ABSTRAK
Buah pare mengandung senyawa yang berperan sebagai antihiperglikemik. Metabolit
sekunder pada buah pare memiliki berbagai sifat kepolaran sehingga diperlukan pelarut seperti etanol
96%. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak etanol 96% buah pare
(Momordica charantia L.) terhadap tikus Wistar yang diinduksi aloksan dan mengetahui golongan
senyawa yang terkandung didalamnya.Rancangan penelitian ini adalah eksperimental dengan pre and
post test with control group design. Tikus Wistar sebanyak 15 ekor dibagi menjadi 5 kelompok
perlakuan, kelompok 1 diberi aquadest, kelompok 2 diberi metformin 45 mg/kgBB, kelompok 3, 4 dan
5 diberi ekstrak etanol 96% dosis 150 mg/kgBB, 300 mg/kgBB dan 600 mg/kgBB. Sebelumnya tikus
diinduksi aloksan 150 mg/kgBB, 4 hari kemudian tikus yang kadar glukosa darahnya >200 mg/dL
digunakan untuk penelitian. dianalisis dengan MANOVA dilanjutkan dengan uji LSD. Uji KLT
digunakan untuk menentukan golongan senyawa.Hasil ratarata penurunan kadar gula darah setelah 14
hari pemberian ekstrak pada kontrol positif sebesar (94,33±19,55 mg/dL), dosis 150 mg/kgBB, 300
mg/kgBB dan 600 mg/kgBB berturut-turut adalah (102±13,23 mg/dL), (114,33±7,23 mg/dL) dan
(147,33±9,61 mg/dL). Dosis yang efektif menurunkan kadar gula darah adalah dosis 150 mg/kgBB
setara dengan pemberian metformin. Hasil uji KLT menunjukkan ekstrak etanol 96% buah pare
mengandung saponin steroid, alkaloid, flavonoid dan fenolik.
Kata Kunci: Momordica charantia L, antihiperglikemik, aloksan, Galur wistar
ABSTRACT
Bitter melon fruit contains compounds that act as antihyperglycemic. Secondary metabolites in
bitter melon fruit has a range of properties so that the necessary polarity solvent such as ethanol 96%.
This study was conducted to determine the antidiabetic activity of 96% ethanol extract of bitter melon
fruit (Momordica charantia L.) on Wistar rats induced alloxan and determine classes of compounds
contained therein.The design of this study is experimental with pre and post test with control group
design. Wistar rats of 15 were divided into 5 groups, group 1 was gived distilled water, group 2 was
gived metformin 45 mg/kgBW, group 3, 4 and 5 were gived ethanol extract 96% of the dose of 150
mg/kgBW, 300 mg/kgBW and 600 mg/kgBW. Previous rats induced by alloxan 150 mg/kgBW, 4 days
later the rat blood glucose levels> 200 mg/dL is used for research. Data were analyzed with MANOVA
followed by LSD. TLC test was used to determine the compound.The average result reduction in blood
sugar levels after the 14-day administration of the extracts on the positive control (94.33 ± 19.55
mg/dL), a dose of 150 mg/kgBW, 300 mg/kgBW and 600 mg/kgBW respectively (102 ± 13.23 mg/dL),
(114.33 ± 7.23 mg/dL) and (147.33 ± 9.61 mg/dL). Dose that effectively lower blood sugar levels is a
dose of 150 mg/kgBW equivalent to metformin. TLC test results showed 96% ethanol extract of bitter
melon fruit contains steroidal saponins, alkaloids, flavonoids and phenolic.
