Anda di halaman 1dari 15

Etika Penelitian Biomedis

Theza Pellondo'u

Pendahuluan
Etika penelitian biomedis merupakan penerapan empat prinsip
fundamental bioetik dalam bidang penelitian. Etika penelitian mulai diterapkan
sejak tahap penyusunan desain penelitian sampai publikasi, mencakup
penelitian dengan subyek manusia dan juga hewan coba.
Etika penelitian modern lahir seiring dengan timbulnya keinginan untuk
melindungi subyek penelitian manusia. Regulasi etika penelitan pertama kali
disusun selama Pengadilan Nuremberg untuk Dokter pada tahun 1946-1947.1

Sejarah
Sebelum etika penelitian muncul ke permukaan, nyaris semua penelitian
lebih berfokus pada hasil, tanpa memedulikan subyek penelitian meski pun
subyek adalah manusia. Subyek nyaris tidak memiliki hak apa pun, mereka
harus mengikuti perintah dan kemauan peneliti meski pun tidak nyaman untuk
mereka.

Kode Nuremberg
Kode Nuremberg2 merupakan hasil dari persidangan para dokter yang
terlibat dalam penelitian selama Perang Dunia II yang diadakan di Kota
Nuremberg, Jerman, pada tanggal 9 November 1946 sampai 20 Agustus 1947. 3
Persidangan ini merupakan bagian dari persidangan kejahatan perang selama
PD II yang dilakukan Jerman yang berlangsung pada 20 November 1945
sampai 1 Oktober 1946 bertempat di kota yang sama.4, 5 Persidangan Dokter
ini dilaksanakan karena selama PD II para dokter dan peneliti Nazi Jerman
melakukan penelitian terhadap manusia tanpa persetujuan dari subyek
sementara penelitian-penelitian tersebut tidak memedulikan keselamatan subyek
sehingga akhirnya banyak subyek yang menjadi cacat, atau bahkan meninggal
dunia.6, 7, 8
Perang Dunia II berlangsung dari tahun 1937 sampai 1945, melibatkan
lebih dari 30 negara dan 100 juta orang dari kedua pihak, Sekutu (dipimpin
Amerika Serikat) dan Axis (dipimpin Jerman).9 Selama PD II, terutama tahun
1940-an, pihak Nazi Jerman melakukan penelitian terhadap manusia di Jerman
dan kota-kota lain yang dikuasainya, seperti kamp konsentrasi Auscwitz,
Dachau, Buchenwald, Ravensbrück, Sachsenhausen, Neuengamme, dan
Natzweiler, dalam peristiwa yang dikenal sebagai Holocaust. 10, 11 Subyek
penelitian mereka berasal dari berbagai ras, termasuk Romani, Sinti, Polandia,
Soviet, dan paling banyak berasal dari ras Yahudi. Selain dari ras-ras yang
dianggap terbelakang dibanding ras Arya, Jerman juga menggunakan banyak
tawanan perang sebagai subyek penelitian mereka.8, 10
Penelitian yang dilakukan mencakup banyak hal, secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga kategori:8
1. Peningkatan kemampuan personel militer
Angkatan Udara Jerman dan Institusi Penelitian Penerbangan Jerman
melakukan penelitian alitude tinggi menggunakan ruangan bertekanan
rendah untuk menentukan altitude maksimum yang bisa diterima personel
AU untuk dapat terjun payung secara aman. Peneliti juga melakukan
penelitian beku untuk mencari penatalaksanaan efektif untuk menangani
hipotermia. Mereka juga menggunakan berragam metode untuk membuat
air laut dapat diminum.
2. Penelitian obat-obatan dan metode penyembuhan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan penatalaksanaan terbaik untuk
luka dan penyakit yang mungkin dialami personel militer Jerman, terutama
yang bertugas di lapangan. Peneliti Jerman menguji coba imunisasi dan
serum untuk pencegahan dan penatalakasanaan penyakit-penyakit menular,
termasuk malaria, tifus, tuberkulosis, demam tifoid, demam kuning, dan
hepatitis. Mereka juga melakukan penelitian tandur tulang (bone grafting)
dan efektivitas obat sulfanilamida yang baru saja dikembangkan. Tawanan
perang juga dipaparkan dengan gas fosgen dan mustar untuk dicari
penawarnya.
3. Peningkatan ras Arya
Salah satu ideologi dari Partai Nazi adalah ras Arya – ras orang Jerman –
merupakan ras tertinggi, ras murni yang posisinya di atas ras-ras lain; 12, 13
berlandaskan paham inilah Jerman melakukan penelitian yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas ras Arya. Peneliti Jerman melakukan
penelitian orang-orang kembar untuk mencari tahu persamaan dan
perbedaan genetika orang kembar, dan juga mencoba apakah tubuh manusia
dapat dimanipulasi, termasuk menyuntikkan pewarna ke dalam mata untuk
melihat apakah iris akan berubah warna dan juga menjahit orang kembar
untuk menciptakan kembar dempet (kembar Siam).6, 14 Selain itu mereka
juga membuat subyek penelitian menderita penyakit menular dengan tujuan
mencari tahu bagaimana reaksi penyakit tersebut pada ras yang berbeda.
Selain penelitian-penelitian di atas, Nazi Jerman juga melakukan penelitian
prosedur sterilisasi sehingga ras Yahudi, Romani, dan ras-ras lain yang
dianggap berada di bawah ras Arya tidak memiliki keturunan lagi. 8 Penelitian
juga dilakukan terhadap kaum homoseksual dalam rangka “menyembuhkan”
mereka.6
Setelah perang berakhir, perlakuan Nazi terhadap para subyek penelitian
