NIM : 174820103046
PRODI S1 FARMASI
TAHUN AJARAN
2020 – 2021
Review Jurnal
1. Judul : Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia
L.)
Jurnal : Unit Bidang Ilmu Farmakologi-Toksikologi Departemen Farmasi FMIPA ITB
Bandung Jl. Ganesa 10 Bandung 40132
Penulis : I Ketut Adnyana , Elin Yulinah, Andreanus A. Soemardji, Endang
Kumolosasi, Maria Immaculata Iwo, Joseph Iskendiarso Sigit, Suwendar
Tahun : Diterima 24 Maret 2004; disetujui 7 Juni 2004
Volume : XXIX, No. 2, 2004 - 43
Abstrak
Telah diuji aktivitas antidiabetes ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia
L.) dengan metode toleransi glukosa pada tikus dan pada mencit diabetes imbasan-
aloksan. Uji tole-ransi glukosa pada tikus menunjukkan penurunan kadar glukosa
serum 30, 60 dan 90 menit setelah pemberian ekstrak pada dosis 500 mg/kg bb,
masing-masing sebesar 37,0%, 27,4%, dan 25,4%; dan pada dosis 1000 mg/kg
masing-masing sebesar 28,8%, 19,6% dan 21,8%. Uji pada mencit diabetes imbasan-
aloksan menunjukkan pada hari keempat setelah pembe-rian ekstrak pada dosis 500
dan 1000 mg/kg bb kadar glukosa serum menurun masing-masing sebesar 62,1% dan
74,1%, yang berbeda secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (p <
0,05).
Kata Kunci : ekstrak etanol, buah mengkudu, Morinda citrifolia L., toleransi
glukosa, aloksan diabetogen
Pendahuluan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antidiabetes ekstrak buah mengkudu
dengan metode toleransi glukosa dan diabetes imbasan-aloksan.
Metode Penelitian
Irisan buah mengkudu yang telah dikeringkan diekstraksi dengan etanol 95%.
kemudian ekstraknya dikisatkan dengan alat penguap vakum putar. Sediaan uji dibuat
dengan mensuspensikan ekstrak kering dalam air suling untuk mendapatkan dosis 500
dan 1000 mg/kg bb.
Tikus putih jantan galur Wistar dari Laboratorium Perhewanan Departemen Farmasi
ITB, mencit jantan Balb/c dengan berat badan 22 - 35 g dari PT Biofarma Bandung.
Kesimpulan
Ekstrak buah mengkudu menurunkan kadar glukosa serum tikus pada model toleransi
glukosa, namun tidak bermakna secara statistik. Pada uji dengan mencit diabetes
imbasan aloksan, ekstrak buah mengkudu menunjukkan aktivitas antidiabetes pada
dosis 500 dan 1000 mg/kg bb secara bermakna.
Kelebihan
1. Secara konten,telah menjelaskan deskripsi dan sesuai menjelaskan penelitian
mengkudu dan mudah dipahami
Kekurangan
Tahun : 2011
Abstrak
Pendahuluan
Tujuan Penelitian
Pengukuran berat badan dilakukan 5 hari sekali dimulai pada hari ke-0 sampai hari
ke-50. Hasil analisis statistik dengan independent sample t-test menunjukkan terdapat
perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada hari ke-30. Hal ini mengindikasikan bahwa diet
fruktosa dan pakan kaya lemak mempengaruhi kenaikan BB kelompok tikus lemak-fruktosa
secara bermakna dibanding-kan kelompok tikus normal.
Berdasarkan pengukuran kadar glukosa darah preprandial dan postprandial pada hari
ke-0, 20, 30, dan 50 tampak bahwa terjadi peningkatan kadar glukosa darah lebih tinggi
pada kelompok tikus lemak-fruktosa dibandingkan dengan kelompok tikus normal. Hasil
analisis statistik dengan independent sample-t test, menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna (p<0,05) pada hari ke-20, 30 dan 50. Hal ini mengindikasikan bahwa diet
fruktosa dan pakan kaya lemak mempengaruhi kadar glukosa darah preprandial tikus lemak-
fruktosa secara bermakna dibandingkan tikus normal.
