Anda di halaman 1dari 35

Makalah Obat-Obat Gangguan Sistem Saraf Pusat

Makalah

Obat-Obat Gangguan Sistem Saraf Pusat

Oleh :

Rudol Manda Parintak

12077

AKADEMI KEPERAWATAN NUSANTARA JAYA MAKASSAR

2013
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan.

Melalui makalah ini, kita dapat mengetahui tentang macam-macam obat dan

fungsinya, beserta, dosis dan efek sampingnya. Pembuatan makalah ini menggunakan

metode kepustakaan, serta data-data penulis peroleh dari

beberapa sumber dan pemikiran yang penulis gabungkan sehingga menjadi sebuah

makalah yang semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari makalah ini.

Oleh sebab itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,

agar makalah ini akan semakin baik sajiannya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Porsea, Juni 2018

Penulis
Daftar isi

Halaman Sampul.......................................................................................................... I

Kata Pengantar............................................................................................................ II

Daftar isi........................................................................................................................ III

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2

1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Sistem Saraf Pusat.............................................................................. 4

2.2 Klasifikasi Sistem Saraf Pusat.......................................................................... 5

2.3 Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat................................................................ 5

2.4 Jenis Obat-Obat Sistem Saraf Pusat & Mekanisme Kerjanya...................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 22

3.2 Saran................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan sel-sel

khusus dan dibedakan menjadi dua, sel neuron dan sel neoroglia. Sel neuron adalah sel saraf

yang merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini bertugas melanjutkan informasi

dari organ penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan sebaliknya.

Adapun Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi

yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel Schwann

yang merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan sel penyokong

(neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantara neuron dari sistem saaf pusat. Oleh

karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh neuron dan sel schwann, sedangkan

traktus yang terdapat diotak dan susm-sum tulang belakang dibentuk oleh neuron dan

neuroglia.

Untuk mengetahui perubahan-perubahan listrik didalam saraf, perlu diketahui dulu

sifat-sifat akson. Akson dari kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil, untuk itu

didalam percobaan digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrat seperti

cumi-cumi dan gurita. Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem saraf hewan

yaitu otak, serabut saraf, plektus, dan ganglia. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari

sejumlah sel saraf baik sejenis maupun tidak sejenis. Contoh serabut yang sejenis adalah

serabut eferen, serabut campuran contohnya adalah campuran antara sejumlah akson dari sel

saraf motorik dan sensorik. Apabila rangsangan dengan kekuatan tertentu diberikan kepada

membran sels araf, membran akan mengalami perubahan elektrokimia dan perubahan

fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan dengan adanya perubahan permeabilitas membran


yang menyebabkan terjadinya permiabel tehadap Na+ dan sangat kurang permiabel terhadap

K+.

Depolarisasi yang timbul hanya pada bagian yang dirangsang dinamakan depolarisasi

lokal. Pada bagian tersebut terbentuk arus lokal. Apabila rangsangan yang diberi cukup kuat,

arus lokal yang timbul pada membran yang terdepolarisasiakan merangsang membran

disebelahnya yang masih dalam keadaan istirahat, sehingga sebagian membran tersebut akan

ikut terdepolarisasi. Peristiwa ini menunjukkan penjalaran impuls. Depolarisasi adalah nilai

potensial aksi yang terjadi akibat adanya rangsangan. Bagian otak depan terakhir adalah

telensefalon, telah mengalami perubahan sangat besar selama evolusi vertebrata. Pada ikan

dan amphibi, telensefalon lebih dari sekedar suatu penciuman, tapi dapat juga menerima input

dari bulbus olfaktori. Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa

disadari. Oleh karena itu, penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai obat-obat

gangguan neurologi (saraf).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa defenisi sistem saraf pusat ?

2. Apa obat perangsang sistem saraf pusat ?

3. Bagaimana klasifikasi sistem saraf pusat ?

4. Bagaimana jenis obat-obat sistem saraf pusat & mekanisme kerjanya ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan tentang defenisi sistem saraf pusat ?


