Anda di halaman 1dari 11

NASKAH PUBLIKASI

STANDARDISASI EKSTRAK ETANOL AKA KALESI


(Spatholobus ferrugineus) YANG BERPOTENSI SEBAGAI
OBAT ANTIDIABETES

Disusun oleh:

ESTI PUJI LESTARI WIGATININGRUM

NPM 1102014087

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

TAHUN 2018
STANDARDISASI EKSTRAK ETANOL AKA KALESI (Spatholobus ferrugineus)
YANG BERPOTENSI SEBAGAI OBAT ANTIDIABETES
Esti Puji Lestari Wigatiningrum1, Aryenti2

ABSTRAK
Latar Belakang: Indonesia menempati posisi kelima teratas di antara negara-negara
dengan jumlah penderita penyakit diabetes terbanyak di dunia. Aka Kalesi adalah
tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang berperan penting dalam
pencegahan diabetes. Allah telah menciptakan berbagai jenis tanaman yang dapat
bermanfaat bagi manusia salah satunya sebagai obat. Oleh karena itu, untuk membuat
obat herbal diperlukan standardisasi ekstrak agar dihasilkan obat herbal yang memiliki
kualitas yang baik dan aman untuk dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
nilai mutu dari ekstrak etanol aka kalesi.
Metode: Standardisasi ekstrak etanol aka kalesi yang dilakukan pada penelitian ini
adalah karakterisasi ekstrak berupa parameter non spesifik dan spesifik sesuai acuan dari
PPOMN Departemen Kesehatan RI dan Badan Pengawas Obat dan Makanan meliputi uji
cemaran mikroba, penetapan kadar senyawa yang larut dalam air dan etanol.
Hasil: Bobot akhir ekstrak aka kalesi yang diperoleh sebanyak 41,7 gram. Hasil
penelitian menunjukkan berat ekstrak yang diperoleh sebanyak 41,7 gram dengan
rendemen 3,34%. Parameter non spesifik dari ekstrak etanol aka kalesi (Spatholobus
ferrugineus) yang meliputi uji cemaran mikroba: angka lempeng total kapang dan bakteri
< 10 koloni/gram; uji Most Probable Number Koliform < 3 MPN/ml, serta parameter
spesifik yang meliputi kadar senyawa yang larut dalam air 27,1% dan kadar senyawa
yang larut dalam etanol 31,9%.
Simpulan: Parameter nonspesifik yang meliputi uji cemaran mikroba dan parameter
spesifik yang meliputi penetapan kadar senyawa yang larut dalam air dan etanol dari
ekstrak etanol aka kalesi telah memenuhi persyaratan PPOMN dan Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Kata Kunci: Standardisasi, Parameter spesifik, Parameter Non Spesifik, Aka Kalesi,
Spatholobus ferrugineus, antidiabetes
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

ii
STANDARDIZATION OF AKA KALESI (Spatholobus ferrugineus) ETHANOL
EXTRACT AS ANTIDIABETIC DRUG
Esti Puji Lestari Wigatiningrum1, Aryenti2
ABSTRACT
Background: Indonesia ranks 5th among countries with the largest number of diabetics
in the world. Aka Kalesi is a plant that contains secondary metabolite compounds that
play a lot of important role in the prevention of diabetes and its complications. In Islam,
Allah has created various types of plants in this nature that can provide various benefits
for humans. Therefore, in order to make good herbal medicines, it is necessary to make
standardization of herbal extract that produced qualified and save herbal medicines.
This study aims to determine the standard parameters of aka kalesi extract as
antidiabetes agent.
Method: Standardization of aka kalesi extract that was performed in this study was the
characterization of the extract in the form of non-specific and specific parameters
corresponding to the reference of PPOMN and BPOM such as total plate count
microbial contamination, water-soluble extractive value, and ethanol-soluble extractive
value.
Result: The results showed that the weight of the extract obtained was 41.7 grams with
3.34% yield. Non-specific parameters of ethanol extract aka kalesi (Spatholobus
ferrugineus) which includes microbial contamination test: total plate number of fungi
and bacteria <10 CFU / gram; Most Probable Number Coliform test <3 MPN / ml, as
well as specific parameters including water soluble content of 27.1% and 31.9% ethanol-
soluble compound.
Conclusion: Non-specific parameters including microbial contamination tests and
specific parameters including the determination of water soluble and ethanol content of
ethanol extracts aka kalesi have fulfilled the requirements of PPOMN and Regulation of
the Head of the Food and Drug Supervisory Agency.
Keywords: Standardization, specific parameter, non-specific parameter, Aka Kalesi,
Spatholobus ferrugineus, antidiabetes
1
Faculty of Medicine, YARSI University
2
Department of Anatomy Faculty of Medicine YARSI University

