&
REFLEKS-REFLEKS MEDULA SPINALIS
Oleh:
NIM: P2A120016
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Medula Spinalis atau Sumsum tulang belakang adalah saraf tipis yang merupakan
perpanjangan dari sistem saraf pusat dari otak dan melengkungi serta dilindungi oleh tulang
belakang. atau jaringan saraf berbentuk seperti kabel putih yang memanjang dari medula
oblongata turun melalui tulang belakang dan bercabang ke berbagai bagian tubuh.
Selaput meninges berguna membungkus Sumsum tulang belakang. Jika di lihat secara
melintang, sumsum tulang belakang pada bagian luar akan tampak berwarna putih (substansi
alba) dan pada bagian dalam yang memiliki bentuk seperti kupu-kupu, berwarna kelabu
(substansi grissea).
Banyak kandungan akson (neurit) pada bagian yang berwarna putih dengan yang
menyelimutinya adalah myelin. dibagian ini berfungsi sebagai penghantar impuls menuju otak
dan dari otak menuju efektor.Lalu, pada bagian yang warnanya kelabu memilki kandungan
serabut saraf dengan tidak memiliki myelin. untuk membedakan pada bagian ini terdapat 2 akar
yakni dorsal atau akar posterior dan akar ventral atau akar anterior.Akar dorsal memiliki
kandungan neuron sensorik, sedangkan akar ventral memiliki kandungan neuron motorik.
Walau demikian, kita tidak boleh meremehkan peranan otak, karena otak memberi
arahan yang mengatur urutan aktivitas medula spinalis untuk memulai gerakan dengan
perubahan arah, kekuatan atau kecepatan bila diperlukan, mencondongkan tubuh ke depan
selama terjadi percepatan, untuk mengubah gerakan dari berjalan menjadi lompat bila
diperlukan dan terus-menerus mengawasi dan mengatur perintah yang di bangkitkan di dalam
otak.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mengharapkan dengan adanya makalah yang
berjudul “ FUNGSI MOTORIK MEDULA SPINALIS & REFLEKS-REFLEKS MEDULA SPINALIS” dapat
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan .
B. Rumusan Masalah
Medula Spinalis sangat berperan penting untuk setiap mahluk hidup, dari uraian di atas
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
1. Neuron Motorik Anterior. Pada setiap segmen radiks anterior substansia grisea
terdapat beberapa ribu neuron yang berukuran 50 sampai 100 persen lebih besar
daripada neuronneuron lainnya dan disebut sebagai neuron motorik anterior, Neuron-
neuron ini keluar meninggalkan medula spinalis melalui radiks anterior dan langsung
menginervasi serat-serat otot rangka. Neuron-neuron tersebut terdiri atas dua jenis
neuron, yaitu neuron motorik alfa dan neuron motorik gamma.
Neuron Motorik Alfa. Neuron motorik alfa menjulurkan serabut saraf motorik
tipe A alfa (Aa) yang besar, berdiameter 14 gm; serabut tersebut bercabang
beberapa kali setelah memasuki otot dan mempersarafi serat-serat otot rangka
yang besar. Perangsangan pada satu serat saraf alfa akan mengeksitasi tiga
sampai beberapa ratus serat otot rangka, yang secara kolektif disebut sebagai
unit motorik.
Neuron Motorik Gamma. Bersama dengan neuron motorik alfa yang
menyebabkan kontraksi serat otot rangka, neuron motorik gamma yang
berukuran jauh lebih kecil dan jumlahnya sekitar satu setengah kali lebih banyak,
berlokasi di radiks anterior medula spinalis. Neuron motorik gamma ini
mengirimkan impuls melalui serat saraf motorik jenis A gamma (Ay) yang lebih
kecil, berdiameter rata-rata 5 grn, ke serat otot rangka khusus yang kecil, yang
disebut serat intrafusal, Serat ini membentuk bagian tengah kumparan otot,
yang membantu mengatur "tonus" otot dasar.
2. Interneuron. Interneuron dapat dijumpai di semua daerah substansia grisea medula
spinalis dalam kornu dorsalis, kornu anterior, dan area-area lain yang terletak di antara
kedua area tersebut, Jumlah sel-sel ini kira-kira 30 kali jumlah neuron motorik anterior.
Neuron ini kecil dan sangat mudah dirangsang, sering kali mengeluarkan aktivitas
spontan dan mampu mengirimkan impuls dengan kecepatan sampai 1.500 kali per detik.