mereka disidangkan dan menghasilkan Kode Nuremberg yang mengatur etika
penelitian biomedis.
Laporan Belmont
Judul lengkap Laporan Belmont adalah “The Belmont Report: Ethical
Principles and Guidelines for the Protection of Human Subjects of Research”,
dikeluarkan oleh Komisi Nasional untuk Perlindungan Subyek Manusia dalam
Penelitian Biomedik dan Perilaku (National Commission for the Protection of
Human Subjects of Biomedical and Behavioral Research) pada 30 September
1978.15 Laporan ini membahas tentang penelitian yang berakhir buruk bagi para
subyeknya, berjudul Tuskegee Study of Untreated Syphilis in the Negro Male,
yang berlangsung antara 1932 dan 1972. Penelitian ini dilaksanakan oleh
Layanan Kesehatan Masyarakat AS untuk mencari tahu perkembangan alami
sifilis yang tidak diobati pada laki-laki ras Afrika-Amerika di Macon County,
daerah pinggiran Alabama, yang berkedok pemberian layanan kesehatan gratis
dari pemerintah AS.16
Tuskegee Study of Untreated Syphilis in the Negro Male 17 pada awalnya
didesain untuk berlangsung selama 6 bulan dengan subyek 600 laki-laki kulit
hitam, yang mana 399 menderita sifilis dan 201 tidak menderita sifilis
(kelompok kontrol). Penelitian dilakukan tanpa informed consent dari subyek;
peneliti mengatakan mereka melakukan pengobatan terhadap “darah jelek”,
istilah lokal untuk berbagai penyakit, termasuk sifilis, anemia, dan kelelahan.
Pada kenyataannya, para subyek tidak mendapatkan pengobatan apa pun,
mereka hanya menerima pemeriksaan kesehatan dan makanan gratis serta
asuransi penguburan. Sampai akhirnya penelitian ini berakhir 40 tahun
kemudian tidak ada prosedur pengobatan apa pun yang diberikan kepada para
subyek.
Ketidaketisan penelitian ini makin nyata pada tahun 1940-an, di mana
peneliti masih tidak memberikan – atau bahkan menawarkan – pengobatan
terhadap sifilis meski pun penisilin sudah menjadi obat pilihan dan digunakan
secara luas untuk penatalaksanaan sifilis.18, 19 Meski pun subyek penelitian
hanya laki-laki berusia 25 tahun ke atas, namun karena tidak adanya pengobatan
terhadap sifilis yang mereka derita akhirnya penyakit ini pun tersebar juga ke
perempuan di masyarakat tersebut. Tidak ada perempuan yang dimasukkan ke
dalam penelitian ini.20
Setelah penelitian dihentikan pada tahun 1972, pada tahun 1974
pengadilan memutuskan bahwa instansi yang melakukan penelitian harus
memberikan ganti rugi kepada subyek yang masih hidup berupa uang. Pada
tahun 1975 negara AS memperluas program ganti rugi ini sehingga para istri,
janda, dan anak-anak para subyek juga menerima layanan kesehatan gratis
seumur hidup. Sekarang penerima ganti rugi ini hanya tersisa 12 orang yang
merupakan anak-anak dari para subyek.20
Kajian Etika
Setelah berakhirnya Persidangan Dokter di Nuremberg pada tahun 1947,
para ahli menyusun Kode Nuremberg,21 sepuluh poin etika penelitian dengan
subyek manusia, dengan tujuan supaya kejadian selama PD II tidak terulang
lagi. Kesepuluh poin tersebut adalah:
1. Required is the voluntary, well-informed, understanding consent of the
human subject in a full legal capacity.
2. The experiment should aim at positive results for society that cannot be
procured in some other way.
3. It should be based on previous knowledge (like, an expectation derived
from animal experiments) that justifies the experiment.
4. The experiment should be set up in a way that avoids unnecessary
physical and mental suffering and injuries.
5. It should not be conducted when there is any reason to believe that it
implies a risk of death or disabling injury.
6. The risks of the experiment should be in proportion to (that is, not
exceed) the expected humanitarian benefits.
7. Preparations and facilities must be provided that adequately protect the
subjects against the experiment’s risks.
8. The staff who conduct or take part in the experiment must be fully trained
and scientifically qualified.
9. The human subjects must be free to immediately quit the experiment at
any point when they feel physically or mentally unable to go on.
10. Likewise, the medical staff must stop the experiment at any point when
they observe that continuation would be dangerous.
Di sisi lain, Laporan Belmont merangkum prinsip etika dan panduan untuk
penelitian dengan subyek manusia, yang terdiri atas tiga prinsip inti dan tiga
area aplikasi.22 Tiga prinsip utama tersebut adalah respect for person,
beneficence, dan justice, sedangkan tiga area aplikasi yang dimaksud adalah
informed consent, penilaian risiko dan keuntungan, dan seleksi subyek. Supaya
prinsip utama dan area aplikasi tersebut dapat diterapkan dalam penelitian maka
peneliti harus mempertimbangkan empat hal berikut:23
1. Batasan antara penelitian biomedis dan perilaku dan praktik kedokteran
rutin yang dapat diterima.
