Anda di halaman 1dari 21

Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol.

1 (1): 1-8 1 Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis


(Garcinia mangostana L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah The Test of Ethanol Extract of
Mangosteen Rind (Garcinia mangostana L.)

to Decrease Blood Glucose Level Fidayani Pasaribu, Panal Sitorus*dan Saiful Bahri Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK Latar Belakang: Penderita diabetes mellitus dewasa ini terus meningkat seiring dengan
meningkatnya tingkat kemakmuran dan berubahnya gaya hidup. Pengobatan diabetes mellitus
menggunakan obat konvensional, harganya relatif mahal dan dapat menimbulkan efek samping yang
tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu dicari obat yang efektif, efek samping yang relatif kecil dengan
harga yang murah. Salah satu obat sebagai alternatif yang berefek sebagai antidiabetes mellitus adalah
kulit buah manggis.

Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik simplisia kulit buah manggis, skrining
fitokimia dan efek ekstrak etanol kulit buah manggis terhadap penurunan kadar glukosa darah.

Metode: Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode toleransi glukosa. Dosis ekstrak
etanol kulit buah manggis yang digunakan adalah dosis 50, 100 dan 200 mg/kg BB. Hasil: Hasil
karakteristik simplisia kulit buah manggis adalah kadar air 7,96%, kadar sari larut air 12,98%, kadar sari
larut etanol 20,14%, kadar abu total 9,40%, dan kadar abu tidak larut asam 0,42%. Hasil skrining
fitokimia simplisia dan ekstrak etanol kulit buah manggis adalah alkaloida, flavonoida, glikosida, saponin,
tanin, dan steroid/triterpenoid. Data hasil pengujian KGD dengan dosis 50, 100 dan 200 mg/kg BB
memberikan penurunan kadar glukosa darah yang signifikan dan berbeda bermakna dibandingkan
kelompok kontrol (CMC 0,5%) dan tidak memberikan perbedaan yang nyata dengan glibenklamid dosis
0,65 mg/kg BB (p > 0,05). Pemberian ekstrak etanol kulit buah manggis dengan dosis 100 mg/kg BB
memberikan hasil yang lebih baik terhadap penurunan kadar glukosa darah dibandingkan dengan dosis
50 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB. Kesimpulan: Disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis
mempunyai efek sebagai antidiabetes terhadap mencit.

Kata Kunci: manggis, ekstrak etanol, kadar glukosa darah

ABSTRACT Background: Patients with diabetes mellitus are increasing with levels of affluence and the
changing of lifestyles. Treatments of diabetes mellitus using conventional drugs are quite expensive and
causing unwanted side effects. Therefore, it is necessary to find an effective drug with small side effect
and low price. One of the alternative drugs that have an effect as anti-diabetic is mangosteen rind.
Objective: The objective of this study was to determine the characteristics of mangosteen rind,
phytochemical screening and the effect of ethanol extract of mangosteen rind to decrease blood glucose
levels in male mice with glucose tolerance test. Method: This study was done using glucose tolerance
test and ethanol extract of mangosteen rind with doses of 50, 100 and 200 mg/kg BW. Result: The
results of the characterization of mangosteen rind were moisture content 7.96%, watersoluble extract
concentration 12.98%, soluble in ethanol extract concentration 20.14%, total ash content 9.40% and
insoluble ash content in acid 0.42%. The results of phytochemical screening of mangosteen rind and
ethanol extract of mangosteen rind were alkaloids, flavonoids, glycosides, *Korespondensi penulis:
panal@usu.ac.id Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol.1 (1): 1-8 2 saponins, tannins
and steroid/triterpenoid. The decreasing blood glucose level test of the ethanol extract of mangosteen
rind doses of 50, 100 and 200 mg/kg BW gave a significant difference with control group (CMC 0.5%) and
did not show significant difference with glibenclamide dose of 0.65 mg/kg BW (p > 0.05). Ethanol
exctract of mangosteen rind dose of 100 mg/kg BW gave the best effect to decrease blood glucose level
than dose 50 mg/kg BW and 200 mg/kg BW. Conclusion: It is concluded that ethanol extract of
mangosteen rind has antidiabetic effect to the mice. Key words: mangosteen, ethanol extract, plasma
glucose

PENDAHULUAN Penderita diabetes mellitus dewasa ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya
tingkat kemakmuran dan berubahnya gaya hidup. Banyak orang menganggap penyakit diabetes mellitus
merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan, padahal setiap
orang dapat mengidap penyakit diabetes mellitus baik tua maupun muda. Menurut WHO (organisasi
kesehatan sedunia) tahun 2003 terdapat lebih dari 200 juta orang dengan penderita diabetes mellitus di
dunia. Angka ini akan bertambah menjadi 333 juta orang ditahun 2025. Negara berkembang seperti
Indonesia menempati urutan ke 4 jumlah penderita diabetes mellitus di dunia setelah India, Cina dan
Amerika Serikat. Pada tahun 2000 di Indonesia terdapat 8,4 juta pengidap penyakit diabetes mellitus
dan diperkirakan akan menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (Soegondo, dkk., 2009). Diabetes mellitus
disebabkan karena kekurangan hormon insulin yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber
energi dan mensintesa lemak (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005; Syamsudin, et al., 2010). Akibatnya
glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih (glikosuria)
tanpa digunakan. Karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan mengakibatkan penderita sering
mengeluarkan air seni, merasa amat haus, berat badan menurun dan berasa lelah (Tjay dan Rahardja,
2007). Pengobatan diabetes mellitus adalah pengobatan menahun dan seumur hidup. Pengobatan
diabetes mellitus seperti penggunaan insulin dan obat antidiabetes oral harganya relatif lebih mahal
karena penggunaannya dalam jangka waktu lama dan dapat menimbulkan efek samping yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu, perlu dicari obat yang efektif, efek samping yang relatif rendah dan obat
dengan harga yang murah (Dalimartha dan Adrian, 2012).

Salah satu upaya dalam penanganan diabetes mellitus adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai
obat alternatif. Salah satu tumbuhan yang berefek sebagai antidiabetes mellitus adalah tumbuhan
manggis yang terletak pada kulit buah manggis (Chaverri, et al., 2008; Jung, et al., 2004; Santoso, dkk.,
2003). Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah Asia Tenggara
meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan Myanmar. Manggis merupakan tumbuhan fungsional karena
sebagian besar dari tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Akan tetapi, banyak yang
tidak mengetahui jika kulit buah manggis memiliki khasiat. Kulit buah manggis yang selama ini dibuang
sebagai limbah setelah habis menyantap daging buah, ternyata memiliki segudang manfaat penting bagi
kesehatan. Di dalam kulit buah manggis kaya akan antioksidan seperti xanthone dan antosianin
(Moongkandi, et al., 2004; Kristenses, 2005; Weecharangsan, et al., 2006; Hartanto 2011).

Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol.1 (1): 1-8 3


Berbagai penelitian menunjukkan, senyawa xanthone yang terdapat didalam kulit buah manggis
memiliki sifat sebagai antidiabetes, antikanker, antiperadangan, meningkatkan kekebalan tubuh,
antibakteri, antifungi, pewarna alami dll. Xanthone didalam kulit buah manggis yang bersifat sebagai
antidiabetes telah dibuktikan oleh seorang peneliti di Jepang, yang dapat menurunkan kadar glukosa
darah pada tikus percobaan dengan kasus diabetes mellitus tipe II. Xanthone dapat menetralkan radikal
bebas dan mencegah kerusakan sel β pankreas akibat radikal bebas. Xanthone kulit manggis juga telah
dibuktikan dengan menggunakan fraksi air kulit manggis dan menunjukkan aktivitas antidiabetes
(Mardiana, 2011; Anonim, 2012). Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian pemeriksaan karakteristik simplisia kulit buah manggis, skrining fitokimia dan efek ekstrak
etanol kulit buah manggis terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit jantan dengan metode
uji toleransi glukosa menggunakan pelarut etanol. Digunakannya etanol karena senyawa xanthone yang
berkhasiat didalam kulit buah manggis paling efektif diekstrak dengan pelarut etanol (Nugroho, 2011).

METODE PENELITIAN Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium,
blender (Philip), desikator, freeze dryer (Edward), glukometer (Accu Check® Active), glukotest strip test
(Accu Check® Active strip test), lemari pengering, mikroskop (Boeco), neraca hewan (GW-1500), neraca
kasar (Ohaus), neraca listrik (Mettler Toledo), oral sonde, oven listrik, penangas air, rotary evaporator
(Heidolph VV-2000), seperangkat alat destilasi penetapan kadar air dan spuit 1 ml (Terumo). Bahan-
bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan tumbuhan dan bahan kimia. Bahan
tumbuhan yang digunakan yaitu kulit buah manggis. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini
kecuali dinyatakan lain adalah berkualitas pro analisis, amil alkohol, asam asetat anhidrida, asam klorida
pekat, asam nitra pekat, asam sulfat pekat, benzen, besi (III) klorida, bismuth (III) nitrat. etanol,
glibenklamid, glukosa, isopropanol, kalium iodida, karboksil metil selulosa (CMC), kloralhidrat,
kloroform, natrium hidroksida, timbal (II) asetat dan toluen. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa
tahapan kerja sebagai berikut:

1. Pengumpulan bahan yang dilakukan secara purposif yang diambil dari Desa Suka Makmur, Kecamatan
Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dan identifikasi sampel yang dilakukan di
Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Pegolahan simplisia kulit buah manggis. Kulit terluar buah manggis dibersihkan dari pengotor lalu
dicuci sampai bersih, kemudian dikupas kulit terluar buah manggis, diambil kulit dalamnya dan dirajang.

3. Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan


kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam.

4. Pemeriksaan skrining fitokimia simplisia.

5. Ekstraksi kulit buah manggis dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Maserat
diuapkan dengan rotary evaporator dikeringkan dengan freeze dryer (Depkes, 2000).

6. Pemeriksaan skrining fitokimia ekstrak etanol kulit buah manggis.

7. Penyiapan hewan percobaan.


8. Pembuatan larutan glukosa 50% dan suspensi CMC 0,5%, glibenklamid Journal of Pharmaceutics and
Pharmacology, 2012 Vol.1 (1): 1-8 4 0,65 mg/kg BB serta ekstrak etanol kulit buah manggis (EEKBM).