Neuron ini saling berhubungan satu sama lain, dan sebagian besar secara langsung
mempersarafi neuron motorik anterior, Hubungan di antara interneuron dan neuron
motorik anterior bertanggung jawab untuk sebagian besar fungsi integrasi medula
spinalis.
Pada dasarnya seluruh tipe sirkuit neuron seperti yang telah diuraikan dapat dijumpai
dalam kumpulan sel interneuron medula spinalis, meliputi sirkuit jenis divergen, konvergen,
sirkuit yang mengeluarkan rangsang secara berulang, dan sirkuit jenis lain. kita akan
mempelajari banyak aplikasi dari bermacam¬macam sirkuit dalam hal gambaran kerja
refleks spesifik oleh medula spinalis. Hanya beberapa sinyal sensorik yang datang dari saraf-
saraf spinal atau sinyal dari otak berakhir secara langsung di neuron motorik anterior.
Sebaliknya, hampir seluruh sinyal tersebut mula-mula akan dihantarkan melalui
interneuron, tempat sinyal tersebut diolah secara tepat. Jadi, seperti yang diperlihatkan
traktus kortikospinalis dan otak diperlihatkan hampir seluruhnya berakhir di interneuron
spinalis, tempat sinyal-sinyal dari traktus tersebut digabungkan dengan traktus spinalis lain
atau saraf-saraf spinal sebelum akhirnya berkonvergensi menuju ke neuron motorik
anterior untuk mengatur fungsi otot.
Pengaturan Intensitas Respons Statik dan Dinamik oleh Saraf Motorik Gamma.
Saraf motorik gamma yang menuju kumparan otot dapat dibagi menjadi dua tipe:
gammadinamik (gamma-d) dan gamma-statik (gamma-s). Serat gamma-dinamik
terutama merangsang serat intrafusal kan- tong nuklear, sedangkan serat gammastatik
terutama merangsang serat intrafusal rantai nuklear. Saat serat gammad merangsang
serat kantong nuklear, respons dinamik yang dikeluarkan oleh kumparan otot menjadi
lebih besar lagi, sedangkan respons statik hampir tidak terpengaruh. Sebaliknya
perangsangan pada serat gamma-s, yang merangsang serat rantai nuklear, akan
meningkatkan respons statik namun sedikit memengaruhi respons dinamik. Paragraf
selanjutnya akan menggambarkan bahwa kedua tipe respons kumparan otot ini penting
bagi bermacam-macam pengaturan otot.
Refleks Regang Otot. Manifestasi paling sederhana fungsi kumparan otot adalah
refleks regang otot. Kapan pun otot diregang secara tiba-tiba, eksitasi yang timbul pada
kumparan menyebabkan refleks kontraksi serabut otot rangka yang besar dari otot yang
teregang dan otototot sinergisnya.
Sirkuit Neuron Refleks Regang. menggambarkan sirkuit dasar refleks regang
kumparan otot, tampak serat saraf proprioseptor tipe Ia yang bermula di kumparan otot
dan memasuki radiks dorsalis medula spinalis. Cabang serat tersebut kemudian berjalan
langsung menuju radiks anterior substansia grisea medula dan bersinaps dengan neuron
motorik anterior yang mengirimkan serat-serat saraf motoriknya kembali ke otot yang
sama tempat serat-serat kumparan otot bermula. Jadi, sirkuit ini merupakan jaras
monosinaptik yang akan mengirimkan sinyal refleks agar otot dapat kembali tanpa ada
kemungkinan perlambatan waktu ke otot sesudah perangsangan pada kumparan.
Kebanyakan serat tipe II yang berasal dari kumparan otot berakhir pada interneuron-
interneuron yang terdapat dalam substansia grisea medula spinalis, dan interneuron ini
mengirimkan sinyal perlambatan ke neuron motorik anterior atau melayani fungsi-
fungsi lainnya.
Refleks Regang Dinamik dan Refleks Regang Statik. Refleks regang dapat dibagi
menjadi dua komponen: refleks regang dinamik dan refleks regang statik. Refleks regang
dinamik dicetuskan oleh sinyal dinamik yang kuat, yang dikirimkan dari ujung sensorik
primer kumparan otot akibat regangan atau pemampatan yang berlangsung cepat. Jadi,
bila otot tiba-tiba diregang atau dimampatkan, akan ada sinyal kuat yang dikirimkan ke
medula spinalis; hal ini akan segera menimbulkan refleks kontraksi yang kuat (atau
menurunan kontraksi) pada otot yang sama dan tempat sinyal tadi keluar. Dengan
demikian, fungsi refleks ini adalah untuk melawan perubahan panjang otot.