iii
Pendahuluan pengobatan yang aman dan efektif
Diabetes Mellitus (DM) belum tercapai. WHO
merupakan salah satu kelompok merekomendasikan penggunaan obat
gangguan metabolik yang ditandai tradisional untuk penyakit DM
oleh hiperglikemia karena gangguan karena dianggap efektif, non-toksik
sekresi insulin, kerja insulin atau dan hanya memiliki sedikit efek
keduanya. Keadaan hiperglikemia ini samping (Patel et al., 2012).
jika berlangsung terus-menerus akan Tanaman berkhasiat obat dapat di
mengakibatkan kerusakan dan peroleh dengan mudah, dapat di petik
kegagalan berbagai organ terutama langsung untuk pemakaian segar atau
mata, ginjal, saraf, jantung, dan dapat dikeringkan. Oleh karena itu,
pembuluh darah (American Diabetes pengobatan tradisional dengan
Association, 2012). Menurut laporan tanaman obat menjadi langkah
World Health Organization (WHO), alternatif untuk mengatasinya
Indonesia menempati urutan keempat (Wijayakusuma, 2004).
terbesar dari jumlah penderita DM Spatholobus ferrugineus atau
dengan prevalensi 8,6% dari total aka kalesi adalah tanaman yang
penduduk. WHO memperkirakan digunakan oleh suku Dayak di
jumlah penderita penyakit diabetes di Kalimantan Timur untuk mengobati
Indonesia akan terus meningkat, dari beberapa penyakit. Batangnya
semula 8,4 juta penderita di tahun mengandung senyawa metabolit
2000 menjadi sekitar 21.3 juta sekunder, yaitu alkaloid, flavonoid,
ditahun 2030. polifenol dan terpenoid/steroid
Meningkatnya prevalensi (Marliana, 2010). Menurut Jack
diabetes mellitus dari tahun ke tahun (2012), flavonoid alami banyak
membutuhkan perhatian serius memainkan peran penting dalam
terhadap terapi penyakit tersebut. pencegahan diabetes dan
Meskipun banyak obat sintetik komplikasinya. Sejumlah penelitian
dikembangkan untuk pengobatan telah dilakukan untuk menunjukkan
diabetes mellitus, tetapi paradigma efek hipoglikemik dari flavonoid

iv
dengan menggunakan model 1995). Standardisasi ekstrak sudah
eksperimen yang berbeda, hasilnya diatur ketentuannya dalam Parameter
menunjukan bahwa tanaman yang Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
mengandung flavonoid telah terbukti Obat, Departemen Kesehatan
memberi efek menguntungkan dalam (Keputusan Menteri Kesehatan R.I
melawan penyakit diabetes melitus, No: 55/MENKES/SK/I/2000) dan
baik melalui kemampuan Peraturan Kepala Badan Pengawas
mengurangi penyerapan glukosa Obat dan Makanan Republik
maupun dengan cara meningkatkan Indonesia Nomor 12 Tahun 2014
toleransi glukosa (Brahmachari, tentang Persyaratan Mutu Obat
2011). Tidak hanya senyawa Tradisional.
flavonoid, menurut Ahmad dkk Standardisasi ekstrak etanol
(2012), pemberian polifenol pada aka kalesi (Spatholobus ferrugineus)
mencit yang diabetes mampu yang dilakukan dalam penelitian ini
meningkatkan toleransi glukosa oral adalah karakterisasi ekstrak berupa
dan menurunkan kadar glukosa darah parameter non spesifik dan spesifik
mencit walaupun tidak sampai batas sesuai acuan Persyaratan Mutu Obat
normal. Tradisional yang telah ditetapkan
Agar khasiat dan stabilitas oleh BPOM. Parameter yang diuji
ekstrak etanol aka kalesi ini dapat meliputi uji cemaran mikroba angka
terjamin, maka perlu dipenuhi suatu lempeng total dan uji MPN (Most
standar mutu produk/bahan ekstrak. Probable Number) Koliform, serta
Hal ini tidak terlepas dari parameter spesifik yang meliputi
pengendalian proses, artinya bahwa kadar senyawa yang larut dalam
proses yang terstandar dapat pelarut air dan etanol.
menjamin produk yang baik
mutunya. Dengan adanya bahan baku Metode Penelitian
terstandar dan proses yang Pembuatan Ekstrak Aka Kalesi
terkendali, maka akan diperoleh (Spatholobus ferrugineus)
produk atau bahan ekstrak yang Sampel berupa batang aka kalesi
mutunya terstandar (Depkes RI, (Spatholobus ferrugineus) yang telah

