Anda di halaman 1dari 14

TUGAS REVIEW FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL

NAMA : Muhamad Khudhori

NIM : 174820103046

DOSEN PEMBIMBING : apt. Mayang Tari, M.Biomed.

PRODI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN

2020 – 2021
Review Jurnal

1. Judul : Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia
L.)
Jurnal : Unit Bidang Ilmu Farmakologi-Toksikologi Departemen Farmasi FMIPA ITB
Bandung Jl. Ganesa 10 Bandung 40132
Penulis : I Ketut Adnyana , Elin Yulinah, Andreanus A. Soemardji, Endang
Kumolosasi, Maria Immaculata Iwo, Joseph Iskendiarso Sigit, Suwendar
Tahun : Diterima 24 Maret 2004; disetujui 7 Juni 2004
Volume : XXIX, No. 2, 2004 - 43

Abstrak
Telah diuji aktivitas antidiabetes ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia
L.) dengan metode toleransi glukosa pada tikus dan pada mencit diabetes imbasan-
aloksan. Uji tole-ransi glukosa pada tikus menunjukkan penurunan kadar glukosa
serum 30, 60 dan 90 menit setelah pemberian ekstrak pada dosis 500 mg/kg bb,
masing-masing sebesar 37,0%, 27,4%, dan 25,4%; dan pada dosis 1000 mg/kg
masing-masing sebesar 28,8%, 19,6% dan 21,8%. Uji pada mencit diabetes imbasan-
aloksan menunjukkan pada hari keempat setelah pembe-rian ekstrak pada dosis 500
dan 1000 mg/kg bb kadar glukosa serum menurun masing-masing sebesar 62,1% dan
74,1%, yang berbeda secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (p <
0,05).

Kata Kunci : ekstrak etanol, buah mengkudu, Morinda citrifolia L., toleransi
glukosa, aloksan diabetogen

Pendahuluan

Mengkudu atau Morinda citrifolia (Rubiaceae) merupakan tumbuhan liar


yang banyak tumbuh di tepi pantai di seluruh nusantara. Kulit akarnya digunakan
untuk bahan pewarna batik; daunnya digunakan sebagai obat sakit perut, sesak nafas,
disentri dan luka, serta untuk mengurangi sakit setelah melahirkan; sari buahnya oleh
masyarakat digunakan untuk memperlancar pengeluaran air seni serta mengo-bati
sakit kuning, sedangkan campuran buah yang digiling ditambah cuka diguna-kan
untuk mengobati limpa yang bengkak, penyakit hati, batuk serta untuk mem-
bersihkan luka . Beberapa publikasi menyatakan bahwa buah mengkudu berkhasiat
untuk mengobati aterosklerosis, diabetes, tekanan darah tinggi, radang tenggorokan,
batuk, serta mencegah penyerapan lemak dan melancarkan air seni .
Diabetes Diabetes melitus adalah suatu penyakit hiperglikemia yang bercirikan
kekurangan insulin secara mutlak atau penurunan kepekaan sel terhadap insulin. The
American Diabetic Association membedakan diabetes melitus menjadi diabetes jenis-
1 untuk kekurangan insulin yang mutlak, diabetes jenis-2 yang bercirikan resistensi
insulin dan kekurangan sekresi insulin, diabetes jenis-3 yang disebabkan oleh
gangguan endokrin dan diabetes jenis-4 yaitu diabetes gestasional .

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antidiabetes ekstrak buah mengkudu
dengan metode toleransi glukosa dan diabetes imbasan-aloksan.

Metode Penelitian
Irisan buah mengkudu yang telah dikeringkan diekstraksi dengan etanol 95%.
kemudian ekstraknya dikisatkan dengan alat penguap vakum putar. Sediaan uji dibuat
dengan mensuspensikan ekstrak kering dalam air suling untuk mendapatkan dosis 500
dan 1000 mg/kg bb.
Tikus putih jantan galur Wistar dari Laboratorium Perhewanan Departemen Farmasi
ITB, mencit jantan Balb/c dengan berat badan 22 - 35 g dari PT Biofarma Bandung.