Refleks regang dinamik berakhir dalam waktu kurang dari satu detik sesudah
otot diregang (atau lepas dari regangan) hingga mencapai panjangnya yang baru, namun
kemudian akan dilanjutkan oleh refleks regangstatik yang lebih lemah dalam waktu yang
lama. Refleks ini dicetuskan oleh sinyal reseptor statik terus-menerus yang dikirimkan
oleh ujung primer dan ujung sekunder. Makna refleks regang statik adalah bahwa
refleks ini menimbulkan derajat tertentu kontraksi otot yang dipertahankan dalam
keadaan konstan, kecuali ketika sistem saraf seseorang memerintahkan sebaliknya.
Fungsi "Peredam" Refleks Regang Statik dan Dinamik. Fungsi penting utama
refleks regang adalah kemampuannya untuk mencegah gerakan tubuh yang bergoyang
(oscillation) atau menyentak-nyentak (jerkiness). Ini adalah fungsi peredam (damping)
atau pelancar (smoothing) seperti yang dijelaskan pada paragraf berikut.
Daerah Otak untuk Pengaturan Sistem Motorik Gamma. Sistem eferen gamma
dirangsang secara khusus oleh sinyal dari regio fasilitasi bulboretikular dalam batang
otak, dan secara sekunder oleh impuls-impuls yang dikirimkan ke daerah ini dari: (1)
serebelum, (2) ganglia basal, dan bahkan dari (3) korteks serebri. Hanya sedikit yang
diketahui tentang mekanisme pasti pengaturan sistem gamma eferen. Biarpun begitu,
karena daerah fasilitasi bulboretikular ini biasanya berhubungan dengan kontraksi
melawan gaya berat (anti-gravity contractions), dan juga karena otot-otot untuk
melawan gaya berat mempunyai kumparan otot yang densitasnya tinggi, ditekankan
mengenai pentingnya mekanisme eferen gamma ini untuk meredam gerakan-gerakan
berbagai bagian tubuh selama berjalan dan berlari.
Sistem Kumparan Otot Menstabilkan Posisi Tubuh selama Aktivitas Kuat. Salah
satu fungsi terpenting sistem kumparan otot adalah untuk menstabilkan kedudukan
tubuh selama kerja motorik yang kuat. Untuk melakukan hal ini, regio fasilitatorik
bulboretikular dan daerah-daerah yang berdekatan dengannya di batang otak akan
menjalankan sinyal-sinyal eksitatorik melalui serat saraf gamma ke serat-serat otot
intrafusal kumparan otot. Hal ini memendekkan ujungujung kumparan dan
meregangkan regio reseptor pusat, dengan demikian meningkatkan sinyal keluarannya.
Namun, jika kumparan pada kedua sisi setiap sendi diaktifkan pada waktu yang sama,
refleks eksitasi otot-otot rangka pada kedua sisi sendi juga meningkat, sehingga
menimbulkan kekuatan dan tegangan otot yang saling berlawanan satu sama lain pada
sendi. Hasil akhirnya adalah bahwa kedudukan sendi menjadi sangat stabil, dan setiap
kekuatan yang cenderung menggerakkan sendi dari posisi asalnya dilawan oleh refleks
regang yang sangat peka yang bekerja pada kedua sisi persendian. Setiap kali seseorang
harus melakukan fungsi otot yang memerlukan kedudukan sangat sulit dan sangat tepat,
eksitasi pada kumparan otot yang sesuai oleh sinyal dan regio fasilitatorik bulboretikular
batang otak menstabilkan posisi sendi utama. Bantuan ini sangat menolong dalam
membentuk gerakan volunter tambahan yang detail (pada jari-jari atau bagian-bagian
tubuh lainnya), yang diperlukan untuk prosedur motorik yang rumit.
Penerapan Klinis Refleks Regang. Setiap kali melakukan pemeriksaan fisik pada
seorang pasien, seorang dokter menimbulkan banyak refleks regang. Tujuannya adalah
untuk menentukan berapa besar eksitasi yang terjadi, atau "tonus", yang dikirimkan
oleh otak ke medula spinalis. Refleks yang dihasilkan adalah sebagai berikut.
Penjalaran Impuls dari Organ Tendo ke Dalam Sistem Saraf Pusat . Sinyal dari
organ tendo dikirimkan melalui serat saraf tipe Ib yang besar dan penjalarannya cepat
yang rata-rata berdiameter sekitar 16µm, sedikit lebih kecil daripada ujung primer
kumparan otot. Serat-serat ini, seperti halnya ujung kumparan primer, mengirimkan
sinyal balik ke area lokal medula, setelah bersinaps di dalam kornu dorsalis medula,
melalui jaras serat panjang seperti traktus spinoserebelaris ke serebelum dan juga
melalui traktus-traktus yang lainnya ke korteks serebri. Sinyal medula lokal merangsang
suatu interneuron penghambat yang menghambat neuron motorik anterior. Sirkuit lokal
ini langsung menghambat setiap otot tanpa memengaruhi otot-otot di dekatnya.
Sifat Inhibisi Refteks Tendon dan Makna Pentingnya. Bila organ tendon Golgi
sebuah tendon otot dirangsang oleh kenaikan tegangan pada otot yang berhubungan,
sinyalnya dikirimkan ke medula spinalis guna menimbulkan refleks yang akan
memengaruhi otot yang sesuai. Refleks ini seluruhnya bersifat inhibisi. Jadi, refleks ini
mencetuskan suatu mekanisme umpan balik negatif yang mencegah agar tegangan pada
otot tidak terlalu besar. Bila tegangan pada otot yang mengakibatkan tegangan pada
tendon menjadi ekstrem, efek penghambat dari organ tendon akan menjadi sedemikian
besarnya sehingga menimbulkan reaksi mendadak pada medula spinalis yang
menyebabkan relaksasi cepat seluruh otot. Efek ini disebut reaksi pemanjangan; yang
merupakan mekanisme pelindung agar otot tidak robek atau agar tendonnya tidak
tertarik dari tempat pelekatannya pada tulang. Contohnya, kita tahu bahwa
perangsangan listrik secara langsung pada otot di laboratorium, yang tak dapat dilawan
oleh refleks negatif ini, berefek destruktif.
Fungsi Kumparan Otot dan Organ Tendon Golgi dalam Hubungannya dengan
Pengatur Motorik dari Tingkat yang Lebih Tinggi di Otak. Walaupun kita telah
menekankan mengenai fungsi kumparan otot dan organ tendon Golgi pada pengatur
motorik medula spinalis, ternyata kedua organ sensorik ini juga memberitahu pusat-
pusat pengendali motorik yang lebih tinggi untuk turut mengambil bagian dalam
menghadapi perubahan yang mendadak pada otot. Sebagai contoh, traktus
spinoserebelaris dorsalis secara langsung membawa informasi segera dari kumparan
otot dan organ tendon Golgi ke serebelum pada kecepatan penghantaran mendekati
120 m/detik, konduksi paling cepat di antara konduksi yang ada di dalam otak maupun
medula spinalis. Jaras tambahan mengirimkan informasi yang serupa ke regio retikular
batang otak dan, ke daerah yang lebih sempit, melalui semua jalur ke area motorik
korteks serebri.