Keywords: bitter melon fruit, antihyperglycemic, alloxan.wistar
16
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
17
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
vacum rotary evaporator dan penangas air diabetes pada hewan uji. Hewan uji
sehingga didadapat ekstrak kental. dikelompokkan menjadi 3 perlakuan
masing-masing kelompok terdiri 3 ekor
Uji Pendahuluan Dosis Aloksan tikus, pembagian kelompok untuk uji
pendahuluan dijelaskan pada Tabel 1
Dilakukan untuk menentukan
berikut:
dosis efektif aloksan dalam menginduksi
Hewan uji dipuasakan selama 16-14 jam diidentifikasi dengan uji KLT. Ekstrak
tetapi masih diberi minum, kemudian etanol 96% buah pare pada konsentrasi
hewan uji diambil sampel darahnya untuk 20%b/v dielusi dengan fase gerak yang
menentukan kadar glukosa darah awal. sesuai, yang sebelumnya dilakukan
Setelah perlakuan hewan uji diberi makan optimasi fase gerak terlebih dahulu, fase
dan minum seperti biasa. Hari ke-4 setelah diam yang digunakan yaitu Silika GF 254.
perlakuan hewan uji diukur kadar glukosa Golongan senyawa yang terdapat pada
darahnya. Dosis efektif yang diambil ekstrak etanol 96% buah pare dideteksi
adalah dosis yang menyebabkan tikus dengan reagen semprot LiebermanBurchard
hiperglikemia pada kadar gula darah 200- untuk deteksi kandungan saponin,
700 mg/dL tetapi belum menyebabkan sitroborat untuk deteksi kandungan
kematian pada tikus. flavonoid, FeCl3 untuk deteksi kandungan
fenolik dan Dragendroff untuk deteksi
Skrining Fitokimia
kandungan alkaloid, hasil deteksi dilihat
Kandungan golongan senyawa yang secara visual, UV254 dan UV366.
terdapat pada ekstrak etanol 96% buah pare
Tabel 1. Pembagian kelompok tikus pada uji pendahuluan dosis aloksan
Jumlah
No. Kelompok Tikus Perlakuan
(ekor)
1. Kontrol normal 3 Diberi aquadest
2. Aloksan dosis 1 3 Injeksi aloksan 130 mg/ kgBB
I.P
3. Aloksan dosis 2 3 Injeksi aloksan 150 mg/ kgBB
I.P
Uji Perlakuan
18
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
19
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Tabel 3. Hasil uji KLT ekstrak etanol 96% buah pare dengan fase gerak n heksan :
aseton (7:3)
Reagen Semprot
No. Rf Vis UV 254 UV LB Sitroborat FeCl3 Dragendroff Kandungan 366 UV UV 366 Senyawa
Hasil identifikasi golongan senyaw dengan pada sebagian organ tanaman memiliki
KLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol sifat kimia seperti glikosida triterpenoid
96% buah pare mengandung saponin dan sterol yang dapat menghasilkan busa,
steroid, flavonoid, polifenol dan alkaloid. saponin larut dalam air dan etanol tetapi
Penelitian Yuda et al., (2013) ekstrak tidak larut dalam eter (Robinson, 1995).
etanol buah pare dengan penyari etanol
Uji Pendahuluan Dosis Aloksan
70% diidentifikasi mengandung saponin,
flavonoid dan polifenol. Perbedaan hasil Hasil orientasi dosis aloksan
tersebut menunjukkan bahwa etanol 96% menunjukkan dosis 150 mg/kgBB lebih
lebih efektif menyari senyawa yang bersifat efektif dibanding dosis 130 mg/kgBB,
polar maupun non polar sehingga karena dosis 130 mg/kgBB dapat
kandungan senyawa yang terdapat pada menyebabkan tikus diabetes tetapi kadar
buah pare dapat tersari secara menyeluruh. gula darahnya dapat kembali turun menjadi
Aglikon flavonoid merupakan polifenol <200 mg/dL pada hari ke-2 setelah induksi
yang memiliki sifat kimia seperti senyawa aloksan. Hasil uji pendahuluan
fenol, terdapatnya gugus hidroksil menunjukkan bahwa dosis 150 mg/kgBB
menyebabkan flavonoid juga bersifat polar merupakan dosis efektif yang dapat
karena larut dalam etanol yang merupakan menyebabkan tikus hiperglikemia tetapi
pelarut polar (Markham, 1988). Saponin belum menyebabkan kematian pada tikus.
