O = 16
Maka massa molekul relatif (Mr) H2O = (2 x Ar H) + (1 x Ar O)
= (2 x 1) + (1 x 16) = 18
Jadi Mr H2O = 18

C. Konsep Mol
a. Pengertian Mol
Mol adalah Satuan pokok yang dipakai dalam perhitungan kimia, 1 mol zat
dapat dinyatakan dalam:
(i) Massa zat
(ii) Volume zat
(iii) .jumlah partikel zat
b. Hubungan Mol dengan massa zat
(i) Massa 1 mol Na = 1 mol x Ar Na
Massa 1 mol Na = 1 . 23 = 23 gram.
Massa zat = mol x Mr
(ii) Massa 1 mol NaOH = 1.Mr NaOH=1. 40= 40 gram
Massa 0,5 mol NaOH= 0,5 . 40 = 20 gram
20 gram NaOH = massa NaOH = 20/40 = 0.5 mol

6
MOL ZAT = MASSA ZAT / Mr ZAT

CONTOH:
1. 10 gram CaCO₃ = ................................................mol
2. Massa 5 mol CaCO₃ = ...............gram
3. Massa 0,3 mol H₂C₂O₄ = ...........gram
4. 15 gram CH₃COOH = .......... Mol
5. 30 gram MgSO₄ = .............mol

c. Hubungan Mol Dengan Volume


VOLUM MOLAR=VOLUM GAS PADA STP (0ᴼ C, 1 Atmosfer)
• 1 MOL semua gas pada STP bervolume 22,4 liter.
• STP (Standart Temperature and Pressure:0ᴼC, 1 atmosfer)
Contoh :

1. 1 mol gas nitrogen pada STP bervolume 22,4 L


2. 0,5 mol gas nitrogen pd STP bervolume = 0,5 X 22,4 LITER = 11,2 liter.
3. 11,2 L gas N₂ (STP) = Volume N₂ / 22,4
= 11,2/22,4= 0,5 mol

MOL = VOLUME GAS / 22,4

Contoh:

1) 5 mol gas SO₂ = 5 x 22,4L= 112 L

2) 5,6 L gas O₂ = 5,6 /22,4 = 0,25 mol.

3) 0,2 Mol gas H₂O = ................. Liter

4) 10 mol gas NH₃ = ................. Liter

5) 1120 liter gas H₂S = ...............mol

6) 44,8 liter gas H₂ = ....................mol

7
• Jika volume tidak dihitung dalam STP

PV = n RT
Dimana: P = tekanan gas (atm)

V = volume gas (L)

n = jumlah mol gas (mol)

R = Tetapan gas = 0,082 L atm mol- K-1

T = temperatur (K)

8
SOAL - SOAL

Jawablah pertanyaan – pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Dalam 1 liter oksigen (TP) terdapat 2,7 x 1022 molekul oksigen. Pada suhu dan
tekanan yang sama, berapakah ?
a. Jumlah molekul nitrogen dalam 1 liter gas nitrogen ?
b. Jumlah atom helium dalam 2 liter gas helium ?
2. Diketahui massa rata – rata 1 atom klorin adalah 35,5 sma. Berapakah massa atom
relatif (Ar) klorin ?
3. Diketahui massa atom relatif beberapa unsur sebagai berikut :
H = 1, C = 12, N = 14, O = 16, Na = 23, Mg = 24, Al = 27, dan S = 32.
Tentukanlah massa molekul relatif (Mr) zat berikut :
a. HNO3
b. CO(NH2)2
c. Ca(CH3COO)2
4. Diketahui Mr dari Na2CO3.xH2O = 286. Tentukanlah nilai x dalam rumus tersebut!

9
BAB III
LARUTAN STANDAR

CAPAIAN PEMBELAJARAN : Pada akhir fase E, peserta didik mampu


memahami kimia organik dasar dan kimia anorganik dasar (larutan
standar, reaksi kimia, stoikiometri, laju reaksi, kesetimbangan kimia,
sifat koligatif larutan, redoks, dan elektrokimia).

ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN : Peserta didik mampu memahami


larutan standar.

A. Larutan dan sifat - sifatnya


Larutan adalah campuran yang homogen. Contohnya: larutan gula, larutan
garam. Larutan terdiri dari :
- Zat – zat yang dilarutkan yang disebut zat terlarut (solute), jumlahnya lebih
sedikit.
- Zat – zat pelarut (solvent), jumlahnya lebih banyak.
Larutan juga dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan wujudnya larutan dibedakan menjadi:


a. Larutan padat (contoh: perunggu, kuningan, stainless steel)
b. Larutan gas (contoh: udara)
c. Larutan cair (contoh: larutan gula, larutan garam, larutan cuka)
2. Berdasarkan derajat keasamannya, larutan dibedakan menjadi:
a. Larutan asam, sifat – sifatnya:
- Pada umumnya berasa masam
- Jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+
- Memiliki harga derajat keasaman (pH) < 7
10
- Merubah warna kertas lakmus biru menjadi merah
- Bersifat korosif
- Contoh: asam sulfat (H2SO4), asam cuka (CH3COOH), asam klorida
(HCl), asam nitrat (HNO3), dll.
b. Larutan basa, sifat – sifatnya:
- Jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-
- Pada umumnya berasa pahit
- Memiliki harga derajat keasaman (pH) >7
- Merubah warna kertas lakmus merah menjadi biru
- Bersifat kaustik
- Contoh: natrium hidroksida (NaOH), kalsium hidroksida (Ca(OH)2),
alumunium hidroksida (Al(OH)3), kalium hidroksida (KOH),
magnesium hidroksida (Mg(OH)2), dll.
3. Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi:
a. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, disebut larutan elektrolit.
b. Larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, disebut larutan non
elektrolit.