Hewan uji sudah mengalami DM tipe 2 resisten insulin dapat dilihat dari parameter:
uji aktivitas hipoglikemik dari glibenklamid dan pengamatan ekspresi protein GLUT-4 pada
jaringan otot.
Kelebihan
Jurnal ini konsep jelas mengenai antibiates dan informasi pada uji aktivitas yang
sesuai.
Bahasa yang baku
Kekurangan
Jurnal ini kebanyakan kata yang cukup ramai menjelaskan secara kualitatif
3. Judul : UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL KULIT JENGKOL
(ARCHIDENDRON PAUCIFLORUM (BENTH.) I.C.NIELSEN)
Jurnal : Program Studi Farmasi Fakultas MIPA, Universitas Islam Bandung, Jl. Rangga
Gading No. 8 Bandung
Tahun : 2014
ISSN : 2089-3582
Penulis : Livia Syafnir, Yani Krishnamurti, dan Maziatul Ilma.
Abstrak
Pendahuluan
untuk mengetahui aktivitas ekstrak kulit jengkol dalam menurunkan kadar glukosa
darah tikus yang diinduksi dengan aloksan dan mengetahui pada dosis berapa yang paling
baik serta mengetahui senyawa apa saja yang terkandung di dalam kulit jengkol tersebut.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk pemanfaatan kulit jengkol yang selama ini tidak
digunakan atau merupakan bahan yang terbuang, dapat dijadikan sebagai alternatif dalam
pengobatan diabetes mellitus.
Metode Penelitian
Penelitian ini menguji aktivitas antidiabetes ekstrak etanol kulit jengkol terhadap
tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi aloksan. Rancangan penelitian dibuat dengan
menyiapkan 25 ekor tikus putih jantan galur Wistar, bobot badan 200-300 g, sehat,
kemudian dikelompokkan ke dalam 5 kelompok secara acak dan setiap kelompok terdiri
atas 5 ekor tikus. Pada awalnya dilakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum dilakukan
perlakuan dengan menggunakan alat Glukotes-strip Nesco. Kelompok I merupakan
kelompok kontrol positif (diberi suspensi PGA 3% secara oral dan diinduksi aloksan).
Kelompok II merupakan kelompok pembanding (diberi glibenklamid 0,09mg/kg bb secara
oral). Kelompok III, IV, dan V merupakan kelompok uji yang diberikan ekstrak kulit
jengkol secara oral ke dalam dosis yang meningkat yaitu 500 mg/kgBB, 1 g/kgBB, dan 1,5
g/kgBB yang sebelumnya di berikan induksi aloksan sesuai dosis yaitu 120 mg/kgBB.
Kemudian glukosa darah diperiksa setelah tujuh hari dengan menggunakan Glukotest-strip
Nesco. Setiap pengukuran kadar glukosa darah, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 18
jam. Hari ke empat belas glukosa darah diperiksa kembali agar dapat melihat kenaikan yang
signifikan, begitu pula pada hari ke duapuluh satu dilakukan kembali pemeriksaan glukosa
darah terhadap tikus yang telah diinduksi aloksan sesuai dosis. Setelah hewan uji mencapai
hiperglikemik, 25 tikus dibagi ke dalam 5 kelompok secara random.
Evaluasi aktivitas antidiabetes ekstrak etanol kulit jengkol terhadap metode induksi
aloksan dilakukan dengan membandingkan kelompok uji dengan kelompok kontrol untuk
mengetahui adanya perbedaan bermakna pada parameter pengamatan yaitu penurunan kadar
glukosa darah menggunakan uji statistik dengan menggunakan Metode Anova setelah itu
dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey HSD untuk mengetahui adanya perbedaan bermakna
pada parameter pengamatan, yaitu kontrol positif (menggunakan obat pembanding) yang
diberi glibenklamid.