9. Pengukuran KGD.

10. Pengujian efek ekstrak etanol kulit buah manggis (EEKBM) terhadap penurunan kadar glukosa darah
mencit dengan metode toleransi glukosa. Mencit yang telah dipuasakan selama 18 jam ditimbang berat
badannya dan diukur kadar glukosa darah (KGD) puasa, dikelompokkan secara acak menjadi 5
kelompok, yang masingmasing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit dan diberi perlakuan per oral,
kelompok tersebut adalah: Kelompok I: Mencit diberikan suspensi Na-CMC 0,5%

Kelompok II: Mencit diberikan suspensi EEKBM dosis 50 mg/kg BB

Kelompok III:Mencit diberikan suspensi EEKBM dosis 100 mg/kg BB

Kelompok IV:Mencit diberikan suspensi EEKBM dosis 200 mg/kg BB

Kelompok V: Mencit diberikan suspensi glibenklamid dosis 0,65 mg/kg BB

Setiap kelompok yang telah diberikan sediaan uji, 30 menit kemudian diberikan larutan glukosa 50%
dengan dosis 3g/kg BB per oral. Setelah pemberian glukosa, dilakukan pengukuran kadar glukosa darah
mencit pada menit ke 30, 60, 90 dan 120 dengan menggunakan alat glukometer.

11. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis variansi (ANAVA) dan dilanjutkan
dengan uji Post Hoc LSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Hasil identifikasi yang dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA)
Universitas Sumatera Utara Medan menyebutkan bahwa sampel adalah manggis (Garcinia mangostana
L.) famili Clusiaceae.

Karakteristik Simplisia Makroskopik: kulit buah manggis berwarna merah coklat, permukaan dalam licin,
berbau khas, berasa sepat dan pahit. Mikroskopik: di dalam serbuk simplisia kulit buah manggis terlihat
adanya kristal kalsium oksalat bentuk driuse, berkas pembuluh xilem bentuk spiral, sel batu dan
parenkim. Kadar air sebesar 7,96%. Hasil penetapan kadar air serbuk simplisia kulit buah manggis tidak
melebihi 10%, jika melebihi 10 % menjadi media yang baik untuk pertumbuhan jamur. Kadar sari larut
air sebesar 12,98%. Penetapan kadar sari larut air untuk mengetahui kadar senyawa kimia yang bersifat
polar. Kadar sari larut etanol sebesar 20,14%. Penetapan kadar sari larut etanol untuk mengetahui kadar
sari yang larut dalam pelarut polar baik senyawa polar maupun non polar. Kadar abu total sebesar
9,40%. Penetapan kadar abu total untuk mengetahui kadar zat anorganik yang terdapat pada simplisia
Kadar abu tidak larut asam sebesar 1,32%. Penetapan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui
kadar zat anorganik yang tidak larut dalam asam. Hasil Karakteristik tidak dapat dibandingkan dengan
kadar yang tertera pada monografi (Materia Medika Indonesia tahun 1995), karena di dalam monografi
tidak ada uraian kulit buah manggis yang ada hanya uraian daun manggis.
Skrining Fitokimia Hasil skrining fitokimia pada simplisia kulit buah manggis dan ekstrak etanol kulit buah
manggis mengandung senyawa kimia golongan alkaloida, flavonoida, glikosida, saponin, tanin dan
steroid/triterpenoid. Ekstraksi Kulit Buah Manggis Hasil ekstraksi yang diperoleh dari simplisia kulit buah
manggis yang telah dimaserasi dengan pelarut etanol 96% Journal of Pharmaceutics and Pharmacology,
2012 Vol.1 (1): 1-8 5 diperoleh sebesar 198 g ekstrak setelah di freeze dryer. Pengujian Penurunan KGD
Berdasarkan hasil orientasi yang telah dilakukan dengan pemberian ekstrak etanol kulit buah manggis
(EEKBM) per oral dengan dosis 50, 100, 200 dan 400 mg/kg BB, penurunan kadar glukosa darah sudah
terlihat pada semua dosis. Pada dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB menunjukkan
penurunan kadar glukosa yang lebih cepat dibandingkan dengan dosis 400 mg/kg BB.

Dengan demikian, berdasarkan hasil orientasi yang telah dilakukan maka ditetapkan dosis untuk
penelitian selanjutnya digunakan dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB. Pada penelitian
ini digunakan glibenklamid sebagai obat pembanding karena dapat meningkatkan sekresi insulin.
Glibenklamid hanya efektif pada diabetes mellitus tipe 2 yang keadaan diabetesnya tidak begitu berat
dan yang sel betanya masih bekerja cukup baik (Tjay dan Rahardja, 2007). Hasil pengukuran ratarata
KGD mencit dengan metode uji toleransi glukosa untuk setiap kelompok dapat dilihat pada Tabel 1 dan
untuk grafik KGD rata-rata mencit setelah perlakuan dapat dilihat pada

Gambar 1. Tabel 1. Pengukuran KGD rata-rata mencit setelah perlakuan Kelompok Ratarata
KGD puasa ± SD (mg/dL) Rata–rata KGD ± SD setelah pemberian larutan glukosa (mg/dL) Menit 30 Menit
60 Menit 90 Menit 120 Kontrol CMC 0,5% 90,1 ± 1,32 254,2 ± 54,17 211,6 ± 53,05 149,4 ± 54,23 130,2 ±
33,54 EEKBM 50 mg/kg BB 89,1 ± 3,54 180,0 ± 8,27 126,6 ± 11,62 108,6 ± 8,38 91,1 ± 4,66 EEKBM 100
mg/kg BB 86,0 ± 4,89 168,5 ± 2,42 115,0 ± 5,13 95,5 ± 2,42 85,3 ± 2,80 EEKBM 200 mg/kg BB 89,1 ± 5,07
177,5 ± 9,39 120,1 ± 5,19 106,5 ± 5,68 89,5 ± 2,73 Glibenklamid 0,65 mg/kg BB 87,0 ± 5,76 143,8 ± 18,75
102,2 ± 29,24 100,1 ± 11,77 66,8 ± 4,4 Data KGD (mg/dL) pada masing-masing mencit pada semua
kelompok perlakuan dianalisa secara statistik.

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara
kelompok uji dengan kelompok kontrol (pPada pemberian ekstrak etanol kulit buah manggis (EEKBM)
dengan dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB terjadi penurunan KGD pada menit ke 60
sampai menit ke 120 dan memberikan perbedaan yang nyata dengan CMC 0,5% dan tidak memberikan
perbedaan yang nyata dengan glibenklamid dosis 0,65 mg/kg BB. Hasil analisa penurunan kadar glukosa
darah menunjukkan bahwa pemberian EEKBM dosis 100 mg/kg BB memberikan penurunan kadar
glukosa darah yang paling baik dibandingkan dosis 50 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB. Peningkatan dosis
obat seharusnya akan meningkatkan respon yang sebanding dengan dosis yang ditingkatkan, namun
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol.1 (1): 1-8 6

dengan meningkatnya dosis peningkatan respon pada akhirnya akan menurun, karena sudah
tercapai dosis yang sudah tidak dapat meningkatkan respon lagi (Bourne dan Zastrow, 2001). Hal ini
sering terjadi pada obat bahan alam, karena komponen senyawa yang dikandungnya tidak tunggal
melainkan terdiri dari berbagai macam senyawa kimia, dimana komponen-komponen tersebut saling
bekerjasama untuk menimbulkan efek. Namun dengan peningkatan dosis, jumlah senyawa kimia yang
dikandung semakin banyak, sehingga terjadi interaksi merugikan yang menyebabkan penurunan efek.
Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan dosis EEKBM pada dosis 200 mg/kg BB tidak
diikuti dengan peningkatan aktivitas antidiabetes. Hal ini karena telah jenuhnya reseptor yang berikatan
dan terjadinya interaksi dengan senyawa kimia yang terkandung di dalam kulit buah manggis. Jika
reseptor telah jenuh, maka peningkatan dosis tidak bisa mencapai efek maksimumnya. Penurunan
glukosa darah pada mencit disebabkan oleh adanya senyawa xanthone yang merupakan senyawa
flavonoida (Madhujith dan Shahidi, 2005) yang kaya akan senyawa antioksidan yang dimiliki oleh ekstrak
etanol kulit buah manggis yang dapat menetralkan radikal bebas dan mampu membantu menurunkan
kadar gula darah dan mengatasi kelelahan yang diakibatkan oleh kadar gula darah yang tak seimbang
(Holistic Health Solution, 2011; Chaverri, et al., 2008; Kristenses, 2005; Jung, et al., 2004; Manaharan,
2012; Permana 2009; Miura, 2001; Nugroho, 2012).

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil
karakteristik simplisia kulit buah manggis yaitu kadar air 7,96%, kadar sari larut air 12,98%, kadar sari
larut etanol 20,14%, kadar abu total 9,40%, dan kadar abu tidak larut asam 0,42%. Hasil skrining
fitokimia menunjukkan simplisia dan ekstrak etanol kulit buah manggis mengandung golongan senyawa
alkaloida, flavonoida, glikosida, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid. Ekstrak etanol kulit buah
manggis pada dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB mempunyai efek terhadap
penurunan kadar glukosa darah pada mencit jantan dengan metode uji toleransi glukosa.

