Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

III.2. KESANGGUPAN KARDIOVASKULER

TUJUAN :

1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring.


2. Memberikan rangsang pendinginan pada tangan selama 1 menit.
3. Mengukur tekanan darah arteri brachialis selama perangsangan pendinginan.
4. Menetapkan waktu pemulihan tekanan darah arteri brachialis.
5. Menggolongkan orang percobaan dalam golongan hiperreaktor atau hiporeaktor.
6. Melakukan percobaan naik turun bangku.
7. Menetapkan indeks kesanggupan badan manusia dengan cara lambat dan cara cepat.
8. Menilai indeks kesanggupan badan manusia berdasarkan hasil sub. 7.

ALAT YANG DIPERLUKAN :


1. Sfigmomanometer dan stetoskop
2. Ember kecil berisi air es dan thermometer kimia
3. Pengukur waktu ( arloji atau stopwatch )
4. Bangku setinggi 19 inchi
5. Metronom (frekwensi 120x/menit)

TATA KERJA :

II.2.1 Tes Peninggian tekanan darah dengan pendinginan (Cold Pressure Test)

1. Suruh o.p berbaring terlentang dengan tenang selama 20 menit.


P.III.2.1. Mengapa o.p. harus berbaring selama 20 menit ?

Jawab : Pada praktikum kali ini op diharapkan untuk berbaring selama 20 sebelum
pendinginan dengan tujuan untuk merelaksasi kerja otot atau membuat semua organ
tubuh dalam keadaan istirahat . Hal ini ditujukan agar dapat menentukan
pengukuran TD basal (sistol dan diastol) yang akurat setelah 20 berbaring sebelum
dilakukan pendinginan . TD basal ditentukan setiap 5 sampai terdapat hasil yang
sama 3x berturut-turut .

2. Selama menunggu pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas o.p.

3. Setelah o.p berbanring 20 menit, tetapkanlah tekanan darahnya setiap 5 menit sampai
tedapat hasil yang sama 3 kali berturut-turut ( tekanan basal ).
P.III.2.2 Apa kontraindikasi untuk melakukan Cold Pressure Test ?
1
Jawab : Test ini berguna untuk mengetahui jika op tersebut termasuk golongan
hiperreaktor maka memiliki kecenderungan untuk menjadi pasien hipertensi, stroke
dan PJK beberapa tahun kemudian .

4. Tanpa membuka manset suruhlah o.p memasukkan tangan kirinya kedalam air es ( 4
C) sampai pergelangan tangan.

5. Pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, tetapkanlah tekanan sistolik dan


diastoliknya.
P.III.2.3. Bagaimana caranya supaya saudara dapat mengukur tekanan darah o.p.
dengan cepat ?
Jawab : Cara mengukur tekanan darah dengan cepat :
Pasang manset pada op dengan menggunakan tensimeter. Manset
dipasang 3 jari diatas fossa cubiti.
Kemudian ambil stetoskop dengan menggunakan membrane.
Letakkan membrane di arteri brachialis.
Kemudian naikkanlah tekanan manset diatas 120 mmHg sampai
tidak terdengar suara (tambah 30 mmHg.
Kemudian turunkanlah tekanan mansetnya sampai bunyi pertama
terdengar.
Dan turunkan lagi sampai bunyi terakhir terdengar.

P.III.2.4. Apa yang diharapkan terjadi pada tekanan darah o.p. selama pendinginan,
terangkan mekanismenya.
Jawab : Mekanisme pada saat terjadi tekanan darah selama pendinginan.

Suhu Tinggi Pembuluh darah Aliran darah Cardiac


mengalami meningkat Output
vasokontriksi Meningkat

Tekanan
darahpada
6. Catatlah hasil pengukuran tekanan darah o.p selama pendinginan. Bila
meningkat
pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan sistolik
lebih dari 15 mmHg dari tekanan basal, maka o.p termasuk golongan hiperreaktor.
Bila kenaikan tekanan darah o.p masih dibawah angka-angka tersebut diatas, maka
o.p termasuk golongan hiporeaktor. (Proc. Staff Meet. Mayo Clinic 7:332, 1932)

2
P.III.2.5. Apa gunanya kita mengetahui bahwa seseorang termasuk golongan
hiperreaktor atau hiporeaktor ?
Jawab : perlu. Mengetahui apakah seseorang bertipe hiperreaktor atau hiporeaktor.
Diperlukan apabila op tersebut sedang dalam keadaan sakit, dokter dapat melakukan
tindakan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh, bila pasien tersebut meruapakan
hiperreaktor (beresiko terkena hipertensi) , dokter tidak akan memberikan obat-
obatan yang berbahaya bagi penderita hipertensi.

