PENDAHULUAN
A. Latar belakang penelitian
insulin sehingga tidak dapat bekerja secara normal untuk mengatur kadar glukosa
di dalam darah, yang ditandai oleh poliuri, polidipsi, dan polifagi, disertai
dengan resistensi terhadap aksi insulin, reaksi insulin yang tidak memadai atau
2005). Terdapat dua kategori utama diabetes militus yaitu diabetes tipe 1 yang
insulin dan diabetes tipe 2 yang disebut non insulin dependent diabetes melitus
disebabkan penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh. Diabetes tipe 2
fenderation (IDF), terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabtes didunia
pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat
melitus di dunia pada tahun 2015, sebanyak 415 juta orang dewasa dengan
diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di tahun 1980-an. Pada tahun 2040
diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta (IDF Atlas, 2015). Prevalensi
1
diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2015, menempati peringkat ketujuh di
dunia untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi bersama dengan China, India,
Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang
adalah dari tanaman. Tanaman patikala (Etlingera elatior) adalah satu dari sekian
banyak jenis tanaman yang memilki potensi sebagi antioksidan alami. Hampir
seluruh bagian tanaman patikala mulai dari rimpang, batang, daun hingga bunga
bila diet yang dijalankan tidak berhasil mengendalikan kadar glukosa darah. Obat
antidiabetes oral mungkin berguna untuk penderita yang alergi terhadap insulin
atau yang tidak menggunakan suntikan insulin. Obat antidiabetes oral kebanyakan
memberikan efek samping yang tidak diinginkan, maka para ahli mengembangkan
harga murah, bahkan umumnya gratis karena dapat ditanam sendiri dan efek
samping yang relatif kecil. Obat tradisional mampu berperan dalam usaha
2
atau secara empiris saja, belum didukung oleh adanya penelitian untuk uji klinis
diabetes mellitus adalah biji alpukat, mahkota dewa, buah naga, jambu biji, pare,
dan tanaman seledri (Yunita, 2013). Salah satu jenis tumbuhan yang juga bisa
L. Domin) (Perumal PC, 2012). Flavanoid inilah yang diduga sebagai agen
antidiabetes.
(Brahmachari, 2011).
3
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Batra S dkk, (2013)
terhadap akar Galing (Cayratia trifolia L. Domin) dengan dosis 200 mg/kg
darah pada mencit (Mus musculus). Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Ilyas dkk (2016) menunjukkan hasil bahwa ekstrak etanol daun Galing dapat
merupakan ekstrak yang telah terbebas dari komponen zat ballast yang dapat
terapi. Ekstrak terpurifikasi adalah hasil proses fraksinasi dari crude ekstrak
dengan metode partisi dengan pelarut yang sesuai sehingga akan diperoleh
fraksi aktif dengan konsentrasi senyawa bioaktif yang lebih tinggi dan
4
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
Diinduksi Glukosa.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
elatior Jack) terstandar terhadap penurunan kadar gula darah mencit (Mus
2. Tujuan khusus
D. Manfaat penelitian
5
1. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efek
2. Sebagai informasi dan bahan referensi bagi peneliti lain efek antidiabetes
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rujukan penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ilyas dkk, 2016 menunjukkan hasil bahwa
ekstrak etanol daun galing dapat memberikan efek antidiabetik yang efektif
potensi dapat menurunkan kadar glukosa darah pada Tikus Putih (Rattus
glukosa darah yang tinggi dan mencegah kenaikan kadar glukosa darah pada
3. Dalam penelitian Shikha Batra dkk, 2013 terhadap akar galing (Cayratia
trifolia L. Domin) dengan dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB secara
7
trifolia L. Domin)”. Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pada uji
Tabung (pengendapan dan reaksi warna) dan uji Kromatografi Lapis Tipis
(Cayratia trifolia L. Domin). Hasil penelitian yang telah dilakukan nilai LD50
pada mencit (Mus musculus) adalah 499,9 mg/kgBB bersifat sangat toksik
B. Landasan teori
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Etlingera
8
b. Nama lain
barat menyebut tanaman ini torch ginger atau torch lily karena bentuk
2010).