DAFTAR PUSTAKA Adnyana, I.K., Yulinah, E., Andreanus, A., Kumolosasi, E., Iwo, M.I., Sigit, J.I.,
Suwendar, dan Endang, K. (2004). Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda
citrifolia L.). Acta Pharmaceutica Indonesia. 29(2): 43-49. Anonim. (2012). Gula Darah Normal Kembali.
Diakses tanggal 26 Maret 2012.http://obatherbaldiabetes.info/ 78-pengobatan-xamthone-plus Buchler,
D.R., dan Miranda, C. (2000). Antioxidant Activities of Flavanoids. Diakses tanggal 5 Juni 2012.
http:lpi.oregonstate.edu/fw0/flavonoid.html. Chaverri, J.P., Rodriguez, N.M., Ibarra, M.O., dan Rojas,
J.M.P. (2008). Medicinal Properties of Mangosteen. Journal Food and Chemical Toxicology. (46): 3227-
3239. Dalimartha, S., dan Adrian, F. (2012). Makanan & Herbal Untuk Penderita Diabetes Mellitus.
Jakarta: Penebar Swadatya. Hal. 5- 14, 80-91. Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 7, 744, 748. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012
Vol.1 (1): 1-8 7 Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hal. 300-306, 321, 325, 333-337. Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 8-11. Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. (2005). Pharmaceutical
Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 7. Farnsworth, N.R.
(1966). Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences. 55(3): 262,
264-266. Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro. Edisi II. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 152. Hartanto, S.B. (2011). Mengobati Kanker Dengan
Manggis. Yogyakarta: Penerbit Second Hope. Hal. 24. Holistic Health Solution. (2011). Khasiat Fantastis
Kulit Manggis. Jakarta: Widiasarana Indonesia. Hal. 19, 23-28, 51-53. Jung, A.H., Su, B.N., Keller, W.J.,
Mehta, R.G., dan Kinghorn, A.D. (2004). Clinical Validation of Mangosteen. Includes Scientific Papers,
Research Papers, University Studies & Articles. Kristenses, L. (2005). Mangosteen Ebook. Secrets of the
Natural Health Benefits of Xanthones from Mangosteen Fruit. Diakses tanggal 23 Mei 2012.
http://www.LaurieInfo.here.ws (SECURED) Adobe Reader. Laurance, D.R., dan Bacharach, A.L. (1964).
Evaluation of Drug Activities: Pharmacometrics. London: Academic Press. Hal. 273. Manaharan, T.,
Palanisamy, U.D., dan Ming, C.H. (2012). Tropical Plants Extracts as Potential Antihyperglycemic Agents.
J. Med. Food. (17): 5915-5923. Mardiana, L. (2011). Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis. Jakarta: Penebar
Swadaya. Halaman 6. Miller, A. (2007). Health Journal. Mangosteen: A Royal Fruit. Research, Clinical,
and Personal Experiences and Patent and Manage your Diabetes. Diakses tanggal 26 Mei 2012.
http://www. Mangosteen- Royal. Fruit. Research. Clinical28. pdf. Miura, T., Ichiki, H., Hashimoto, I.,
Iwamoto, N., Kato, M., Kubo, M., Ishihara, E., Komatsu, Y., Okada., Ishida, M., dan Tanigawa. (2001). 31
Mangosteen Research Studies. Antidiabetic activity of a xanthone compound, mangiferin. Diakses
tanggal 01 Juni 2012. http://www. Research Mangosteen. com Moongkarndi, P., Kosem, N., Kaslungka,
S., Luanratana, O., Pongpan, N., dan Neungton, N. (2004). Antiproliferation, antioxidation and induction
of apoptosit by Garcinia mangostana (mangosteen) on SKBR3 human breast cancer cell line. J.
Ethonopharmacol. 90(1): 161-166. Nugroho, A.E. (2012). Manggis (Garcinia mangostana L.) Dari Kulit
Buah Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM. Diakses
tanggal 3 April 2012. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol.1 (1): 1-8 8
mot.farmasi.ugm.ac. id/files/69Manggis_Agung Baru.pdf. Permana, A.W. (2009). Kulit Buah Manggis
Dapat Menjadi Minuman Instan Kaya Antioksidan. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian. 6(2): 100-
123. Powers. A.C. (2008). Diabetes Mellitus. Editor: Anthony, S, Fauci., Eugene Braunwald., Dennis, L,
Kasper., Dan, L, Longo., Stephen, L, Hauser., J, Larry Jameson., dan Joseph Loscalzo. Dalam: HARRISON’S
Principles of INTERNAL MEDICINE. Edisi Ketujuh Belas. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Hal.
2275-2297. Santoso, S.S., dan Media, Y. (2003). Obat Tradisional Untuk Penyembuhan Penyakit Diabetes
Mellitus Dari Pengobat Tradisional (BATTRA) Jurnal Ekologi Kesehatan. 2(2): 239-248. Soegondo, S.,
Soewondo, P., dan Subekti, I. (2009). Penataklaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Edisi Kedua. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. Hal. 3-5. Sudoyo, A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata K.M., dan Setiati, S.
(2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Kelima. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing. Hal. 1880, 1887-
1896. Syamsudin., Sumarny, R., dan Partomuan, S. (2010). Antidiabetic Activity of Active Fractions of
Leucaena Leucocephala Dewit Seeds in Experiment Model. European Journal of Scientific Research.
43(3): 384-391. Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2007). ObatObat Penting, Khasiat, Penggunaaan dan Efek-
efek Samping. Edisi VI. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal. 48-49. Triplitt, C.L., Reasner, C.A., dan Isley,
W.L. (2008). Diabetes Mellitus. Editor: Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke G.R., Wells, B.G., dan
Posey, L.M. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Edisi Ketujuh. New York: The McGrawHill
Companies, Inc. Halaman 1205, 1207, 1209. Weecharangsan, W., Opanasopit, P., Sukma, M.,
Ngawhirunpat, T., Sotanaphun, U., dan Siripong, P. (2006). Antioxidative and neuroprotective activities
of extract from the fruit hull of mangosteen (Garcinia mangostana Linn.) Med Princ Pract. 15(4): 281-
287. Word Health Organization. (1992). Quality Control Methods For Medicinal Plants Materials.
Hongkong: Printed in England. Hal. 25-27. Yulinah, E., Sukrasno dan Fitri, M.A. (2001). Aktivitas
Antidiabetika Ekstrak Etano

Journal of Pharmaceutics and Pharmacology

Journal of Pharmaceutics and Pharmacology is a monthly published online journal by Faculty of Pharmacy, University of
Sumatera Utara. This journal publishes scientific articles which are based on research in pharmacy field, particularly in
pharmaceutical technology and pharmacology.
EDITORIAL BOARD

Editor-in-Chief

Prof. Hakim Bangun, Ph.D., Apt., Department of Pharmaceutical Technology, Faculty of Pharmacy, University of Sumatera
Utara, Medan, Indonesia

Editors

Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt., Department of Pharmaceutical Pharmacology, Faculty of Pharmacy, University of Sumatera
Utara, Medan, Indonesia

Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt., Department of Pharmaceutical Technology, Faculty of Pharmacy, University of
Sumatera Utara, Medan, Indonesia

Marianne, S.Si., M.Si., Apt., Department of Pharmaceutical Pharmacology, Faculty of Pharmacy, University of Sumatera
Utara, Medan, Indonesia

Editorial Assistants

Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Department of Pharmaceutical Biology, Faculty of Pharmacy, University of Sumatera Utara,
Medan, Indonesia

Lia Laila, S.Farm., M.Sc., Apt., Department of Pharmaceutical Technology, Faculty of Pharmacy, University of Sumatera
Utara, Medan, Indonesia

Published by Faculty of Pharmacy, University of Sumatera Utara. Jalan Tri Dharma No. 5, Kampus USU, Medan, Indonesia

Ekstrak Bubuk Kulit Manggis Menurunkan Kadar Glukosa Darah Tikus – Dyahnugra, dkk Jurnal Pangan
dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.113-123, Januari 2015 113

PEMBERIAN EKSTRAK BUBUK SIMPLISIA KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) MENURUNKAN
KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR JANTAN KONDISI
HIPERGLIKEMIK Mangosteen (Garcinia mangostana L.)

Peels Powder Extract Decrease Blood Glucose Level on Hyperglicemic Male Rats Adinda Ayu Dyahnugra1
*, Simon Bambang Widjanarko1 1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang
Jl. Veteran, Malang 65145 *Penulis Korespondensi, Email: adinda.dyahnugra@gmail.com

ABSTRAK Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang dicirikan dengan meningkatnya kadar
glukosa darah yang salahsatu penyebabnya adalah sering terpapar radikal bebas. Kulit manggis adalah
sisa komoditas hasil pertanian yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Kandungan antioksidan
yang tinggi menunjukkan potensi ekstrak kulit manggis sebagai sumber fungsional yang diharapkan
mampu memberikan kontribusi dalam pencegahan terjadinya penyakit kardiovaskular melalui aktivitas
hipoglikemik.Penelitian menggunakan metode Rancangan Tersarangdengan 4 kelompok perlakuan yaitu
kelompok normal, hiperglikemik, hiperglikemik + ekstrak kulit manggis 250 mg/kg BB, dan hiperglikemik
+ ekstrak kulit manggis 500 mg/kg BB. Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bubuk simplisia kulit
manggis mengandung senyawa antioksidan dengan aktivitasnya sebesar 84.42% yang diketahui total
fenol sebesar 41.12 mg GAE/g sampel. Dosis ekstrak kulit manggis yang diberikan selama perlakuan
berpengaruh sangat nyata (α = 0,01) pada penurunan kadar glukosa darah, peningkatan berat badan
serta peningkatan asupan pakan pada tikus percobaan. Pemberian ekstrak dengan dosis sebesar 250
mg/kg BB dan 500 mg/kg BB selama 4 minggu percobaan dapat menurunkan kadar glukosa darah
sebesar 105.92 mg/dl dan 134.25 mg/dl. Kata Kunci: Aktivitas Hipoglikemik, Antioksidan, Ekstrak Kulit
Manggis, Fenol, Glukosa Darah

ABSTRACT Diabetes mellitus is a disease which is characterized by increasing blood glucose level.
One of illness causes is free radical in body. The peel of mangosteen is a residue of agriculture’s
comodity which has high activity of antioxidant. The contents of high antioxidant shows the potential of
mangosteen peel’s extract as fungtional source to give some contributions preventing cardiovascular
disease through hypoglycemia activity.The research used nested design method with 4 treatment
groups that is normal group, hyperglycemic, hyperglycemic + mangosteen peels extract 250 mg/kg bw,
hyperglycemic + mangosteen peels extract 500 mg/kg bw.The research showed that mangosteen peels
powder extract contains some antioxidant compounds which has activity measured of 84.42% and total
phenol of 41.12 mg GAE/g sample. The doses of mangosteen peel’s exctract given during the treatment
gave highly significant different (a=0,01) in decreasing blood glucose levels, increasing body weight, and
increasing feed intake of the rats. Dose of 250 mg/kg BB and 500 mg/kg BB for four weeks decreased
blood glucose levels of 105.92 mg/dl and 134.25 mg/dl. Key words: Antioxidant, Blood Glucose,
Hypoglycemia, Mangosteen Peel Exctract, Phenol Ekstrak Bubuk Kulit Manggis Menurunkan Kadar
Glukosa Darah Tikus – Dyahnugra, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.113-123, Januari
2015 114

PENDAHULUAN Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang disebabkan oleh dua
hal yaitu ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi insulin (diabetes tipe 1) dan insulin yang
dihasilkan oleh tubuh tidak dapat bekerja dengan baik (diabetes tipe 2)

[1]. Menurut International Diabetes Federation (IDF), Indonesia merupakan negara terbesar ke-
4 untuk pravelensi penyakit diabetes. Organisasi WHO memprediksi pada tahun 2030 penderita diabetes
akan meningkat menjadi 21.3 juta, dan hampir 80% diantaranya merupakan penderita DM tipe 2

[2]. Umumnya bagi penderita DM tipe 2 ini dikarenakan pola makan yang kurang sehat dan
sering terpapar oleh radikal bebas, sehingga diperlukan konsumsi makanan yang sehat dan fungsional
serta olahraga secara teratur. Manggis (Garcinia mangostana Linn) merupakan salah satu tanaman yang
banyak tersebar di negara tropis termasuk Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2010

[3], Indonesia telah memproduksi buah manggis sebanyak 84.538 ton, sedangkan porsi buah
manggis yang dapat dikonsumsi hanya 20-30%, dan sisanya berupa kulit, sehingga terhitung sebanyak 59
– 67 ribu ton kulit manggis terbuang pada 2010. Padahal kulit buah manggis dipercaya memiliki
antioksidan yang sangat tinggi, dapat dilihat dari nilai ORAC (Oxygen Radical Absobance Capacity) buah
manggis per 100 gram sebesar 17.000 – 20.000, lebih tinggi dibandingkan nilai ORAC buah anggur hanya
1.100
[4]. Antioksidan yang terkandung dalam kulit buah manggis didominasi oleh senyawa fenol yaitu
xanthone.

