PEMERIKSAAN LABORATORIUM
TERKINI UNTUK MENDETEKSI
INFEKSI OLEH MTB
Erida Manalu
Staf Pengajar Patologi Klinik FK UKI
Pendahuluan
• Tuberkulosis merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak yang
menyebabkan kematian di dunia.
• Insiden TBC mencapai 9 juta per tahun dan menyebabkan kematian 1-3
juta per tahun.
• Indonesia sekarang berada pada ranking kedua negara dengan beban TB
tertinggi di dunia setelah India.
• Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.
• Angka MDR-TB diperkirakan sebesar 2% dari seluruh kasus TB baru.
• WHO global report 2014, insidensi TB-HIV di Indonesia tahun 2013 adalah
5,8 per-100.000 populasi.
• Pasien dengan HIV/AIDS berisiko 30 kali lebih besar untuk menderita TB
dibandingkan yang tidak HIV/AIDS.
• Pasien HIV/AIDS dengan TB laten berisiko 20-37 kali lebih besar mengalami
progresifitas menjadi TB aktif .
• Saat ini, TB merupakan penyebab kematian utama pasien HIV/AIDS (40-
50%).
Pemeriksaan Laboratorium pada TBC
Deteksi MTB dan komponennya (metode direk):
Pemeriksaan basil tahan asam (BTA)
Deteksi respon imun selular dan humoral = tes serologi (metode indirek):
Interferon-gamma release assay (IGRA)
• Urin
• Feses
• Jaringan dan cairan tubuh
• Darah
• Sampel dimasukkan dalam botol steril, tahan bocor, dan tidak memerlukan
media transport.
• Sampel jaringan dimasukkan dalam tabung berisi salin steril agar tidak
kering. Jangan gunakan air tidak steril mengkontaminasi.
• Sampel sebaiknya langsung diperiksa. Jika tidak dapat langsung diperiksa,
sampel dimasukkan ke dalam lemari es.
• Sampel yang paling banyak digunakan untuk mendiagnosis MTB atau NTM
(non MTB) adalah sputum.
• Pengumpulan sputum sebaiknya 2x (PS). Tujuannya untuk meningkatkan
sensitivitas pemeriksaan.
• Sputum pagi lebih baik daripada sputum sewaktu karena kuman MTB
terkonsentrasi di sputum pada saat tidur.
• Penelitian Caulfield dkk, positivitas pemeriksaan BTA meningkat 20% saat
menggunakan sampel sputum pagi dibandingkan sputum sewaktu.
• Pada bayi dan anak yang sulit dilakukan pengumpulan sputum, dapat
menggunakan sampel dari bilasan lambung. Pilihan lain adalah cairan BAL.
Hati2 karena pengambilan bersifat invasif.
• Untuk spesimen urin, dilakukan pemeriksaan menggunakan urin 3 waktu
(SPS). Urin pagi lebih baik karena MTB lebih terkonsentrasi pada urin pagi.
• Spesimen cairan tubuh mengandung lebih sedikit kuman MTB sehingga
harus dipekatkan dulu dengan jalan disentrifus. Presipitat biasanya
digunakan untuk pemeriksaan kultur MTB.
• Sampel darah untuk deteksi MTB ditampung dalam tabung yang
mengandung SPS, heparin, atau sitrat. Jangan menggunakan tabung EDTA
PEMERIKSAAN MOLEKULAR
PADA INFEKSI TBC
Pendahuluan
• Pemeriksaan molekular bertujuan untuk mengidentifikasi kuman MTB
secara cepat sekaligus mencari adanya resistensi terhadap antimikroba.
• Pemeriksaan molekular bisa dilakukan terhadap hasil kultur atau langsung
dari spesimen pasien (sputum, cairan pleura dll).
• Keunggulan teknik molekular: hasil cepat
Metode
Menggunakan specimen berupa Menggunakan bahan langsung
hasil kultur dari spesimen pasien
1. Nucleic acid hybridization probe Metode nucleic acid amplification (NAA).
2. Line probe hybridization assays Ada 2 tes NAA yang sudah disetujui FDA:
1. Amplified Micobacterum tuberculosis
3. Matrix-assisted laser direct test (MTD)
desorption/ionization time-of-light
2. Xpert MTB/RIF test TCM
mass spectroscopy (MALDI-TOF MS)
4. Sequensing DNA
Prinsip Pemeriksaan Molekular
• Pemeriksaan MTB secara molekular menggunakan prinsip amplifikasi
(Nucleic Acid Amplification-NAAT) mengamplifikasi bagian kecil dari
DNA target.
• Terdiri dari 2 proses utama: isolasi DNA dan amplifikasi DNA target.
• Dengan metode NAAT, dapat mendeteksi <10 MTB (sangat sensitif)
dengan waktu pemeriksaan cepat (2-3 jam).
• Baku emas pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis TBC adalah kultur MTB.