v
dihaluskan sebanyak 1 kg direndam
dengan etanol kemudian disimpan di Kadar Senyawa yang Larut dalam
tempat yang terlindung cahaya Etanol
matahari selama lima hari sambil Maserasi sejumlah 0,5 gram ekstrak
sekali-sekali di-shaker. Selanjutnya selama 24 jam dengan 100 mL etanol
filtrat etanol dipisahkan dengan cara 95% menggunakan labu bersumbat
filtrasi. Filtrat etanol diuapkan sambil berkali-kali dikocok selama 6
dengan rotary evaporator, sehingga jam dan kemudian dibiarkan selama
diperoleh ekstrak etanol, ekstrak ini 18 jam. Saring, uapkan 20 mL filtrat
dimasukkan di topless kecil yang hingga kering dalam cawan dangkal
telah dilapisi alumunium foil dan berdasar rata yang telah ditara,
ditempatkan di desikator. panaskan residu pada suhu 105 ºC
hingga bobot tetap. Dihitung kadar
Kadar Senyawa yang Larut dalam dalam persen senyawa yang larut
Air dalam etanol 95% terhadap berat
Maserasi sejumlah 0,5 gram ekstrak ekstrak awal.
selama 24 jam dengan 100 mL air
kloroform LP (2,5 mL CHCl3 Uji Cemaran Mikroba
tambahkan hingga menjadi 100 mL) a. Angka Lempeng Total
dengan aquadest, LP = Larutan 1. Kapang/Fungi
Pereaksi) menggunakan labu Sebanyak 0,1 gram ekstrak
bersumbat sambil berkali-kali aka kalesi disuspensikan
dikocok selama 6 jam dan kemudian dalam 10 mL air tween 0,1 %
dibiarkan selama 18 jam. Saring, steril, kemudian dilakukan
uapkan 20 mL filtrat hingga kering pengenceran 10-1 dan 10-2,
dalam cawan dangkal berdasar rata diambil 1 mL dari setiap
yang telah ditara, panaskan residu pengenceran kemudian
pada suhu 105 ºC hingga bobot tetap. dihomogenkan dengan media
Dihitung kadar dalam persen tumbuhnya (PDA) sebanyak
senyawa yang larut dalam air 15 mL. Setelah beku,
terhadap berat ekstrak awal. inkubasi dalam oven

vi
inkubator 30 C. Semua pengenceran dimasukkan
tahapan pekerjaan dilakukan sebanyak 1 mL ke dalam
secara aseptik. Pengamatan tabung reaksi yang telah
dilakukan setelah inkubasi 24 dimasukkan tabung durham
jam dan 48 jam. sebelumnya. Analisis
menggunakan 3 seri tabung.
2. Bakteri Kemudian dilakukan inkubasi
Sebanyak 0,1 gram ekstrak pada suhu 37 ºC.
aka kalesi disuspensikan
dalam 10 mL NaCl fisiologis Pembahasan
0,95 % steril, kemudian Standardisasi merupakan
dilakukan pengenceran 10-1 proses menjamin bahwa produk obat,
dan 10-2, diambil 1 mL dari ekstrak, atau produk ekstrak
setiap pengenceran kemudian mempunyai nilai parameter tertentu
dihomogenkan dengan media yang tetap dan ditetapkan terlebih
tumbuhnya (PDA) sebanyak dahulu. Penelitian standardisasi
15 mL. Setelah beku, ekstrak etanol aka kalesi
inkubasi dalam oven (Spatholobus ferrugineus) dilakukan
inkubator 37 ºC. Semua sebagai upaya untuk mengetahui
tahapan pekerjaan dilakukan karakter dari ekstrak ini baik dari
secara aseptik. Pengamatan parameter spesifik maupun non
dilakukan setelah inkubasi 24 spesifik sebagai dasar dalam
jam dan 48 jam. pengembangan ekstrak terstandar.