2. Menjelaskan tentang obat perangsang sistem saraf pusat ?

3. Menjelaskan tentang klasifikasi sistem saraf pusat ?

4. Menjelaskan tentang jenis obat-obat sistem saraf pusat & mekanisme kerjanya ?

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui tentang defenisi sistem saraf pusat ?

2. Mengetahui tentang obat perangsang sistem saraf pusat ?

3. Mengetahui tentang klasifikasi sistem saraf pusat ?

4. Mengetahui tentang jenis obat-obat sistem saraf pusat & mekanisme kerjanya ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat merupakan pusat pengaturan informasi, dimana seluruh aktivitas

tubuh dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum

tulang belakang. Otak dilingdungi oleh tengkorak dan sumsum tulang belakang dilindungi

oleh ruas-ruas tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang dibungkus oleh selaput

meningia yang melindungi sistem saraf halus, membawa pembuluh darah, dan dengan

mensekresi sejenis cairan yang disebut serebrospinal, selaput meningia dapat memperkecil

benturan dan guncangan. Meningia terdiri ata tiga lapisan, yaitu piamater, arachnoid, dan

duramater.

Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan suatu

jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain.

Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi

antara individu dengan lingkungan sekitarnya.

Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang serebrum

medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-depan oleh se-nyawa

stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran dan semangat

bertambah. Contoh senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin.

Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem saraf tepi

(SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa, cahaya, dan suara mula-

mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang.

Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit diotak besar. Sedangkan analgetik

narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat
dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif

hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP disebut analeptika.

Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek

farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :

1. Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung

merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.

2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung

memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan

saraf- sarafnya.

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas

(merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok obat

memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus mempengaruhi

pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh jelas.

2.2 Klasifikasi Sistem Saraf Pusat

Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan besar, yaitu:

1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan atau menghambat

fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa dan tranquillizers, dan

antipsikotika); Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan

psikostimulansia (wekamin).

2. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan

penyakit Parkinson.

3. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan lokal.

4. Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002).


Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya dengan

mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia (tergantung kerja transmitter).

2.3 Obat-Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat

Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat antara lain :

1. AMFETAMIN

Indikasi : untuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian

Efek samping : Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur, gelisah,

tremor, iritabilitas dan beberapa masalah kardiovaskuler

(Tachicardia, palpitasi, aritmia, dll)

Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat pada urin

asam dari pada urin basa

Reaksi yang merugikan : menimbulkan efek- efek yang buruk pada sistem saraf pusat,

kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan endokrin.

Dosis : Dewasa: 5-20 mg & Anak > 6 th : 2,5-5 mg/hari.

2. METILFENIDAT

Indikasi : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan

SSP, syndrom hiperkinetik pada anak

Efek samping : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepal,

Tachicardia

Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal.

Farmakokinetik : diabsorbsikan melalui saluran cerna dan diekskresikan

melalui urin, dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam

Farmakodinamik : mula- mula :0,5 – 1 jam P : 1 – 3 jam, L : 4-8 jam.


Reaksi yang merugikan : takikardia, palpitasi, meningkatkan hiperaktivitas.

dosis pemberian : Dewasa : 10 mg 3x/hr & Anak : 0.25 mg/kgBB/hr.

3. KAFEIN

Indikasi : menghilangkan rasa ngantuk, menimbulkan daya pikir yang

cepat, perangsang pusat pernafasan dan fasomotor, untuk

merangsang pernafasan pada apnea bayi premature

Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan lebih

cepat

Kontraindikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan migren,

sering gelisah (anxious).

Farmakokinetik : kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan diabsorbsikan

dengan cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam,

diekskresikan melalui urin

Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan mempengaruhi

SSP dan jantung.

Dosis pemberian : apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr.