Hasil dan Pembahasan

Tikus yang hanya diberi larutan glukosa (kelompok kontrol) memperlihatkan


kenaikan kadar glukosa serum (hiperglikemia) pada menit ke-30 sampai menit ke-90 .
Hal ini sesuai dengan pustaka bahwa pada metode toleransi glukosa terjadi
peningkatan kadar glukosa serum mulai menit ke-30 sampai menit ke-90 dan pada
menit ke-120 kadar glukosa serum kembali normal.

Pada penelitian antidiabetes ekstrak buah mengkudu dengan metode induksi


aloksan, semua kelompok mencit yang disuntik dengan aloksan secara intravena
memperlihatkan peningkatan kadar glukosa (hiperglikemia) 250 – 306% diban-
dingkan dengan kelompok normal . Pada hari pertama pemberian ekstrak buah
mengkudu (pemberian tunggal), kadar glukosa serum mencit menunjukkan penurunan
namun tidak bermakna secara statistik . Pada hari keempat pemberian ekstrak buah
mengkudu (pemberian berulang) pada dosis 500 dan 1000 mg/kg bobot badan, kadar
glukosa serum mencit menunjukkan penurunan dari kadar awal 62,07% pada dosis
500 mg/kg bb dan 74,13% pada dosis 1000 mg/kg bb, dan ini berbeda secara
bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (p < 0.05). Bila dibandingkan
dengan kelompok normal, kadar glukosa serum mencit pada pemberian ekstrak buah
mengkudu pada dosis 500 dan 1000 mg/kg bobot badan (pada hari keempat) tidak
menunjukkan perbedaan yang bermakna (Tabel 3 dan Gambar 2). Penurunan kadar
glukosa serum mencit pada pemberian ekstrak buah mengkudu pada dosis 500 mg/kg
bb tidak menunjukkan perbedaan bermakna dibandingkan dengan yang diberi dosis
1000 mg/kg bb. Pada hari kedelapan (setelah perlakuan dihentikan), terjadi
peningkatan kadar glukosa serum semua kelompok perlakuan.

Kesimpulan
Ekstrak buah mengkudu menurunkan kadar glukosa serum tikus pada model toleransi
glukosa, namun tidak bermakna secara statistik. Pada uji dengan mencit diabetes
imbasan aloksan, ekstrak buah mengkudu menunjukkan aktivitas antidiabetes pada
dosis 500 dan 1000 mg/kg bb secara bermakna.

Kelebihan
1. Secara konten,telah menjelaskan deskripsi dan sesuai menjelaskan penelitian
mengkudu dan mudah dipahami

Kekurangan

1. Jurnal ini tidak terlalu banyak penjelasan terkait dengan diabetes


2. Judul : AKTIVITAS ANTIDIABETES KOMBINASI EKSTRAK TERPURIFIKASI
HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burn.F.) NESS.) DAN METFORMIN
PADA TIKUS DM TIPE 2 RESISTEN INSULIN
Jurnal : Program Pascasarjana Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Skip Utara
55281, Yogyakarta .Akademi Farmasi Samarinda
Penulis : Eka Siswanto Syamsul, Agung Endro Nugroho, Suwijiyo Pramono.

Tahun : 2011

Volume : 16(3), 124 – 132, 2011

Abstrak

Sambiloto (A. paniculata) merupakan tanaman yang dapat digunakan untuk


mengatasi penyakit Diabetes Mellitus (DM). Dalam terapi DM terdapat kemungkinan
pemakaian bersama-sama dengan Obat Hipoglikemik Oral (OHO), misalnya:
metformin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kombinasi ekstrak
terpurifikasi herba sambiloto dan metformin terhadap peningkatan efek penurunan
kadar glukosa darah pada tikus DM tipe 2 resisten insulin.

Pendahuluan

Penelitian yang menyatakan bahwa tanaman A. paniculata sebagai


antidiabetes mellitus sebagai berikut: Zhang dan Tan (2000) melaporkan bahwa
ekstrak etanolik secara poten menurunkan kadar glukosa darah pada tikus DM tipe 1
yang diinduksi Streptozotocin (STZ) dimana aktivitas enzim hepatik glukosa-6-
fosfatase menurun secara nyata, ini membuktikan bahwa efek penurunan glukosa
berhubungan dengan peningkatan metabolisme glukosa pada kelompok tikus yang
diberikan ekstrak sambiloto 400 mg/ kgBB selama 14 hari. Dandu dan Inamdar
(2009) menyatakan bahwa ekstrak larut air herba sambiloto menunjukkan aktivitas
antioksidan dengan menaikkan aktivitas Superoksida Dismutase (SOD) dan Katalase
pada tikus DM tipe alfaglukosidase dan alfa-amilase (Subramanian dkk, 2008). Dosis
2,0 g/ kg BB ekstrak etanol herba sambiloto merupakan kadar optimal yang dapat
menurunkan kadar glukosa tikus (Yulinah dkk, 2011).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menilai efektivitas pemberian terapi kombinasi