Ekstrak etanol kulit jengkol secara bermakna menurunkan kadar glukosa darah tikus
putih yang diinduksi dengan aloksan, kemungkinan karena dapat merangsang pelepasan
insulin dalam sel yang tidak rusak sempurna. Efek penurunan kadar glukosa darah diduga
melalui perbaikan sel-sel beta pulau Langerhans oleh komponen ekstrak etanol kulit jngkol,
karena kandungan flavonoid dan senyawa polifenol bersifat antioksidan sehingga dapat
melindungi kerusakan sel-sel pankreas dari radikal bebas. Namun pada hasil skrining
fitokimia terdapat senyawa lain yang terdeteksi yaitu tanin serta quinon. Diduga tanin ikut
berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah kemungkinan melalui penghambatan
absorpsi glukosa di usus.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antidiabetes ekstrak etanol kulit jengkol pada
tikus jantan galur Wistar yang diinduksi dengan aloksan dapat disimpulkan bahwa :
a. Ekstrak etanol kulit jengkol mengandung metabolit sekunder alkaloid, flavonoid,
tanin, kuinon dan polifenol. Memiliki kadar air 7,23%, kadar abu total15,65% dan kadar
abu tidak larut asam 0,50%.
b. Ekstrak etanol kulit jengkol dosis 500 mg/kgBB, dosis 1 g/kgBB dan dosis 1,5
g/kgBB mempunyai aktivitas menurunkan glukosa darah yang telah diinduksi aloksan.
c. Ekstrak etanol dosis 1,5 g/kgBB memiliki nilai p>0,05 yaitu 0,510 memiliki efek
penurunan glukosa darah yang mendekati pembanding glibenklamid.
Kelebihan
Kekurangan
Sebaiknya dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui senyawa yang spesifik
yang memiliki efek antidiabetes.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji toksisitas pada ekstrak etanol
kulit jengkol, serta penentuan dosis optimal terhadap penurunan gula darah dari
ekstrak etanol kulit jengkol sebagai dasar terapi.
4. Judul : Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella(Hibiscus
sabdariffa L.) pada Tikus denganMetode Induksi Aloksan.
Tahun : 2015
Abstrak
Salah satu jenis tanaman yang diduga memiliki khasiat sebagai antidiabetes adalah
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) yang termasuk dalam famili Malvaceae. Kelopak
bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) mengandung senyawa flavonoid khususnya
antosianin dan vitamin C sebagai antioksidan yang mampu menetralisir radikal bebas
yang menjadi salah satu penyebab diabetes dan mengurangi komplikasi penyakit
tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antidiabetes dari
ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan untuk mengetahui
aktivitas antidiabetes pada ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
pada dosis yang berbeda (250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 750 mg/kgBB). Metode
penelitian yang digunakan adalah dengan cara induksi aloksan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelompok uji ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) dosis 500 mg/kgBB dan 750 mg/kgBB memiliki aktivitas antidiabetes
yang sebanding dengan kontrol positif yaitu Glibenklamid dengan dosis 0,45
mg/kgBB, sedangkan kelompok uji ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) dosis 250 mg/kgBB tidak menunjukkan aktivitas antidiabetes yang
berarti karena tidak ada perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif (aquadest 5
mL/kgBB).
Tujuan Penelitian
Penelitian pengaruh tanaman terhadap kadar gula darah dapat dilakukan dengan
mengukur kadar gula darah hewan coba, yakni mencit, tikus,atau kelinci. Hewan coba
dapat dalam keadaankadar gula darah normal atau kadar gula darah tinggi. Hewan
percobaan dibuat dalam keadaan diabetes dengan cara pankreaktomi dan pemberian
zat kimia sebagai induktor (diabetogen) berupa aloksan, streptozotozin, diaksosida,
adrenalin,glukagon, EDTA yang diberikan secara parenteral.Diabetogen yang lazim
digunakan adalah aloksan karena lebih cepat menimbulkan hiperglikemia permanen
dalam waktu dua sampai tiga hari dengan cara selektif merusak sel pulau Langerhans
dalam pankreas yang mensekresi hormon insulin Pengujian juga dapat dilakukan
dengan memberi beban glukosa untuk melihat pengaruh terhadap toleransi glukosa,
dengan cara memberikan glukosa sebelum percobaan (Suharmiati, 2003).