4. NIKETAMID

Indikasi : merangsang pusat pernafasan

Efek samping : pada dosis berlebihan menimbulkan kejang

Farmakokinetik : diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih efektif dari

IV

Dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernafasan


5. DOKSAPRAM

Indikasi : perangsang pernafasan.

Efek samping : hipertensi, tachicardia, aritmia, otot kaku, muntah

Farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SSP

Dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB.

2.3 Jenis Obat-Obat Sistem Saraf Pusat & Mekanisme Kerjanya

1. Obat Anestetik

Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dalam

bermacan-macam tindakan operasi.

a). Anestetik Lokal : Obat yang merintangi secara reversible penerusan impuls-impuls

syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pada kegunaan lokal dengan demikian dapat

menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.

Cara penggunaan obat Anestetik

Anestetik lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya pembedahan kecil

dimana pemakaian anestetik umum tidak dibutuhkan. Anestetik local dibagi menjadi 3 jenis :

1. Anestetik permukaan, digunakan secara local untu melawan rasa nyeri dan gatal,

misalnya larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di mulut atau

leher, tetes mata untuk mengukur tekana okuler mata atau mengeluarkan benda

asing di mata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar dan

suppositoria untuk penderita ambient/ wasir.

2. Anestetik filtrasi yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang dibius ujung-ujung

sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi


3. Anestetik blok atau penyaluran saraf yaitu dengan penyuntikan disuatu tempat

dimana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai daerah anestesi yang luas

misalnya pada pergelangan tangan atau kaki.

Obat – obat anestetik local umumnya yang dipakai adalah garam kloridanya yang mudah

larut dalam air.

Persyaratan Anestetik local

Anestetik local dikatakan ideal apabila memiliki beberapa persyaratan sebagai

berikut:

a. Tidak merangsang jaringan

b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf sentral

c. Toksisitas sistemis rendah

d. Efektif pada penyuntikan dan penggunaan local

e. Mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka waktu cukup lama

f. Larut dalam air dengan menghasilakan larutan yang stabil dan tahan pemanasan

Efek samping

Eek samping dari pengguna anestetik local terjadi akibat khasiat dari

kardiodepresifnya ( menekan fungsi jantung ), mengakibatkan hipersensitasi berupa

dermatitis alergi.

Penggolongan

Secara kimiawi anestetik local dibagi 3 kelompok yaitu :

1. Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain, dan oksibuprokain

2. Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivikain, bupivikain,, cinchokain dll.


Semua kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintesis.

Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1. Bupivikain

Indikasi : anestetik lokal

2. Etil klorida

Indikasi : anestetik local

Efek samping : menekan pernafasan, gelisah dan mual

3. Lidokain

Indikasi : anestesi filtrasi dan anestesi permukaan, antiaritmia

Efek samping : mengantuk

4. Benzokain

Indikasi : anestesi permukaan dan menghilangkan rasa nyeri dan gatal

5. Prokain ( novokain )

Indikasi : anestesi filtrasi dan permukaan

Efek samping : hipersensitasi

6. Tetrakain

Indikasi : anestesi filtrasi

7. Benzilalkohol

Indikasi : menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan gigi

Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi

Efek samping : menekan pernafasan

b). Anestetika Umum

Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi pada pusat-pusat syaraf tertentu

yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan.


Persyaratan Anestetik Umum

Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestetik umum :

1.berbau enak dan tidak merangsang selaput lender

2. mula kerja cepat tanpa efek samping

3. sadar kembalinya tanpa kejang

4. berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya

5. Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan.