7. Suruhlah o.p segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan
sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan darah basal.

8. Bila terdapat kesukaran pada waktu mengukur tekanan sistolik dan diastolik pada
detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, percobaan dapat dilakukan dua kali. Pada
percobaan pertama hanya dilakukan penetapan tekanan sistolik pada detik ke 30 dan
detik ke 60 pendinginan. Suruhlah o.p segera mengeluarkan tangan kirinya dari es
dan tetapkanlah tekanan sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke
tekanan darah basal. Setelah tekanan darah kembali ke tekanan basal, lakukan
percobaan yang kedua untuk menetapkan tekanan diastolik pada detik ke 30 dan detik
ke 60 pendinginan.

III.2.2. Percobaan naik turun bangku (Harvard Step Test)

1. Suruh lah o.p berdiri menghadap bangku setinggi 19 inchi sambil mendengarkan detakan
sebuah metronome dengan frekwensi 120 kali per menit.
2. Suruh lah o.p. menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat pada suatu detakan
metronome.
3. Pada detakan berikutnya (di anggap sebagai detakan kedua) kaki lainnya dinaikkan ke
bangku sehingga o.p. berdiri tegak diatas bangku.
4. Pada detakan ketiga,kaki yang pertama kali naik diturunkan.
5. Pada detakan ke empat,kaki yang masih di atas bangku diturunkan sehingga o.p. berdiri
tegak lagi didepan bangku
6. Siklus tersebut di ulang terus menerus sampai o.p tidak kuat lagi tetapi tidak lebih dari 5
menit. Catat berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan menggunakan stopwatch.

3
7. Segera setelah itu, o.p. disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekwensi denyut nadinya
selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-masing dari 1-130, dari 2 230 dan dari 3
330.
8. Hitunglah indeks kesanggupan o.p. serta berikan penilaiannya menurut 2 cara berikut ini
:

a. Cara lambat

Indeks kesanggupan badan = Lama naik turun bangku (s) x 100

2 x jumlah ketiga denyut nadi tiap 30

Penilaian : Kurang dari 55 = Kesanggupan kurang


55 64 = Kesanggupan sedang
65 79 = Kesanggupan cukup
80 89 = Kesanggupan baik
Lebih dari 90 = Kesanggupan amat baik
b. Cara cepat :

Dengan menggunakan rumus


Indeks kesanggupan badan = Lama naik turun bangku (s) x 100
5,5 x denyut nadi selama 30 pertama

DATA HASIL PERCOBAAN :

Nama o.p. = Muhammad Azmi Hakim

Tekanan darah sebelum pendinginan (Tekanan Basal)

0 5 10
TD BASAL 110/60 mmHg 120/70mmHg 110/60 mmHg

COLD PRESSURE TEST

4
30 60 Rata-rata
TD 4 120/80 mmHg 120/70 mmHg 120/75 mmHg

Ket dari hasil cold pressure test , kenaikannya sistol 7 mmHg dan diastole 12 mmHg

SETELAH COLD PRESSURE TEST

0 2 4 6
TD 110/70 mmHg 120/80 mmHg 110/80 mmHg 110/70 mmHg
RECOVERY
Kesimpulan : tidak dapat ditentukan
Alasannya : - kesaalahan pada saat pemeriksaan tekanan darah
- Alat-alat ukur untuk pemeriksaannya kuranh akurat.