Metode Penelitian
Pada penelitian ini, kelompok uji yang diberi perlakuan ekstrak air kelopak bunga
rosella (Hibiscus sabdariffa L.) menunjukkan adanya kecenderungan bahwa semakin
tinggi dosis, maka akan semakin besar pula aktivitas antidiabetes yang dimilikinya.
Urutan aktivitas antidiabetes kelompok uji ekstrak air kelopak bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) dari yang terbesar adalah dosis 750 mg/kgBB, 500 mg/kgBB,
dan 250 mg/kgBB. Perbedaan penurunan kadar glukosa darah dari ketiga dosis
ekstrak dikarenakan perbedaan jumlah kandungan senyawa dalam ekstrak yang
diberikan, semakin besar dosis maka semakin banyak kandungan senyawa aktif yang
berperan dalam aktivitas antidiabetes.
Kesimpulan
1. Ekstrak air kelopak bunga rosella memiliki aktivitas sebagai anti diabetes dengan
cara menurunkan kadar glukosa darah pada hewan uji.
2. Ekstrak air kelopak bunga rosella dosis 500 mg/ kgBB dan dosis 750 mg/kgBB
memiliki aktivitas antidiabetes yang sebanding dengan glibenklamid 0,45 mg/kgBB.
3. Ekstrak air kelopak bunga rosella dosis 250 mg/kgBB tidak menunjukkan aktivitas
antidiabetes yang berarti.
Kelebihan
Kekurangan
Jurnal : Program Studi Farmasi, STIFA Pelita Mas Palu, Sulawesi Tengah
Tahun : 2017
Abstrak
Pendahuluan
Di Sulawesi Utara tanaman gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik) sudah
dikenal oleh sebagian masyarakat. Daun gedi merah mengandung banyak senyawa
flavonoid yang digunakan untuk penanganan diabetes melitus (Suoth, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Sabitha, dkk (2011) menyatakan ekstrak daun gedi
merah dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi streptozotocin
pada dosis 100 mg/kg BB. Penelitian yang dilakukan oleh Friska Adeline, dkk (2015)
menyatakan bahwa ekstrak daun gedi merah pada dosis 3,75 mg/kg BB efektif
menurunkan kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi aloksan.
Tanaman daun semak bunga putih (Chromolaena odorata (L.) R.M.King and H.Rob)
di Indonesia tumbuh subur dan menutupi area terbuka seperti perkebunan secara cepat
sehingga sering disebut sebagai gulma, namun tanaman ini telah digunakan secara
tradisional untuk mengobati diabetes melitus dan luka pada kulit (Marianne dkk,
2014). Penelitian yang dilakukan oleh Alisi, dkk (2011) menyatakan bahwa semak
bunga putih memiliki sifat antioksidan dan mampu menangkal radikal bebas yang
diyakini sebagai penyebab berbagai penyakit degeneratif. Penelitian yang dilakukan
Nur Kartika Rezki Palihama (2015) menyatakan ekstrak daun semak bunga putih
memliki efek antidiabetes yang efektif pada dosis 200 mg/kg BB.
Tujuan Penelitian
Hasil penelitian dan analisis statistik menunjukkan penggunaan ekstrak tunggal daun
semak bunga putih memiliki penurunan kadar glukosa darah lebih besar dibandingkan
dengan penggunaan kombinasi. Hal ini diduga terjadi karena adanya interaksi antara kedua
ekstrak kombinasi tanaman dimana komponen yang terkandung dalam bahan alam tidaklah
tunggal melainkan terdiri dari berbagai macam komponen kimia, dengan penggunaan
kombinasi maka senyawa bioaktif yang dikandung seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin
dan polifenol semakin banyak sehingga lebih besar dibandingkan dengan ekstrak kombinasi.
Kesimpulan
Kelebihan
Jurnal ini buat secara kualitatif dan mengetahui bahan tradisional serta bahasa
yang jelas dan baku
Kekurangan
Jurnal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan ekstrak
terpurifikasi kombinasi EGM dan ESBP.
Dan jurnal ini perlu dilakukan uji histopatologi sel β pankreas untuk
mengetahui kemampuan senyawa bioaktif yang meregenerasi sel β pankreas.