Efek samping

Hampir semua anestetik umum mengakibatkan sejumlah efek samping yang

terpenting diantaranya adalah :

 ·Menekan pernafasa, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretiken

 ·Mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan metoksifluran yang

paling ringan pada eter

 ·Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa klor

 ·Merusak ginjal, khususnya metoksifluran

Penggolongan

Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan menjadi 2 yaitu:

1. Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting ( thiopental dan

heksobarbital)

2. Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan. Contohnya eter,

dll.
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1. Dinitrogen monoksida

Indikasi : anestesi inhalasi

2. Enfluran

Indikasi : anestesi inhalasi ( untuk pasien yang tidak tahan eter)

Efek samping : menekan pernafasan, gelisah, dan mual

3. Halotan

Indikasi : anestesi inhalasi

Efek samping : menekan pernafasan, aritmia, dan hipotensi

4. Droperidol

Indikasi : anestesi inhalasi

5. Eter

Indikasi : anestesi inhalasi

Efek samping : merangsang mukosa saluran pernafasan

6. Ketamin hidroklorida

Indikasi : anestesi inhalasi

e Efek samping : menekan pernafasan (dosis tinggi ), halusinasi dan tekanan darah

naik.

7. Tiopental

Indikasi : anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti di mulut

Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi

Efek samping : menekan pernafasan


2. Obat Hipnotik dan Sedative

Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah obat yang

diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan tubuh normal untuk

tidur, mempermudah atu menyebabkan tidur. Sedangkan sedative adalah obat obat yang

menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan

dan mencegah kejang-kejang. Yang termasuk golongan obat sedative-hipnotik adalah:

Ethanol (alcohol),Barbiturate,fenobarbital,Benzodiazepam, methaqualon.

Insomnia dan pengobatannya

Insomnia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh factor-faktor seperti : batuk,rasa

nyeri, sesak nafas, gangguan emosi, ketegangan, kecemasan, ataupun depresi. Factor

penyebab ini harus dihilangkan dengan obat-obatan yang sesuai seperti:Antussiva, anelgetik,

obat-obat vasilidator, anti depresiva, sedative atau tranquilizer.

Persyaratan obat tidur yang ideal

1. Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan tidur normal

2. Jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari system saraf pusat

maupun organ lainnya yang kecil.

3. Tidak tertimbun dalam tubuh

4. Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negative pada keesokan harinya

5. Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang

Efek samping

Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yng mirip dengan morfin

antara lain :
a. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contihnya flurazepam, kloralhidrat, dan

paraldehida.

b. Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturate.

c. Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan di

kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan benzodiazepine dan barbiturat.

d. Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik bersifat lipofil.

Penggolongan

Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :

1. Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital, heksobarbital,dll.

2. Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan

triazolam.

3. Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan turunannya serta paraldehida.

4. Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan ammonium ) dan

turunan ure seperti karbromal dan bromisoval.

5. Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida ) dan metaqualon.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping

1. Diazepam

Indikasi : hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot dan

anti ansietas (obat epilepsi).

2. Nitrazepam

Indikasi : seperti indikasi diazepam

Efek samping : pada pengguanaan lama terjadi kumulasi dengan efek sisa (hang

over ), gangguan koordinasi dan melantur.


3. Flunitrazepam

Indikasi : hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi.

Efek samping : amnesia (hilang ingatan )

4. Kloral hidrat

Indikasi : hipnotika dan sedative

Efek samping : merusak mukosa lambung usus dan ketagihan

5. Luminal

Indikasi : sedative, epilepsy, tetanus, dan keracunan strikhnin.

3. Obat Psikofarmaka / psikotropik

Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP)

dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, dan digunakan untuk

terapi gangguan psikiatrik.

Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok :

1) Neuroleptika yaitu obat yang berkerja sebagai anti psikotis dan sedative yang dikenal

dengan Mayor Tranquilizer.

Neuroleptika mempunyai beberapaa khasiat :

1. Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan agresi, mengurangi atau

menghilangkan halusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal dan schizophrenia.

2. Sedative yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah, contoh tioridazina.

3. Anti emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat muntah, contoh

proklorperezin.

4. Analgetika yaitu menekan ambang rasa nyeri, contoh haloperidinol.


Efek samping

1. Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota gerak karena

disebabkan kekurangan kadar dopamine dalam otak.

2. Sedative disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk,lelah dan pikiran

keruh.

3. Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka (bibir, dan

rahang )

4. Hipotensi, disebabkan adanya blockade reseptor alfa adrenergic dan vasolidasi.

5. Efek anti kolinergik dengan cirri-ciri mulut kering, obstipasi dan gangguan

penglihatan.

6. Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi nafsu makan

7. Galaktore yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi ASI secara

berlebihan.

2) Ataraktika/ anksiolitika yaitu obat yang bekerja sedative, relaksasi otot dan anti

konvulsi yang digunakan pada gangguan akibat gelisah/ cemas, takut, stress dan gangguan

tidur, dikenal dengan Minor Tranquilizer.

Penggolongan obat-obat ataraktika dibagi menjadi 2 yaitu :

1.Derivat Benzodiazepin

2.Kelompok lain, contohnya : benzoktamin, hidrosizin dan meprobramat.

Adapun obat yang menstimulasi fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat, dibagi 2:

a. Anti Depresiva, dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang dapat melawan

melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeritika yaitu menghilangkan inaktivitas

fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana jiwa. Secara umum anti depresiva dapat
memperbaiki suasana jiwa dan dapat menghilangkan gejala-gejala murum dan putus asa.

Obat ini terutama digunakan pada keadaan depresi, panic dan fobia.

Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan :

1. Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis

dengan efek samping gangguan pada system otonom dan jantung. Contohnya imipramin dan

amitriptilin.

2. Anti deprisiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan

gangguan jantung, contohnya meprotilin dan mianserin.

3). Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan

prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan rasa

nyaman dan kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi.

4. Obat Antikonvulsan

Obat mencegah & mengobati bangkitan epilepsi. Contoh : Diazepam,

Fenitoin,Fenobarbital, Karbamazepin, Klonazepam.

5. Obat Pelemas otot / muscle relaxant

Obat yg mempengaruhi tonus otot

6. Obat Analgetik atau obat penghalang nyeri

Obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa

menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas disebut Antipiretika.


Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:

1. Analgetik Perifer (non narkotik), analgetik ini tidak dipengaruhi system saraf pusat.

Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu.

Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.

Penggolongan:

Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :

1. Golongan salisilat

Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Obat ini

diindikasikan untuk sakit kepala, neri otot, demam. Sebagai contoh aspirin dosis kecil

digunakan untuk pencegahan thrombosis koroner dan cerebral. Asetosal adalah analgetik

antipirentik dan anti

inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Efek

sampingnya yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran

cerna.

2. Golongan para aminofenol

Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol ). Efek samping golongan ini

serupa denga salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sedang, dan dapat

menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Efek

samping dari parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama

dapat menyebabkan kerusakan hati.

3. Golongan pirazolon(dipiron)
Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek inflamasinya lemah. Efek samping

semua derivate pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan

trombositopenia.

4. Golongan antranilat

Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi kurang efektif

dibandingkan dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi mukosa lambung dan

gangguan saluran cerna sering timbul.

Penggunaan :

Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa memengaruhi SSP

atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga

berdaya antipiretis dan/atau antiradang. Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai obat

antinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi virus/kuman, selesma, pilek) dan peradangan

seperti rematik dan encok.

Efek samping :

Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan

ginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan

lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan anal-getika secara kontinu tidak

dianjurkan.

2. Analgetik Narkotik, Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur

dan kanker.

Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu:

1. Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal.

2. Obat perifer bersama kodein atau tramadol.


3. Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal.

4. Obat Opioid parenteral.

Penggolongan analgetik narkotik adalah sebagai berikut :

a. Alkaloid alam : morfin,codein

b. Derivate semi sintesis : heroin

c. Derivate sintetik : metadon, fentanil

d. Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan pentazooin.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping

1. Morfin

Indikasi : analgetik selama dan setelah pembedahan

Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut.

Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi pada over dosis.