c. Morfologi
hijau. Daunnya tunggal, lanset, ujung dan pangkal runcing tetapi rata,
9
panjang daun sekitar 20-30 cm dan lebar 5-15 cm, pertulangan daun
yang berbentuk bonggol dengan panjang tangkai 40-80 cm. Panjang benang
sari ± 7,5 cm dan berwarna kuning. Putiknya kecil dan putih. Mahkota
bunganya bertaju, berbulu jarang dan warnanya merah jambu. Biji patikala
berbentuk kotak atau bulat telur dengan warna putih atau merah jambu.
d. Khasiat
e. Kandungan
2. Tinjauan Ekstraksi
10
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
a. Metode ekstraksi
a) Maserasi
11
segar. Maserasi dapat mencegah terurainya metabolit sekunder
b) Perkolasi
suhu ruangan dengan pelarut yang selalu baru. Prinsip kerja dari
c) Soxhletasi
pori sel simplisia sehingga pelarut organik mudah masuk kedalam sel
untuk melarutkan zat aktif. Metode ekstraksi yang termasuk cara panas
adalah:
a) Refluks
12
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut menggunakan
b) Destilasi
b. Ekstraksi cair-cair
cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara
intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu
pembawa dan pelarut ini adalah heterogen, jika dipisahkan terdapat 2 fase
13
yaitu fase diluen (rafinat) dan fase pelarut (ekstrak). Perbedaan konsentrasi
terlarut dari larutan yang ada. Gaya dorong (driving force) yang
Fase rafinat = fase residu, berisi cairan pembawa dan sisa zat terlarut.
campuran
d) Pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur
c. Ekstrak Terpurifikasi
komponen zat ballast yang dapat mengganggu suatu matriks bahan alam
14
jenis kandungan kimia baik komponen senyawa aktif yang menghasilkan
efek terapi maupun zat ballast (karbohidrat, protein, lemak, resin, klorofil)
metode partisi dengan pelarut yang sesuai sehingga akan diperoleh fraksi
karbohidrat, lilin, resin, dan sejenisnya. Pada zat warna, karbohidrat, lilin,
15
dengan n-heksan diulangi sebanyak 5-10 kali hingga diperoleh cairan tak
d. Cairan pengekstrak
mudah diperoleh, stabil secara fisik dan kimia, bereaksi netral, tidak
tolak menolak antar dua partikel yang bermuatan listrik dalam suatu
a. Klasifikasi
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Miomorfa
Famili : Muridae
Subfamil : Murinae
Genus : Rattus
16
Spesies : Rattus norvegicus
b. Morfologi mencit
iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup dalam kandang atau
hidup bebas sebagai hewan liar. Bulu mencit liar berwarna abu-abu dan
warna perut sedikit lebih pucat, mata berwarna hitam dan kulit
c. Karakteristik mencit
Berat badan
17
Jantan (gram) : 20-40
Pubertas : 28-49
18
Tikus (Rattus norvegicus) albino atau yang dikenal sebagai “tikus
putih” adalah hewan yang paling sering digunakan sebagai model dalam
maka hewan ini tepat untuk dijadikan sebagai hewan coba dalam kajian
praklinik. Salah satu galur yang paling banyak digunakan adalah tikus Wistar
(Fitria dkk, 2015). Pemilihan tikus putih jantan sebagai binatang percobaan
karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil
karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti
tikus betina. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat
lebih cepat dan kondisi biologi tubuh lebih stabil dibanding tikus betina
(Ngatijan, 2006).
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Miomorfa
19
Famili : Muridae
Subfamil : Murinae
Genus : Rattus
penelitian ilmiah telah menjadi sejarah panjang dalam upaya para peneliti
Tikus putih baik digunakan dalam penelitian karena mudah dipelihara, mudah
berkembang biak sehingga cepat mendapatkan hewan coba yang seragam dan
mudah diperiksa melalui organ-organ utama yang berperan yaitu hati dan
20
Konsumsi air minum 20 – 45 g/hari
Defekasi 9 – 13 g/hari
Nilai Nilai
21
Potassium (mEq/l) 5,82 0,11 6,70 0,12 5,40 – 7,00
4. Streptozotosin
analog glukosa. Streptozotosin mudah larut dalam air, sedikit larut dalam
pada hewan coba. Obat dengan berat molekul 265,22. Penyuntikan secara
spektrum luas. Streptozotosin dapat secara lansung merusak masa kritis sel-β-
22
dinucleotide (NAD+) dan menghasilkan perubahan hispotilogi sel beta
b. Klasifikasi Diabetes
sel beta (sel β) dan didefinisikan insulin yang parah atau absolut.
