I. TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami dan mengevaluasi tatalaksana terapi pada penyakit yang
berhubungan dengan diabetes mellitus
II.1.1. Definisi
Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association/ADA 2010 dikutip dari
PERKENI 2011 Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikimia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua–duanya, seseorang didiagnosa Diabetes
Melitus jika kadar gula darah sewaktu <200 mg/dl dan kadar gula darah
puasa >126mg/dl. Diabetes Melitus adalah sindrom yang disebabkan oleh
terganggunya insulin di dalam tubuh sehingga menyebabkan hiperglikemia
yang disertai abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
(Donelly, 2015). Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap
insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali
produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat
mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes ketoasidosis
dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Hiperglikemia jangka
panjang dapat menyebabkan
komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan
komplikasi neuropati (penyakit pada saraf). Diabetes juga disertai dengan
peningkatan insiden penyakit makrovaskuler yang mencakup infak
miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer. (Smeltzer, 2002). Terdapat
klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (ADA) Tahun
2010, meliputi DM tipe I, DM tipe II, DM tipe lain dan DM gestasional.
1. Diabetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I yang disebut diabetes tergantung insulin IDDM
merupakan gangguan katabolik dimana tidak terdapat insulin dalam
sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel beta pangkreas gagal
berespon terhadap semua rangsangan insulinogenik. Hal ini disebabkan
oleh penyakit tertentu (antara lain infeksi virus dan autoimun) yang
membuat produksi insulin terganggu (Guyton, 2006). Diabetes melitus
ini erat kaitannya dengan tingginya frekuensi dari antigen HLA
tertentu. Gen-gen yang menjadikan antigen ini terletak pada lengan
pendek kromosom. Onset terjadinya DM tipe I dimulai pada masa
anak-anak atau pada umur 14 tahun (Guyton, 2006).
2. Diabetes melitus tipe II
Diabetes melitus tipe II merupakan bentuk diabetes nonketoik yang
tidak terkait dengan marker HLA kromosom ke 6 dan tidak berkaitan
dengan autoantibody sel pulau Langerhans. Dimulai dengan adanya
resistensi insulin yang belum menyebabkan DM secara klinis. Hal ini
ditandai dengan sel β pankreas yang masih dapat melakukan
kompensasi sehingga terjadi keadaan hiperinsulinemia dengan glukosa
yang masih normal atau sedikit meningkat (Guyton, 2006). Pada
kebanyakan kasus, DM ini terjadi pada usia > 30 tahun dan timbul
secera perlahan (Sudoyo, 2006). Menurut perkeni (2011) untuk kadar
gula darah puasa normal adalah 126 mg/ dl, sedangkan untuk kadar
gula darah 2 jam setelah makan yang normal 200 mg/dl.
3. Diabetes melitus tipe lain
Biasanya disebabkan karena adanya malnutrisi disertai kekurangan
protein, gangguan genetik pada fungsi β dan kerja insulin, namun dapat
pula terjadi karena penyakit eksorin pankreas (seperti cystic fibrosis),
endokrinopati, akibat obat-obatan tertentu atau induksi kimia (ADA,
2010).
4. Diabetes melitus gestasional.
Diabetes melitus gestasional yaitu DM yang timbul selama kehamilan.
Pada masa kehamilan terjadi perubahan yang mengakibatkan
melambatnya reabsorpsi makanan, sehingga menimbulkan keadaan
hiperglikemik yang cukup lama. Menjelang aterm kebutuhan insulin
meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan keadaan normal, yang
disebut sebagai tekanan diabetonik dalam kehamilan. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya resistensi insulin secara fisiologik. DM
gestasional terjadi ketika tubuh tidak dapat membuat dan menggunakan
seluruh insulin saat selama kehamilan. Tanpa insulin, glukosa tidak
dihantarkan kejaringan untuk dirubah menjadi energi (ADA, 2010).