2. Peranan kriteria penilaian risiko-keuntungan dalam menentukan kepatutan
penelitian dengan subyek manusia.
3. Panduan kepatutan untuk proses seleksi subyek manusia yang dapat
berpartisipasi dalam penelitian.
4. Sifat dan definisi informed consent dalam berragam desain penelitian.
Penutup
Etika dalam penelitian tidak jauh berbeda dengan etika dalam praktik
kedokteran. Prinsip fundamental bioetika pun berasal dari bidang penelitian
sebelum aplikasinya diperluas ke bidang pelayanan kesehatan. Peneliti harus
memandang subyek penelitian sebagai manusia seutuhnya yang juga memiliki
hak disamping kewajiban sebagai peserta penelitian.
Penelitian yang dilakukan sebisa mungkin memberi keuntungan bagi
masyarakat luas, selain juga bagi para subyek yang terlibat. Apa pun hasilnya,
peneliti punya kewajiban moral untuk tetap mempublikasikan hasil
penelitiannya, baik atau pun buruk. Bila subyek ingin mengundurkan diri dari
penelitian maka peneliti juga tidak berhak untuk melarang, dan hubungan
peneliti-subyek akan berubah menjadi hubungan dokter-pasien lagi, di mana
subyek tetap harus diberikan standar pelayanan yang sama.
Daftar Pustaka
1. Khan, J., et al, “A Guide to Research Ethics”, University of Minnesotta’s Center for
Bioethics, 2003, p. 3.
2. Wikipedia, “Nuremberg Code”, https://en.wikipedia.org/wiki/Nuremberg_Code, diakses
pada 13 Maret 2016.
3. Wikipedia, “Doctors’ trials”, https://en.wikipedia.org/wiki/Doctors%27_trial, diakses
pada 13 Maret 2016.
4. Reginbogin, H. R., “Tyranny on Trial”, The Nuremberg Trials: International Criminal
Law Since 1945, K. G. Saur München, 2006, p. 106.
5. Wikipedia, “Nuremberg trials”, https://en.wikipedia.org/wiki/Nuremberg_trials, diakses
pada 13 Maret 2016.
6. Wikipedia, “Nazi human experimentation”,
https://en.wikipedia.org/wiki/Nazi_human_experimentation, diakses pada 13 Meret
2016.
7. “Nazi Medical Experiments: Background & Overview”,
https://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Holocaust/nazi_experiments.html, diakses
pada 13 Maret 2016.
8. Holocaust Encyclopedia, “Nazi Medical Experiments”,
https://www.ushmm.org/wlc/en/article.php?ModuleId=10005168, diakses pada 13 Maret
2016.
9. Wikipedia, “World War II”, https://en.wikipedia.org/wiki/World_War_II, diakses pada 4
April 2016.
10. Wikipedia, “The Holocaust”, https://en.wikipedia.org/wiki/The_Holocaust, diakses pada
4 April 2016.
11. Harran, M. J., “The Holocaust Chronicles: A History in Words and Pictures”,
Publications International, Lincolnwood, 2000.
12. Wikipedia, “Nazism and race”, https://en.wikipedia.org/wiki/Nazism_and_race, diakses
pada 5 April 2016.
13. Widney, J. P., “Race Life of the Aryan People” vol 1 and 2, Funk and Wagnalls, New
York, 1907.
14. Black, E., “War Against the Weak: Eugenics and America’s Campaign to Create a
Master Race”, Thunder’s Mouth Press, USA, 2004.
15. National Commission for the Protection of Human Subjects of Biomedical and
Behavioral Research, “The Belmont Report: Ethical Principles and Guidelines for the
Protection of Human Subjects of Research”, Department of Health, Education and
Welfare, United States Government Printing Office, Washington, 1978.
16. Wikipedia, “Tuskegee syphilis experiment”,
https://en.wikipedia.org/wiki/Tuskegee_syphilis_experiment, diakses pada 5 April 2016.
17. Centers for Disease Control and Prevention, “The Tuskegee Timeline”, U.S. Public
Health Service Syphilis Study at Tuskegee, http://www.cdc.gov/tuskegee/timeline.htm,
diakses pada 5 April 2016.
18. Braun-Falco, O., Plewig, G., Wolff, H. H., Winkelmann, R. K., “Diseases Caused by
Bacteria”, Dermatology, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, New York, 1991, p. 109.
19. Frith, J., “Syphilis – Its early history and Treatment until Penicillin and the Debate on its
Origins”, Journal of Military and Veterans’ Health vol. 20 no. 4,
http://jmvh.org/article/syphilis-its-early-history-and-treatment-until-penicillin-and-the-
debate-on-its-origins/, diakses pada 5 April 2016.
20. Centers for Disease Control and Prevention, “The Tuskegee Timeline”, U.S. Public
Health Service Syphilis Study at Tuskegee, http://www.cdc.gov/tuskegee/faq.htm,
diakses pada 5 April 2016.
21. "Trials of War Criminals before the Nuremberg Military Tribunals under Control
Council Law No. 10", Vol. 2, Government Printing Office, Washington, 1949, pp. 181-
182.
22. Wikipedia, “Belmont Report”, https://en.wikipedia.org/wiki/Belmont_Report, diakses
pada 6 April 2016.
23. The National Commission for the Protection of Human Subjects
of Biomedical and Behavioral Research, “Ethical Principles and Guidelines for the
Protection of Human Subjects of Research”, The Belmont Report, U.S. Department of
Health and Human Services, 1979,
http://www.hhs.gov/ohrp/humansubjects/guidance/belmont.html, diakses pada 6 April
2016.
Jual-Beli Organ
Theza Pellondo'u