• Hasil penelitian Sarma dkk di India mendapatkan sensitifitas Xpert MTB/RIF
test 90-99% pada pasien dengan BTA positif dibandingkan dengan hasil kultur.
Sensitifitas akan menurun 66-74% pada BTA yang negatif.
• WHO dan CDC merekomendasikan penggunaan metode Xpert MTB/RIF
untuk diagnosis pada pasien terduga TBC, lebih baik dibandingkan dengan
pemeriksaan BTA.
• Hasil BTA dan Gen Expert negatif tidak menyingkirkan diagnosis TBC sehingga
kultur harus tetap dilakukan sebagai pemeriksaan baku emas diagnosis TB.
• Kelebihan metode Gen Expert:
1. Otomatik sehingga hasil cepat.
2. Menggunakan cartridge penggunaan mudah, close system, mengurangi
potensi kontaminasi.
3. Mampu mendeteksi potensi resistensi terhadap Rifampisin dengan cara
mendeteksi mutasi pada 81 basa regio gen rpoB mendeteksi 96% resistensi
Rifampisin pada MTB. Resistensi terhadap Rifampisin merupakan predictor
adanya Multidrug Resistance (MDR) Tuberculosis, karena resistensi terhadap
Rifampisisn berarti resistensi juga terhadap Isoniazid.
PEMERIKSAAN ANTIGEN
PADA INFEKSI TBC
• Ag MTB dalam dideteksi dalam berbagai cairan tubuh pada kadar 3-20 ng/ml.
• Spesimen: sputum, serum, urin, cairan cerebrospinal, dan cairan pleura
• Deteksi Ag MTB menggunakan prinsip:
Enzime-linked immunosorbent assay (ELISA)
Aglutinasi
• Antigen MTB yang dapat terdeteksi adalah:
1. BaciliiCalmette-Guerin (BCG)
2. Dinding sel antigen non protein
3. Antigen 5
4. Antigen A60
5. Lipoarabinomannan (LAM)
6. Ag haemoglucolipid-lipid
7. Cord factor (trehalosas-6, 6-dimicolate)
8. Purified protein derivative (PPD)
9. Early secretory antigenic target protein (ESAT-6)
10. dll
PEMERIKSAAN IGRA
PADA INFEKSI TBC
Pendahuluan
• Infeksi oleh MTB tidak selalu langsung menimbulkan gejala. Kuman dapat
berstatus dorman sehingga tidak selalu timbul tanda infeksi infeksi laten.
• Dalam perjalanannya, infeksi laten dapat menjadi aktif.
• Pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi TB laten selama ini adalah dengan
skin tes Tuberkulin.
• Prinsip tes tuberkulin: suntikan intrakutan yang berisi kuman MTB yang akan
merangsang hipersensitivitas tipe lambat.
• Pasien dengan TB laten yang dilakukan tes tuberculin akan menimbulkan
indurasi pada kulit dalam waktu 3 hari.
Tes tuberkulin
• Kelemahan tes Tuberkulin: invasif (disuntikkan) dan dapat menimulkan
hasil positif palsu pada pasien yang sudah mendapat vaksi BCG dan pasien
yang terinfeksi Micobacterium non TB.
• Akhir-akhir ini dikembangkan metode yang tidak invasif yaitu pemeriksaan
Interferon-gamma release assay (IGRA).
• Interferon-gamma release assay (IGRA) adalah pemeriksaan untuk
mendeteksi kadar interferon gamma (IFNɣ) yang dihasilkan oleh limfosit
khususnya Limfosit T secara in vitro akibat adanya antigen MTB.
Gambar ini memperlihatkan seseorang yang diduga menderita infeksi laten TB.
Pada pemeriksaan IGRA, antigen MTB (ESAT 6 dan CFP 10) dimasukkan ke dalam tubuh pasien dan memicu timbulnya
interferon gamma (IFN ɣ).
Timbulnya IFN ɣ tersebut dapat diukur dengan beberapa metode:
B: respon imun pada kulit berupa indurasi pada tes tuberculin
C dan D: dengan pemeriksaan IGRA metode ELISPOT dan ELISA.
• Ada 2 metode pemeriksaan IGRA yaitu:
1. ELISPOT (TSpot)
2. ELISA (Quanti-Feron TB Gold Plus)
• Sampel yang dibutuhkan: darah segar <4 jam. Bila perlu penundaan dapat
ditambahkan T-cell reagen bisa sampai 32 jam.
• Sampel dikumpulkan dalam tabung sodium heparin atau heparin sebanyak 9 ml.
Metode ELISPOT
PEMERIKSAAN ADA
PADA INFEKSI TBC
• Adenosine Deaminase (ADA) adalah enzim yang mengubah adenosine
dan 2 deoksiadenosin menjadi inosine dan 2 deoksiinosin menjadi
deoxyinosine pada jalur katabolisme purin.
• Fungsi ADA:
Berperan pada proliferasi & differensiasi limfosit, terutama limfosit T.