Harvard Step Test (Percobaan naik turun bangku)

Nama o.p. = Mety Munahari

Detik/s Denyut Nadi

1. 30 54

2. 30 48

3. 30 42

Total : 144
Waktu percobaan Harvard Step Test : 1 menit 30 detik = 90 detik

P.III.2.6. Hitung indeks kesanggupan badan seseorang dengan cara lambat dan cepat
dengan data sebagai berikut :
a. Cara Lambat :
Indeks kesanggupan badan = lama naik turun bangku (dalam detik) x 100
2 x jumlah ketiga denyut nadi tiap 30
5
90 detik x 100 = 9000
2 x 144 288
= 31,25
Hasil : kurang dari 55 maka kesanggupan kurang

HASIL :
Hasil dari perhitungan diatas adalah bahwa indeks kesanggupan O.P serta penilaiannya
adalah
Penilaiaan = <50 = kurang
50-80 = sedang
>80 = baik
Hasilnya adalah indeks kesanggupan O.P dengan cara lambat adalah kurang, karena
angka pada hasil perhitungan menunjukan pada angka 31,25 .

b. Cara cepat :

Indeks kesanggupan badan = lama naik turun bangku (dalam detik) x 100
5,5 x denyut nadi selama 30 pertama
90 detik x 100 = 9000
5,5 x 54 297
= 30,3

Dengan daftar : 130 = 40 kurang dari 50 = kurang

Hasilnya adalah indeks kesanggupan O.P cara cepat adalah kurang, karena angka pada
hasil perhitungan menunjukan pada angka 30,3

6
PEMBAHASAN :

Cold Pressure Test

Pada praktikum kali ini op diharapkan untuk berbaring selama 20 sebelum pendinginan
dengan tujuan untuk merelaksasi kerja otot atau membuat semua organ tubuh dalam keadaan
istirahat . Hal ini ditujukan agar dapat menentukan pengukuran TD basal (sistol dan diastol) yang
akurat setelah 20 berbaring sebelum dilakukan pendinginan . TD basal ditentukan setiap 5
sampai terdapat hasil yang sama 3x berturut-turut .

Setelah Tekanan Darah basal telah ditentukan, tanpa membuka manset op memasukkan
tangan kirinya ke dalam air es 40C sampai pergelangan tangan selama 1 . Pada saat 30 dan 60
pendinginan TD dihitung . Hal ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh TD selama
pendinginan.

Dari hasil percobaan kelompok kami didapatkan TD selama pendinginan sama dengan
TD basal . Dalam hal ini terdapat kesalahan pada hasil kelompok kami akibat kesalahan pada alat
yang memeriksa TD ataupun alat yang tidak akurat dan kondisi op yang kurang sehat .

Selama pendinginan, op merasa tidak kuat dengan perubahan suhu tersebut dan op
merasa nyeri karena terus menahan dingin . Akibat dari nyeri tersebut merangsang tonus
simpatik dan menimbulkan rangsang sistemik (adanya hubungan antara tangan kiri yang
direndam pada air es dan tangan kanan yang diukur dengan sfigmomanometer) sehingga saraf
simpatis terangsang yang menyebabkan nadi meningkat dan jantung memompa lebih kuat . TD
7
selama pendinginan mengalami peningkatan juga dikarenakan suhu dingin yang membuat
pembuluh darah vasokontriksi sedangkan volume darah yang dipompa tetap sehingga terjadi
peningkatan TD sebagai kompensasi agar aliran darah tidak terganggu (tetap tersampaikan ke
semua kapilernya) .

Jika peningkatan TD sistolnya mengalami kenaikan > 20 mmHg dan diastolnya


mengalami kenaikan > 15 mmHg maka op tersebut termasuk golongan hiperreaktor . Sedangkan
peningkatan TD sistol 20 mmHg dan diastol 15 mmHg maka op tersebut termasuk golongan
hiporeaktor . Test ini berguna untuk mengetahui jika op tersebut termasuk golongan hiperreaktor
maka memiliki kecenderungan untuk menjadi pasien hipertensi, stroke dan PJK beberapa tahun
kemudian .

Setelah masa pendinginan selama 1 maka op segera mengeluarkan tangan kirinya dari es
tsb, lalu diukur TD sistol dan diastol tiap 2 sampai kembali ke TD basal . Hal ini disebut TD
recovery .