Pada penelitian ini, metode


b. Uji Most Probable Number
yang dipilih untuk ekstraksi adalah
Koliform
maserasi, yaitu metode untuk
1 gram ekstrak aka kalesi
pembuatan ekstrak dengan
dilarutkan dalam 10 mL
menggunakan pelarut yang disertai
aquadest steril, dilakukan
dengan pengadukan atau pengocokan
pengenceran bertingkat 10-1;
yang dilakukan pada suhu ruang
10-2; 10-3. Masing-masing hasil
(Departemen Kesehatan RI, 2000).

vii
Hasil rendemen ekstrak etanol aka
kalesi (Spatholobus ferrugineus) Untuk uji cemaran mikroba
dapat dilihat pada tabel 1. pada ekstrak etanol aka kalesi, hasil
penelitian yang didapatkan adalah
Tabel 1. Rendemen Ekstrak Etanol
Aka Kalesi (Spatholobus tidak ditemukan adanya
ferrugineus) pertumbuhan koloni mikroorganisme
Berat Berat Rendemen
baik pada media kapang, bakteri dan
bahan ekstrak (%)
yang yang koliform. Adapun data uji cemaran
digunakan diperoleh
(g) (g) mikroba dapat dilihat pada tabel 3.
1.250 41,7 3,34
Oleh karena tidak ada
pertumbuhan pada semua cawan dan
Untuk karakteristik parameter
bukan disebabkan karena faktor
spesifik, dilakukan penentuan kadar
inhibitor, maka nilai angka lempeng
senyawa yang larut pada air dan
total kapang dan bakteri dilaporkan
etanol. Hasil penelitian yang
sebagai kurang dari satu dikalikan
didapatkan kadar senyawa yang larut
faktor pengenceran terendah, yaitu
dalam etanol lebih besar yaitu 31,9%
<10 koloni/gram. Nilai ini termasuk
dibandingkan dengan pelarut air
dalam batas aman sesuai Peraturan
yaitu 27,1%. Hal ini menunjukkan
Kepala BPOM No. 12 Tahun 2014
ekstrak lebih banyak terlarut dalam
tentang Persyaratan Mutu Obat
etanol dibandingkan dalam air.
Tradisional, yaitu ≤ 106 koloni/gram
Tabel 2. Data Karakteristik untuk angka lempeng total bakteri
Ekstrak Aka Kalesi (Spatholobus
ferrugineus) Parameter Spesifik dan ≤ 104 koloni/gram untuk angka

Data Hasil lempeng total kapang.


Karakteristik Pengujian
Kadar senyawa 27,1 % Hasil analisis mikrobiologi
yang larut dalam MPN (Most Probable Number)
air
Kadar senyawa 31,9 % ekstrak aka kalesi (Spatholobus
yang larut dalam ferrugineus) menunjukkan tidak
etanol
adanya kekeruhan pada media
tumbuh LB (Lactose Broth) dan

viii
tidak ada gelembung gas pada tabung lempeng total: koloni/g koloni/g
Durham setelah inkubasi 24-48 jam. kapang
Berdasarkan hasil tersebut, nilai
Angka <10 6
<10
koliform yang dimiliki oleh ekstrak
lempeng total: koloni/g koloni/g
etanol aka kalesi (Spatholobus
bakteri
ferrugineus) sudah sesuai dengan
standar yaitu < 3 MPN/ml. Uji Most Negatif < 3 MPN/ml
Probable
Rendahnya pertumbuhan
Number
mikroorganisme pada ekstrak dapat
disebabkan karena pelarut ekstrak Keterangan (*): sumber: (BPOM,
2014) dan (Depkes RI, 2000)
yang digunakan adalah pelarut
etanol, di mana etanol juga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Kesimpulan
atau mikroba dalam ekstrak.
Dari semua hasil data
Penelitian yang dilakukan oleh
karakteristik parameter spesifik dan
Heidari-Sureshjani, ekstrak dengan
non spesifik yang meliputi uji
pelarut etanol memiliki aktivitas
cemaran mikroba, penetapan kadar
antimikroba yang secara signfikan
senyawa yang larut dalam air dan
lebih baik terhadap bakteri S.
etanol pada ekstrak etanol aka kalesi
pyogenes, P. aeruginosa, dan S.
(Spatholobus ferrugineus) yang telah
epidermidis dibandingkan dengan
dibuat telah memenuhi persyaratan
pelarut lainnya seperti metanol, air,
yang telah ditetapkan oleh BPOM
dan gliserin (Heidari-Sureshjani, et
dan Departemen Kesehatan.
al., 2015).
Saran
Tabel 4.3 Data karakteristik
ekstrak aka kalesi (Spatholobus Perlu dilakukan penentuan
ferrugineus) parameter non
spesifik parameter spesifik dan nonspesifik
Data Hasil Persyaratan* lain dari ekstrak etanol aka kalesi
Karakteristik Pengujian (Spatholobus ferrugineus) secara
lebih lengkap sebagaimana yang
Angka <10 <10
4

