Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KEPATUHAN BEROBAT HIPERTENSI

Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Prorgam Studi Profesi Ners STIKKU 2021

Oleh:

Refi Ista’shama

JNR0210085

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2021-2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
HIPERTENSI

Pokok Bahasan : Kepatuhan Berobat Hipertensi


Sub Pokok Bahasan : Pengobatan Hipertensi
Sasaran : Pasien
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Jumat, 26 November 2021
Waktu : 13:00 s/d 13:30 WIB
Tempat : Rumah Ny.N

I. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang kepatuhan berobat hipertensi
diharapkan pasien dapat memahami tentang pentingnya patuh berobat hipertensi
secara teratur.

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit pasien diharapkan mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian hiprtensi
2. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
3. Menyebutkan jenis pengobatan hipertensi
4. Menyebutkan dampak dari patuh berobat hipertensi

II. POKOK MATERI


1. Pengertian hipertensi
2. Tanda dan gejala hipertensi
3. Jenis pengobatan hipertensi
4. Manfaat patuh berobat hipertensi

III. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


Metode : ceramah dan diskusi
Langkah – langkah kegiatan :
A. Kegiatan Pra Pembelajaran
1. Mempersiapkan materi, media dan tempat
2. Kontrak waktu
B. Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasanMenjelaskan tujuan
4. Apersepsi
C. Kegiatan inti
1. Penyuluh menyampaikan materi
2. Sasaran menyimak materi
3. Sasaran mengajukan pertanyaan
4. Penyuluh menjawab pertanyaan
5. Penyuluh menyimpulkan jawaban
D. Penutup
1. Evaluasi
2. Penyuluh dan sasaran menyimpulkan materi
3. Memberi salam

IV. MEDIA DAN SUMBER


A. Media : Leaflet
B. Sumber :

Adrian, S. J. (2019). Hipertensi esensial: diagnosis dan tatalaksana terbaru pada


dewasa. Cermin Dunia Kedokteran, 46(3), 172-178. Adrian, S. J. (2019).
Hipertensi esensial: diagnosis dan tatalaksana terbaru pada dewasa.
Cermin Dunia Kedokteran, 46(3), 172-178.
http://103.13.36.125/index.php/CDK/article/view/503

Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2013). Medical-surgical nursing:


Patient-centered collaborative care. St. Louis: Elsevier Saunders.

Lewis, S., Dirksen, S. and Bucher, L., 2014. Study Guide for Medical-Surgical
Nursing. London: Elsevier Health Sciences.

Williams, B., Mancia, G., Spiering, W., Agabiti Rosei, E., Azizi, M., Burnier, M.,
... & Desormais, I. (2018). 2018 ESC/ESH Guidelines for the management
of arterial hypertension: The Task Force for the management of arterial
hypertension of the European Society of Cardiology (ESC) and the
European Society of Hypertension (ESH). European heart journal,
39(33), 3021-3104. https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehy339

http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-
pembuluh-darah/kendalikan-hipertensi-dengan-patuh diakses pada 11
November 2021

Utami, R. S., & Raudatussalamah, R. (2017). Hubungan dukungan sosial keluarga


dengan kepatuhan berobat penderita hipertensi di Puskesmas Tualang.
Jurnal psikologi, 12(2), 91-98. http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/psikologi/article/view/3235

Mangendai, Y., Rompas, S., & Hamel, R. S. (2017). Faktor-faktor yang


berhubungan dengan kepatuhan berobat pada pasien hipertensi di
Puskesmas Ranotana Weru. Jurnal Keperawatan, 5(1).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/15829

V. EVALUASI
A. Prosedur : Pre test dan Post test
B. Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
C. Butir soal :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tekanan darah tinggi (Hipertensi) ?
2. Apa saja tanda dan gejala tekanan darah tinggi (Hipertensi) ?
3. Jelaskan jenis pengobatan darah tinggi (Hipertensi)!
4. Jelaskan dampak dari patuh konsumsi obat darah tinggi (Hipertensi)!
LAMPIRAN 1
MATERI

A. PENGERTIAN
Hipertensi atau yang sering disebut dengan istilah “Darah tinggi” merupakan
kondisi saat tekanan darah sistolik ≥ 120 mmHg atau diastolik ≥ 80 mmHg [CITATION
Bru13 \l 1033 ]. Hipertensi merupakan salah satu penyebab terbesar morbiditas di
dunia, sering disebut sebagai pembunuh diam-diam [ CITATION Adr19 \l 1033 ].
Sedangkan menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai darah tinggi. Berdasarkan European Heart Journal (2018) yang diterbitkan
ESC (European Society of Cardiology) hipertensi dikatergorikan sebagai berikut :