2. Kodein fosfat

Indikasi : nyeri ringan sampai sedang

Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut

Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi over dosis

3. Fentanil

Indikasi : nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker

Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut

Efek samping: mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis

4. Petidin HCl

Indikasi : nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah

Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut

Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis


5. Tremadol HCl

Indikasi : nyeri sedang sampai berat

Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut

Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis

Nalorfin, Nalokson

Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin dan bersifat

analgetik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi obat-obat analgetik

narkotik.

7. Antipiretik

adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.

8. Obat Antimigrain

Obat yang mengobati penyakit berciri serangan-serangan berkala dari nyeri hebat

pada satu sisi.

9. Obat Anti Reumatik

Obat yang digunakan untuk mengobati atau menghilangkan rasa nyeri pada

sendi/otot, disebut juga anti encok. Efek samping berupa gangguan lambung usus, perdarahan

tersembunyi (okult ), pusing, tremor dan lain-lain. Obat generiknya Indomestasin,

fenilbutazon, dan piroksikam.

10. Obat Anti Depresan


Obat yang dapat memperbaiki suasana jiwa dapat menghilangkan atau meringankan

gejala-gejala keadaan murung yang tidak disebabkan oleh kesulitan sosial, ekonomi dan obat-

obatan serta penyakit.

11. Neuroleptika

Obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa menekan fungsi-

fungsi umum seperti berfikir dan berkelakuan normal. Obat ini digunakan pada gangguan

(infusiensi) cerebral seperti mudah lupa, kurang konsentrasi dan vertigo. Gejalanya dapat

berupa kelemahan ingatan jangka pendek dan konsentrasi, vertigo, kuping berdengung, jari-

jari dingin, dan depresi.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping

1. Piracetam

Obat ini diindikasikan untuk gejala dengan proses menua seperti daya ingat

berkurang, terapi pada anak seperti kesulitan belajar.

2. Pyritinol HCl

Obat ini diindikasikan untuk pasca trauma otak, perdarahan otak, gejala degenerasi

otak sehubungan gangguan metabolism.

3. Mecobalamin

Obat ini diindikasikan untuk terapi neuropati perifer.

12. Obat Antiepileptika

Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan syaraf

yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai perubahan-perubahan

kesadaran.
Penyebab antiepileptika : pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak dan

berlebihan pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di otak( abses,

tumor, anteriosklerosis ), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu yang dapat

memprovokasi serangan epilepsi.

Jenis – Jenis Epilepsi :

1. Grand mal (tonik-tonik umum )

Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat dengan pergerakan

kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut berbusa,mata membeliak dan disusul

dengan pingsan dan sadar kembali.

2. Petit mal

Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.

3. Psikomotor (serangan parsial kompleks)

Kesadaran terganggu hanya sebagian tanoa hilangnya ingatan dengan memperlihatkan

perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam lingkaran.

Penggunaan

1. untuk menghindari sel-sel otak

2. mengurangi beban social dan psikologi pasien maupun keluarganya

3. profilaksis/pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang

Penggolongan

1. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hamper semua

jenis epilepsi. Contoh fenitoin.


2. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling sering digunakan

pada serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan piramidon.

3. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti

konvulsif.

4. Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan

antikonvulsiv yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam yang aktif,klorazepam,

klobazepam.

5. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsy umum tetapi

kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat didasarkan

meningkatkan kadar asam gama amino butirat acid.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping

1. Fenitoin

Indikasi : semua jenis epilepsi,kecuali petit mal, status epileptikus

Kontra indikasi: gangguan hati, wanita hamil dan menyusui

Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia.

2. Penobarbital

Indikasi : semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus

Kontra indikasi: depresi pernafasan berat, porifiria

Efek samping :mengantuk, depresi mental

3. Karbamazepin

Indikasi : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus


Kontra indikasi: gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang

Efek samping : mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung

4. Klobazam

Indikasi : terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek ansietas.

Kontra indikasi: depresi pernafasan

Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan

kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.