apakah semakin baik dengan bekerja secara sinergis yang akan berefek potensiasi
yaitu kedua obat saling memperkuat khasiatnya ataukah efeknya semakin berkurang
karena terjadi interaksi obat yang satu mempengaruhi atau mengubah proses absorbsi,
distribusi (ikatan protein), metabolisme dan eksresi dari obat yang lainnya atau
bekerja antagonis pada reseptor yang sama.
Metode Penelitian

Herba sambiloto dari Desa Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo. Ekstrak terpurifikasi


A. panikulata dari berbagai proses di Fakultas Farmasi UGM. Hewan uji adalah tikus jantan
galur Sprague-Dawley dewasa (umur 4-6 minggu) dengan berat badan 80-120 gram,
diperoleh dari Bagian Farmakologi, Fakultas Farmasi UGM, Metformin dari PT.Merck,Tbk.

Hasil dan Pembahasan

Hasil pemeriksaan organoleptik menunjukkan bahwa ekstrak terpurifikasi


merupakan ekstrak kental yang berwarna hijau kehitaman, berbau khas dan berasa sangat
pahit. Rasa pahit sambiloto dilaporkan sebesar 2,8 kali rasa pahit dari Kuinin HCl (Ameh
dkk, 2010). Pada penelitian ini, kadar andrografolid ditetapkan dengan metode densitometer
dari KLT yang berupa luas area. Dari perhitungan diketahui bahwa persentase kandungan
andrografolid dalam ekstrak terpurifikasi adalah sebesar 16,13±0,50 %. Ini sudah sesuai
dengan ketentuan (DepKes, 2009) bahwa kandungan andrografolid dalam ekstrak
Sambiloto sebesar ≥ 15%.
Berat badan

Pengukuran berat badan dilakukan 5 hari sekali dimulai pada hari ke-0 sampai hari
ke-50. Hasil analisis statistik dengan independent sample t-test menunjukkan terdapat
perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada hari ke-30. Hal ini mengindikasikan bahwa diet
fruktosa dan pakan kaya lemak mempengaruhi kenaikan BB kelompok tikus lemak-fruktosa
secara bermakna dibanding-kan kelompok tikus normal.

Kadar glukosa darah preprandial dan post-prandial

Berdasarkan pengukuran kadar glukosa darah preprandial dan postprandial pada hari
ke-0, 20, 30, dan 50 tampak bahwa terjadi peningkatan kadar glukosa darah lebih tinggi
pada kelompok tikus lemak-fruktosa dibandingkan dengan kelompok tikus normal. Hasil
analisis statistik dengan independent sample-t test, menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna (p<0,05) pada hari ke-20, 30 dan 50. Hal ini mengindikasikan bahwa diet
fruktosa dan pakan kaya lemak mempengaruhi kadar glukosa darah preprandial tikus lemak-
fruktosa secara bermakna dibandingkan tikus normal.

Hewan uji DM 2 resisten insulin

Hewan uji sudah mengalami DM tipe 2 resisten insulin dapat dilihat dari parameter:
uji aktivitas hipoglikemik dari glibenklamid dan pengamatan ekspresi protein GLUT-4 pada
jaringan otot.

Uji aktivitas hipoglikemik dari gliben-klamid

Uji ini menunjukkan bahwa tikus lemak-fruktosa terbukti memang mengalami


resistensi insulin, ini dapat dilihat dengan nilai persen daya hipoglikemik yang lebih kecil
dari kelompok tikus normal (Chi dkk, 1999). Perhitungan secara statistik juga didapatkan
nilai perbedaan yang signifikan.
Kesimpulan

Daya hipoglikemik kombinasi ekstrak terpurifikasi dan metformin (kombinasi 1 dan


2) lebih rendah (P<0,05) bila dibandingkan pemberian secara tunggal, yaitu: kelompok yang
diberikan ekstrak terpurifikasi atau metformin saja, baik pada pengukuran preprandial
maupun postprandial.