[5], terdapat 200 lebih xanthone yang tersedia di alam ini, dan 50 diantaranya terkandung
dalam kulit buah manggis. Beberapa tahun belakangan, banyak peneliti di dunia menguji efektivitas kulit
manggis dalam menanggulangi penyakit kronis seperti kanker

[6], kolesterol, dan juga sebagai anti mikroba

[7]. Sejauh ini penelitian tentang kulit manggis yang telah dilakukan adalah mengenai ekstraksi
kulit manggis dengan beberapa perlakuan jenis pelarut

[8] dan ukuran partikel bubuk kulit manggis untuk mendapatkan aktivitas antioksidan yang
tinggi

[9]. Penelitian tentang ekstraksi bubuk kulit manggis menggunakan pelarut etanol untuk
menguji efektivitas dalam penurunan kadar glukosa dalam darah pada tikus belum pernah diujikan.

BAHAN DAN METODE Bahan Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah kulit
manggis yang didapatkan dari Pasar Blimbing Malang. Sedangkan bahan yang digunakan untuk ekstraksi
diperoleh dari toko Panadia dan Makmur Sejati, Malang. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol 95%
teknis, gas N2, kertas saring halus, etanol pro analysis, DPPH (1,1 – difenil – 2 – pikrilhidrazil) 0.20 mM,
Folin-ciocalteau 10%, Na2CO3, standar asam klorogenat, dan asam galat. Aquades yang digunakan
didapat dari Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Bahan untuk pengujian efek
hipoglikemik ekstrak bubuk simplisia kulit manggis secara in vivo adalah tikus putih (Rattus norvegicus)
strainwistar, jantan, kondisi sehat, umur 2 – 3 bulan dengan berat 180 – 200 g. Hewan coba tikus putih
jantan diperoleh dari peternakan hewan di Yogyakarta. Pakan tikus yang digunakan adalah Comfeed-
PARS. Sedangkan bahan kimia untuk analisis kadar glukosa serum digunakan glukosa kit (Glucose GOD
FS). Untuk induksi diabetes pada tikus digunakan aloksan yang diperoleh dari Laboratorium Gizi PAU
Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Alat Alat yang digunakan selama pelaksanaan
penelitian adalah blender merk philips, toples plastik, timbangan digital merk Denvert instrument M-
310, pisau, talenan, baskom, oven listrik, Ekstrak Bubuk Kulit Manggis Menurunkan Kadar Glukosa Darah
Tikus – Dyahnugra, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.113-123, Januari 2015 115 ayakan
60 mesh, penyaring vakum merk Buchi, rotary evaporator merk Buchi R114, penyemprot nitrogen, dan
glassware. Alat yang digunakan untuk uji in vivo adalah tabung reaksi, hematocrite, sentrifuse micro ml
merkml dan 1000 tube, sentrifuse dingin merk Hettich Zentrifugen, mikro pipet 10 Socorex,
disposable tips, vortex atau turbo mixer model TM - 2000, disposable cuvet, spektrofotometer merk
Spectro 20D plus, syringe, kandang berupa bak plastik berukuran 45 cm x 35.50 cm x 14.50 cm, dan
botol minum tikus. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah metode tersarang
(Nested Design)yang disusun atas dua faktor.

Antara kedua faktor ini tidak terjadi interaksi.

Faktor 1 : Kelompok perlakuan tikus, yaitu:


Kelompok K1= Kontrol negatif. Tikus normal tanpa perlakuan apapun hanya diberi pakan standar
Comfeed-PARS.

Kelompok K2= Kontrol positif. Tikus dengan pemberian pakan standar Comfeed-PARS + aloksan
80 mg/kg BB.

Kelompok K3=Tikus dengan pemberian pakan standar Comfeed-PARS+ aloksan 80 mg/kg BB +


ekstrak kulit manggis 250 mg/kg BB.

Kelompok K4 = Tikus dengan pemberian pakan standar Comfeed-PARS+ aloksan 80 mg/kg BB +


ekstrak kulit manggis 500 mg/kg BB.

Faktor 2 : waktu (minggu) pengambilan darah, yaitu: T0 = minggu ke-0 T1 = minggu ke-1 T2 =
minggu ke-2 T3 = minggu ke-3 T4 = minggu ke-4 Data hasil pengujian dianalisis melalui ANOVA dan
dilanjutkan dengan uji lanjut BNT untuk mengamatan yang menunjukkan perbedaan sangat nyata (α =
0.01). Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan dalam dua tahap yang terdiri dari pembuatan ekstrak
kulit manggis dan tahap in vivo. Pembuatan ekstraksi menggunakan metode maserasi sehingga
diperoleh ekstrak etanolbubuk simplisia kulit manggis. Ekstrak kulit manggis yang diperoleh kemudian
dilakukananalisis rendemen, total fenol, dan aktivitas antioksidan serta dilakukan uji in vivo untuk
mengetahui efek ekstrak kulit manggis terhadap penurunan kadar glukosa darah, peningkatan berat
badan, dan asupan pakan tikus wistar jantan kondisi hiperglikemik dengan induksi aloksan. Metode
Penelitian Kulit buah manggis yang telah dipisahkan dari daging buah dan kulit luar yang keras, dipotong
kecil ukuran 0.50 cm2 kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven listrik suhu 50 0C selama 6 jam.
Kulit yang kering dihaluskan dengan blender hingga menjadi bubuk yang selanjutnya diayak
menggunakan ayakan ukuran 60 mesh sehingga diperoleh bubuk simplisia kulit manggis. Ekstraksi
dilakukan dengan cara merendam bubuk simplisia kulit manggis dalam pelarut etanol dengan
perbandingan 1:6 selama 24 jam pada suhu ruang (25-27 0C). Setelah proses maserasi berakhir,
dilakukan penyaringan hingga didapatkan filtrat dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada tekanan
60 mBar suhu 50 0C, kemudian disemprot gas nitrogen untuk menghilangkan residu pelarut. Ekstrak
Bubuk Kulit Manggis Menurunkan Kadar Glukosa Darah Tikus – Dyahnugra, dkk Jurnal Pangan dan
Agroindustri Vol. 3 No 1 p.113-123, Januari 2015 116 Ekstrak kulit manggis kemudian dilakukan analisis
rendemen, total fenol, dan aktivitas antioksidan serta dilakukan uji in vivo. Pengujian in vivo dilakukan
terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar jantan selama 4 minggu. Hewan coba tikus
dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Setiap kelompok
dipisahkan dalam kandang yang berbeda. Sebelum perlakuan tikus diadaptasikan pada kondisi
laboratorium selama 1 minggu dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Setelah masa
adaptasi dilakukan induksi aloksan 80 mg/kg BB secara intraperitoneal pada 3 kelompok tikus (kecuali
kelompok normal) untuk memperoleh kondisi hiperglikemik pada tikus. Pemberian ekstrak kulit manggis
pada tikus dilakukan dengan cara per oral (sonde) setelah tikus mengalami hiperglikemik dengan dosis 0,
250, dan 500 mg/kg BB. Pengukuran kadar glukosa darah semua tikus dilakukan pada minggu ke 0,1, 2,
3, dan 4 dengan glucose oxidase yaitu dengan mengambil 1 ml darah secara retro orbital plexus.
Pengukuran berat badan dilakukan tiap minggu dan jumlah asupan pakan juga dilakukan tiap harinya.
Prosedur Analisis Analisis Rendemen
[10] Hasil ekstraksi ditimbang dalam wadah yang sudah diketahui beratnya. Rendemen dihitung
berdasarkan berat kering bahan, kemudian dihitung dengan rumus: Rendemen = Berat akhir sampel x
100% Berat awal sampel Analisis Aktivitas Antioksidan Metode DPPH

[11] Ditimbang 0.50 gram ekstrak kemudian ditambahkan etanol 95% sebanyak 25 ml dan
divortex. Ekstrak disentrifuge dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. 4 ml supenatan diambil dan
kemudian ditambahkan 1 ml larutan DPPH 0.20 M. Dibiarkan selama 10 menit dan diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 517 nm. Kontrol dilakukan dengan prosedur yang sama menggunakan bahan
larutan DPPH 0.20 M. Aktivitas scavenger radikal bebas dihitung sebagai presentasi berkurangnya warna
DPPH dengan perhitungan: absorbansi sampel % Aktivitas antioksidan = 100 × (1- ) absorbansi kontrol
Analisis Total Fenol Metode Folin-Ciocalteau

[12] Ekstrak kasar dengan berat sekitar 5 - 10 mg ditimbang lalu diilarutkan dengan 2 ml etanol
95%. Kemudian larutan ditambahkan 5 ml akuades dan 0.50 ml reagen Folin-Ciocalteau 50%
(v/v).Campuran didiamkan selama 5 menit dan ditambahkan 1 ml Na2CO3 5% (b/v). Campuran
dihomogenkan lalu diinkubasi dalam kondisi gelap selama satu jam. Serapan yang dihasilkan diukur
dengan spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang 725 nm. Asam galat digunakan sebagai
standar dengan konsentrasi 5, 10, 15, 25, dan 50 mg/l. Kandungan total fenol diinterpretasikan sebagai
milligram ekivalen asam galat (GAE = Galic Acid Equivalent) per 100 g sampel (mg GAE/100 g sampel).