Kategori TD Sistolik TD Diastolik

Optimal <120 dan <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84

Normal tinggi 130-139 dan/atau 85-89

Hipertensi tingkat 1 140-159 dan/atau 90-99

Hipertensi tingkat 2 160-179 dan/atau 100-109

Hipertensi tingkat 3 ≥180 dan/atau ≥110

Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 dan <90

Sumber: European Society of Hypertension- European Society of Cardiology (ESH-ESC)


2018

B. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI


Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” karena sering tanpa gejala
hingga menjadi parah dan mengenai beberapa organ tubuh dan memunculkan
penyakit. Seorang pasien dengan hipertensi berat dapat mengalami berbagai gejala
sekunder akibat efek dari peningkatan darah pembuluh darah di berbagai organ dan
jaringan atau peningkatan beban kerja jantung. Gejala sekunder ini mencakup:
1. Kelelahan
2. Pusing
3. Palpitasi

4. Angina
5. Dispnea.
Namun, pasien dengan krisis hipertensi mungkin mengalami sakit kepala parah,
dispnea, kecemasan, dan mimisan (Lewis, Dirksen and Bucher, 2014).

Berdasarkan P2PTM Kementrian Kesehatan Indonesia (2018) Tidak semua


penderita hipertensi mengenali atau merasakan keluhan maupun gejala, sehingga
hipertensi sering dijuluki sebagai pembunuh diam-diam (silent killer).
Keluhan-keluhan pada penderita hipertensi antara lain :
• Sakit kepala
• Gelisah
• Jantung berdebar-debar
• Pusing
• Penglihatan kabur
• Rasa sakit di dada
• mudah lelah, dll

C. JENIS PENGOBATAN HIPERTENSI


Berdasarkan jurmal Hipertensi Esensial: Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru
[ CITATION Adr19 \l 1033 ] pengobatan hipertensi terbagi menjadi dua cara yaitu secara
non farmakologis dan farmakologis.

1. Non farmakologis
Intervensi non-farmakologis merupakan salah satu cara efektif untuk
menurunkan tekanan darah; yang telah terbukti dengan uji klinis adalah
penurunan berat badan, Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), diet
rendah garam, suplemen kalium, peningkatan aktivitas fisik, dan pengurangan
konsumsi alcohol.
2. Farmakologis
Indonesia masih mengacu pada algoritma yang diterbitkan oleh JNC
VII dalam penatalaksanaan hipertensi. Pilihan terapi dimulai dengan
modifikasi gaya hidup. Kemudian pemberian obat disesuaikan dengan stadium
hipertensi dan indikasi yang mendukung lainnya seperti gagal jantung, riwayat
infark miokardium, risiko tinggi penyakit koroner, diabetes, penyakit ginjal
kronis, dan riwayat stroke berulang.

Sumber: Hipertensi esensial: diagnosis dan tatalaksana terbaru pada dewasa,


2019

Untuk mempermudah mengingat proses pengobatan yang perlu


dilakukan penderita hipertensi Kemenkes membuat sebuah jargon “Kendalikan
hipertensi dengan PATUH” dengan kepanjangan “Kendalikan Hipertensi
dengan PATUH, P : Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter,
A : Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, T : Tetap diet
dengan gizi seimbang, U : Upayakan aktifitas fisik dengan aman, H : Hindari
asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik

D. DAMPAK PATUH BEROBAT HIPERTENSI


Hipertensi merupakan penyakit yang harus diterapi seumur hidup. Selain
prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat pada masa yang akan datang,
tingkat keganasannya juga tinggi (Utami, R. S., & Raudatussalamah, R., 2017).
Kepatuhan pengobatan pasien hipertensi merupakan hal penting karena hipertensi
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol atau
dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat berujung pada kematian
((Palmer & William, 2007) dalam Mangendai, Y., Rompas, S., & Hamel, R. S.,
2017). Masalah ketidakpatuhan umum dijumpai dalam pengobatan penyakit kronis
yang memerlukan pengobatan jangka panjang seperti hipertensi. Obat-obat
antihipertensi yang ada saat ini telah terbukti dapat mengontrol tekanan darah pada
pasien hipertensi, dan juga sangat berperan dalam menurunkan risiko berkembangnya
komplikasi kardiovaskular. Namun demikian, penggunaan obat antihipertensi saja
terbukti tidak cukup untuk menghasilkan efek pengontrolan tekanan darah jangka
panjang apabila tidak didukung dengan kepatuhan dalam menggunakan obat
antihipertensi tersebut ((Saepudin dkk, 2011) dalam Mangendai, Y., Rompas, S., &
Hamel, R. S., 2017).

LAMPIRAN 2

Anda mungkin juga menyukai