Kelebihan

 Jurnal ini konsep jelas mengenai antibiates dan informasi pada uji aktivitas yang
sesuai.
 Bahasa yang baku

Kekurangan

 Jurnal ini kebanyakan kata yang cukup ramai menjelaskan secara kualitatif
3. Judul : UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL KULIT JENGKOL
(ARCHIDENDRON PAUCIFLORUM (BENTH.) I.C.NIELSEN)
Jurnal : Program Studi Farmasi Fakultas MIPA, Universitas Islam Bandung, Jl. Rangga
Gading No. 8 Bandung
Tahun : 2014
ISSN : 2089-3582
Penulis : Livia Syafnir, Yani Krishnamurti, dan Maziatul Ilma.

Abstrak

Telah dilakukan pengujian aktivitas antidiabetes akstrak etanol kulit jengkol


(Archidendron pauciflorum (Benth.) I.C.Nielsen) dengan metode uji diabetes induksi
aloksan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan dosis ekstrak etanol kulit
jengkol dapat meningkatkan aktivitas antidiabetes. Ekstrak etanol kulit jengkol dosis
1,5g/kgBB memiliki aktivitas antidiabetes yang sama dengan pembanding glibenklammid
dosis 0.09 mg/200gBB. Hasil penapisan fitokimia menunjukan bahwa simplisia kulit
jengkol mengandung alkaloid, flavaloid, tanin, kuinon, dan polifenol.

Pendahuluan

Diabetes merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan produksi dan


ketersediaan hormon insulin yang berkurang dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi
insulin yang sebenarnya berjumlah cukup (Tjokroprawiro, 1980). Hal ini disebabkan oleh
pankreas sebagai produsen insulin tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup
besar daripada yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga pembakaran dan penggunaan
karbohidrat tidak sempurna (Tjokroprawiro, 1986). Menurut survey WHO pada tahun 2004,
Indonesia menempati urutan keempat jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah
India, Cina dan Amerika Serikat. Diperkirakan dengan prevalensi 8,6%, pada tahun 2025 di
Indonesia jumlah penderita diabetes akan meningkat menjadi 12,4 juta penderita
(Soegondo, 2009).
Dalam penanggulangan diabetes, obat hanya merupakan pelengkap dari diet. Obat
hanya perlu diberikan bila pengaturan diet secara maksimal tidak berkhasiat mengendalikan
kadar gula darah. Obat diabetes mellitus oral yang digunakan pada saat ini adalah golongan
sulfonylurea, biguanida dan acarbose (Ganiswara, 1995). Obat antidiabetes oral mungkin
berguna untuk penderita yang alergi terhadap insulin atau yang tidak menggunakan suntikan
insulin. Sementara penggunaannya harus dipahami, agar ada kesesuaian dosis dengan
indikasinya, tanpa menimbulkan hipoglikemia.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut
Apakah ekstrak etanol kulit jengkol dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang
diinduksi dengan aloksan, dan pada dosis berapa yang mempunyai aktivitas antidiabetes
paling baik serta golongan senyawa apa saja yang terdapat dalam ekstrak kulit jengkol
tersebut
Tujuan Penelitian

untuk mengetahui aktivitas ekstrak kulit jengkol dalam menurunkan kadar glukosa
darah tikus yang diinduksi dengan aloksan dan mengetahui pada dosis berapa yang paling
baik serta mengetahui senyawa apa saja yang terkandung di dalam kulit jengkol tersebut.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk pemanfaatan kulit jengkol yang selama ini tidak
digunakan atau merupakan bahan yang terbuang, dapat dijadikan sebagai alternatif dalam
pengobatan diabetes mellitus.