Analisis Kadar Glukosa Darah Metode Glucose Test [13] Darah hewan coba diambil sebanyak 1
ml dan diletakkan dalam tube. Darah kemudian disentrifuse 4000 rpm selama 15 menit untuk
memisahkan serum dan plasma darah. Diambil serum darah sebanyak 10 μl dan dicampurkan dengan
1000 μl pereaksi kit kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi dan dihomogenkan dengan cara
divortex. Campuran diinkubasi pada suhu 37°C selama 10 menit atau 30°C selama 20 menit kemudian
dibaca absorbansi pada panjang gelombang 500 nm. Ekstrak Bubuk Kulit Manggis Menurunkan Kadar
Glukosa Darah Tikus – Dyahnugra, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.113-123, Januari
2015 117 Penetapan blanko dan standar dilakukan dengan cara yang sama dengan menggunakan
akuades dan larutan standar glukosa. Kadar glukosa darah ditentukan dengan perhitungan: Absorbansi
sampel Absorbansi standar HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Rendemen Ekstrak Kulit Manggis Hasil
analisis rendemen kulit buah manggis segar yang dapat diekstrak dan hasil ekstraksinya dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Rendemen Kulit Manggis Segar dan Ekstrak Kulit Manggis Jenis Sampel Rendemen
(%) Kulit Manggis Segar 61.05 ± 3.08 Ekstrak Kulit Manggis 23.47 ± 0.82 * nilai rerata± standar deviasi
(SD) Bagian buah manggis yang bisa dikonsumsi sebesar 20-30% dan sisanya berupa kulit dan tangkai
yang terbuang [4]. Penggunaan kulit manggis yang akan diekstrak adalah kulit bagian dalam sehingga
diperlukan pengupasan kulit luar serta pembuangan tangkai yang menyebabkan rendemen kulit
manggis menjadi rendah. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode
maserasi dengan pelarut etanol 95% dan menghasilkan ekstrak yang berwarna merah kecoklatan.
Ukuran partikel bahan yang akan diekstrak berpengaruh terhadap hasil rendemennya [9]. Semakin kecil
ukuran partikel sampel, maka luas permukaan sampel yang kontak dengan pelarut semakin besar
sehingga ekstraksi semakin optimal.
2. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Manggis Aktivitas antioksidan pada penelitian ini diukur
dengan menggunakan metode DPPH secara spektrofotometri. Penurunan intensitas warna yang terjadi
disebabkan oleh berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada DPPH yang merupakan radikal bebas
yang stabil denggan absorbansi maksimal pada λ=517 nm. Parameter yang digunakan untuk pengukuran
antioksidan dalam penelitian ini yaitu persen (%) aktivitas antioksidan. Hasil analisis dari bahan baku dan
ekstrak kulit manggis dapat dilihat