ix
tercantum pada Parameter Standar 9. Departemen Kesehatan RI. 2000.
Parameter Standar Umum Ekstrak
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat dan Tumbuhan Obat, Jakarta.
Peraturan Badan Pengawas Obat dan 10.Dewoto, H., 2007. Pengembangan
Obat Tradisional Indonesia Menjadi
Makanan. Fitofarmaka. Majalah Kedokteran
Indonesia, Juli, 57(7), pp. 105-211.
Daftar Pustaka 11.Dewi et al., 2011. Ekstrak Bawang
Putih (Allium sativum) dan Ekspresi
Insulin serta Derajat Insulitis
1. Amanatie, E., 2015. Structure
Pankreas Tikus Sprague-Dawley
Elucidation of the Leaf of Tithonia
yang Diinduksi Streptozotocin.
diversifolia (Hemsl) Gray. Jurnal
Media Medika Indonesiana, 45(2),
Sains dan Matematika, 13(4), pp.
pp. 105-112.
101-106.
12.Etuk, E., 2010. Animals models for
2. American Diabetes Association,
studying diabetes mellitus.
2012. Diagnosis and Classification of
Agriculture and Biology Journal of
Diabetes Mellitus. Diabetes Care,
North America, 1(2), pp. 130-134.
35(1), pp. 64-71.
13.Gaikwad et al., 2014. Phytochemicals
3. Anna W. 2014. Pandangan Islam
for Diabetes Management.
terhadap Ilmu. [online].
Pharmaceutical Crops, 5(1), pp. 11-
http://porseni9.blogspot.co.id/2010/1
28.
0/pandangan-islam-terhadap-
14.Handoko, T. & Suharto, B., 2005.
ilmu.html. [diakses 16 Oktober
Farmakologi dan Terapi. 4 ed.
2017].
Jakarta: Gaya Baru.
4. Atma, Y., 2016. Angka lempeng total
15.Hartono, A., 2013. Buku Saku
kapang khamir sebagai metode
Harrison Endokrinologi dan
analiis yang sederhana untuk
Metabolisme. Tangerang: KARISMA
menentukan standar mikrobiologi
Publishing Group.
pangan olahan posdaya.
16.Heidari-Sureshjani, M., Tabatabaei-
5. BPOM, 2014. Peraturan Kepala
Yazdi, F., Alizadeh-Behbahani, B. &
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Mortazavi, A., 2015. Satureja
RI No.13 tahun 2014 tentang
bachtiarica on Streptococcus
Pedoman Uji Klinik Obat Herbal.
pyogenes, Pseudomonas aeruginosa
6. Brunton et al., 2010. Goodman &
and Staphylococcus epidermidis.
Gilman: Manual Farmakologi dan
Zahedan J Res Medical Science,
Terapi. Jakarta: EGC.
7(17), pp. 1-5.
7. DK Patel, R. K. D. L. S. H., 2012.
17.Lenzen, S., 2008. The mechanisms of
Natural medicines from plant source
alloxan- and streptozotocin-induced
used for therapy of diabetes mellitus:
diabetes. Diabetologia, 51(2), pp.
An overview of its pharmacological
216-226.
aspects. Asian Pacific Journal of
18.Lotulung, P, et al., 2015.
Tropical Disease, pp. 239-250.
Standardisasi ekstrak pegagan,
8. Dapur Halal. 2014. Bagaimana Status
centella asiatica sebagai obat herbal
Kehalalan Alkohol Jika Berdiri
terstandar hepatoprotektor. JKTI.
Sendiri. [online].
17(2), pp. 185-193.
http://dapurhalal.com/artikel-35-
19.Marliana, E., 2007. Analisis senyawa
Bagaimana-Status-kehalalan-
metabolit sekunder dari batang
Alkohol-(Etanol)-Jika-Berdiri-
Spatholobus ferrugineus (Zoll &
Sendiri.html. [diakses 26 November
Moritzi) Benth yang berfungsi
2017].

x
sebagai antioksidan. 1 ed. Samarinda:
FMIPA.
20.Patel, 2012. An overview on
antidiabetic medicinal plants having
insulin mimetic property. Asian
Pacific Journal of Tropical
Biomedicine, 2(4), pp. 320-330.
21.PERKENI, 2015. Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
di Indonesia. Jakarta, PB PERKENI.
22.Rao et al., 2010. Herbal Medicines
for Diabetes Mellitus: A Review.
International Journal of PharmTech
Research, 2(3), pp. 1883-1892.
23.Saifudin, A., 2011. Standardisasi
Bahan Obat Alam. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
24.Zuhroni, 2010. Pandangan Islam
terhadap Masalah Kedokteran dan
Kesehatan. Universitas YARSI:
Jakarta

xi

Anda mungkin juga menyukai