Metode Penelitian

Penelitian ini menguji aktivitas antidiabetes ekstrak etanol kulit jengkol terhadap
tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi aloksan. Rancangan penelitian dibuat dengan
menyiapkan 25 ekor tikus putih jantan galur Wistar, bobot badan 200-300 g, sehat,
kemudian dikelompokkan ke dalam 5 kelompok secara acak dan setiap kelompok terdiri
atas 5 ekor tikus. Pada awalnya dilakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum dilakukan
perlakuan dengan menggunakan alat Glukotes-strip Nesco. Kelompok I merupakan
kelompok kontrol positif (diberi suspensi PGA 3% secara oral dan diinduksi aloksan).
Kelompok II merupakan kelompok pembanding (diberi glibenklamid 0,09mg/kg bb secara
oral). Kelompok III, IV, dan V merupakan kelompok uji yang diberikan ekstrak kulit
jengkol secara oral ke dalam dosis yang meningkat yaitu 500 mg/kgBB, 1 g/kgBB, dan 1,5
g/kgBB yang sebelumnya di berikan induksi aloksan sesuai dosis yaitu 120 mg/kgBB.
Kemudian glukosa darah diperiksa setelah tujuh hari dengan menggunakan Glukotest-strip
Nesco. Setiap pengukuran kadar glukosa darah, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 18
jam. Hari ke empat belas glukosa darah diperiksa kembali agar dapat melihat kenaikan yang
signifikan, begitu pula pada hari ke duapuluh satu dilakukan kembali pemeriksaan glukosa
darah terhadap tikus yang telah diinduksi aloksan sesuai dosis. Setelah hewan uji mencapai
hiperglikemik, 25 tikus dibagi ke dalam 5 kelompok secara random.
Evaluasi aktivitas antidiabetes ekstrak etanol kulit jengkol terhadap metode induksi
aloksan dilakukan dengan membandingkan kelompok uji dengan kelompok kontrol untuk
mengetahui adanya perbedaan bermakna pada parameter pengamatan yaitu penurunan kadar
glukosa darah menggunakan uji statistik dengan menggunakan Metode Anova setelah itu
dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey HSD untuk mengetahui adanya perbedaan bermakna
pada parameter pengamatan, yaitu kontrol positif (menggunakan obat pembanding) yang
diberi glibenklamid.

Hasil dan Pembahasan

Ekstrak etanol kulit jengkol secara bermakna menurunkan kadar glukosa darah tikus
putih yang diinduksi dengan aloksan, kemungkinan karena dapat merangsang pelepasan
insulin dalam sel yang tidak rusak sempurna. Efek penurunan kadar glukosa darah diduga
melalui perbaikan sel-sel beta pulau Langerhans oleh komponen ekstrak etanol kulit jngkol,
karena kandungan flavonoid dan senyawa polifenol bersifat antioksidan sehingga dapat
melindungi kerusakan sel-sel pankreas dari radikal bebas. Namun pada hasil skrining
fitokimia terdapat senyawa lain yang terdeteksi yaitu tanin serta quinon. Diduga tanin ikut
berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah kemungkinan melalui penghambatan
absorpsi glukosa di usus.
Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antidiabetes ekstrak etanol kulit jengkol pada
tikus jantan galur Wistar yang diinduksi dengan aloksan dapat disimpulkan bahwa :
a. Ekstrak etanol kulit jengkol mengandung metabolit sekunder alkaloid, flavonoid,
tanin, kuinon dan polifenol. Memiliki kadar air 7,23%, kadar abu total15,65% dan kadar
abu tidak larut asam 0,50%.
b. Ekstrak etanol kulit jengkol dosis 500 mg/kgBB, dosis 1 g/kgBB dan dosis 1,5
g/kgBB mempunyai aktivitas menurunkan glukosa darah yang telah diinduksi aloksan.
c. Ekstrak etanol dosis 1,5 g/kgBB memiliki nilai p>0,05 yaitu 0,510 memiliki efek
penurunan glukosa darah yang mendekati pembanding glibenklamid.

Kelebihan

 Secara konten sesuai dari perspektif pada tema diabetes melitus


 Dan juga menjadikan kulit jengkol sebagai obat tradisional antidiabetes

Kekurangan

 Sebaiknya dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui senyawa yang spesifik
yang memiliki efek antidiabetes.
 Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji toksisitas pada ekstrak etanol
kulit jengkol, serta penentuan dosis optimal terhadap penurunan gula darah dari
ekstrak etanol kulit jengkol sebagai dasar terapi.
4. Judul : Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella(Hibiscus
sabdariffa L.) pada Tikus denganMetode Induksi Aloksan.