Diabetes tipe I dibagi lebih lanjut menjadi kausa imun dan kausa
23
multifaktor, tetapi hanya 10-15% dari pasien memperlihatkan riwayat
alat injeksi manual atau suatu pompa insulin yang secara kontinu
(Katzung, 2013).
beta yang lebih besar, dan kelamaannya mungkin ringan atau parah.
24
dan kadar trigliserida serta penurunan lipoprotein berdensitas tingggi
insulin untuk bertahan hidup, tetapi 30% atau lebih akan mendapat
Pada keadaan ini glukosa darah dapat meningkat 6-20 kali daripada
(Katzung, 2013).
25
hormon-hormon plasenta menciptakan suatu resistensi insulin yang
26
4) Peyusutan berat badan
d. Diagnosis
(Parkeni, 2011) :
DM.
keluhan klasik.
khusus.
27
Tabel 1. Kriteria penegakan diagnosis
e. Komplikasi
1) Komplikasi akut
a) Hipoglikemi
28
Diagnosis hipoglikemi umumnya berdasarkan atas
berkadar gula yang rendah dan akan membaik bila kadar gula
darah rendah adalah bila gula darah vena < 60 mg/dl (Aryono,
2008 ).
sampai koma.
2) Komplikasi kronis
29
mikroangiopati, sedangkan neuropati bisa merupakan neuropati
(Aryono, 2008 ).
diabetes.
penatalaksanaan diabetes
blood glukose)
30
Kadar insulin < 7%
diabetes, yang pertama pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah
pengaturan diet dan olah raga. Apabila dengan langkah pertama ini
a) Diet
31
tipe 2 dilakukan pembatasan kalori untuk mencapai penurunan
b) Olahraga
2) Terapi farmakologis
a) Terapi insulin
32
1) Sulfonilurea
dengan cara :
2) Biguanid
3) Meglitinid
33
lebih kecil dibandingakan secara sulfonilurea. Termasuk
(Priyanto, 2010).
4) Thiazolidinedion
2010).
6. Tinjauan Glibenklamid
Ca. Dengan terbukanya kanal Ca, maka ion Ca+ akan masuk ke dalam sel β
kemudian merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi
insulin. Pada penggunaan jangka panjang atau dosis yang besar dapat
manusia akan lebih efektif bila diminum 30 menit sebelum makan. Obat ini
diberikan satu kali sehari. Sekitar 50% dari dosis diekskresikan dalam urin
34
dan 50% melalui empedu ke tinja. Dosis awal untuk DM tipe 2 adalah 2,5-5
mg setiap hari, disesuaikan setiap 7 hari dengan penambahan sebesar 2,5 atau
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
atau objek penelitian) serta diperlakukan oleh intervensi itu (Machfoedz, 2008).
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan dilakukan yaitu uji efek ekstrak batang
patikala (Etlingera elatio (Jack)) (Mus musculus L.) terhadap mencit Balb/C (Mus
musculus L.) menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
Husada Kendari.
1. Populasi
Tenggara.
2. Sampel
36
Sampel dalam penelitian ini adalah batang patikala yang diekstraksi
D. Variabel Penelitian
maserat etanol (batang) yang telah diuapkan dengan rotary vacum evaporator
2. Kadar glukosa darah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kadar
F. Hipotesis
37
Ekstrak batang patikala (Etlingera etlatior Jack) memiliki efek
G. Prosedur Penelitian
pengaduk, gelas ukur, gelas kimia glukometer, gunting, kain flanel, Na.
timbangan analitik, wadah maserat dan strip gula darah (Easy Touch
GCU.