B. Satuan – Satuan Konsentrasi Dalam Membuat Larutan


Konsentrasi larutan adalah angka banding jumlah zat terlarut (solute) dengan
larutan atau pelarut (solvent)

Beberapa satuan konsentrasi yang sering digunakan dalam membuat larutan adalah :

1. Persen massa (%B)


Persen massa adalah perbandingan massa zat terlarut dengan massa larutan kali 100
%. Secara matematis di tuliskan:

%B =

11
Contoh:

Hitunglah persen massa (%B) dari 25 gram NaOH yang dilarutkan dalam 75 gram air
!

Penyelesaian:

Diketahui: massa NaOH = 25 gram

Massa air = 75 gram

Massa larutan = massa NaOH + massa air

= 25 gram + 75 gram = 100 gram

Ditanya: %B ……………..?

Jawab: %B =

%B = (25 gram / 100 gram) x 100%

%B = 25 %

2. Persen volume (%V)


Persen volume adalah perbandingan volume zat terlarut dengan volume larutan
dikalikan 100%. Secara matematis dituliskan:

%V =

Contoh:
Hitunglah persen volume dari 100 ml asam sulfat pekat yang ditambahkan air hingga
volumenya 500 ml !
Penyelesaian:
Diketahui : Volume zat terlarut = 100 ml
Volume larutan = 500 ml
Ditanya : %V ……………?

Jawab: %V =

%V = (100 ml / 500 ml) x 100%


12
%V = (100/5) % = 20 %
3. Bagian per juta (bpj) atau part per million (ppm)
Secara matematis ditulis:

ppm =

Contoh: Dalam sampel air limbah sebanyak 1 liter mengandung PbSO4 sebanyak
0,25 gram. Hitunglah konsentrasi PbSO4 dalam ppm ! (ρ air = 1 kg/l)
Penyelesaian:
Diketahui: massa PbSO4 = 0,25 gram = 250 mg
Massa larutan = 1 kg
Ditanya: ppm ………..?

Jawab: ppm =

Ppm = 250 / 1 kg = 250 ppm


4. Molalitas (m)
Molalitas adalah banyaknya mol zat terlarut dalam setiap kilogram pelarut. Secara
matematis ditulis: m =

Contoh: Hitunglah molalitas dari 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !
Penyelesaian:
Diketahui: massa NaOH = 4 gram
Mr NaOH = 40
Massa air = 500 gram
Ditanya: m ………?
Jawab: m=

m = (4 / 40 ) x (1000/ 500)
m = 0.1 x 2 = 0,2 m (molal)

5. Molaritas (M)
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut dalam setiap liter larutan. Secara

matematis ditulis: M =

M=
13
Contoh:
Hitunglah molaritas dari 8 gram NaOH yang dilarutkan dalam 500 ml air !
(Mr NaOH = 40)
Diketahui: massa NaOH = 8 gram
Volume air = 500 ml
Mr NaOH = 40
Ditanya: M ……… ?
Jawab: M=

M = (8/40) x (1000/500)

M = 0,2 x 2 = 0,4 M (molar)

6. Fraksi mol (X)


Fraksi mol adalah perbandingan antara mol suatu zat dengan mol total zat yang
terlibat dalam reaksi.
Contoh: jika ada reaksi A + B → C (mol A= nA, mol B = nB, mol C = nC),
maka : XA = XA + XB + XC = 1

XB =

XC =

 PENGENCERAN
Pengenceran adalah penambahan pelarut pada suatu larutan. Untuk menghitung
konsentrasi atau volume setelah pengenceran, digunakan persamaan sebagai
berikut:
V1 x M1 = V2 x M2

Keterangan: V1 = Volume sebelum pengenceran

V2 = Volume sesudah pengenceran (V2 = V1 + Vp)

M1 = Molaritas sebelum pengenceran

14
M2 = Molaritas sesudah pengenceran

 PENCAMPURAN
Untuk menghitung konsentrasi hasil pencampuran, maka digunakan persamaan
sebagai berikut :
MC =

Keterangan: V1 = Volume zat 1 V2 = Volume zat 2

V3 = Volume zat 3
M1 = Molaritas zat 1
M2 = Molaritas zat 2
M3 = Molaritas zat 3
Mc = Molaritas campuran

SOAL :

1. Apabila ingin membuat larutan dengan cara mencampurkan 30 gram NaOH dengan
70 gram air. Hitunglah :
a. Massa larutan
b. Persen massa larutan (% B)
2. Minuman bersoda dibuat dengan menambahkan sejumlah air ke dalam 50 ml
alkohol hingga volumenya menjadi 500 ml. Hitunglah:
a. Volume air yang ditambahkan
b. Persen volume larutan (% V)
3. Tentukan molalitas (m) larutan NaOH yang terbuat dari 4 gram kristal NaOH
dilarutkan dalam 500 gram air! (Diketahui Mr NaOH = 40)
4. Tentukan kemolaran (M) larutan gula yang terbuat dari 17,1 gram gula tebu
dilarutkan dalam air hingga volume larutan 500 ml! (Diketahui Mr gula = 342)
5. Berapa gram H2SO4 yang terdapat dalam 500 ml larutan H2SO4 0,5 M? (Diketahui
Mr H2SO4 = 98)

15
6. Dalam membuat larutan HCl 0,1 M dari 50 ml larutan HCl 0,6 M. Hitunglah volume
air yang diperlukan dalam pengenceran tersebut!
7. Sebanyak 400 ml larutan asam cuka , CH3COOH 0,1 M dicampur dengan 200 ml
larutan asam cuka 0,25 M. Hitunglah konsentrasi yang baru setelah kedua larutan
dicampur!
8. Berikan masing- masing lima contoh dari :
a. Asam
b. Basa
Tulis rumus kimia dan namanya!