Pendahuluan
Transplantasi organ adalah tindakan operasi memindahkan suatu jaringan
atau organ dari satu organisme (donor) ke organisme lainnya (resipien). 1
Jaringan atau organ yang akan didonorkan diambil dengan prosedur
pembedahan setelah dilakukan pemeriksaan kesesuaian antara donor dan
penerima. Transplantasi organ biasanya dilakukan bila seseorang menderita
kegagalan fungsi organ atau kerusakan organ sehingga perlu diganti dengan
organ sehat. Organ yang ditransplantasikan bisa berasal dari donor yang sudah
meninggal, masih hidup, atau dari hewan nonmanusia; pada beberapa kasus bisa
juga diganti dengan organ buatan. Transplantasi organ dari manusia ke manusia
dikenal dengan istilah autotransplantasi (dari dirinya sendiri) atau
allotransplantasi (antarmanusia), sementara bila organ berasal dari hewan
istilahnya adalah xenotransplantasi.2 Dalam kedokteran, yang biasanya
didonorkan adalah darah, organ, sperma, dan sel telur.
Donor adalah seseorang yang memberikan sesuatu secara suka rela
dengan dasar altruisme. Ada dua cara untuk menentukan persetujuan dari calon
donor, yaitu opt-in, di mana calon donor mengisi formulir persetujuan, dan opt-
out, di mana calon donor mengisi formulir penolakan.3
Dalam bioetika, masalah yang biasa dihadapi dalam hal donor di
antaranya adalah kapan seseorang bisa menjadi donor (usia, keadaan),
penentuan waktu kematian, tanggapan keluarga. Pertanyaan-pertanyaan etis lain
yang harus dijawab termasuk siapa yang berhak menerima suatu jaringan atau
organ, bagaimana daftar tunggu sebaiknya dibuat, apakah dibolehkan untuk
memberi imbalan untuk jaringan atau organ yang diterima, bagaimana
menghadapi tantangan dari sisi agama dan kebudayaan, kerahasiaan pendonor,
informed consent.4

Macam-macam Donor
1. Donor darah dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan siapa yang
menerima darah tersebut,5 yaitu donor alogenik, di mana pendonor dan
penerima darah tidak saling mengenal (biasanya darah disalurkan melalui
bank darah) dan donor langsung, di mana pendonor memberikan darahnya
langsung ke orang tertentu (biasanya keluarganya).6 Di negara-negara
berkembang, seperti Indonesia, dikenal juga donor pengganti, yang mana
merupakan gabungan dari kedua kelompok di atas.
2. Donor organ mencakup ginjal, jantung, paru, hari, pankreas, dan usus.
Terkadang juga dilakukan transplantasi ganda, seperti ginjal-pankreas dan
jantung-paru. Sampai saat ini sebagian besar organ berasal dari orang yang
sudah meninggal dunia. Transplantasi ginjal merupakan transplantasi organ
tersering, sementara transplantasi usus adalah yang terjarang.7
3. Donor sperma memberikan spermanya untuk membuahi perempuan yang
bukan pasangannya. Sperma bisa didonasikan secara langsung atau melalui
bank sperma atau klinik kesuburan. Perempuan yang menerima donasi
sperma bisa dibuahi secara alami atau pun buatan. Biasanya yang menerima
donasi sperma adalah pasangan suami-istri yang mana sang suami mandul,
pasangan lesbian, atau perempuan lajang. Di bank sperma, penerima sperma
bisa memilih sperma berdasarkan karakteristik donor, seperti penampilan,
kepribadian, kemampuan akademik, ras, dan lain-lain.8
4. Donor sel telur memberikan sel telurnya untuk tujuan membantu reproduksi
orang lain atau penelitian biomedik. Untuk tujuan reproduksi, biasanya
fertilisasi dilakukan secara in-vitro. Sel telur yang belum dibuahi juga bisa
dibekukan dan disimpan untuk digunakan di masa mendatang, namun hal ini
jarang sekali dilakukan.9

Sejarah Singkat10
1954 Desember 23, transplantasi ginjal sukses pertama antarsaudara kembar,
dilakukan oleh dr. Joseph Murray dan dr. David Hume di RS Brigham,
Boston. Donor Ronal Herrick dan resipien Richard Herrick.

1962 Transplantasi ginjal sukses pertama dari donor yang sudah meninggal,
dipimpin oleh dr. Joseph Murray dan dr. David Hume di RS Brigham,
Boston.

1963 Transplantasi paru sukses pertama, dipimpin oleh dr. James Hardy di
Pusat Kesehatan Universitas Mississippi, Jackson, MS.

1966 Transplantasi pankreas/ginjal sukses pertama, dipimpin oleh dr. Richard


Lillehej dan William Kelly di Universitas Minnesota di Minneapolis,
MN.

1967 Transplantasi hati sukses pertama, dipimpin oleh dr. Thomas Starzl di
Universitas Colorado di Denver, CO.

Transplantasi jantung sukses pertama, dipimpin oleh dr. Christiaan


Barnard, di RS Groote Schuur di Cape Town, Afrika Selatan.

1968 Transplantasi jantung sukses pertama di AS, dipimpin oleh dr. Norman
Shumway di RS Universitas Stanford, CA.

1981 Transplantasi jantung/paru sukses pertama, dipimpin oleh dr. Brice


Reitz di Pusat Kesehatan Universitas Stanford, Stanford, CA.
1983 FDA menyetujui siklosporin, pengobatan antipenolakan paling
mutakhir.

Transplantasi paru tunggal sukses pertama, dipimpin oleh dr. Joel


Cooper dari Grup Transplantasi Paru Toronto di RSU Toronto, Canada.
1986 Transplantasi paru ganda sukses pertama, dipimpin oleh dr. Joel Cooper
dari Grup Transplantasi Paru Toronto di RSU Toronto, Canada.

1989 Transplantasi usus halus sukses pertama dari donor yang sudah
meninggal ke resipien anak kecil, dipimpin oleh dr. Olivier Goulet di
Paris, Perancis.

Transplantasi hati sukses pertama antarsaudara, dipimpin oleh dr.


Christoph Broelsch dari Hamburg, Jerman, di Pusat Kesehatan
Universitas Chicago.

1990 Transplantasi paru sukses pertama antarsaudara (1 lobus paru dari donor
perempuan dewasa ke anak perempuannya yang berusia 12 tahun),
dipimpin oleh dr. Vaughn Starnes di Pusat Kesehatan Universitas
Stanford, Palo Alto, California.

1992 Transplantasi hati sukses pertama dari babon ke manusia, dilakukan oleh
dr. Satoru Todo, dr. Andreas Tzakis, dan dr. John Fung, di bawah
pengawasan pionir bedah transplantasi Thomas Starzl di Pusat
Kesehatan Universitas Pittsburgh.

1998 Transplantasi tangan sukses pertama, dipimpin oleh dr. Earl Owen
(Australi) dan dr. Jean-Michel Dubernard (Perancis) di Lyon, Perancis;
berlangsung selama 13 jam.

2005 Transplantasi wajah parsial sukses pertama, dipimpin oleh dr. Bernard
Devauchelle dan dr. Jean-Michel Dubernard di Amiens, Perancis.

2010 Transplantasi wajah penuh pertama dilakukan di Spanyol pada akhir


Maret. Resipien adalah seorang laki-laki 31 tahun yang terluka dalam
kecelakaan luka tembak.

Masalah Transplantasi Organ


Pada tahun 2011 di AS saja terdapat 90.000 orang dalam daftar antri
untuk mendapatkan organ baru. Jumlah transplantasi yang berlangsung pada
2010 hanya sebanyak 17.000, di mana setengah lebih berasal dari donor yang
sudah meninggal sementara 3.000 berasal dari donor hidup. Pasien yang tidak
beruntung mendapatkan organ baru hanya bisa menunggu, di mana waktu rata-
rata sampai mendapat organ baru sekitar 3,5 tahun. Tercatat 4.600 pasien
meninggal sebelum mendapatkan organ baru sementara 2.100 terpaksa dicoret
dari daftar tunggu karena kondisinya sudah menjadi sangat buruk.11
Salah satu pemecahan masalah ini adalah dengan memberikan insentif
finansial kepada orang sehat untuk mendonorkan organnya, terutama ginjal
yang merupakan organ yang paling “diminati”.

Aspek Bioetika Jual-Beli Organ


Pada tahun 1785 Immanuel Kant, dalam bukunya yang berjudul
“Grundlegung zur Metaphysik der Sitten” (Dasar Metafisika Moral), menulis
bahwa tindakan membeli organ dari orang lain atau menjual organ sendiri
kepada orang lain adalah tindakan yang tidak bermoral karena kodrat sebagai
manusia, yaitu untuk hidup seutuhnya. Kalimat ini yang menjadi dasar bagi
banyak orang dan negara untuk menentang praktik jual-beli organ.
Pada kenyataannya argumen Kant tersebut tidak dapat membedakan
apakah organ yang didapat oleh seseorang yang menderita gagal organ dari
hasil pemberian atau membeli dari orang lain. Banyak negara yang pada
akhirnya melegalkan praktik pemberian kompensasi finansial bagi organ yang
diterima, misalnya Singapura (terbatas pada ginjal), India, dan Australia. 12, 13
Sampai saat ini negara yang benar-benar melegalkan praktik jual-beli organ
adalah Iran, namun hanya berlaku untuk warga negara Iran, dengan kata lain
orang asing tidak dapat membeli organ warga negara Iran.14
Masih banyak masalah bioetika yang harus dibenahi dalam hal jual-beli
organ, misalnya apakah consent dari penjual merupakan consent yang
sesungguhnya (tidak dalam keadaan terpaksa), bagaimana nasib pasien yang
tidak cukup kaya untuk membeli organ, bagaimana mencegah supaya si kaya
tidak mengeksploitasi si miskin, apakah narapidana hukuman mati bisa menukar
organnya dengan keringanan hukuman (misalnya menjadi hukuman seumur
hidup), dan lain-lain.
Ada beberapa wacana untuk mengatur transaksi jual-beli organ, misalnya
negara yang mengatur siapa yang boleh dan berhak untuk menjual dan membeli
organ, berapa harga yang sesuai, termasuk mengatur nasib para pasien yang
tidak memiliki uang untuk membeli organ, namun solusi-solusi ini pun masih
rentan untuk dicurangi.

Kesimpulan
Topik jual-beli organ bukan lagi topik yang tabu untuk dibahas di dunia
bioetika, terbukti dari seringnya topik ini dibahas dalam jurnal, majalah, mau
pun pertemuan dan diskusi bioetika, meski pun banyak yang masih menentang.
Tantangan yang sekarang dihadapi oleh negara dan bioetikawan adalah
menentukan sejauh mana aspek etis jual-beli organ bisa digeser atau malah tetap
pada status quo anta: kompensasi dalam bentuk apa pun adalah hal yang tidak
etis.
Act only according to that maxim by which you can at the same time will that it
should become a universal law
– Immanuel Kant –
Daftar Rujukan
1. “Organ Transplant”, https://www.vocabulary.com/dictionary/organ
%20transplant, diakses pada 3 April 2017.
2. “Organ donation”, Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Organ_donation,
diakses pada 20 April 2015.
3. Johnson, E. J. and Goldstein, D. G., "Do defaults save lives?", Science 302,
2012.
4. “Organ and Tissue Donation”,
http://www.bioethics.org.au/Resources/Resource%20Topics/Organ%20Donation.html,
diakses pada 20 April 2015.
5. Brecher, M. E., (ed.), AABB Technical Manual, 15th edition, 2005, p 98-103.
6. “Directed Blood Donation”, Mayo Clinic,
http://web.archive.org/web/20080524004449/http://www.mayoclinic.org/donateblood/dir
ected.html, diakses pada 20 April 2015.
7. “What You Need To Know About Organ Transplant”.
http://www.webmd.com/a-to-z-guides/organ-transplant-overview#1, diakses pada 6 April
2017.
8. “Sperm donation”, Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Sperm_donation,
diakses pada 20 April 2015.
9. “Egg donation”, Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Egg_donation,
diakses pada 20 April 2015.
10. “Organ Transplant History”, http://www.liveonny.org/all-about-
transplantation/organ-transplant-history/, diakses pada 6 April 2017.
11. Schachter, A. W., “The Case for Legal Organ Sales: How legalizing the
trafficking of human organs would save lives and protect the poor”, reason.com, 2011,
http://reason.com/archives/2011/11/11/the-case-for-legal-organ-sales, diakses pada 6
April 2017.
12. “Singapore legalises compensation payments to kidney donors”, British
Medical Journal News, 2008, http://www.bmj.com/content/337/bmj.a2456, diakses pada
6 April 2017.
13. Yosufzai, R., “Live donors to get financial support”, The Australian,
http://www.theaustralian.com.au/news/latest-news/living-donors-to-receive-financial-
support/news-story/a5751fe5b68c4191eb9403d1620f0918, diakses pada 6 April 2017.
14. Griffin, A., “Kidneys on Demand”, British Medical Journal, 2007,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1819484/, diakses pada 6 April 2017.
Cerita Ojol yang Jual Ginjal demi Biaya RS: Sudah Ditawar
Dokter dari Jakarta
https://kumparan.com/urbanid/cerita-ojol-yang-jual-ginjal-demi-biaya-rs-sudah-ditawar-
dokter-dari-jakarta-1swOApxYmeO