2. Cara kerja
38
3) Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan sampel yang sudah rusak.
lama.
sesekali diaduk.
2) Disaring ekstrak etanol yand diperoleh dan diperas dengan kain flanel
dalam wadah dan direndan dengan etanol 96% dengan jumlah yang
sama.
39
2) Diukur aquadest sebanyak 75 ml lalu dipanaskan diatas hotplate
2003).
(n - 1)(t - 1) ≥ 15
40
Keterangan :
(n - 1)(t - 1) ≥ 15
(n - 1)(3 - 1) ≥ 15
2n ≥ 15 + 2
n≥8
digunakan.
dipuasakan selama 6-8 jam namun air tetap diberikan pada mencit
secukupnya.
menggunakan fotometer.
41
2) Masing-masing mencit diinduksi dengan glukosa dosis 150 mg/kgBB
menggunakan kloroform.
42
3. Analisi Data
a. Data
1) Sifat data
2) Jenis data
3) Sumber data
a) Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil pengukuran kadar
c. Penyajian data
43
pengklasifikasian dan pengkodean, penyusunan, perhitungan dan
penyimpanan (storing).
d. Pengolahan data
untuk melihat distribusi data dan dianalisis dengan uji levene untuk
akan dilanjutkan uji Analisis Of Varians (ANOVA) satu arah dengan taraf
(Santoso, 2008).
44
Pengukuran kadar glukosa setelah diinduksi Ekstrak terpurifikasi daun
Galing
Semua kelompok mencit diukur kadar glukosa darahnya pada hari ke-8 setelah perlakuan
Analisa
BABdata
IV
A. Hasil Penelitian
45
gram menggunakan pelarut N-hexan hingga diperoleh ekstrak kental
jantan (Rattus novergicus) galur wistar yang mengalami diabetes melitus tipe
berikut
Tabel 6. Rata- rata kadar glukosa awal, setelah induksi STZ dan kadar glukosa setelah
perlakuan
kadar glukosa (mg/dL)
Perlakuan Setelah Setelah
Awal pemberian STZ perlakuan
Kontrol negatif (Na.CMC 0,5%) 104.8 370 478.8
kontrol positif (Gliben klamid 5
mg) 90.8 367.4 124.6
Ekstrak terpurifikasi daun galing
400 mg/kgBB 95.4 387.2 128.6
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa setelah pemberian STZ
terjadi kenaikan kadar glukosa darah tikus putih jantan pada masing- masing
kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan ekstrak terpurifikasi daun galing
367,4 mg/dL dan 387,2 mg/dL.Setelah perlakuan selama 7 hari kadar glukosa
darah dari ekstrak terpurifikasi daun galing (Cayratia trifolia L.Domin) dan
kontrol positif mengalami penurunan yaitu 124,6 mg/dL dan 128 mg/dL
478,8 mg/dL, hal ini juga dapat dilihat pada gambar berikut.