II.1.2. Etiologi
II.1.3. Patogenesis
II.1.4. Patofisiologi
II.1.6. Farmakoterapi
II.2.1. Definisi
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir
dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau,
ulkus diabetikum juga salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit
DM dengan neuropati perifer (Wijaya & Putri, 2013).
Ulkus diabetikum adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang
melibatkan gangguan pada syaraf periferal dan autonomik. Ulkus
diabetikum adalah luka yang terjadi karena adanya kelainan syaraf,
kelainan pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak
di atasi dengan baik, hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan bahkan
dapat di amputasi (Wijaya & Putri, 2013).
II.2.2. Etiologi
II.2.3. Patogenesis
II.2.4. Patofisiologi
Tanda dan gejala pada pasien dengan ulkus diabetikum yaitu sering
kesemutan, nyeri kaki saat istirahat, sensasi rasa berkurang, kerusakan
jaringan (nekrosis), penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis
dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal dan kulit
kering (Yunus&Bahri, 2015).
II.2.6. Farmakoterapi
II.3. Sepsis
II.3.1. Definisi
II.3.2. Etiologi
b. Flu (influenza)
c. Appendiksitis
II.3.3. Patogenesis
II.3.4. Patofisiologi
II.3.6. Farmakoterapi
Keluhan Utama :
Luka di kaki kiri mulai 1,5 bulan yang lalu dengan kondisi kecil kemudian lama-lama
membesar disertai nanah, dibawa ke dokter dan diberi Amoxycillin.
Keluhan Tambahan :
BAK sering dan banyak (± 1 botol besar), sering haus, BB ↓, kesemutan pada kedua
kaki dan rasa tebal, mual (-), muntah(-), pusing (-), sesak (-), batuk (-), perut sebah,
BAB (-) sudah 1 minggu dan diberi Dulcolax® namun tidak memberikan efek.
Diagnosis :
Diagnosa pada saat MRS : DM + ulkus pedis (s) + sepsis + krisis hiperglikemia
Diagnosa akhir : DM ND II + ulkus pedis + sepsis
Riwayat Penyakit :
Hipertensi sejak (+) 3 tahun yang lalu
Diabetes Mellitus sejak (±) 3 tahun yang lalu
Riwayat Pengobatan :
Obat Dosis Indikasi
Captopril 1 x 1 tab Hipertensi
Glibenklamid 2 x 1 tab Diabetes mellitus
Catatan Perkembangan Pasien
DATA KLINIK
TUGAS PRAKTIKUM:
1. Penilaian Profil Pengobatan
2. Analisa Drug Related Problems (DRPs)
3. Monitoring Obat
4. Konseling Obat
5. Pembahasan Kasus
6. Kesimpulan Kasu
DAFTAR PUSTAKA
America Diabetes Assocition (2010). Diagnosis and Clasification of Diabtes, diabetes care 1
januari 2014 vol 27.
Aru W.Sudoyo, B. S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2 ed., Vol. III). Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Bakta, I.M., & Suastika. (2012). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Caterino, J.M., Kahan, S. (2012). Master Plan Kedaruratan Medik. Indonesia: Binarupa
Aksara.
Donelly. (2015). Buku pegangan diabetes. edisi ke-4. USA: John Willey & Sons Limites.
Diterjemahkan oleh Egi Komara Yuda, S.Kp.,MM
Guyton Hall JE. (2006). Buku ajara Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC
Kang-Birken, S. Lena. (2014). Sepsis and Septic Shock. In: Dipiro, J.T., Talbert R.L., Yee,
G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., Pharmacotherapy A Pathophysiology
Approach Ninth Edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies Inc., p
1897-1910.
Smeltzer, suzannec dan Bare, Brenda G.(2002) Buku ajaran keperawatan medical bedah
Brunner dan Suddarth (edis 8, vol 12).
Wijaya, A.S., & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Yunus, Bahri. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lama Penyembuhan Luka Pada
Pasien Ulkus en centre. Makassar: Kedokteran Makassar.