mengakibatkan proses oksidasi sel
Uji Perlakuan terganggu. Keluarnya ion kalsium dari
Hasil pengujian menunjukkan mitokondria mengakibatkan homeostasis
pada kelompok 1 kontrol negatif yang merupakan awal dari matinya sel
mengalami hiperglikemi yang ditandai sehingga terjadi penurunan sekresi insulin
dengan peningkatan kadar gula darah pada (Suharmiati, 2003). Kadar gula darah pada
post aloksan (544,33±107,59 mg/dL)
post aloksan (544,33±107,59 mg/dL).
Peningkatan kadar gula darah disebabkan dibandingkan dengan hari ke-14
karena aloksan bersifat toksik melalui (292,66±60,28 mg/dL) menunjukkan
pembentukan radikal bebas dari reaksi terjadinya penurunan kadar gula darah.
Kadar gula darah yang turun disebabkan
redoks.Radikal hidroksil berperan pada
kerusakan sel beta pankreas. Kemampuan karena aloksan sebagai agen diabetogenik
antioksidan sel beta pankreas sangat rendah tidak merusak sel beta pankreas secara
dibanding hati, yang mengakibatkan keseluruhan sehingga pankreas masih bisa
terjadinya nekrosis sehingga terjadi mensekresi insulin (Dor, 2005) yang
penurunan produksi insulin (Lenzen, mengakibatkan penurunan kadar gula
darah, tetapi tikus masih dikategorikan
2007).Aloksan menginduksi pengeluaran
diabetes karena kadar gula darahnya >200
ion kalsium dari mitokondria yang
20
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
mg/dL. Tabel 4 menunjukkan hasil aloksan, hari ke-4, 8 dan 14 untuk kelima
pengukuran kadar gula darah baseline, post kelompok.
Tabel 4. Kadar gula darah hewan uji sebelum dan setelah perlakuan dengan ekstrak
Setelah
Perlakuan Ekstrak
Kelompok Baseline Induksi
Post Aloksan Hari ke-4 Hari ke-8 Hari ke-14
Kontrol 98 562 300 248 247
Negatif 97 642 322 294 270
114 429 369 331 361
b b
X ± SD 103± 9,54 330,33±35,24 291±41,58 292,66±60,28b
Kontrol 89 132 88 74
Positif 111 222 160 116 96
110 250 229 148 113
X ± SD 103,33±12,42 173,66±49,92a 117,33±30,02a 94,33±19,55a
Dosis 150 122 269 113 107 87
mg/kgBB 86 496 356 171 112
97 303 294 198
X ± SD 101,66±18,44 306,33±44,79 160,66±43,43a
b
102±13,23a
Dosis 300 72 305 191 119
mg/kgBB 115 381 281 203 106
93 285 369 241 118
X ± SD 93,33±21,50 351±57,23 318,33±45,48 211,66±26,10 114,33±7,23a
b ab
21
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Penurunan kadar gula darah juga dapat 70% pada dosis 300 mg/kgBB merupakan
dilihat dari persentase rata-rata penurunan dosis yang efektif memberikan penurunan
kadar glukosa darah (PKGD) antara ketiga kadar gula darah (77,1±1,2
kelompok dosis perlakuan. Peningkatan mg/dL). Hasil penelitian tersebut
persentase PKGD berbanding lurus dengan menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96%
efek hipoglikemik ekstrak buah pare, pare dosis ± 300 mg/kgBB sebanding
semakin tinggi persentasenya maka dengan penelitian yang dilakukan
semakin tinggi juga efek hipoglikemiknya. Fernandes et al., (2007), karena pada
Persentase PKGD dosis ekstrak 150 kisaran dosis tersebut sudah mampu
mg/kgBB, 300 mg/kgBB dan 600 mg/kgBB menurunkan kadar gula darah, dan berbeda