5. Diazepam

Indikasi : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan

Kontra indikasi: depresi pernafasan

Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia,

ketergantungan, kadang nyeri kepala.

13. Obat Antiemetika

Obat untuk mencegah / menghentikan muntah akibat stimulasi pusat muntah yang

disebabkan oleh rangsangan lambung usus, melalui CTZ (Cheme Receptor Trigger Zone) dan

melalui kulit otak.

Penggunaan :

Antiemetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut :

1. Mabuk jalan

2. Mabuk kehamilan

3. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu seperti pada pengobatan

dengan radiasi atau obat-obat sitostatik.


Penggolongan

1. Anti histamin

Efek samping anti histamine ini adalah mengantuk. Anti histamine yang dipaki adalah

sinarizin, dimenhidrinat, dan prometazin, toklat.

2. Dopamin blokersinarizin

3. Metoklopramid dan fenotiazin

Bekerja secara selektif merintangi reseptor dopamine ke chemo reseptor trigger zone

tetapi tidak efektif untuk motion sickness. Obat yng dipaki adalah klorpromazin

HCl,perfenazin, proklorperazin dan trifluoperazin.

4. Domperidon

Bekerja berdasarkan peringatan reseptor dopamine ke CTZ. Efek samping jarang

terjadi hanya berupa kejang-kejang usus. Obat ini dipaki pada kasus mual dan muntah yang

berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.

5. Antagonis serotonin

Bermanfaat pada pasien mual, muntah yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.

Obat generic, indikasi, kontra indikasi, efek samping

1. Sinarizin

Indikasi : kelainan vestibuler seperti vertilago, tinnitus, mual dan muntah.

Kontra indikasi : kehamilan/ menyusui, hipotensi, dan serangan asma

Efek samping : gejala ekstra pyramidal, mengantuk, sakit kepala

2. Dimenhidrinat

Indikasi : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan labirin


Kontra indikasi : serangan asma akut, gagal jantung dan kehamilan

Efek samping : mengantuk dan gangguan psikomotor

3. Klorpromazin HCl

Indikasi : mual dan muntah

Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal

Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal

4. Perfenazin

Indikasi : mual dan muntah berat

Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal

Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal

5. Proklorperazin

Indikasi : mual dan muntah akibat gangguan pada labirin

Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal

Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal

6. Trifluoperazin

Indikasi :mual dan muntah berat

Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal

Efek samping : mengantuk, gejala ekstra pyramidal


14. Obat Parkinson (penyakit gemetaran )

Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkison yang ditandai dengan gejala

tremor, kaku otot,gangguan gaya berjalan, gannguan kognitif, persepsi, dan daya ingat.

Penyakit ini terjadi akibat proses degenerasi yang progresif dan sel-sel otak sehingga

menyebabkan terjadinya defisiensi neurotransmitter yaitu dopamin.

Gejala – gejala Parkison dapat dikelompokan sebagai berikut :

 Gangguan motorik positif, misalnya terjadi tremor dan rigiditas. Gangguan negative

misalnya terjadi hipokinesia.

 Gejala vegetatif, seperti air liur dan air mata berlebihan, muka pucat dan kaku.

 Gangguan psikis, seperti berkurangnya kemampuan mengambil keputusan, merasa

tertekan.

Penyebab penyakit Parkinson :

 Idiopatik (tidak diketahui sebabnya)

 Radang, trauma, anterosklerosis pada otak

 Efek samping obat psikofarmaka

Penggunaan

Meskipun pengobatan parkison tidak dapat mencegah progesi penyakit, tetapi sangat

memperbaiki kualitas dan harapan hidup kebanyakan pasien. Karena itu pemberian obat

sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan sedikit demi sedikit.

Penggolongan

Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi :


1. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/ benzheksol, digunakan pada pasien dengan

gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang dopamin.

2. Obat anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk penyakit Parkinson

idiopatik, obat pilihan utama adalah levodopa.