TD recovery untuk orang sehat yang memiliki jantung dan pembuluh darah yang masih
baik, saat tangan kirinya diangkat dari rendaman es maka terjadi peningkatan suhu dan pembuluh
darah mengalami vasodilatasi sehingga aliran darah dari-ke jantung normal kembali dan
pemulihannya cepat .

Harvard Step Test

Dalam percobaan ini orang coba diminta untuk melakukan aktivitas fisik yaitu dengan
naik turun bangku Harvard yang bertujuan untuk melihat perbedaan tekanan darah dan denyut
nadi atau perubahan sistem kardiovaskuler sebelum dan setelah beraktivitas. Percobaan ini
dimulai dengan mengukur tekanan dan denyut nadi orang coba. Hasil pengukurannya yaitu
tekanan darah 120/80 mmHg dan denyut nadi 80 kali per menit.

Pengukuran tekanan darah perlu dilakukan karena orang yang bertekanan darah tinggi
tidak dapat melakukan percobaan ini karena seseorang yang mengalami hipertensi atau tekanan
darah tinggi, aktivitas jantungnya sudah cukup tinggi dari orang normal yang selanjutnya
pembuluh darah untuk mengalirkan darah akan mengalami vasokontriksi dan mengakibatkan
tekanan darah menjadi tinggi.

8
Jika percobaan ini dilakukan, maka tekanan darah pada orang yang hipertensi akan lebih
meningkat lagi walaupun peningkatannya tidak signifikan. Akan tetapi, hal ini akan beresiko
yaitu pecahnya pembuluh darah bahkan gagal jantungSetelah orang coba melakukan naik turun
bangku Harvard selama 168 detik, maka tekanan darah dan denyut nadi diukur kembali.

Tekanan darah orang coba setelah aktivitas yaitu 140/80 mmHg dan denyut nadi stelah 1
menit (F1)=100 kali permenit, setelah 2 menit (F2)=92 kali permenit, dan setelah 3 menit
(F3)=88 kali permenit. Kemudian dilakukan penghitungan IKB dari orang coba dan berdasarkan
hasil IKB orang coba adalah 30 atau kesanggupan tubuh kurang. Hal ini belum tentu
menunjukkan bahwa kesanggupan orang coba kurang karena mungkin terdapat beberapa faktor
misalnya beban kerja yang diberikan tidak terlalu berat, frekuensi naik turun Harvard kurang
maksimum, atau standar yang dipakai pada rumus ini merupakan standar dari luar negeri dimana
orang barat dominan memiliki kapasitas kerja lebih dibandingkan kita orang Indonesia, misalnya
karena faktor pemenuhan gizi atau perbedaan pola hidup dalam pekerjaan sehari-hari.Pada orang
coba dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan tekanan darah (diastole) dan denyut nadi.

Hal ini disebakan karena kardiak output jantung karena kativitas yang meningkat, organ
tubuh lain juga akan memerlukan supalai O2 dan nutrisi yang di dapatkan dari jantung. Oleh
karena itu, kardiak output juga perlu ditingkatkan agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Karena
peningkatan kardiak output inilah dimana darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta
sehingga berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini mengakibatkan
gelombang tekanan yang berjalan di sepanjang arteri semakin cepat dan selanjutnya akan
mengakibatkan denyut nadi meningkat. Dalam pengaliran darah ke seluruh tubuh ketika
beraktivitas, ptmbuluh darah disekitar otot akan mengalami vasodilatasi (lebih besar) agar darah
lebih banyak dialirkan.

Vasodilatasi ini akan berlanjut pada penurunan tahanan perifer. Hal ini dapat diandaikan
dengan dua buah pipa yaitu pipa kecil dan pipa besar. Tentunya pipa kecil akan memilki tahanan
yang lebih besar dibandingkan dengan pipa besar. Selain itu, tekanan pada pipa besar lebih
rendah dibandingkan pipa kecil demikian halnya dengan pembuluh darah.