16
BAB IV
LAJU REAKSI

CAPAIAN PEMBELAJARAN : Pada akhir fase E, peserta didik mampu


memahami kimia organik dasar dan kimia anorganik dasar (larutan
standar, reaksi kimia, stoikiometri, laju reaksi, kesetimbangan kimia,
sifat koligatif larutan, redoks, dan elektrokimia).

ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN : Peserta didik mampu memahami laju


reaksi.

A. Konsep Laju Reaksi


1. Laju reaksi = banyaknya perubahan zat per satuan waktu reaksi.

2. Untuk reaksi umum: A → B : Laju rata – rata (r) = - atau r = +

3. Laju reaksi sesaat = -

B. Hukum / Persamaan Laju Reaksi


1. Untuk reaksi umum : A → B

Hukum atau persamaan laju reaksi (r) = - = k [ A ]x

k = tetapan laju reaksi; x = orde reaksi


2. Perbandingan laju reaksi = perbandingan konsentrasi = perbandingan
koefisien reaksi. Untuk reaksi umum: aA + bB → cC + dD

- :- :+ =a:b:c:d

3. Hukum laju reaksi tidak dapat diramalkan dari stoikiometri reaksi, tetapi
ditentukan melalui percobaan.

17
4. Nilai bilangan pangkat pada konsentrasi setiap zat dalam hukum laju reaksi
disebut sebagai orde reaksi.
5. Untuk reaksi – reaksi yang berlangsung hanya dalam satu tahap, orde reaksi
sama dengan koefisien reaksi.
6. Hukum laju reaksi kimia dapat dijelaskan melalui aturan – aturan yang
umum berikut ini:
a. Laju reaksi pada tahap tertentu berbanding lurus dengan konsentrasi
pereaksi
b. Hukum laju reaksi keseluruhan ditentukan oleh urutan tahap – tahap
yang mengubah pereaksi menjadi produk reaksi.
7. Hukum laju reaksi keseluruhan ditentukan oleh hukum laju pada tahap
reaksi yang paling lambat.

C. Teori Tumbukan dan Faktor – Faktor yang Berpengaruh terhadap Laju


Reaksi
1. Laju reaksi ditentukan oleh efektivitas tumbukan antar partikel pereaksi.
2. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keefektifan tumbukan:
a. Konsentrasi: makin besar konsentrasi, makin cepat reaksi berlangsung.
b. Tekanan: makinbesar tekanan gas, makin cepat reaksi gas berlangsung.
c. Orientasi partikel: reaksi hanya dapat terjadi jika partikel – partikel
pereaksi yang bertumbukan berada pada orientasi yang tepat.
d. Luas permukaan: makin besar luas permukaan, makin cepat reaksi
berlangsung.
e. Suhu: makin tinggi suhu makin cepat reaksi terjadi.
f. Energi aktivasi: makin rendah energi aktivasi, makin cepat reaksi kimia
berlangsung.
3. Energi aktivasi (Ea) : energi kinetik minimum yang dimiliki oleh partikel –
partikel yang bertumbukan agar menghasilkan perubahan kimia.
4. Penambahan katalis dalam sistem reaksi mempercepat laju reaksi. Katalis
memberikan jalan reaksi dengan energi aktivasi yang lebih rendah.

18
SOAL – SOAL

Kerjakan soal – soal berikut ini dengan benar !

1. Laju reaksi menjadi dua kali lebih cepat pada setiap kenaikan suhu 100C. Bila pada
suhu 200C suatu reaksi berlangsung selama 150 menit, maka pada suhu 500C reaksi
berlangsung selama berapa menit ?
2. Berikut ini adalah data hasil percobaan laju reaksi dari :
2Fe3+ (aq) + 3S2- (aq) → S (s) + 2FeS (s)

[Fe3+] (mol/ L) [S2-] (mol/L) Laju Reaksi (M/s)

0,10 0,10 2

0,20 0,10 8

0,20 0,20 16

0,20 0,30 54

Tentukan !

a. Orde reaksi terhadap [Fe3+] dan [S2-]

b. Persamaan laju reaksi

c. Tetapan laju reaksi

d. Laju reaksi jika [Fe3+] dan [S2-] masing – masing 0,05 M

3. Jelaskan dengan teori tumbukan faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi
berikut ini:
a. Konsentrasi b. Suhu

4. Hasil percobaan terhadap laju reaksi hidrolisis sukrosa yang berlangsung pada 85 0C
sebagai berikut.
19
Waktu (menit) 0 100 200 300 400 500 600

[Sukrosa] 1,00 0,70 0,45 0,34 0,24 0,17 0,12

Tentukan laju reaksi hidrolisis rata – rata dalam selang waktu 100 menit pertama !

5. Suatu reaksi : A (g) + B (g) → zat hasil


Jika [A] dinaikkan 3 kali dan [B] tetap, laju reaksinya menjadi 3 kali lebih cepat,
jika [A] dan [B] dinaikkan 3 kali laju reaksinya menjadi 27 kali. Dari data tersebut
tentukan rumus laju reaksi !