Dalam waktu beberapa milidetik sesudah suatu saraf nyeri mulai dirangsang,
timbul respons fleksor. Selanjutnya, dalam waktu beberapa detik, refleks mulai
mengalami kelelahan, yang merupakan sifat mendasar dari semua refleks integrasi yang
kompleks dari medula spinalis. Akhirnya, begitu rangsang selesai, kontraksi otot akan
kembali lagi ke keadaan dasarnya, namun, karena ada afterdischarge (efek ikutan),
pengembalian tersebut membutuhkan beberapa milidetik sehingga terjadi kontraksi
otot yang kembali ke keadaan dasar. Lamanya afterdischarge bergantung pada
intensitas rangsang sensorik yang mencetuskan refleks; rangsang taktil yang lemah
hampir sama sekali tidak menimbulkan afterdischarge, namun setelah pemberian
rangsang nyeri yang kuat, afterdischarge dapat berlangsung selama beberapa de-tik
atau lebih. Peristiwa afterdischarge yang timbul pada refleks fleksor hampir pasti berasal
dari kedua macam sirkuit pengeluaran impuls yang beruntun seperti yang telah
dibicarakan pada Bab 46. Peristiwa afterdischarge yang berlangsung dengan segera
dapat ditunjukkan melalui penelitian elektrofisiologi, yang berlangsung selama kira-kira
6 sampai 8 milidetik, disebabkan oleh letupan beruntung dalam interneuronnya sendiri
yang tereksitasi. Peristiwa afterdischarge yang berlangsung lama, yang terjadi sesudah
rangsang nyeri yang kuat, juga hampir seluruhnya adalah akibat jaras rekuren yang
memulai osilasi pada sirkuit interneuron reverberasi (reverberating circuits), jaras
tersebut, selanjutnya meneruskan impuls ke neuron motorik anterior, kadang kala
selama beberapa detik sesudah sinyal sensorik yang baru masuk sudah benar-benar
selesai. Dengan demikian, refleks fleksor tersusun secara tepat untuk dapat menarik
bagian tubuh yang mengalami nyeri atau teriritasi dari rangsang. Selanjutnya, karena
ada peristiwa afterdischarge, refleks dapat menahan bagian tubuh yang teriritasi untuk
menjauhkan diri dari rangsang selama 0,1 sampai 3 detik sesudah iritasi selesai. Dan
selama waktu ini, refleks dan kerja lain yang asalnya dari sistem saraf pusat dapat
menjauhkan seluruh tubuh dari rangsang yang menyakitkan.
Pola Menarik Diri. Pola menarik diri (withdrawal) yang timbul saat refleks
fleksor dirangsang bergantung pada saraf sensorik yang dirangsang. Jadi, rangsang nyeri
pada bagian dalam lengan tidak hanya menimbulkan kontraksi otot-otot abduktor untuk
menarik lengan tadi menjauh. Dengan kata lain, pusat integrasi dalam medula spinalis
menyebabkan otot-otot berkontraksi sehingga secara sangat efektif dapat
memindahkan bagian tubuh yang nyeri menjauhi suatu objek yang menimbulkan nyeri
tersebut. Walaupun prinsip yang disebut prinsip "tanda lokal" ini diterapkan di setiap
bagian tubuh, prinsip tersebut khusus dipakai pada anggota gerak, sebab bagian ini
paling banyak menimbulkan refleks fleksor.
Mekanisme Neuronal Refleks Ekstensor Silang. tampak sinyal dari saraf sensorik
menyilang ke bagian sisi lain dari medula untuk mengeksitasi otot-otot ekstensor. Oleh karena
biasanya refleks ekstensor silang tidak timbul sampai 200 hingga 500 milidetik sesudah onset
rangsang awal yang menimbulkan nyeri, maka pasti sebagian besar interneuron yang terlibat,
yang terletak dalam sirkuit antara neuron sensorik yang baru masuk dan neuron motorik dari
sisi lain medula, bertanggung jawab terhadap timbulnya ekstensi silang. Sesudah rangsang nyeri
dipindahkan, ternyata refleks ekstensor silang bahkan masih mempunyai periode
afterdischarge yang lebih lama daripada waktu yang diperlukan untuk refleks fleksor. Sekali lagi,
mungkin periode afterdischarge yang lebih lama ini disebabkan oleh sirkuit reverberasi di
antara sel-sel interneuronal. memperlihatkan rekaman miogram yang khas dari sebuah otot
yang mengalami refleks ekstensor silang. Dalam gambar tampak masa laten yang relatif lama
sebelum refleks dimulai, juga adanya waktu afterdischarge yang berlangsung lama pada saat
rangsang berakhir. Afterdischarge yang berlangsung lama ini bermanfaat untuk menahan tubuh
yang terasa nyeri menjauhi objek yang menimbulkan nyeri sampai reaksi saraf lain
menyebabkan seluruh tubuh menjauh dari rangsang tadi.
Refleks Derap (Galloping Reflex). Tipe refleks lain yang kadang timbul pada
hewan spinal adalah refleks derap, ketika kedua tungkai depan bergerak ke belakang
secara serentak saat kedua tungkai belakang bergerak maju. Peristiwa ini sering kali
terjadi bila pada saat yang sama diberikan rangsang regangan atau tekanan yang sama
besarnya pada kedua tungkai pada kedua sisi tubuh; rangsang yang tidak sama besarnya
akan menimbulkan refleks melangkah diagonal. Hal ini diperlukan untuk
mempertahankan pola jalan dan pola derap yang normal, sebab saat berjalan, hanya
satu tungkai depan dan satu tungkai belakang yang terangsang pada waktu bersamaan,
yang dapat menyebabkan hewan tersebut berjalan terus. Sebaliknya, bila ketika
berderap hewan tadi menyentakkan kakinya ke tanah, kedua tungkai depan maupun
kedua tungkai belakang terangsang secara seimbang; keadaan ini akan menimbulkan
kecenderungan hewan tersebut untuk melakukan derapan selanjutnya sehingga pola
gerakan ini berlanjut lagi.
Spasme Otot Akibat Patah Tulang. Satu jenis spasme yang penting secara klinis
terjadi pada otot yang mengelilingi tulang yang patah. Spasme tersebut disebabkan oleh
impuls nyeri yang dimulai dari tepipatahan tulang, dan menyebabkan otot-otot
sekelilingnya berkon-traksi secara tonik. Penghilangan nyeri dengan suntikan anestesi
lokal pada ujung tulang yang patah mengurangi spasme; obat anestesi umum untuk
seluruh tubuh, seperti anestesi eter, juga dapat dipakai untuk mengurangi spasme.
Salah satu dari kedua tindakan anestesi ini sering kali diperlukan sebelum keadaan
spasme dapat diatasi sepenuhnya dalam rangka mengembalikan kedua ujung tulang
yang patah ke posisinya yang tepat.
Spasme Otot Abdomen pada Peritonitis. Ada tipe spasme lokal lainnya yang
disebabkan oleh refleks medula spinalis, yakni spasme abdomen akibat iritasi
peritoneum parietalis pada peritonitis. Sekali lagi di sini, tindakan untuk mengurangi
rasa nyeri akibat peritonitis dapat menyebabkan relaksasi otot yang spasme. Pada
tindakan operasi dapat terjadi spasme otot yang serupa; sebagai contoh, selama operasi
abdomen, impuls nyeri dari peritoneum parietalis sering kali dapat menyebabkan otot-
otot abdomen berkontraksi dengan hebat, kadang dapat menonjolkan usus keluar
melewati luka operasi. Dengan alasan ini, pada operasi intra-abdomen biasanya
diperlukan pemberian anestesi yang dalam.
Kram Otot. Masih ada jenis spasme lokal lain, yakni kram otot. Melalui penelitian
elektromiografik dapat dijelaskan sedikitnya beberapa penyebab yang menimbulkan
kram otot, adalah sebagai berikut: Setiap faktor lokal yang menyebabkan iritasi, atau
keadaan metabolisme abnormal pada otot, seperti sangat kedinginan, kurangnya aliran
darah, atau latihan yang berlebihan, dapat menimbulkan nyeri atau sinyal sensorik
lainnya yang akan dihantarkan dari otot ke medula spinalis, yang selanjutnya
menimbulkan refleks umpan balik kontraksi otot. Kontraksi ini dipercaya merangsang
reseptor sensorik yang sama lebih hebat lagi, dan menyebabkan medula spinalis
meningkatkan intensitas kontraksinya. Jadi, timbul suatu mekanisme umpan balik
positif, sehingga sedildt saja iritasi sudah dapat menimbulkan kontraksi yang terus-
menerus sampai akhirnya timbul kram otot yang menyeluruh.
Refleks Massa. Pada hewan spinal atau manusia, kadangkala medula spinalis
mendadak menjadi sangat aktif, sehingga menyebabkan pengeluaran rangsang secara
masif pada sebagian besar medula spinalis. Umumnya rangsang yang menyebabkan
keadaan ini adalah rangsang rasa nyeri yang kuat pada kulit atau rasa penuh berlebihan
pada visera, misalnya kandung kemih atau usus yang mengembang secara berlebihan.
Tanpa memperhatikan jenis rangsang, refleks yang timbul ini disebut refleks massa,
yang melibatkan sebagian besar atau bahkan seluruh medula spinalis. Efek-efeknya
adalah (1) bagian utama otot rangka tubuh mengalami spasme fleksor yang hebat; (2)
kolon dan kandung kemih mengosongkan diri; (3) sering kali tekanan arteri meningkat
sampai ke nilai maksimal, kadangkala tekanan sistoliknya melebihi 200 mm Hg: dan (4)
sebagian besar daerah tubuh berkeringat secara berlebihan.
Oleh karena refleks massa hanya berlangsung beberapa menit, diduga mungkin
disebabkan oleh pengaktifan sejumlah sirkuit bergaung (reverberatory) yang besar yang
nantinya secara serentak dapat merangsang sebagian besar daerah medula. Hal ini mirip
dengan mekanisme kejang epileptik, yang juga melibatkan sirkuit bergaung, tetapi
terjadi dalam otak dan bukannya di medula spinalis.
Sesudah beberapa jam sampai beberapa minggu, eksitabilitas neuron-neuron spinal tadi
secara bertahap akan pulih. Keadaan ini tampaknya merupakan sifat alami neuron dalam
seluruh sistem saraf yakni, sesudah neuron ini terlepas dari pengaruh sumber impuls
fasilitatorik, sifat eksitabilitas dengan sendirinya akan meningkat kembali setidaknya mengganti
sebagian kehilangan yang terjadi. Pada kebanyakan hewan nonprimata, eksitabilitas pusat-
pusat di medula dalam waktu beberapa jam sampai sehari atau lebih akan kembali normal,
namun pada manusia. proses kembali ini sering kali terlambat sampai beberapa minggu dan
adakalanya tidak pernah lengkap; sebaliknya, kadang penyembuhan tersebut sangat
berlebihan, sehingga semua atau hampir semua fungsi medula spinalis akhirnya menjadi
hipereksitabilitas.
Selama atau sesudah terjadi syok spinal, ada beberapa fungsi spinal yang dapat
terpengaruh, yaitu sebagai berikut.
1. Pada onset terjadinya syok spinal, tekanan darah arteri menurun secara cepat dan
drastis kadang kala sampai 40 mm Hg jadi keadaan ini menggambarkan bahwa
aktivitas sistem saraf simpatis menjadi terhambat sampai hampir hilang sama sekali.
Biasanya dalam waktu beberapa hari kemudian tekanan darah ini kembali normal,
bahkan demikian pada manusia.
2. Pada saat mulai terjadinya syok, semua refleks otot rangka yang diintegrasikan
dalam medula spinalis menjadi terhambat. Hewan yang lebih rendah membutuhkan
waktu beberapa jam sampai beberapa hari untuk memulihkan kembali refleks-
refleks ini menjadi normal; pada manusia, biasanya dibutuhkan waktu 2 minggu
sampai beberapa bulan. Baik pada hewan maupun manusia, ada beberapa refleks
yang akhirnya dapat mempunyai eksitabilitas berlebihan (hipereksi-tabilitas),
teristimewa sekali bila beberapa jaras fasilitatorik yang terletak antara otak dan
medula spinalis tetap utuh sedangkan sisa medula spinalisnya sudah ditranseksi.
Refleks yang pertamatama pulih adalah refleks regang (stretch reflex), kemudian
diikuti secara progresif oleh refleks-refleks yang lebih kompleks, refleks fleksor,
refleks antigravitasi yang berperan pada sikap tubuh (postural antigravity reflexes)
dan sisa-sisa refleks melangkah.
3. Pada manusia, selama minggu-minggu pertama sesudah transeksi medula spinalis,
refleks sakral untuk pengaturan pengosongan kandung kemih dan kolon menjadi
tertekan, namun pada kebanyakan kasus akhirya akan kembali normal
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan betapa pentingnya medula spinalis untuk
kehidupan mahluk hidup, dari makalah ini dapat kita ketahui fungsi motorik yang bekerja dalam
medula spinalis, informasi sensorik akan diintegrasikan di semua tingkat system saraf dan
menyebabkan respon motorik yang tepat.
Serta kita dapat mengetahui kinerja Refleks-refleks otot yang relatif sederhana, meluas
ke batang otak dapat merespon dengan lebih kompleks , dan akhirnya, meluas ke serebrum,
tempat keterampilan otot yang paling bisa di kendalikan.
DAFTAR PUSTAKA
John E. Hall, Ph.D ,2006, GUYTON AND HALL textbook of Medical Physiology, Amerika Serikat ,
SAUNDERS ELSEVIER
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf_pusat
https://www.slideshare.net/rosyadiputra/pengaturan-fungsi-motorik-oleh-medula-spinalis
http://repository.unair.ac.id/25565/12/12.%20Bab%202.pdf