Penulis : Dewi Dianasari, Fifteen Aprila Fajrin

Jurnal : Fakultas Farmasi Universitas Jember, Jember, Indonesia

Tahun : 2015

Abstrak

Salah satu jenis tanaman yang diduga memiliki khasiat sebagai antidiabetes adalah
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) yang termasuk dalam famili Malvaceae. Kelopak
bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) mengandung senyawa flavonoid khususnya
antosianin dan vitamin C sebagai antioksidan yang mampu menetralisir radikal bebas
yang menjadi salah satu penyebab diabetes dan mengurangi komplikasi penyakit
tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antidiabetes dari
ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan untuk mengetahui
aktivitas antidiabetes pada ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
pada dosis yang berbeda (250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 750 mg/kgBB). Metode
penelitian yang digunakan adalah dengan cara induksi aloksan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelompok uji ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) dosis 500 mg/kgBB dan 750 mg/kgBB memiliki aktivitas antidiabetes
yang sebanding dengan kontrol positif yaitu Glibenklamid dengan dosis 0,45
mg/kgBB, sedangkan kelompok uji ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) dosis 250 mg/kgBB tidak menunjukkan aktivitas antidiabetes yang
berarti karena tidak ada perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif (aquadest 5
mL/kgBB).

Tujuan Penelitian

Penelitian pengaruh tanaman terhadap kadar gula darah dapat dilakukan dengan
mengukur kadar gula darah hewan coba, yakni mencit, tikus,atau kelinci. Hewan coba
dapat dalam keadaankadar gula darah normal atau kadar gula darah tinggi. Hewan
percobaan dibuat dalam keadaan diabetes dengan cara pankreaktomi dan pemberian
zat kimia sebagai induktor (diabetogen) berupa aloksan, streptozotozin, diaksosida,
adrenalin,glukagon, EDTA yang diberikan secara parenteral.Diabetogen yang lazim
digunakan adalah aloksan karena lebih cepat menimbulkan hiperglikemia permanen
dalam waktu dua sampai tiga hari dengan cara selektif merusak sel pulau Langerhans
dalam pankreas yang mensekresi hormon insulin Pengujian juga dapat dilakukan
dengan memberi beban glukosa untuk melihat pengaruh terhadap toleransi glukosa,
dengan cara memberikan glukosa sebelum percobaan (Suharmiati, 2003).

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2009 di Laboratorium


Biologi Farmasi, Laboratorium Biomedik Farmasi Fakultas Farmasi, dan
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jember.
Hasil dan Pembahasan

Pada penelitian ini, kelompok uji yang diberi perlakuan ekstrak air kelopak bunga
rosella (Hibiscus sabdariffa L.) menunjukkan adanya kecenderungan bahwa semakin
tinggi dosis, maka akan semakin besar pula aktivitas antidiabetes yang dimilikinya.
Urutan aktivitas antidiabetes kelompok uji ekstrak air kelopak bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) dari yang terbesar adalah dosis 750 mg/kgBB, 500 mg/kgBB,
dan 250 mg/kgBB. Perbedaan penurunan kadar glukosa darah dari ketiga dosis
ekstrak dikarenakan perbedaan jumlah kandungan senyawa dalam ekstrak yang
diberikan, semakin besar dosis maka semakin banyak kandungan senyawa aktif yang
berperan dalam aktivitas antidiabetes.

Kesimpulan

1. Ekstrak air kelopak bunga rosella memiliki aktivitas sebagai anti diabetes dengan
cara menurunkan kadar glukosa darah pada hewan uji.
2. Ekstrak air kelopak bunga rosella dosis 500 mg/ kgBB dan dosis 750 mg/kgBB
memiliki aktivitas antidiabetes yang sebanding dengan glibenklamid 0,45 mg/kgBB.
3. Ekstrak air kelopak bunga rosella dosis 250 mg/kgBB tidak menunjukkan aktivitas
antidiabetes yang berarti.

Kelebihan

 Jurnal ini kompleks penelitian pada antidiabetes tersebut


 Bahasa begitu baku dan mudah pahami

Kekurangan

 Sedikit kekurangan dan efektivitas pada diabetes


5. Judul : Aktivitas Antidiabetes Kombinasi Ekstrak Daun Gedimerah Dan Daun Semak
Bunga Putih Tikus Induksi Streptozotocin

Jurnal : Program Studi Farmasi, STIFA Pelita Mas Palu, Sulawesi Tengah

Penulis : Agustina Marcedes

Tahun : 2017

Abstrak

Telah dilakukan penelitian aktivitas antidiabetes kombinasi daun gedi merah


(EGM) dan daun semak bunga putih (ESBP) pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang
diinduksi streptozotocin. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi
ekstrak EGM dan ESBP terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih dan
menentukan kombinasi dosis ekstrak EGM dan ESBP yang efektif menurunkan kadar
glukosa darah pada tikus putih.