46
600
400
Kadar Glukosa Darah Awal
300 (mg/dL)
Gambar 6. Diagram kadar glukosa darah Awal, setelah pemberian STZ, dan setelah
perlakuan
Tabel 7. Rata-rata selisish penurunan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus
novergicus) dari ekstrak terpurifikasi daun galing (Cayratia trifolia L. Domin)
Perlakuan Rata- rata (mg/dL)
yang hampir sama yaitu 242,8 mg/dL dan 258,6 mg/dL. Sedangkan, untuk
47
kelompok kontrol negatif tidak mengalami penurunan melainkan kenaikan
dengan rata-rata selisih yaitu -108,8 mg/dL, hal ini juga dapat dilihat dari
300
250
kadar glkosa darah (mg/dL)
200
150
100
50
0
Kontrol negatif Kontrol positif Perlakuan ekstrak
-50
Na.CMC Glibenklamid terpurifikasi daun
-100 galing
-150
Perlakuan
Gambar 7. Rata-rata selisish penurunan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus
novergicus) dari ekstrak terpurifikasi daun galing (Cayratia trifolia L. Domin)
B. Pembahasan
48
alami banyak memainkan peran penting dalam pencegahan diabetes melitus
galing diawali dengan proses pemanenan daun galing. Daun galing memiliki
tekstur yang lunak sehingga pemanenan dilakukan secara manual, daun yang
dipetik yaitu daun yang tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda (daun
kelima dari pucuk). Pemanenan daun dilakukan pada pukul 08.00 – 10.00,
lainnya dari sampel dan juga untuk memisahkan antara daun dan batangnya
sertsa memisahkan daun yang masih utuh serta daun yang rusak pada saat
pemanenan. Setelah disortasi basah daun galing kemudian dicuci pada air
kemudian dikeringkan pada suhu ruang untuk menghilangkan kadar air yang
terkandung pada daun hingga kurang dari 10%. Daun yang telah dikeringkan
yang masuk selama proses pengeringan dan memisahkan daun galing yang
49
Simplisia daun galing yang telah dihaluskan kemudian diekstraksi
dalam daun galing bersifat polar, sehingga diperlukan pelarut yang bersifar
suhu kamar dan terlindung dari cahaya dengan sesekali pengadukan untuk
mencegah terjadinya kejenuhan pada pelarut jika telah melewati 5 hari (Senja
dkk, 2014). Metode maserasi dipilih karena alat yang digunakan sederhana
2014) daun galing yang digunakan sebanyak 2000 gram dengan pelarut etanol
hexan dipilih karena menurut (Susanti dkk, 2012), N-hexan memberikan hasil
terdapat pada ekstrak yang dapat mengurangi efek terapi dari ekstrak tersebut
(Widyaningsih, 2014).
coba (tikus putih) yang digunakan dibagi dalam empat kelompok perlakuan,
50
Na.CMC 0,5% dan kelompok perlakuan ekstrak terpurifiaksi daun Galing
terdiri dari lima ekor tikus putih. Na.CMC digunakan sebagai kontrol negatif
dan juga digunakan sebagai pensuspensi dari ektrak daun galing dan
glibenklamid, Hal ini dikarenakan Na. CMC mampu memberikan dosis yang
bekerja dengan cara merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β-pulau
selama 24 jam petama. Setelah 24 jam diukur kadar glukosa darah semua
tikus dan hasilnya sebanyak 2 ekor (13,33%) yang mengalami diabetes. Hari
kedua ( 48 jam) masih 10 ekor tikus (66,66%) yang mengalami diabetes, yang
pada kelima ekor tikus yang belum mengalami diabetes hari sebelumnya, dan
51
Berdasarkan hasil penelitian kadar glukosa darah setelah perlakuan
selama 7 hari dapat dilihat pada tabel. 6 yang diberikan tiap 24 jam ekstrak
128,6 mg/dL hal ini karena mekanisme kerja dari flavanoid yang terkandung
meransang sekresi insulin (Dheer dan Bratnagar, 2010). Pada kontrol positif
juga mengalami penurunan kadar glukosa darah yaitu 124,6 mg/dL, hal ini
mengalami kenaikan dengan rata- rata yaitu 478,8 mg/dL, hal ini karena
sistem pencernaan hewan uji tikus putih tidak memiliki enzim selulosa maka
varian satu arah (One way-Anova) pada aplikasi SPSS 16.0. Pengujian
kemudian uji LSD. Bila uji normalitas dan homogenitas data telah terpenuhi
52
dengan nilai 0,00 < 0,05 maka dilanjutakn dengan uji BNT (Beda Nyata
bermakna yang dilihat dari nilai sig 0.000 yang artinya memenuhi persyaratan
≤ 0,05. Setelah dilakuakan uji ANOVA maka dibuktikan dengan uji LSD
perbedaan yang cukup besar dengan kelompok kontrol positif yang artinya
53
terlibat dalam metabolisme karbohidrat (Bachmachari, 2011). Sedangkan
dan glibenklamid sama dalam menurunkan kadar glukosa darah dengan cara
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
galur wistar yang yang mengalami diabetes melitus tipe II dapat diperoleh
54
Domin) memiliki efek sebagai antidiabetes dengan kadar rata-rata 128,6
penurunan kadar glukosa darah tikus putih yang hampir sama penurunannya
B. Saran
55