6. Suatu reaksi akan berlangsung dua kali lebih cepat daripada semula jika suhunya
dinaikkan 100C. Pada suhu 200C reaksi tersebut berlangsung selama 80 menit, berapa
lama reaksi berlangsung pada suhu 600C ?
7. Berikut ini adalah data hasil percobaan laju reaksi dari :
2NO (g) + 2H2 (g) → N2 (g) + 2H2O (g)

[NO] (mol/ L) [H2] (mol/L) Laju Reaksi (mol/L/s)

0,30 0,05 1,6

0,30 0,15 4,8

0,10 0,25 0,5

0,20 0,25 2,0

Tentukan !

a. Orde reaksi terhadap [NO] dan [H2]

b. Persamaan laju reaksi

c. Tetapan laju reaksi

d. Laju reaksi jika [NO] dan [H2] masing – masing 0,1 M

20
8. Jelaskan dengan teori tumbukan faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi
berikut ini:
a. Luas permukaan sentuh b. Katalis

9. Hasil percobaan terhadap laju reaksi hidrolisis sukrosa yang berlangsung pada 85 0C
sebagai berikut.
Waktu 0 100 200 300 400 500 600
(menit)

[Sukrosa] 1,00 0,70 0,45 0,34 0,24 0,17 0,12

Tentukan laju reaksi hidrolisis rata – rata dalam selang waktu 100 menit terakhir !

10. Suatu reaksi : A (g) + B (g) → zat hasil


Jika [A] dinaikkan 4 kali dan [B] tetap, laju reaksinya menjadi 2 kali lebih cepat,
jika [A] dan [B] dinaikkan 4 kali laju reaksinya menjadi 32 kali. Dari data tersebut
tentukan rumus laju reaksi !

21
BAB V

KESETIMBANGAN KIMIA

CAPAIAN PEMBELAJARAN : Pada akhir fase E, peserta didik mampu


memahami kimia organik dasar dan kimia anorganik dasar (larutan
standar, reaksi kimia, stoikiometri, laju reaksi, kesetimbangan kimia,
sifat koligatif larutan, redoks, dan elektrokimia).

ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN : Peserta didik mampu memahami


kesetimbangan kimia.

A. Konsep Kesetimbangan
1. Definisi kesetimbangan :
a. Keadaan sistem yang menunjukkan bahwa perubahan konsentrasi pereaksi
dan produk reaksi tidak terlihat.
b. Keadaan sistem yang menunjukkan bahwa laju reaksi ke arah hasil
( produk / kanan) sama dengan laju reaksi ke arah sebaliknya (pereaksi /
reaktan / kiri). Laju ke kanan = Lajuke kiri
2. Jenis reaksi kesetimbangan
Berdasarkan wujud / fase zat – zat yang terlibat dalam persamaan reaksi,
reaksi kesetimbangan dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Kesetimbangan homogen: reaksi kesetimbangan dimana semua zat yang
terlibat reaksi wujudnya sama. Contoh:
N2 (g) + 3H2 (g) ↔ 2NH3 (g)
Semua zat yang terlibat dalam persamaan reaksi ini wujudnya gas.

22
b. Kesetimbangan heterogen: reaksi kesetimbangan dimana zat – zat yang
terlibat reaksi wujudnya berbeda – beda. Contoh:
2NaHCO3 (s) ↔ Na2CO3 (s) + H2O (g) + CO2 (g)
Dalam persamaan reaksi ini ada zat yang berwujud padat dan ada yang
berwujud gas.
3. Tetapan kesetimbangan (K)
Untuk reaksi umum: aA (g) + bB (g) ↔ cC (g) + dD (g)

a. Tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc) : Kc =

[A], [B], [C], dan [D] berturut – turut adalah konsentrasi (mol/L): A, B, C,
dan D. Contoh: Tuliskan persamaan Kc untuk reaksi !
N2 (g) + 3H2 (g) ↔ 2NH3 (g)

Jawab: Kc =

b. Tetapan kesetimbangan tekanan (Kp): Kp = = Kc.RT∆n

P = Tekanan gas; ∆n = (c + d) – (a + b)
Untuk reaksi kesetimbangan heterogen, konsentrasi zat cair (liquid) dan
zat padat murni (solid) tidak berubah akibat perubahan suhu, sehingga
rasio jumlah zat terhadap volumenya tetap. Oleh karena itu, perubahan
jumlah kedua jenis fasa zat ini tidak berpengaruh terhadap arah pergeseran
kesetimbangan dan tidak dinyatakan dalam penulisan tetapan
kesetimbangan. Contoh:
2NaHCO3 (s) ↔ Na2CO3 (s) + H2O (g) + CO2 (g)
Kc = [H2O] [CO2]
Jadi zat yang wujudnya (s) dan (l) tidak ditulis di persamaan Kc.

23
B. Faktor – Faktor yang Berpengaruh pada Kesetimbangan
1. Perubahan konsentrasi (C)
C dinaikkan Kesetimbangan bergeser ke kanan C diturunkan
PEREAKSI Kesetimbangan bergeser ke kiri HASIL REAKSI

C diturunkan C dinaikkan

Nilai Kc tidak berubah selama perubahan konsentrasi.

2. Perubahan volume (V) dan tekanan (P) gas


Jika volume campuran reaksi gas dikurangi, tekanan gas akan bertambah.
Sistem dapat melawan kenaikan tekanan gas dengan mengurangi jumlah
molekul – molekul gas. oleh karena itu,
a. Jika V gas dikurangi atau P gas diperbesar, kesetimbangan bergeser ke
arah ∑ koefisien yang lebih rendah.
b. Sebaliknya, jika V gas diperbesar atau P gas diperkecil, kesetimbangan
bergeser ke arah ∑ koefisien yang lebih tinggi.
c. Jika jumlah koefisien gas pereaksi = jumlah koefisien gas produk reaksi,
penambahan tekanan gas atau penurunan volume gas tidak menggeser
arah kesetimbangan.
3. Perubahan Suhu ( T )
a. T dinaikkan: kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi endotermis (∆H
positif ).
b. T diturunkan: kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi eksotermis (∆H
negatif).
c. Pada reaksi eksotermis, Kc turun dengan bertambahnya T.
d. Pada reaksi endotermis, nilai Kc naik dengan bertambahnya T.
e. Pada suhu tetap, perubahan P atau V system tidak mengubah nilai Kc dan
Kp.
 Katalis: Katalis tidak menggeser kesetimbangan, tetapi hanya mempercepat
tercapainya keadaan setimbang.