Selain itu peningkatan kardiak output juga dipengaruhi oleh peningkatan aliran balik
vena akibat dari meningkatnya tonus otot karena pergerakan fisik dan penurunan tekanan

9
intratorak. Penurunan tekanan intratorak merupakan akibat dari reaksi tubuh yaitu inspirasi yang
dalam pemenuhan kebutuhan O2 untuk menghasilkan energi. Udara mengalir dari atmosfir ke
paru-paru juga karena tekanan di atmosfir lebih tinggi dibandingkan tekanan intratorak. Karenan
penurunan tekanan ini maka tekanan pada vena pada bagian ekstremitas bawah akan lebih tinggi
sehingga akan meningkatkan aliran darah ke jantung.

Peningkatan kardiak output juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan merangsang
saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat. Perlu diketahui bahwa perangsangan saraf
simpatis akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pada bagian tubuh yang lain kecuali
pada pembuluh di disekitar otot yang telah diuraikan sebelumnya.

Berhubungan dengan kardiak output, dapat dijelasan pula bahwa seorang atlit dan orang
biasa memilki kardiak output yang sama. Akan tetapi, yang membedakan adalah pada kualitas
volume sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan jantung setiap kontraksi). Setiap kali jantung
berkontraksi akan menghasilkan darah yang lebih banyak dibandingkan orang biasa. Sehingga
untuk menghasilkan kardiak output yang sama dengan atlit, jantung orang biasa akan lebih
banyak berkontraksi.

Seperti yang kita ketahui kardiak output didapatkan dari pengalian denyut jantung dengan
volume sekuncup. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa kontraksi jantung pada atlit lebih
sedikit tetapi karena volume sekuncup lebih banyak sehingga bisa menyamai kardiak output dari
orang biasa yang jantungnya lebih banyak berkontraksi, tetapi volume sekuncupnya lebih sedikit.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa tekanan darah atlit lebih rendah dibanding yang
biasanya (kontraksi jantung lebih sedikit).

10
KESIMPULAN :

Setelah melakukan percobaan ini kesimpulan yang dapat ditarik adalah :

a. Kapasitas kerja adalah Kesanggupan sesorang untuk melakukan kerja dengan seefesien
mungkin hingga batas kemampuan kerja.

b. Dalam percobaan ini indeks kesanggupan badan orang coba setelah dilakukan
perhitungan yaitu 30 atau kesanggupan badan kurang.

c. Suatu aktivitas dapat mengakibatkan peningkatan cardiak output (CO) karena


peningkatan diastole sebagai akibat dari peningkatan tonus otot dan tekanan intratorak
yang menurun. Selain itu, karena adanya rangsangan otonom yang meningkatkan kerja
saraf simpatis sehingga denyut jantung juga meningkat.

Jika peningkatan TD sistolnya mengalami kenaikan > 20 mmHg dan diastolnya


mengalami kenaikan > 15 mmHg maka op tersebut termasuk golongan hiperreaktor . Sedangkan
peningkatan TD sistol 20 mmHg dan diastol 15 mmHg maka op tersebut termasuk golongan
hiporeaktor . Test ini berguna untuk mengetahui jika op tersebut termasuk golongan hiperreaktor
maka memiliki kecenderungan untuk menjadi pasien hipertensi, stroke dan PJK beberapa tahun
kemudian .

Setelah masa pendinginan selama 1 maka op segera mengeluarkan tangan kirinya dari es
tsb, lalu diukur TD sistol dan diastol tiap 2 sampai kembali ke TD basal . Hal ini disebut TD
recovery .

TD recovery untuk orang sehat yang memiliki jantung dan pembuluh darah yang masih
baik, saat tangan kirinya diangkat dari rendaman es maka terjadi peningkatan suhu dan pembuluh
darah mengalami vasodilatasi sehingga aliran darah dari-ke jantung normal kembali dan
pemulihannya cepat .

11
DAFTAR PUSTAKA :

F. ganong, William. 2001. Review of Medical Pghysiology. Lange Medical Books: New York.
Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. EGC : Jakarta
Doohan, James. 2000. Yhe Crdiovascular System and Exercise.
Moeloek, Dangsina. ____. Uji Kerja Fisik ( Exercise Test )Menggunakan TreadmillUntuk
Deteksi Iskhemia Miokardium.

12

Anda mungkin juga menyukai