Tabel 2. Tabel 2. Data Aktivitas Antioksidan Kulit Manggis Segar dan Ekstrak Kulit Manggis Jenis
Sampel Aktivitas Antioksidan (%) Kulit Manggis Segar 40.30 ± 2.32 Ekstrak Kulit Manggis 84.42 ± 4.44 *
nilai rerata± standar deviasi (SD) Dapat dilihat bahwa aktivitas antioksidan ekstrak lebih tinggi hingga 2
kali lipat dibandingkan dengan kulit segar. Tingginya aktivitas antioksidan pada ekstrak kulit manggis
mengindikasikan bahwa senyawa antioksidan yang terkandung lebih optimal dalam menstabilkan radikal
bebas dalam hal ini adalah DPPH dibandingkan dengan kulit manggis segar. Kulit manggis segar memiliki
kadar air sebesar 62.05%, sedangkan ekstraknya memiliki kadar air sekitar 17.61% [14]. Secara
keseluruhan setelah kulit buah manggis segar ditepungkan dan diekstrak terjadi berkurangnya
kandungan air sehingga mempengaruhi perbandingan komposisi antar komponen yang masih tertinggal
yang memberikan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi, namun hal ini bukan berarti telah terjadi
kenaikan yang sebenarnya. Kadar glukosa (mg/dl) = x 100 Ekstrak Bubuk Kulit Manggis Menurunkan
Kadar Glukosa Darah Tikus – Dyahnugra, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.113-123,
Januari 2015 118 3. Analisis Total Fenol Ekstrak Kulit Manggis Uji kandungan total fenol dilakukan untuk
mengetahui jumlah fenol yang terdapat pada sampel. Pengukuran fenol dilakukan dengan metode
pewarnaan dengan reagen FolinCiocalteau. Metode ini berdasarkan pada kekuatan reduksi dari gugus
hidroksil aromatik dengan komplek fosfomolibdat dari reagen Folin-Ciocalteau (fosfomolibdat dan
fosfotungstat) dengan membentuk warna biru, sehingga dapat ditentukan total fenol secara
spektrofotometri. Total fenol sampel dihitung berdasarkan persamaan kurva standar yang diperoleh.
Hasil pengukuran kadar fenol sampel kulit manggis disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Data Total Fenol Kulit
Manggis Segar dan Ekstrak Kulit Manggis Jenis Sampel Total Fenol (ppm) Total Fenol (mg/g) Kulit
Manggis Segar 18668.92 18.67 ± 0.77 Ekstrak Kulit Manggis 41123.88 41.12 ± 3.59 * nilai rerata± standar
deviasi (SD) Dapat dilihat bahwatotal fenol dalam ekstrak lebih tinggi hingga 2-3 kali lipat dibandingkan
dengan kulit segar. Perbedaan antara total fenol pada kulit manggis segar dengan ektraknya
menandakan bahwa selama proses ekstraksi, senyawa-senyawa aktif yang tersimpan didalam sel keluar
dan terangkut oleh pelarut yang masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Kandungan total fenol
memiliki korelasi yang kuat dengan aktivitas antioksidan, dimana apabila total fenol memiliki nilai yang
tinggi maka aktivitas antioksidan cenderung meningkat [15]. 4. Pertumbuhan Berat Badan dan Konsumsi
Pakan Tikus Setelah pemberian Ekstrak Kulit Manggis Perubahan berat badan tikus diketahui dengan
melakukan penimbagan berat badan setiap minggu selama masa perlakuan (4 minggu). Rerata
perubahan berat badan tikus merupakan selisih dari rerata berat badan tikus pada akhir pemberian
perlakuan (minggu ke-4) dengan rerata berat badan tikus sebelum pemberian perlakuan (minggu ke-0).
Selama masa perlakuan 28 hari, tikus percobaan diberi makan secara ad libitum namun tetap ditakar
jumlahnya sebanyak 20 gram agar bisa dihitung berapa selisihnya yang dihitung sebagai jumlah pakan
yang dikonsumsi. Rerata perubahan berat badan tikus tiap minggu selama masa perlakuan dapat dilihat
pada Gambar 1 dan Tabel 4. Semua kelompok perlakuan mengalami penurunan berat badan setiap
minggunya pada kelompok kontrol positif dan peningkatan berat badan terjadi pada kelompok kontrol
negatif, kelompok hiperglikemik dengan dosis 250 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB. Tabel 4. Pengaruh
Perlakuan terhadap Perubahan Rerata Berat Badan Tikus tiap Minggu Minggu keBerat Badan Tikus
(gram) Kontrol (-) Kontrol (+) Hiperglikemik+ekstrak kulit manggis 250 mg/kg BB Hiperglikemik+ekstrak
kulit manggis 500 mg/kg BB 0 200.00 a 190.00 b 192.20 a 190.60 a 1 209.20 b 187.00 b 195.80 a 194.80
a 2 217.40 c 185.40 b 199.80 b 198.60 b 3 226.40 d 182.80 a 203.20 b 201.60 b 4 234.60 e 180.00 a
207.60 c 209.40 c BNT 1% 6.94 6.94 6.94 6.94 Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang tidak
sama menunjukkan berbeda sangat nyata (α = 0.01) Ekstrak Bubuk Kulit Manggis Menurunkan Kadar
Glukosa Darah Tikus – Dyahnugra, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.113-123, Januari
2015 119 Gambar 1. Grafik Rerata Berat Badan Akibat Pengaruh Perbedaan Perlakuan Hasil uji lanjut
perbedaan pertumbuhan berat badan dan persentase perubahan antar kelompok perlakuan
menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan pemberian ekstrak kulit manggis
dibandingkan dengan kontrol negatif maupun kontrol positif. Pemberian ekstrak mampu menurunkan
jumlah peningkatan pertumbuhan berat badan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif.
Kenaikan berat badan dipengaruhi oleh komposisi jumlah konsumsi pakan per hari.Semakin tinggi
konsumsi pakan per hari, semakin tinggi kenaikan berat badan. Faktor lainnya yang mempengaruhi
pertumbuhan berat badan yaitu ketersediaan insulin yang cukup bahkan berlebih akan menambah
persediaan glukosa pada sel yang akan menghambat penggunaan lemak dan meningkatkan sintesis
lemak. Insulin akan langsung menambah pemasukan asam lemak yang secara langsung meningkatkan
cadangan lemak disamping mengurangi penggunaan lemak untuk energi. Kelompok tikus kontrol positif
mengalami penurunan berat badan karena turunnya produksi insulin ataupun resistensi insulin yang
meningkat, sehingga ketika glukosa yang digunakan sebagai energi utama dalam tubuh tersebut
terbuang dan tidak masuk ke dalam sel. Hal ini menyebabkan badan menggunakan cadangan lemak dan
protein sebagai energi. Penekanan penggunaan glukosa ini selanjutnya akan mengurangi sintesis lemak,
mempermudah mobilisasi lemak dari jaringan dan meningkatkan penggunaan lemak. Jumlah konsumsi
pakan tikus per hari diperoleh dengan penimbangan sisa pakan tikus setiap hari selama masa perlakuan.
Jumlah konsumsi pakan merupakan selisih dari jumlah pakan yang diberikan (20 g/ekor/hari) dengan
sisa pakan tikus selama masa perlakuan. Rerata jumlah konsumsi pakan tikus selama masa perlakuan
dapat dilihat pada Gambar 2. Konsumsi pakan harian pada kelompok tikus kontrol negatif tidak
menunjukkan adanya perbedaan selama 4 minggu masa perlakuan. Hal ini didukung dengan
pernyataanbahwa pengukuran jumlah asupan pakan tidak memberikan perbedaan yang besar pada
kelompok tikus normal yang diberi ekstrak kulit manggis [16]. Perbedaan jumlah konsumsi pakan antar
kelompok perlakuan menunjukkan adanya perbedaan sangat nyata antara perlakuan pemberian ekstrak
kulit manggis dengan kontrol positif namun tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif. 0 50
100 150 200 250 kontrol (-) kontrol (+) hiperglikemik + ekstrak 250 mg hiperglikemik + ekstrak 500 mg
Rerata berat badan (g) Perlakuan Ekstrak Bubuk Kulit Manggis Menurunkan Kadar Glukosa Darah Tikus –
Dyahnugra, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.113-123, Januari 2015 120 Tabel 5.
Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Rerata Asupan pakan Tikus tiap Minggu Minggu keJumlah
Asupan Pakan Tikus per hari (gram) Kontrol (-) Kontrol (+) Hiperglikemik+ekstrak kulit manggis 250
mg/kg BB Hiperglikemik+ekstrak kulit manggis 500 mg/kg BB 0 17.40 a 18.00 c 18.00 a 18.00 b 1 17.37 a
17.00 b 17.33 a 17.23 a 2 18.31 b 14.43 a 18.00 a 17.91 a 3 18.20 b 14.57 a 18.00 a 17.94 a 4 18.06 a
14.63 a 18.14 b 17.97 a BNT 1% 2.52 2.52 2.52 2.52 Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang
tidak sama menunjukkan berbeda sangat nyata (α = 0.01) Gambar 2. Grafik Rerata Asupan Pakan Akibat
Pengaruh Perbedaan Perlakuan Pada kondisi diabetes, tubuh akan kekurangan energi yang disebabkan
karena glukosa tidak berdifusi dengan mudah melalui pori-pori membran sel tanpa bantuan insulin. Hal
ini akan meningkatkan rasa lapar, sehingga berkorelasi pada peningkatan jumlah asupan pakan. Namun
dilihat dari hasil uji, kondisi hiperglikemik pada tikus memiliki rerata asupan pakan yang lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang lain. Hal ini dikarenakan pengkondisian diabetes
menyebabkan metabolisme tubuh terganggu dan tikus sakit, sehingga nafsu makan pun berkurang.
Kondisi diabetes yang tidak segera diobati, semakin lama akan timbul gejala berkurangnya nafsu makan
bahkan disusul dengan mual [17]. Aloksan yang telah disuntikkan Langerhans dan membentuk gugus
radikal yang sangat reaktif.akan bereaksi dalam sel Tubuh yang telah terpapar oleh gugus radikal ini