24
SOAL - SOAL

1. Suatu reaksi dalam keadaan setimbang apabila ….


a. reaksi berlangsung dua arah dengan d. seluruh zat yang direaksikan semua
volume seluruh zat sama habis
b. reaksi berlangsung dua arah dalam laju e. jumlah zat yang terbentuk sama
reaksi yang sama dengan jumlah zat semula
c.jumlah mol seluruh zat dalam keadaan
setimbang sama

2. Sistem kesetimbangan yang homogen, apabila seluruh zat dalam reaksi mempunyai
….
a. jumlah mol sama d. fase zat sama
b. konsentrasi sama e. massa sama
c. volume sama
3. Sistem kesetimbangan berikut yang merupakan sistem kesetimbangan homogen
adalah ….
a. H2O(l) H2O(g) d. CaCO3(g)CaO(s) + CO2(g)
b. C(s) + H2O (g) CO (g) + H2(g) e. 2 NaHCO3(s) Na2CO3(s) + CO2(g) +
H2O(g)
c. N2(g) + 3 H2(g)  2NH3(g)
4. Persamaan kesetimbangan ozon di alam adalah : O3 O2 + O. Dikatakan
kesetimbangan tercapai apabila ….
a. O3 tidak berubah lagi d. reaksi ke kiri sama dengan reaksi ke
kanan
b. jumlah masing-masing zat sama e. laju reaksi ke kiri sama dengan laju
reaksi ke kanan
c. jumlah masing-masing zat tetap

25
5. Rumusan tetapan kesetimbangan untuk reaksi : CaCO3(s) Ca O(s) + CO2(g) adalah
….
a. Kc = [CaO][CO2]/ [CaCO3] d. Kc = [CaCO3]
b. Kc = [CaCO3]/ [CO2] [CaO] e. Kc = [CO2]
c. Kc = 1/ [CaO][CO2]
6. Rumus tetapan kesetimbangan untuk reaksi berikut : 2HI (g) H2(g) + I2(g) adalah
….
a. Kc = [H2][I2]/ [HI]2 d. Kc = [HI]2
b. Kc = [HI]2/ [H2 ] [I2] e. Kc = [I2]
7. Dalam suatu ruang terdapat kesetimbangan antar PCl2 = 0,1 mol. Menurut reaksi
PCl5 (g)  PCl3(g)+ Cl2(g). Maka harga tetapan kesetimbangan adalah….
a. 1/5 d. 1/20
b. 1/10 e. 1/25
c. 1/15
8. Faktor-faktor berikut mempengaruhi pergeseran kesetimbangan, kecuali ….
a. perubahan konsentrasi d. perubahan volume
b. penambahan katalisator e. perubahan suhu
c. perubahan tekanan
9. Diketahui reaksi kesetimbangan : 2NO (g) N2(g) + O2 (g)
Pernyataan untuk reaksi tersebut yang benar adalah ….
a. diberi katalis, reaksi bergeser ke kanan d. Ditambah gas N2, reaksi begeser
b. ditambah gas NO, reaksi bergeser ke e. Dikurangi gas N2, reaksi bergeser ke
kiri kiri
c. dikurangi gas NO, reaksi bergeser ke
kanan
10. Terdapat reaksi kesetimbangan : N2O4 (g) 2NO2(g) . Apabila tekanan diperbesar,
akan menyebabkan ….
a. reaksi bergeser ke kiri d. gas N2 O4 berkurang
b. reaksi bergeser ke kanan e. gas NO2 bertambah
c. laju reaksi ke kiri = laju reaksi kanan

26
BAB VI

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

CAPAIAN PEMBELAJARAN : Pada akhir fase E, peserta didik mampu


memahami kimia organik dasar dan kimia anorganik dasar (larutan
standar, reaksi kimia, stoikiometri, laju reaksi, kesetimbangan kimia,
sifat koligatif larutan, redoks, dan elektrokimia).

ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN : Peserta didik mampu memahami sifat


koligatif larutan.

A. Pengertian Sifat Koligatif


Sifat koligatif adalah sifat yang tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut,
tetapi hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dalam larutan.

B. Sifat – Sifat Koligatif Larutan

Sifat Koligatif Rumus Pengertian Istilah


Penurunan tekanan uap  Larutan non elektrolit P0 = tekanan uap jenuh
jenuh ( ∆P ) ∆P = P0 . Xter pelarut murni
P = P0 - ∆P P = tekanan uap pada
Atau larutan
P = P0 . Xp Xter = fraksi mol partikel
 Larutan elektrolit zat terlarut
∆P = P0 . Xter.i Xp = fraksi mol partikel zat
P = P0 - ∆P pelarut

27
Atau Xp = 1 – Xter
P = P0 . Xp.i i = faktor Van’t Hoff
i = 1 + (n-1)α
α = derajat ionisasi
n = jumlah ion
Kenaikan Titik Didih  Larutan non elektrolit m = molalitas
(∆Tb) ∆Tb = Kb . m. Kb = tetapan kenaikan titik
Tb = Tb0 + ∆Tb didih molal (0C /
 Larutan elektrolit molal)
∆Tb = Kb . m. i Tb = titik didih larutan
0
Tb = titik didih pelarut
murni
Penurunan Titik Beku  Larutan non elektrolit m = molalitas
(∆Tf) ∆Tf = Kf . m. Kf = tetapan penurunan
Tf = Tf0 - ∆Tf titik beku molal (0C
 Larutan elektrolit / molal)
∆Tf = Kf . m. i Tf = titik beku larutan
Tf0 = titik beku pelarut
murni
Tekanan osmotik (ᴨ)  Larutan non elektrolit M = molaritas (mol / L)
ᴨ =M.R.T R = tetapan gas
 Larutan elektrolit = 0,082L.atm.mol-1.K-1
ᴨ = M. R . T. i T = suhu (K)

28
SOAL :

1. Perhatikan banyaknya mol zat terlarut dalam volume pelarut yang sama banyaknya
dari beberapa larutan non elektrolit berikut:

(1) (2) (3) (5)


Larutan yang mempunyai kenaikan titik didih yang paling tinggi adalah .......