berturut-turut adalah 72,08% (±13,23), dengan penelitian yang dilakukan Setiawati
67,48% (±7,23), 64,70% (±9,61). (2012) karena pada dosis 1 g/kgBB
Persentase PKGD menunjukkan bahwa merupakan dosis yang paling efektif dalam
dosis yang efektif menurunkan kadar menurunkan kadar gula darah. Perbedaan
glukosa darah adalah dosis 150 mg/kgBB. hasil tersebut menunjukkan bahwa etanol
Penelitian yang dilakukan Setiawati 96% merupakan penyari yang lebih efektif
(2012)ekstrak etanol 70% buah pare karena dapat pare baik yang bersifat polar
menurunkan kadar glukosa darah pada maupun non polar dibandingkan etanol
tikus yang diinduksi aloksan dengan dosis 70%, terbukti dengan dosis 150 mg/kgBB
750 mg/kgBB, 1 g/kgBB, dan 1,75 g/kgBB sudah mampu menurunkan kadar gula
berturut-turut adalah 53,77%, 70,59%, darah dibandingkan penelitian Setiawati
42,13%. Penelitian yang dilakukan (2012) dengan dosis yang lebih besar.
Fernandes et al., (2007)ekstrak Persentase PKGD dapat dilihat
etanol buah pare dengan penyari etanol padaGambar 2.
22
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Penurunan kadar gula darah pada toleransi glukosa pada diabetes tipe 2
ekstrak buah pare berkaitan dengan (Cheng, 2008).Alkaloid memiliki efek
kandungan saponin steroid, flavonoid, penurunan glukosa darah melalui
polifenol dan alkaloid yang terdapat pada penghambatan absorbsi glukosa pada usus,
buah pare berdasarkan hasil skrining menaikkan transportasi glukosa dalam
fitokimia dengan uji KLT (Kromatografi darah, menstimulasi pembentukan glikogen
Lapis Tipis).Menurut Mohammady et al., dan menghambat pembentukan glukosa
(2012) mekanisme hipoglikemik buah pare (Tachibana et al., 2001). Flavonoid
dengan meningkatkan pelepasan insulin, memiliki peranan sebagai antioksidan
peningkatan glukosa perifer dan menekan dalam menurunkan kadar gula darah.
absorbsi glukosa pada usus. Penurunan Antioksidan akan berikatan dengan radikal
kadar glukosa darah karena adanya bebas sehingga dapat menurunkan
senyawa kimia terdiri dari campuran resistensi insulin. Antioksidan akan
saponin steroid (charantin), kandungan berinteraksi dengan ROS. Proses
seperti insulin yaitu peptida, dan alkaloid pembentukkan ROS, oksigen akan
(Kumar et al., 2010). berinteraksi dengan elektron bebas, ikatan
Mekanisme saponin dalam antara elektron bebas dengan oksigen
ekstrak pare diduga memiliki peran mengakibatkan pembentukan ROS.
menghambat transfor aktif I-tirosin, d- Flavonoid yang berperan sebagai
glukosa dan cairan pada usus tikus melalui antioksidan mendonorkan atom
penghambatan ATPase yang bertanggung hidrogennya. Flavonoid yang telah
jawab mengangkut molekul aktif tersebut teroksidasi berinteraksi dengan radikal
(Mohammady et al., 2012). Charantin bebas membentuk ikatan, akibat ikatan
mengaktivasi AMPK sehingga dapat tersebut radikal bebas menjadi lebih stabil
meningkatkan pembentukan glikogen dan (Ruhe & McDonald,
meningkatkan uptake glukosa pada otot dan 2001).
sel hati (Bagchi & Sreejayan, 2012).