akan mencari senyawa-senyawa yang mudah untuk terikat sehingga akan membentuk senyawa yang
lebih stabil[18]. Apabila produksi antioksidan endogen tidak mencukupi dan tidak mampu
mempertahankan sistem perlindungan tubuh, radikal bebas tersebut akan mengikat sel-sel tubuh dan
membentuk radikal baru sehingga ketika diakumulasikan akan mampu merusak susunan DNA sel yang
pada akhirnya menimbulkan gangguan terhadap metabolisme sel, sehingga nafsu makan pun berkurang.
4.2.3 Kadar Glukosa Darah Tikus Perubahan rerata kadar glukosa darah setiap minggu disajikan Gambar
3 Untuk analisis perbedan antar kelompok perlakuan disajikan pada Tabel 6. Pemberian pakan standar
(comfeed-PARS) pada kelompok kontrol negatif dan kontrol positif selama 4 minggu tidak 0 2 4 6 8 10 12
14 16 18 20 kontrol (-) kontrol (+) hiperglikemik + ekstrak 250 mg hiperglikemik + ekstrak 500 mg Rerata
konsumsi pakan tikus (g) Perlakuan Ekstrak Bubuk Kulit Manggis Menurunkan Kadar Glukosa Darah Tikus
– Dyahnugra, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.113-123, Januari 2015 121 menunjukkan
adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah secara signifikan dan cenderung stabil, sedangkan pada
pemberian ekstrak kulit manggis mampu menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan. Pemberian
ekstrak kulit manggis pada kelompok yang diberi ekstrak dengan dosis 250 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB
selama 4 minggu menyebabkan penurunan kadar glukosa darah dengan persentase masing-masing
sebesar 47.63 dan 59.87 %. Gambar 3. Grafik Perubahan Rerata Kadar Glukosa Darah Tikus Selama
Perlakuan Berdasarkan tabel rerata kadar glukosa darah menunjukkan adanya perbedaan sangat nyata
antara perlakuan pemberian ekstrak kulit manggis, kontrol negatif dan kontrol positif. Kadar glukosa
darah kelompok tikus yang diberi ekstrak kulit manggis lebih rendah dibandingkan dengan kelompok
tikus positif, artinya pemberian ekstrak kulit manggis mempunyai aktivitas hipoglikemik yang mampu
menurunkan kadar glukosa darah. Penurunan kadar glukosa darah setelah pemberian ekstrak kulit
manggis terjadi secara signifikan pada setiap minggunya, dan besarnya penurunan kadar glukosa darah
pada kelompok tikus yang diberi ekstrak dosis 500 mg/kg BB selama 4 minggu masa perlakuan mampu
mendekati kadar glukosa darah pada kelompok kontrol negatif (normal). Tabel 6. Rerata Kadar Glukosa
Darah Tikus Akibat Pengaruh Perbedaan Perlakuan Perlakuan Ekstrak Kulit Manggis (mg/kg BB) Rerata
Kadar Glukosa Darah (mg/dl) Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah (%) BNT 1% 0 79.92 a - 4.88 a
1.81 0 + aloksan 80 223.98 d - 1.13 b 250 + aloksan 80 173.28 c 22.04 c 500 + aloksan 80 156.16 b 30.32
d Keterangan : (-) = penurunan (+) = peningkatan Angka yang didampingi huruf yang tidak sama
menunjukkan berbeda sangat nyata (α = 0.01) Kandungan antioksidan ekstrak kulit manggis berperan
penting pada penurunan kadar glukosa darah. Ekstrak kulit manggis mengandung total fenol yang cukup
tinggi yaitu sebesar 41.12 mg/g dengan aktivitas antioksidannya sebesar 84.42% mampu menurunkan
kadar glukosa darah tikus hiperglikemik sebesar 134.25 mg/dl atau sebesar 59.89% pada pemberian
dosis 500 mg/kg BB hingga pada minggu ke-4. Pengkondisian hiperglikemik pada penelitian ini
menggunakan aloksan karena senyawa Langerhans dan aloksan akantersebut memiliki sifat sitotoksik
spesifik pada sel  Langerhans. Kerusakan sel membangkitkan gugus radikal yang menyebabkan
rusaknya sel akan diikuti dengan turunnya sekresi hormon insulin yang menyebabkan reaksi
glikogenesis 70 90 110 130 150 170 190 210 230 0 1 2 3 4 Rerata kadar glukosa darah (mg/dl) minggu
kekontrol (-) kontrol (+) Hiperglikemik + ekstrak 250 mg Hiperglikemik + ekstrak 500 mg Ekstrak Bubuk
Kulit Manggis Menurunkan Kadar Glukosa Darah Tikus – Dyahnugra, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri
Vol. 3 No 1 p.113-123, Januari 2015 122 dan transport glukosa ke dalam sel menjadi berkurang [19].
Sebaliknya reaksi glikogenolisis menjadi tak terkendali, sehingga tikus menjadi hiperglikemik.Pada
kelompok tikus hiperglikemik terjadi peningkatan radikal bebas dan penurunan kapasitas pertahanan
antioksidan tubuh. Pada kondisi tertentu, senyawa antioksidan yang diberikan dalam dosis 250 mg/kg
BB dan 500 mg/kg BB memberikan kesempatan antioksidan dalam menangkal radikal bebas dan mampu
mempertahankan sistem perlindungan tubuh melalui efek penghambat pembentukan radikal bebas
akan mempercepat laju perbaikan kerusakan jaringan yang diakibatkan radikal pada sel Langerhans dan
mengembalikan metabolisme sel menjadi normal. SIMPULAN Kulit buah manggis segar menghasilkan
ekstrak kulit manggis dengan rendemen sebesar 23.47%, yang memiliki aktivitas antioksidan sebesar
84.42% dan total fenol sebesar 41.12mg GAE/g sampel. Berdasarkan hasil uji didapatkan bahwa ekstrak
kulit manggis mampu meningkatkan berat badan serta asupan pakan pada kelompok tikus percobaan.
Dosis ekstrak kulit manggis sebesar 500 mg/kg BB lebih baik dalam menurunkan kadar glukosa darah
dan mencapai level normal dibandingkan dengan dosis 250 mg/kg BB. DAFTAR PUSTAKA 1) Cavallerano,
J. O. D. Ph.D. 2009. Care of The Patient with Diabetes Mellitus. http://www.aoa.org/documents/CPG-
3.pdf. tanggal akses 28 Maret 2012. 2) Suharyanto, M. H. 2009. Pemicu Diabetes, Pola Hidup Tidak
Sehat. http://www.dexamedica.com/images/kabar_sehat_edisi_04.pdf. Tanggal Akses 14 Agustus 2013
3) Badan Pusan Statistik Indonesia. 2010. Produksi Buah-buahan Menurut Provinsi (Ton) 2010.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_ subyek=55&notab=2 . Tanggal akses 16
Maret 2012. 4) Paramawati, R., Dr. Ir. Msi. 2010. Dahsyatnya Manggis Untuk Menumpas Penyakit. PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta. 5) Chaverri, J. P., Rodriguez, N. C., Ibarra, M. O., and Jazmin M. Peréz-Rojas.
2008. Medicinal Properties of Mangosteen (Garcinia mangostana). Food and Chemical Toxicology 46:
3227-3239. 6) Akao, Y., Nakagawa, Y., Iinuma, M., dan Yoshinori Nozawa. 2008. Anti-Cancer Effects og
Xanthones from Pericarps of Mangosteen. International Journal of Molecular Science 9:355-370. 7)
Torrungruang, K. D.D.S., M.S.D., Ph.D. 2007. Antibavterial Activity of Mangosteen Pericarp Extract
Against Cariogenic Stertococcus mutans. CU Dent J. 30:1-10. 8) Zarena, A.S. dan Udaya Sankar, K. 2009.
Screening of Xanthoone from Mangosteen (Garcinia mangostana L.) Peels and Their Effect on
Cytochrome c-reductase and Phosphomolybdenum Activity. Journal of Natural Products, Vol.2:23-30. 9)
Pumklam, R and Siriwongwilaichat, P. 2011. The Effect of Particle Size on Antioxidant Capacity of
Mangosteen Peel Extract. The 12th Asean Food Conference 2011, 729-732. 10) Yuwono, S. dan T.
Susanto. 1998. Pengujian Fisik Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang 11)
Hatano, T., Kagawa, H., Yasuhara and Okuda, T. 1998. Two New Flavonoids and Other Contituens in
Licorice Root: Their Relative Astringency and Radical Scavenging Effect. Chem Pharm Bull 36:2090-7. 12)
Ramamoorthy PK, Bono A. 2007. Antioxidant activity, total phenolic and flavonoid content of Morinda
citrifolia fruit extracks from various extraction processes. Journal of Engineering Science and Technology
2(1):70-80. Ekstrak Bubuk Kulit Manggis Menurunkan Kadar Glukosa Darah Tikus – Dyahnugra, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.113-123, Januari 2015 123 13) Yuriska, A. 2009. Efek
Aloksan Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Semarang 14) Wijaya, L. A. 2010. Kandungan Antioksidan Ekstrak Tepung Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.) pada Berbagai Pelarut, Suhu, dan Waktu Ekstraksi. Skripsi. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. 15) Unzilarimbi, A. 2012. Karakteristik Antosianin
Ketan Hitam (Oryza sativa glutinuous) Hasil Ekstraksi Menggunakan Metode Ultrasonic Bath pada
Berbagai Variasi Proses Pengolahan. Skripsi. Malang: Jurusan THP FTP Universitas Brawijaya Malang. 16)
Chivapat, S., Chacalittumrong, P., and Wongsinkongman, P. 2011. Chronic Toxicity of Garcinia
mangostana Linn. Pericarp Extract. Thai J Vet Med. 2011. 41(1): 45-53 17) Tjokroprawiro, A., Prof. DR. dr.
SpPD-KEMD. 2006. Hidup Sehat dan Bahagia bersama Diabetes Mellitus. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama. 18) Valko, M., Leibfritz, D., Moncol, J., Cronin, M.T.D., Mazur, M., dan Telser, J. 2007. Free
radicals and antioxidants in normal physiologicalfunctions and human disease. The International Journal
of Boichemistry & Cell Biology 39:44-84 19) Szkudelski, T. 2001. The Mechanism of Alloxan and
Streptozotocin in 𝛽 Cells of The Rat Pancreas. Physiol. Res. 50:536-546