Pendahuluan

Di Sulawesi Utara tanaman gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik) sudah
dikenal oleh sebagian masyarakat. Daun gedi merah mengandung banyak senyawa
flavonoid yang digunakan untuk penanganan diabetes melitus (Suoth, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Sabitha, dkk (2011) menyatakan ekstrak daun gedi
merah dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi streptozotocin
pada dosis 100 mg/kg BB. Penelitian yang dilakukan oleh Friska Adeline, dkk (2015)
menyatakan bahwa ekstrak daun gedi merah pada dosis 3,75 mg/kg BB efektif
menurunkan kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi aloksan.
Tanaman daun semak bunga putih (Chromolaena odorata (L.) R.M.King and H.Rob)
di Indonesia tumbuh subur dan menutupi area terbuka seperti perkebunan secara cepat
sehingga sering disebut sebagai gulma, namun tanaman ini telah digunakan secara
tradisional untuk mengobati diabetes melitus dan luka pada kulit (Marianne dkk,
2014). Penelitian yang dilakukan oleh Alisi, dkk (2011) menyatakan bahwa semak
bunga putih memiliki sifat antioksidan dan mampu menangkal radikal bebas yang
diyakini sebagai penyebab berbagai penyakit degeneratif. Penelitian yang dilakukan
Nur Kartika Rezki Palihama (2015) menyatakan ekstrak daun semak bunga putih
memliki efek antidiabetes yang efektif pada dosis 200 mg/kg BB.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi ekstrak


daun gedi merah dan daun semak bunga putih terhadap penurunan kadar glukosa
darah pada tikus dan menentukan kombinasi dosis ekstrak daun gedi merah dan daun
semak bunga putih yang efektif menurunkan kadar glukosa darah pada tikus.
Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen laboratorium dengan Rancangan


Acak Kelompok (RAK) menggunakan 35 ekor tikus yang dibagi menjadi 7 kelompok yaitu
kontrol normal, kontrol negatif yang diberikan suspensi Na CMC 0,5%, kontrol positif yang
diberikan suspensi metformin, ekstrak tunggal EGM 100 mg/kg BB, ekstrak tunggal ESBP
200 mg/kg BB, kombinasi 1 (EGM 100 mg/kg BB & ESBP 200 mg/kg BB) dan kombinasi 2
(EGM 50 mg/kg BB & ESBP 100 mg/kg BB). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
uji statistik One Way Anova pada taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis menunjukkan bahwa
kombinasi 2 yaitu dosis EGM 50 mg/kg BB dan ESBP 100 mg/kg BB yang efektif dalam
menurunkan kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi streptozotocin.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian dan analisis statistik menunjukkan penggunaan ekstrak tunggal daun
semak bunga putih memiliki penurunan kadar glukosa darah lebih besar dibandingkan
dengan penggunaan kombinasi. Hal ini diduga terjadi karena adanya interaksi antara kedua
ekstrak kombinasi tanaman dimana komponen yang terkandung dalam bahan alam tidaklah
tunggal melainkan terdiri dari berbagai macam komponen kimia, dengan penggunaan
kombinasi maka senyawa bioaktif yang dikandung seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin
dan polifenol semakin banyak sehingga lebih besar dibandingkan dengan ekstrak kombinasi.

Kesimpulan

1. EGM dan ESBP tunggal maupun kombinasi mempunyai pengaruh menurunkan


kadar glukosa darah pada tikus putih jantan.
2. ESBP tunggal dosis 200 mg/kg BB memiliki penurunan kadar glukosa darah

Kelebihan

 Jurnal ini buat secara kualitatif dan mengetahui bahan tradisional serta bahasa
yang jelas dan baku

Kekurangan
 Jurnal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan ekstrak
terpurifikasi kombinasi EGM dan ESBP.
 Dan jurnal ini perlu dilakukan uji histopatologi sel β pankreas untuk
mengetahui kemampuan senyawa bioaktif yang meregenerasi sel β pankreas.

Anda mungkin juga menyukai