Analisis Data
Polipeptida-p merupakan protein
polipeptida yang mempunyai mekanisme Data diuji normalitas
seperti insulin yang dapat merangsang sel menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk
beta pankreas untuk melepaskan insulin sampel <50, data terdistribusi normal
yang bermanfaat untuk diabetes tipe 1 (Paul apabila p>0,05. Hasil uji normalitas
& Raychaudhuri, 2010). menunjukkan p>0,05 dapat disimpulkan
Kandungan alkaloid berupa bahwa data terdistribusi normal. Uji
glikosida asam oleanol dapat menurunkan selanjutnya yaitu uji Multivariat Analysis of
kadar gula darah dan dapat meningkatkan Variance (MANOVA), hasil uji MANOVA
23
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 96% buah pare
dosis 150 mg/kgBB, 300 mg/kgBB dan 600 mg/kgBB mampu menurunkan kadar gula darah,
kandungan senyawa yang terdapat pada ekstrak etanol 96% buah pare adalah saponin steroid,
flavonoid, fenolik dan alkaloid. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan variasi dosis yang
berbeda untuk memperoleh dosis optimal dalam menurunkan kadar gula darah dan dilakukan
uji ketoksikan untuk memperoleh data tingkat keamanan ekstrak buah pare jika dipakai dalam
jangka waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
Foretz, M., & Viollet, B. (2011). Regulation of hepatic metabolism by AMPK. J Hepatol, 54,
827– 829.
Gong, L., Goswamic, S., Giacominic, K. M., Altmana, R. B., & Kleina, T. E. (2012).
Metformin pathways: pharmacokinetics and pharmacodynamics. Pharmacogenet
Genomics, 22(11), 820– 827.
24
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Hargono, J. (1986). Efek samping obat dari bahan alam lebih kecil daripada efek samping
obat kimia murni. Cermin Dunia Farmasi.
Katno. (2008). Tingkat Manfaat Keamanan dan Efektifitas Tanama Obat dan Obat
Tradisional. (Y. I. Prapti, N. Rahmawati, R. Mujahid, & Y. Widiyastuti, Eds.). Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Kemenkes. (2014). Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kumar, D. S., Sharathnath, K. V., Yogeswaran, P., Harani, A., Sudhakar, K., Sudha, P., &
Banji, D. (2010). A Medical Potency Of Momordica Charantia. International Journal of
Pharmaceutical Sciences Review and Research, 1(2), 95–100.
Mohammady, I., Elattar, S., Mohammed, S., & Ewais, M. (2012). An Evaluation of
AntiDiabetic and Anti-Lipidemic Properties of Momordica charantia (Bitter Melon) Fruit
Extract in Experimentally Induced Diabetes. Life Science Journal, 9(2), 363– 374.
Ndraha, S. (2014). Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini. Medicinus, 27(2), 9–16.
Paul, A., & Raychaudhuri, S. (2010). Medicinal uses and molecular identification of two
Momordica charantia varieties. E J Biol, 6(2), 43–51.
Ruhe, R., & McDonald, R. (2001). Use of antioxidant nutrient in the prevention and treatment
of type 2 diabetes. J. Am. Coll. Nutr, 20(5), 363–369.
Setiawati, F. (2012). Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Buah Pare (Momordica charantia L.)
Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi
Aloksan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Shih, C. C., Lin, C. H., Lin, W. L., & Wu, J. B. (2009). . Momordica charantia Extract on
Insulin Resistance and The Skeletal Muscle GLUT4 Protein in Fructose-fed Rats.
Ethnopharmacol, 123(1), 82–90.
Suharmiati. (2003). Pengujian Bioaktivitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan Obat. Cermin
Dunia Kedokteran, 14, 140–146.
Tachibana, Y., Kikuzaki, H., Lajis, N. H., & Nakatani, N. (2001). Anti Oxidative Avtivity of
Carbazoles from Murraya koenigii Leaves. J. Food Chem, 49, 5589– 5594.
25
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Wagner, H., & Bladt, S. (1996). Plant Drug Analysis-A Thin Layer Chromatography Atlas
(2nd ed.). German: Springer.
26