M Rico Andrian (23 tahun), hanya bisa termenung di kursi ruang tamu rumah orang
tuanya yang berada di Jalan Madang, Lorong Damai 1, RT 24, RW 08, Kelurahan
Sekip Jaya, Kecamatan kemuning, Palembang, Sumatera Selatan. Rico adalah seorang
driver ojol yang ingin menjual ginjalnya untuk membayar biaya rumah sakit. Rico
yang sebelumnya mengalami patah kaki dan harus dirawat selama enam hari di salah
satu rumah sakit swasta di Palembang ini kini telah diizinkan pulang setelah
menjaminkan SIM, KTP, dan STNK kepada pihak rumah sakit. Meskipun, dalam
kesepakatannya keluarga harus bisa melunasi biaya perawatan sekitar Rp 22 juta
dalam tempo satu minggu.

"Ya, mau bagaimana lagi beginilah kondisinya. Kami tidak punya cara lain untuk
memperoleh uang sebesar itu," kata Rico, Minggu (1/3). Di rumah berdinding papan
dan berukuran sekitar 10x6 meter itu, Rico kini tinggal bersama ibunya. Sementara
putrinya Nadia Khairunisa Andrian (2 tahun), harus tinggal dirumah orang tua sang
istri Melisa Pratiwi Herawati (22 tahun). "Saya tahu kalau menjual ginjal itu juga akan
berisiko terhadap kesehatan saya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, tidak ada barang
yang bisa dijual apalagi dalam kondisi saya seperti sekarang tidak bisa berbuat apa-
apa," katanya.

Rico bilang, sejak tawaran menjual ginjal yang di-posting melalui akun Instagram-nya
menjadi viral. Hal itu pun mendapat sejumlah tanggapan dari masyarakat. Bahkan,
dirinya mengaku telah dihubungi oleh seorang dokter di Jakarta yang tertarik untuk
membeli ginjalnya. "Saya dihubungi melalui DM di Instagram, katanya dia adalah
dokter di Jakarta. Dia bersedia memfasilitasi biaya keberangkatan, dan sebagainya jika
saya mau ke sana (Jakarta)," katanya.

Hanya saja, kata Rico, berdasarkan saran dari keluarga, tawaran itu sementara waktu
ditunda terlebih dahulu sembari memikirkan cara lain untuk mendapatkan uang yang
dibutuhkan tersebut. "Saya diminta keluarga berpikir dulu sebelum memutuskan,"
katanya. Sementara itu, Sutarmini (58 tahun) yang merupakan ibu kandung Rico
mengaku sedih dan tak henti meneteskan air matanya saat tahu anak ke enam dari
tujuh bersaudara itu akan menjual ginjal untuk membayar biaya perawatan di rumah
sakit.

"Saya sedih, menangis saat tahu Rico mau jual ginjal," katanya. Meski begitu,
Sutarmini mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi, dengan kondisi
perekonomian keluarga yang tidak mampu memperoleh uang sebesar Rp 22 juta
merupakan suatu hal yang sangat sulit. "Saya berharap bantuan dari pemerintah, untuk
kesembuhan anak saya, dan bisa menyelesaikan permasalahan ini," katanya.
Tugas:
Buatlah tulisan sebanyak 2000-2500 kata (tidak termasuk judul, nama, NIM,
dan daftar pustaka (bila diperlukan)) berisi pendapat Anda tentang jual-beli
organ, terutama dalam kasus seperti ilustrasi di atas!

Anda mungkin juga menyukai