29
BAB VII

REAKSI REDOKS

CAPAIAN PEMBELAJARAN : Pada akhir fase E, peserta didik mampu


memahami kimia organik dasar dan kimia anorganik dasar (larutan
standar, reaksi kimia, stoikiometri, laju reaksi, kesetimbangan kimia,
sifat koligatif larutan, redoks, dan elektrokimia).

ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN : Peserta didik mampu memahami


reaksi redoks.

A. Pengertian Reaksi Oksidasi – Reduksi ( Redoks )


Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang didalamnya terdapat reaksi reduksi dan
reaksi oksidasi secara bersamaan. Perbedaan reaksi oksidasi dan reaksi Reduksi dapat
ditinjau dari 3 hal, yaitu:

1. Ditinjau dari reaksinya dengan oksigen


a) Reaksi oksidasi
Adalah reaksi pengikatan oksigen oleh suatu zat.

Contoh:

C + O2  CO2

3S + 2KClO3  2KCl + 3SO2

C6H12O6+6O2  6CO2 + 6H2O

b) Reaksi Reduksi
Adalah reaksi pelepasan/pengurangan oksigen dari suatu zat.

30
Contoh:

CO2  C + O2

Fe2O3  2Fe + 3/2O2

6CO2 + 6H2O  C6H12O6 + 6O2

2. Ditinjau dari adanya transfer elektron


a) Reaksi oksidasi
Adalah reaksi pelepasan elektron oleh suatu zat

Contoh:

Na  Na+ + e-

Fe2+  Fe3+ + e-

S2-  S + 2 e-

b) Reaksi Reduksi
Adalah reaksi pengikatan elektron oleh suatu zat.

Contoh:

Na+ + e-  Na

Fe3+ + e-  Fe2+

S + 2 e-  S2-

3. Ditinjau dari perubahan bilangan oksidasinya


1) Reaksi oksidasi
Adalah reaksi yang mengalami penambahan (peningkatan bilangan oksidasi)

2) Oksidasi Reduksi
Adalah reaksi yang mengalami penurunan (pengurangan) bilangan oksidasi

31
PERBEDAAN REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI

no REAKSI REDUKSI REAKSI OKSIDASI

1. Reaksi pelepasan oksigen Reaksi pengikatan oksigen.

CO2  C + O2 C + O2  CO2

2. Reaksi pengikatan elektron Reaksi pelepasan elektron

Na+ + 1e-  Na Mg  Mg2+ + 2 e-

3. Reaksi penurunan biloks Reaksi kenaikan bilok

ClO4 -  ClO2 MnO2  MnO4-

B. Bilangan Oksidasi ( Biloks )


Bilangan oksidasi (biloks) adalah bilangan yang menyatakan muatan/ valensi yang
dimiliki oleh suatu atom unsur. Bilangan oksidasi biasanya juga didefinisikan sebagai
ukuran kemampuan suatu atom/unsur untuk mengikat lawan. Bilangan oksidasi unsur
pada suatu senyawa umumnya sama dengan jumlah elektron yang dilepas atau diserap atau
dipasangkan oleh satu atom unsur itu pada senyawa tersebut.

Aturan-aturan menetapkan bilangan oksidasi adalah sebagai berikut:

1) Bilangan oksidasi unsur bebas adalah nol, unsur bebas adalah atom yang berdiri sendiri
atau dengan teman sejenisnya.
Contoh:

Biloks H ,N, dan Fe berturut-turut dalam H2, N2 dan Fe = 0

2) Bilangan oksidasi fluorin (F) dalam semua senyawanya adalah -1


3) Bilangan oksidasi atom logam selalu bertanda positif dan sesuai dengan nomor
golongannga (khusus atom/unsur golongan A)
Contoh:

Biloks golongan IA (logam alkali : Li, Na, K, Rb, Cs) = +1


32
Biloks golongan IIA (logam alkali tanah : Be, Mg, Ca, Sr, Ba) = +2

4) Bilangan oksidasi ion sama dengan muatannya


Contoh:

Biloks Na dalam Na+ = +1

Biloks Cr2O7 -2 = -2

Biloks S dalam S2- = -2

5) Bilangan oksidasi atom H dalam senyawa umumnya +1, kecuali dalam senyawanya
dengan logam, bilangan oksidasi H = -1.
Contoh:

Biloks H dalam HCl, H2O, NH3 = +1

Biloks H dalam NaH, BaH2, MgH2 = -1

6) Bilangan oksidasi atom O dalam senyawa umumnya -2


Contoh:

Biloks O dalam H2O, MgO = -2

Kecuali:

a. Dalam F2O biloks O = +2


b. Dalam beroksida seperti H2O2, MgO2, K2O2, biloks O = -1
c. Dalam superoksida, seperti KO2 biloks O = - ½
7) Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu senyawa = 0
Contoh:

Biloks H2SO4 =( 2 x biloks H)+(1x biloks S )+( 4 x biloks O) = 0

( 2x1) + biloks S + (4 x -2 ) =0

2 + biloks S -8 =0

Jadi biloks S = 8 - 2 = 6

33
Contoh:

1. Tentukan bilangan oksidasi nitrogen dalam: a. HNO3


b. NH4+
Jawab: a). Biloks HNO3 = 1xBiloks H + 1xbiloks N + 3 x biloks O

O = (+1) + biloks N + (3 x (-2))