3. Obat anti dopamine antikolinergik, seperti amantadine.

4. Obat untuk tremor essensial, seperti haloperidol, klorpromazine, primidon.

Obat generic, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1. Triheksifenidil

Mempunyai daya antikolinergik yang dapat memperbaikintremor, tetapi kurang

efektif terhadap akinesia dan kekakuan.

2. Biperidin

Derivate yang terutama efektif terhadap akinesia dan kekakuan, kurang aktif terhadap

tremor. Efek samping kurang lebih sama.

Indikasi : Parkinson, gangguan ektrapiramidal karena obat.

Kontra indikasi : retensi urine, glaucoma, tersumbatnya saluran cerna

Efek samping : gangguan lambung usus, mulut kering, gangguan penglihatan dan

efek-efek sentral.

3. Levodopa

Levodopa terutama efektif terhadap hipokinesia dan kekakuan, sedangkan terhadap

tremor umumnya kurang efektif dibandingkan dengan antikolinergik.

Indikasi : parkinsonisme bukan karena obat

Kontra indikasi : glukoma, penyakit psikiatri berat

Efek samping : anoreksia, mual, muntah, insomnia

4. Bromokriptin
Bekerja sebagai antagonis dopamine, obat ini semula digunakan pada pasien-pasien

parkison hanya dimana efek-efek dopa berkurang setelah beberapa tahun dan

efeknyapun menjadi singkat, bersamaan dengan lebih seringnya terjadi efek samping.

Indikasi : parkinsonisme

Efek samping :gangguan lambung usus, pada dosis tinggi halusinasi,

gangguan psikomotor dll.

5. Amantadine

Obat anti influenza ini secara kebetulan ditemukan daya anti parkisonnya.

Efek samping : lebih ringan dari levodopa, pada dosis biasa tidak sring

terjadi antara lain mulut kering, gangguan penglihatan,

hipotensi ortostatik, kadang-kadang terjadi udema mata kaki.

Mekanisme kerja melalui memperbanyak pelepasan dari

ujung-ujung saraf.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, Bermacam-macam penyakit memerlukan obat yang berbeda-beda, begitu pula

dengan obatnya selain mempunyai fungsi masing-masing obat juga mempunyai efek

sampingnya masing-masing, dan sebagai perawat kita semua harus bisa memahami tentang

obat dan jenisnya.

3.1 Saran
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan

pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu, pemikiran dan

pengetahuan penulis yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan makalah ini penulis

sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat membangun kepada semua

pembaca.

Tidak terlepas dari semua itu penulis juga menyarankan bahwa sebaiknya gunakanlah

obat sesuai anjuran dokter, dan pergunakanlah obat tersebut sesuai dengan penyakit yang

diderita , jangan menggunakan obat kurang atau melebihi batasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R:farmakologi, pendekatan proses keperawatan: EGC,

Jakarta.1996

Tan, Hoan, Tjay dan Raharja, Kirana: obat-obat penting, edisi keempat:1991

Muschleir, emst, dinamika obat, edisi kelima, penerbit ITB, Bandung: 1991

Purwanto, SL dan Istiantoro, Yati. 1992. DOI(Data Obat DiIndonesia). Jakarta: PT.

Grafindian Jaya.

Katzung, Bertram G.2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R.1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.

Jakarta :EGC.

n Website :

http://afifahyunitasari.blogspot.com/2012/12/contoh-makalah-pengaruh-narkoba.html

http://hattaanita.blogspot.com/2011/03/contoh-makalah-pengaruh-narkoba.html

http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/pengaruh-obat-obatan-terhadap-sistem.html

http://www.sridianti.com/biologi/saraf/obat-sistem-saraf/

http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/gangguan-pada-sistem-regulasi/

http://slametarmia.blogspot.com/2013/02/makalah-farmakologi-obat-analgesik.html

http://kahfiteplan.blogspot.com/2012/04/obat-sistem-saraf-pusat.html

Anda mungkin juga menyukai