Tunica submucosa
• Jaringan ikat jarang, pembuluh darah, pembuluh lymph
• Plexus Meissneri
• Kelenjar Brunner :
- Kelenjar tubulosa bercabang complex
- Berkembang paling baik pada duodenum
- Sel-sel mukosa, mensekresi lendir
Duodenum
•
Usus 12 jari, panjang ± 25 cm
•
Tidak mempunyai mesenterium
•
Tempat muara ductus empedu dan pancreas
•
Villus berbentuk daun, Σ ± 40/mm2
•
Bagian depan diliputi serosa dan bagian belakang diliputi adnventitia
•
Submucosa mgd kel Brunner, Tubulosa bercabang-cabang berkelok-kelok.
Tersusun dalam lobuli. Ductus menembus m. mucosa bermuara ke dalam
cryptus Lieberkuhn
Jejunum
Ileum
• Panjang 4 – 4,5 m
• Villi intestinalis kurus-kurus
• Sel Goblet amat banyak
• Plica semicircularis pendek
• Seperti jejunum juga digantung kan pada mesenterium
Lamina propria
Nodulus soliter, lbh besar, lbh banyak sering menonjol kedalam submucosa.
Crypti Lieberkuhn lebih panjang dan lebih lurus
Muscularis mucosa 2 lapis : Lap dalam sirc, lap luar long
Tunica submucosa
• Terdiri dari any peny jarang tanpa kelenjar
• Pada lapisan lebih dalam terdapat plexus Meisner
Tunica muscularis
•
Lap dalam circular
•
Lap luar longitudinal, membentuk penebalan berbentuk pita di 3 tempat
(Taenia coli) selebar 1 cm
•
Taenia lbh pendek dari lapisan lapisan sebelah dalamnya à terbentuk
lipatan2 kearah lumen dan kantong2
C
ry
pt
u
s
2. Memahami dan menjelaskan Ileus obstruktif
2.1. Memahami dan menjelaskan definisi ileus obstruktif
N.
Lympha
ticus
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik,
partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsino
ma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru
mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang
memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin
tetap hidup.
1. Perlengketan :
Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau
pasda jaringan parut setelah pembedahan abdomen
2. Intusepsi :
Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya
akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen
berikutnya oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus.
Paling sering terjadi pada anaka-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding
ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat
coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.
3. Volvulus :
Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian
menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat
distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada
mesentriumnya
Gbr Menunjukan bentuk normal intestin (atas warna pink) dan intestin yang
mengalami volvulus (bawah warna ungu)
Tindakan bedah, infeksi dan bahkan endometriosis sering menyebabkan
peradangan peritoneum loka atau generalisata (peritonitis). Pada
penyembuhan dapat terjadi perlekatan antara segmen usus atau dinding
abdomen dan tempat operasi.
4. Hernia :
Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot
abdomen atau defek di dinding rongga peritoneum yang memungkinkan
terbentukkan tonjolan peritoneum mirip kantong yang dilapisi serosa
5. Tumor :
Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus
menyebabkan tekanan pada dinding usus.
Faktor Predisposisi
Iskemik
akumulasi cairan dan gas
terus bertambah Dehidrasi
Hipotensi
Kehilangan cairan ke
Peritoneum
seluruh bagian obstruksi
menyumbat
Nekrosis
Permabilitas hiperperistaltik
- Kolik abdomen
- Muntah
- Perfusi jaringan
- Asidosis metabolit
- Syok hipovolumik
Obstruksi usus
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik
atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik
dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula
diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan
gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8
liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi
dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan
penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama
cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan
ekstrasel yang mengakibatkan syok-hipotensi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus
menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan
peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah
iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai
absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik
untuk menyebabkan bakteriemia.
Obstruksi Strangulata.
Pada obstruksi strangulata, kematian jaringan usus umumnya dihubungkan
dengan hernia inkarserata, volvulus, intususepsi, dan oklusi vaskuler. Strangulasi
biasanya berawal dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri,
menyebabkan iskemia yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi edema dan
nekrosis, memacu usus menjadi gangrene dan perforasi.
Intususepsi
Pada intinya, etiologi intususepsi adalah gangguan motilitas usus terdiri dari 2
kkomponen yaitu satu bagian usus yang bergerak bebas dan satu bagian yang
terfiksir/kurang bebas dibandingkan bagian lainnya. Karena rah peristaltik adalah
dari oral ke anal sehingga bagian yang masuk ke lumen usus adalah yang arah oral
atau proksimal. Keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik usus. Pada
keadaan khusus dapat terjadi sebaliknya yang disebut retrogad intususepsi pada
pasien pasca gatrojejunostomi. Akibat adanya segmen usus yang masuk ke segmen
usus yang lainnya akan menyebabkan dinding usus terjepit sehingga mengakibatkan
aliran darah menurun dan keadaan akhir adalah akan menyebabkan nekrosis
dinding usus.
Perubahan patologi yang diakibatkan intususepsi terutama mengenai
intususeptum. Intususepient biasanya tidak mengalami kerusakan. Perubahan pada
intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian ini oleh karena kontraksi dari
intususipient, dan juga karena terganggunya aliran darah sebagai akibat penekanan
dan tertariknya mesentrium. Edema dan pembengkakan dapat terjadi.
Pembengkakan dapat terjadi sedemikian besarnya sehingga menghambat reduksi.
Adanya bendungan menimbulkan perembesan (ozing) lendir dan darah ke dalam
lumen usus. Ulserasi pada usus dapat terjadi. Sebagai akibat strangulasi tidak
jarang terjadi gangren. Gangren dapat berakibat lepasnya bagian yang mengalami
prolaps. Pembengkakan dari intususeptum umumnya menutup lumen usus. Akan
tetapi tidak jarang pula lumen tetap patent, sehingga obstruksi komplit kadang-
kadang tidak terjadi pada intususepsi.
Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus (obstruksi) baik partial
maupun total dan strangulasi. Hiperperisaltik usus bagian proksimal yang lebih mobil
menyebabkan usus tersbut masuk ke lumen usus distal. Usus bagian distal yang
menerima ini kemudian berkonstraksi, terjadi edema. Akibatnya terjadi perlekatan
yang tidak dapat kembali normal sehingga terjadi invaginasi.
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian
oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri
kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan
timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun
obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering
dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal
sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. 1,2,10
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi
abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin
jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic
sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah
distal.10
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan
nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi
atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik
dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka
dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002; Sabiston, 1995)
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).