O = (+1) + biloks N + (-6)

Biloks N = +5

Jadi biloks N dalam HNO3 adalah +5

b). Biloks NH4+ = 1xBiloks N + 4 x biloks H

+1 = Biloks N + (4 x (+1))

+1 = Biloks N + 4

Jadi biloks N dalam NH4+ adalah -3

2. Tentukan bilangan oksidasi belerang (S) dalam:


a. H2SO4
b. SO32-
Jawab:

a) Biloks H2SO4 = (2 x biloks H) + biloks S + (4 x biloks O)


0 = (2 x (+1)) + biloks S + (4 x (-2))

0 = (+2) + biloks S + (-8)

biloks S = +6

b) Biloks SO32- = 1xbiloks S + (3 x biloks O)


-2 = Biloks S + (3 x (-2))

-2 = Biloks S + (-6)

biloks S = +4

Jadi biloks S dalam SO32- adalah +4


34
-2
3. Biloks Cr , dalam Cr2O7 ?
-2 = 2 x biloks Cr + 7 x biloks O

-2 = 2 biloks Cr + (7 x -2)

-2 = 2 biloks Cr - 14

2 Biloks Cr = 14 -2 =12

Jadi biloks Cr = 12/2 = 6

Contoh Soal:

Hitung biloks :

1. C dalam H2CO3
2. P dalam H3PO4
3. Mn dalam MnO4 -1
4. C dalam C2O4 -2
5. Al dalam Al(OH)3
-1
6. Cl dalam ClO4
7. I dalam IO3-1
8. S dalam S8
9. Cr dalam CrO4 -1
10. I dalam I2.

C. REDUKTOR DAN OKSIDATOR.


Perhatikan reaksi berikut:

Zn + Cu2+  Zn2+ + Cu

Dalam reaksi tersebut, bilangan oksidasi Zn bertambah dari nol menjadi +2, maka dikatakan
Zn mengalami oksidasi. Sedangkan bilangan oksidasi Cu berkurang dari +2 menjadi nol,
maka dikatakan Cu mengalami Reduksi.

Perlu diperhatikan bahwa reaksi OKSIDASI akan selalu diikuti dengan reaksi
reduksinya. Dengan demikian baik reaksi oksidasi maupun reaksi Reduksi masing-masing
merupakan setengah reaksi. Sedangkan reaksi lengkapnya disebut reaksi redoks (singkatan

35
dari Reduksi dan oksidasi). Selanjutnya zat yang mengalami oksidasi disebut reduktor
dan sebaliknya zat yang mengalami reduksi disebut oksidator.

Untuk mempermudah membedakan antara oksidator (zat yang mengalami reduksi)


dengan reduktor (zat yang mengalami oksidasi maka digunakan bilangan oksidasi (biloks).

Contoh:

Tentukan pereaksi yang bertindak sebagai oksidator maupun reduktor dalam persamaan
reaksi berikut:

a) Zn + H2SO4  Zn SO4 + H2
b) 2HNO2 + 2HBr  2NO + Br2 + 2H2O
Jawab:

Dengan menggunakan pedoman bilangan oksidasi maka biloks masing-masing atom dalam
senyawanya adalah sebagai berikut:

a) 0 +2
Zn + H2SO4  ZnSO4 + H2

+1 0

Akan terlihat bila biloks Zn berubah dari nol menjadi +2 maka Zn mengalami oksidasi
dan disebut reduktor sedangkan atom H (dalam H2SO4) berubah dari +1 menjadi nol
maka H mengalami reaksi Reduksi dan disebut oksidator.

-1 0

b) 2HNO2 + 2HBr  2NO + Br2 + 2H2O


+3 +2

Akan terlihat bila biloks N berubah (turun) dari +3 menjadi +2, maka N (dalam HNO 2)
bertindak sebagai oksidator, sedangkan biloks Br naik dari -1 menjadi nol maka Br
(dalam HBr) bertindak sebagai reduktor.

Apabila dalam suatu reaksi redoks desidator dan reduktornya merupakan unsur
yang sama maka reaksi tersebut disebut Reaksi Autoredoks (reaksi disproporsionasi).

36
Contoh:

NaOH + Br2  NaBr + NaBrO3 + H2O

0 -1 +5

Dari persamaan reaksi itu biloks berubah dari 0 menjadi -1 dan +5, dengan
demikian Br mengalami penurunan biloks (oksidator) dan juga mengalami kenaikan biloks
(reduktor).

D. Menyetarakan Persamaan Reaksi Redoks


Persamaan reaksi redoks yang belum setara dapat disetarakan dengan beberapa
metode, antara lain dengan metode biloks dan dengan metode setengah reaksi.

1. Metode bilangan oksidasi (biloks)


Penyetaraan reaksi redoks dengan metode biloks dapat diselesaikan dengan beberapa
tahap sebagai berikut:

a) Tentukan reaksi oksidasi dan reduksi dengan cara melihat unsur yang mengalami
perubahan biloks. Tuliskan berapa perubahan biloks unsur tersebut
b) Samakan jumlah perubahan biloks dengan cara menambahkan angka koefisien di
depan unsur/senyawa yang mengalami perubahan biloks.
c) Samakan jumlah muatan di ruas kiri dan ruas kanan dengan cara:
1) Jika muatan di ruas kiri lebih kecil, ditambahkan H+
2) Jika muatan di ruas kiri lebih besar, ditambahkan OH-
d) Samakan jumlah atom H di ruas kiri dan kanan dengan cara menambahkan H2O
Contoh:

Setarakan persamaan reaksi redoks berikut:

P + NO3-  PO43- + NO
Fe2+ + MnO4-  Fe3+ + Mn2+
Jawab:

a. 5+ (-3) 2+
Tahap 1: P + NO3-  PO43- + NO

0 (+5) 5+

37
Tahap 2: 3P + 5NO3-  3PO43- + 5NO

Tahap 3: Jumlah muatan di ruas kiri = -5 jumlah muatan di ruas

Jumlah muatan di ruas kanan = -9 kiri lebih besar 4 jadi

Ditambahkan 4OH-

4OH- + 3P + 5NO3-  3PO43- + 5NO

Tahap 4: Karena di ruas kiri ada 4 atom H, maka di ruas kanan harus
ditambahkan 2H2O

4OH- + 3P + 5NO3-  3PO43- + 5NO + 2H2O

b. 5+ (-5) 2+
Tahap 1: Fe2+ + MnO4-  Fe3+ + Mn2+

+ (+1) 3+

Tahap 2: 5Fe2+ + MnO4-  5Fe3+ + Mn2+

Tahap 3: Jumlah muatan di ruas kiri = -9 jumlah muatan di ruas

Jumlah muatan di ruas kanan = -17 kiri lebih kecil 8 jadi

Ditambahkan 8H+

5Fe2+ + MnO4- + 8H+  5Fe3+ + Mn2+

Tahap 4: Karena di ruas kiri ada 8 atom H, maka di ruas kanan harus
ditambahkan 4H2O

5Fe2+ + MnO4- + 8H+  5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O

2. Metode setengah reaksi (pelepasan dan penerimaan elektron)


Dalam metode setengah reaksi ini, untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks, reaksi
redoks harus dipecah menjadi dua setengah reaksi yaitu setengah reaksi oksidasi dan

38
setengah reaksi reduksi. Penyetaraan reaksi redoks dengan metode setengah reaksi
dapat diselesaikan melalui beberapa tahap berikut:

Tahap 1: Tuliskan bagian-bagian reaksi yang langsung mengalami oksidasi dan


reduksi

Tahap 2: Samakan jumlah unsur yang mengalami perubahan biloks dengan


menambahkan angka koefisien di depan zat yang mengalami perubahan
biloks.

Tahap 3: a) Jika reaksi berlangsung dalam suasana asam:

Samakan jumlah atom O dengan menambahkan H2O sebanyak atom O


yang dibutuhkan, dan samakan jumlah atom H dengan menambahkan
H+

b) Jika reaksi berlangsung dalam suasana basa:

Samakan jumlah atom O dengan menambahkan OH- sebanyak 2 kali


atom O yang dibutuhkan, dan samakan jumlah atom H dengan
menambahkan H2O.

Tahap 4: Samakan jumlah muatan dengan menambahkan elektron pada ruas


yang jumlah muatannya lebih besar.

Tahap 5: Samakan jumlah elektron yang dilepas (pada reaksi oksidasi dan
elektron yang diikat (pada reaksi reduksi)

Contoh:

Setarakan persamaan reaksi redoks berikut dengan metode setengah


reaksi.

a. MnO4- + C2O42-  CO2 + Mn2+ (asam)


b. IO3- + Cl2  IO4- + Cl- (basa)
Jawab:

a. Tahap 1: MnO4-  Mn2+


C2O42-  CO2

39
Tahap 2: MnO4-  Mn2+

C2O42-  2CO2

Tahap 3: MnO4- + 8H+  Mn2+ + 4H2O

C2O42-  2 CO2

Tahap 4: MnO4- + 8H+ 5e'  Mn2+ + 4H2O

C2O42-  2 CO2 + 2e'

Tahap 5: MnO4- + 8H+ + 5e' Mn2+ + 4H2O x2

C2O42-  2 CO2 + 2e' x5

2MnO4- + 16H+ + 10 ee '  2Mn2+ + 8H2O

5C2O42-  10 CO2 + 10e'

2MnO42- + 16H+ + 5C2O42-  2Mn2+ + 8H2O + 10 CO2

b. Tahap 1: IO3-  IO4- (oksidasi)


Cl2  Cl- (reduksi)

Tahap 2: IO3-  IO4-

Cl2  2Cl-

Tahap 3: IO3-  IO4- + H2O

Cl2  2Cl-

Tahap 4: IO3- + 2OH-  IO4- + H2O + 2e'

Cl2 + 2e'  2Cl-

Tahap 5: IO3- + 2OH-  IO4- + H2O + 2e'

Cl2 + 2e'  2Cl-

IO3- + 2OH- + Cl2  IO4- + H2O + 2Cl


40
SOAL – SOAL

Jawablah soal – soal berikut ini dengan benar !

1. Tentukan bilangan oksidasi dari:


a. S pada ion S2O72-
b. Cr pada ion Na2Cr2O7
c. N pada ion N2O5
d. Cl pada ion ClO4
2. Sebutkan reaksi berikut termasuk oksidasi atau reduksi!
a. IO3-  IO4-
b. C2O42-  CO2
c. CrO4 2-
 Cr2+
3. Tunjukkan dengan perubahan biloks oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks berikut:
a. K + H2O  KOH + H2
b. KI + H2SO4  K2SO4 + H2S + I2 + H2O
c. Zn + HN3  Zn (NO3) + NH4NO3 + H2O
4. Tunjukkan reaksi berikut termasuk auto redoks atau bukan
a. CuSO4 + KI  CuI + I2 + K2SO4
5. Setarakan persamaan reaksi redoks berikut:
a. I2 + S2O32-  I- + S4O62-
b. MnO42-  MnO2 + MnO4- (asam)
c. Br2 + CrO2-  CrO2- + Br-

41
42

Anda mungkin juga menyukai