58 EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA DARI EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP
TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI SUKROSA Sondang
Manurung1), Elisabeth Barung2), Widhi Bodhi3) 1) ProgramStudiFarmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
2) Poltekkes Manado 3) Program StudiFarmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSRAK Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek antihiperglikemia ekstrak kulit buah manggis pada tikus putih jantan
galur wistar yang diinduksi sukrosa dan membandingkan efektivitasnya dengan glibenklamid. Metode
yang digunakan merupakan eksperimen laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Subjek penelitian berupa tikus putih jantan berjumlah 15 ekor dengan berat badan mulai dari
100g-210g yang dibagi dalam 3 kelompok masing-masing kelompok sebanyak 5 ekor. Perlakuan dimulai
dengan pemberian larutan sukrosa disesuikan dengan bobot masing-masing tikus. Pada hari kedua
malam, hewan uji dipuasakan selama dua belas jam, dan hari ketiga pagi diukur kadar glukosa darah
dilanjutkan dengan penginduksian larutan sukrosa, setelah tiga puluh menit pemberian larutan sukrosa
diukur kadar glukosa darah, kelompok pertama diberi akuades, kelompok kedua diberi ekstrak kulit
buah manggis 20 %, dan kelompok ketiga diberi Glibenklamid 0,3030 mg/ g BB yang telah dibuat
suspensi dalam larutan CMC 1 % kemudian diukur kadar gula darah hewan uji satu, dua, tiga, dan empat
jam. Data dianalisis dengan spss ver.17, beda nyata antar perlakuan diuji dengan one way ANOVA. Hasil
analisa statistika memberikan perbedaan yang bermakna nilai p=0,00 (p< 0,05). HASIL DAN
PEMBAHASAN Percobaan efek antihiperglikemia ekstrak kulit buah manggis terhadap tikus putih jantan
galur wistar yang diinduksi sukrosa didapatkan hasil sebagai berikut: 62 Tabel 1.Hasil pengukuran rerata
kadar gula darah tikus putih sebelum percobaan (awal), setelah induksi sukrosa (pretest) dan sesudah
perlakuan (posttest) Ket: Kadar gula darah diperoleh dari 5 kali ulangan dengan standar devisiasi. Angka
yang diikuti dengan huruf superscript yang sama dan pada baris yang sama menunjukan tidak ada
perbedaan yang bermakna (p>0,05). Kontrol negarif (akuades), kontrol positif (glibenklamid) dan kontrol
perlakuan (ekstrak kulit buah manggis). ta : Kadar gula darah awal t0 : KGD 30 Menit Setelah Induksi
Sukrosa t1 : KGD 1 Jam Setelah Pemberian Perlakuan t2 : KGD 2 Jam Setelah Pemberian Perlakuan t3 :
KGD 3 Jam Setelah Pemberian Perlakuan t4 : KGD 4 Jam Setelah Pemberian Perlakuan Setelah dilakukan
penginduksian dengan larutan sukrosa, pada hasil yang diperoleh terlihat bahwa ada kenaikan kadar
gula darah dari masing-masing tikus pada ketiga kelompok kontrol. Pada Tabel 1 dapat dilihat kadar gula
darah tikus yang diinduksi dengan larutan sukrosa pada masing-masing kelompok kontrol mengalami
kenaikan. Kelompok perlakuan dengan kontrol akuades (K-), kadar gula darah pada ta (waktu awal) 59,8
± 4,55 mg/dl naik mencapai kadar tertinggi pada jam kedua (t2) 189,4 ± 8,56 mg/dl kemudian turun
hingga 126,6 ± 6,35 mg/dl pada jam keempat (t4). Kadar gula darah tikus pada kelompok kontrol dengan
pemberian ekstrak kulit buah manggis 20 % (Kp) mengalami kenaikan dari 68,4 ± 3,21 mg/dl pada awal
(ta) pengukuran sampai tertinggi sebesar 159 ± 5,24 mg/dl pada jam pertama (t1), kemudian turun
sampai 88,4 ± 8,05 mg/dl pada t4. Sejalan dengan tikus yang diberikan ekstrak, kelompok (K+) tikus yang
diberikan Glibenklamid kadar gula darahnya mengalami kenaikan dari 69,2 ± 6,98 mg/dl pada awal
pengukuran sampai tertinggi sebesar 150,64 ± 18,77 mg/dl pada jam t1, kemudian turun hingga 88,6 ±
6,99 mg/dl pada jam t4. Berdasarkan hasil pengukuran kadar gula darah pada setiap ekor tikus dari
masing- masing kelompok kontrol yang disajikan pada Tabel 1, diketahui bahwa kelompok kontrol
dengan pemberian akuades mengalami kenaikan kadar gula darah yang sangat lebih tinggi setelah tiga
puluh menit (t0) penginduksian larutan sukrosa dimana yang awalnya berada pada kisaran 114-137
mg/dl setelah dilakukan pengukuran t1 kadar gula darah hewan uji mencapai kisaran antara 203- 228
mg/dl, sedangkan untuk kelompok kontrol dengan pemberian ekstrak kulit buah manggis 20 % dan
glibenklamid 0,030 mg/ g bb dalam 15 ml larutan CMC 1 % dengan pemberian menyesuaikan bobot
masing-masing tikus, kenaikan kadar gula darah tikus mencapai kisaran antara 148-169 mg/dl untuk
pengukuran t1. Kenaikan kadar gula darah hewan uji pada kelompok ini ditahan dengan adanya
pengaruh dari pemberian ekstrak kulit buah manggis dan glibenklamid, sehingga efek dari penurunan
kadar gula darah lebih cepat. Dari data yang diuraikan di atas diketahui bahwa kelompok kontrol dengan
pemberian perlakuan dengan ekstrak kulit buah manggis 20 % dan glibenklamid kenaikan kadar gula
darah pada masing- masing tikus ini dapat ditekan mulai dari t1. Hal ini berbeda dengan kondisi yang
dialami tikus pada kelompok kontrol dengan pemberian akuades. Kelompok tikus dengan pemberian
akuades sampai pada t2 tetap mengalami kenaikan kadar gula darah, hal ini dikarenakan akuades tidak
dapat menekan laju kenaikan kadar gula darah. Ekstrak kulit buah manggis dapat menekan dan
menyebabkan penurunan kadar gula darah lebih cepat apabila dibandingkan dengan akuades. Efek
serupa juga diperoleh dengan pemberian glibenklamid terhadap kelompok (K+). Rerata hasil pengukuran
kadar gulah darah tikus pada masing-masing kelompok kontrol pada Tabel 1 kemudian dibuat dalam
bentuk grafik seperti gambar dibawah ini untuk mempermudah pengamatan. Perlaku an ta t0 t1 t2 t3 t4
Akuade s 59,8 ± 4,55a 127 ,8 ± 8,7 6 a 177 ,8 ± 9,9 3 a 189, 4 ± 8,56a 158, 6 ± 13,5 9 a 126,6 ± 6,35a
Ekstrak 68,4 ± 3,21b 128 ,8 ± 4,5 5 b 159 ± 5,2 4 b 120, 4 ± 5,22b 98,4 ± 1,67b 88,4 ± 8,05b Glibenk lamid
69,2 ± 6,98b 117 ± 14, 53b 150 ,6 ± 18, 77b 120, 4 ± 5,37b 100 ± 1,30b 88,6 ± 6,99b 63 Grafik rerata-rata
kadar gula darah hewan uji pada masing-masing kelompok ta : Kadar gula darah awal (0) t0 : KGD 30
Menit Setelah Induksi Sukrosa(0,5) t1 : KGD 1 Jam Setelah Pemberian Perlakuan(1) t2 : KGD 2 Jam
Setelah Pemberian Perlakuan(2) t3 : KGD 3 Jam Setelah Pemberian Perlakuan(3) t4 : KGD 4 Jam Setelah
Pemberian Perlakuan(4) Pada grafik di atas terlihat kenaikan kadar gula darah masing-masing tikus pada
ketiga kelompok kontrol sudah terjadi pada tiga puluh menit setelah induksi sukrosa dan mencapai
puncak tertinggi pada jam pertama. Kenaikan kadar gula darah pada kelompok kontrol akuades lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok ekstrak dan glibenklamid. penurunan kadar gula darah tikus
terjadi setelah pemberian perlakuan dengan ekstrak kulit buah manggis 20 % dan glibenklamid.
Sebelumnya masing-masing kelompok perlakuan mengalami kenaikan kadar gula darah yang sanggat
tinggi setelah penginduksian larutan sukrosa dan mencapai kadar tertinggi pada jam pertama. Kemudian
di jam kedua, ketiga dan keempat mengalami penurunan, dimana penurunan kadar gula darah antara
tiga kelompok kontrol tersebut berbeda. Kelompok kontrol dengan pemberian akuades (K-) mengalami
penurunan kadar gula darah yang lebih lambat dibandingkan dengan kontrol perlakuan dengan ekstrak
kulit buah manggis 20 % (Kp) dan kontrol dengan pemberian glibenklamid (K+), bahkan sampai pada jam
ke empat kadar gula darah belum mencapai level normal, sedangkan penurunan kadar gula darah pada
kelompok perlakuan ekstrak dan glibenklamid lebih cepat dan mencapai level normal pada jam
keempat. Tikus yang diberikan ekstrak kenaikan kadar gula darah dapat diredam dan ekstrak memiliki
efek dalam menurunkan kadar gula darah ke level normal sama halnya dengan efek yang ditimbulkan
glibenklamid. Hal tersebut karena dalam ekstrak kulit buah manggis mengandung senyawa-senyawa
yang dapat berperan sebagai zat antihiperglikemik pada tikus yang diberikan sukrosa. Data dari
pengukuran kadar gula darah pada tikus setelah induksi larutan sukrosa (pretest) dan setelah perlakuan
dengan akuades, ekstrak kulit buah manggis dan glibenklamid (posttest) kemudian di uji dengan
menggunakan uji statistik anova untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata lebih dari dua
kelompok sampel yang tidak berhubungan (Priyanto, 2009). Data yang diperoleh dianalisis dengan
statistika menggunakan uji anova. Hasil pengujian statistika menunjukkan terdapat perbedaan yang
bermakna diantara ketiga kelompok kontrol. Pada masing-masing tikus putih pemberian larutan sukrosa
memberikan efek kenaikan kadar gula darah. Berdasarkan fakta tersebut diketahui bahwa pemberian
sukrosa 56,25 g dalam 250 ml akuades dan disesuaikan dengan bobot dari masing-masing tikus
menyebabkan kondisi hiperglikemia dan ini tetap berlangsung selama empat jam. Ratarata kadar gula
darah tikus pada setiap kelompok perlakuan setelah pemberian larutan sukrosa naik melebihi batas
normal kadar gula darah tikus putih yaitu 73,34 ± 7,6 mg/dl (Chaturvedi, 2005). Tabel 2. Hasil Pengujian
Anova Setelah Pemberian Larutan Sukrosa Perlakuan Waktu (t) Signifikan Akuades ta-t0 0,000 Ekstrak
ta-t0 0,000 Glibenklamid ta-t0 0,000 Ket: diperoleh nilai p=0,000 atau p0,05 tidak ada perbedaan yang
bermakna. ta : KGD awal t0 : KGD 30 Menit Setelah Induksi Sukrosa t1 : KGD 1 Jam Setelah Pemberian
Perlakuan t2 : KGD 2 Jam Setelah Pemberian Perlakuan t3 : KGD 3 Jam Setelah Pemberian Perlakuan t4 :
KGD 4 Jam Setelah Pemberian Perlakuan Tabel di atas dapat kita lihat ta-t0, t1, t2, t3 dan t4 didapatkan
hasil analisis p0,05 yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna dimana kadar gula
darah setelah induksi t0 dan setelah perlakuan t4 masih tetap tinggi, ini berarti pemberian akuades tidak
dapat menurunkan kadar gula darah kembali ke awal, ini juga terlihat pada ta-t4 dimana hasil signifikan
yang diperoleh p0,05 tidak ada perbedaan yang bermakna dan dan t3, t4 p0,05 ini berarti kadar gula
darah masih tinggi atau tidak menyebabkan efek yang bermakna terhadap penurunan kadar gula darah,
dimana t2 belum turun mencapai normal seperti pada ta . Pada jam ketiga dan keempat didapatkan
hasil p0,05 tidak ada perbedaan yang bermakna. t0 ke t1 dan t4 p0,05 tidak ada perbedaan yang
bermakna. ta : Kadar gula darah awal t0 : KGD 30 Menit Setelah Induksi Sukrosa t1 : KGD 1 Jam Setelah
Pemberian Perlakuan t2 : KGD 2 Jam Setelah Pemberian Perlakuan t3 : KGD 3 Jam Setelah Pemberian
Perlakuan t4 : KGD 4 Jam Setelah Pemberian Perlakuan Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa penurunan
kadar gula darah pada pemberian glibenklamid memberikan efek yang besar. Signifikan yang didapat
p=0,000 atau p0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna dimana kadar gula darah masih
belum mencapai level normal. Penurunan kadar gula darah pada jam kedua tetap menyebabkan kondisi
tikus hiperglikemia (sakit) dan belum sama dengan kondisi pada saat t0. Setelah jam keempat (t0 - t4)
diperoleh hasil p0,05 tidak ada perbedaan yang bermakna ta : Kadar gula darah awal t0 : KGD 30 Menit
Setelah Induksi Sukrosa t1 : KGD 1 Jam Setelah Pemberian Perlakuan t2 : KGD 2 Jam Setelah Pemberian
Perlakuan t3 : KGD 3 Jam Setelah Pemberian Perlakuan t4 : KGD 4 Jam Setelah Pemberian Perlakuan
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil pengujian dengan menggunakan analisa anova
memberikan hasil signifikan p>0,05 yang berarti pemberian ekstrak kulit buah manggis konsentrasi 20 %
dan glibenklamid tidak menunjukan adanya perbedaan yang bermakna, dimana terdapat persamaan
efek 66 yang ditimbulkan dari pemberian kedua perlakuan tersebut. Ekstrak maupun glibenklamid sama-
sama menyebabkan penurunan kadar gula darah. Konsentrasi glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)
pada penderita diabetes mellitus disebabkan oleh peningkatan produksi glukosa hati diiringi dengan
penurunan pemanfaatan glukosa oleh jaringan perifer. Disamping gangguan metabolisme karbohidrat,
diabetes mellitus juga mempengaruhi metabolisme protein dan lemak. Asam amino terpaksa dikonversi
menjadi glukosa. Ketosis merupakan salah satu gangguan metabolisme asam lemak. Ketosis terjadi
dengan meningkatnya metabolisme trigliserida yang diikuti dengan kelebihan produksi keton dan
kolesterol (Brody 1999). Hasil ini menyatakan bahwa efek yang diberikan ekstrak sama seperti yang
ditimbulkan glibenklamid. Penurunan kadar gula darah tikus pada jam kedua dengan pemberian ekstrak,
dan jam keempat dengan pemberian glibenklamid didapatkan hasil tidak berbeda (ekstrak memiliki
potensi yang tidak berbeda dengan pemberian glibenklamid) dalam menurunkan kadar gula darah pada
tikus. Berdasarkan analisis statistik. diperoleh signifikansi 0,000>0,05 yang berarti ada perbedaan yang
bermakna antar perlakuan. Dari uji statistik didapatkan perbedaan bermakna antara kontrol negatif (K-),
kontrol positif (K+), dan kontrol perlakuan ekstrak (Kp). Hal ini menunjukkan bahwa obat dan ekstrak
memiliki aktifitas dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus sedangkan akuades tidak. Dari hasil
yang diperoleh diketahui ekstrak kulit buah manggis memiliki potensi yang lebih besar dalam
menurunkan kadar gula darah jika dibandingkan glibenklamid. Namun bila dibandingkan dengan
kelompok akuades pemberian ekstrak dan obat menunjukkan efek yang berbeda nyata artinya
kelompok yang tidak diberi perlakuan tidak mempunyai potensi untuk menurunkan kadar gula darah.
Senyawa-senyawa lain dari kulit buah manggis ini diketahui dapat berperan untuk menurunkan kadar
gula darah bahkan mencegah terjadinya komplikasi, seperti vitamin C (Asam askorbat) yang dapat
menurunkan kadar sorbitol (gula yang merusak saraf, mata, dan ginjal) dalam tubuh, vitamin B (Niasin)
untuk membantu memperbaiki sel β pankreas dalam memproduksi insulin dan vitamin B6 yang dapat
mencegah diabetes mellitus neuropathy (dengan gejala kesemutan, mati rasa, rasa sakit dan otot
lemah) dan membantu magnesium masuk ke dalam sel (Junaidi, 2009). KESIMPULAN Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan maka disimpulkan sebagai berikut: 1. Ekstrak kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) memiliki efek antihiperglikemia terhadap tikus putih jantan galur wistar (Rattus
norvegicus L.) yang diinduksi sukrosa. 2. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) 20 %
memberikan efek tidak berbeda nyata dengan glibenklamid dosis 0,030 mg dalam 15 ml suspensi CMC 1
% yang diberikan pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus L.) yang diinduksi sukrosa.
SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efek ekstrak kulit buah manggis dengan
meningkatkan konsentrasi dan dilakukan pengujian toksisitas. DAFTAR PUSTAKA Corwin. E. J. 2009. Buku
Saku Patofisiologi Edisi Revisi Ke 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Nathan, D. M dan L. M.
Delahanty. 2009. Menaklukkan Diabetes. PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.Jakarta. DEPKES-
RI, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. DEPKES. Jakarta. DEPKES-RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi ketiga. DEPKES-RI.
Jakarta. Harborne, J. B. 1984. Metode Fitokimia penuntun cara moderen menganalisis 67 tumbuhan
terbitan kedua. ITB. Bandung. Haznam, A. W. 1987. Petunjuk-Petunjuk Untuk Penderita Penyakit Gula.
Angkasa Offset. Bandung. Junaidi, I. 2009. Kencing Manis. PT. Buana Ilmu Populer. Jakarta. Katzung, B. G.
2011. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Mycek, M. J.
Richard. A. H dan Pamela. C. C. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 2. Widya Medika. Jakarta.
Nugroho. A. E. 2009. Manggis (Garcinia mangostana L.) : Dari Kulit Buah Yang Terbuang Hingga Menjadi
Kandidat Suatu Obat. Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik,
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta Ranahakusuma, A. B. 1992. Buku Ajar Praktis:
Metabolik Endokrinologi Rongga Mulut. Universitas Indonesia. Jakarta. Santosa, C. H dan T. Hertiani.
2005. Kandungan Senyawa Kimia dan Efek Ekstrak air daun Bangun- Bangun (Coleus amboinicus L.) pada
aktivitas fagositosis netrofil tikus putih (Rattus norvegicus L.). Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas
Farmasi Universitas Gadja Mada. Jogjakarta. Team Redaksi Ova Publisher. 2010. Hebatnya Obat Herbal.
Ova Publisher. Yogyakarta. Widyaningrum, L. 2008. Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak
Etanol 70% Daun Seledri (Apium graveolens L.) Pada Kelinci Jantan.[SKRIPSI]. Fakultas farmasi universitas
muhammadiyah surakarta. Wijaya.L. A, M. P. Segara dan F. Suprioto. 2009. Pemanfaatan Limbah Kulit
Manggis (Garcinia mangostana L.) Sebagai Pewarna Makanan Alami Kaya Antioksidan Dengan
Menggunakan Teknologi Mikroenkapsulasi. Bidang Kegiatan: PKM-GT. UT Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai