Anda di halaman 1dari 5

DAUN UBI JALAR (Ipomoea batatas) DAN DAUN SALAM (Syzygium polianthum)

SEBAGAI OBAT ALTERNATIF PENDERITA DIABETES MELLITUS


Dwi Setyawan, Dwi Utariningsih, Rita Novita W., St Muthmainah Yusuf, Miftakhul Jannah
Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai formula dosis filtrat
daun ubi jalar (Ipomoea batatas) dan daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap kadar
glukosa darah tikus (Rattus novergicus ). Pada penelitian ini digunakan formula dosis filtrat
daun ubi jalar (Ipomoea batatas) dan daun salam (Syzygium polyanthum) yang mampu
menurunkan kadar glukosa darah pada tikus (Rattus novergicus).
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental sungguhan (True Eksperimen
Research) yaitu untuk menyelidiki kemungkinan saling berhubungan sebabakibat dengan
cara menggunakan satu atau lebih kondisi perlakuan. Variabel tergantung dalam penelitian
ini adalah kadar glukosa darah tikus. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel yang digunakan adalah tikus (Rattus novergicus)
jantan sebanyak 20 ekor yang terbagi dalam 5 kelompok perlakuan dan 4 kali ulangan.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Dosis
filtrat yang digunakan adalah dari dosis 1(0,10 mg/200g BB/hari daun ubi jalar + 0,08
mg/200g BB/hari daun salam), dosis 2 (0,15 mg/200g BB/hari daun ubi jalar + 0,10
mg/200g BB/hari daun salam), dosis 3 (0,20 mg/200g BB/hari daun ubi jalar + 0,12
mg/200g BB/hari daun salam), dosis 4 (0,25 mg/200g BB/hari daun ubi jalar + 0,13
mg/200g BB/hari daun salam) dan dosis 5 (0,30 mg/200g BB/hari daun ubi jalar + 0,15
mg/200g BB/hari daun salam). Sedangkan pemberian alloxan pada tikus (Rattus novergicus)
disesuaikan dengan berat dari tikus tersebut. Analisa glukosa darah menggunakan metode
enzimatis dengan alat glukosa darah test meter digital. Untuk analisis data menggunakan
Analisis Varians satu faktor yang dilanjutkan dengan Uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian berbagai formula
dosis filtrat daun ubi jalar (Ipomoea batatas) dan daun salam (Syzygium polyanthum)
terhadap kadar gula darah pada tikus (Rattus novergicus). Pada penurunan kadar glukosa
darah tikus (Rattus novergicus) hipoglikemik, dosis filtrat yang efektif dari formula daun ubi
jalar (Ipomoea batatas) dan daun salam (Syzygium polyanthum) adalah dosis 3(0,20
mg/200g BB/hari daun ubi jalar + 0,12 mg/200g BB/hari daun salam), ini terbukti dengan
analisis statistik yang menunjukkan kadar glukosa darah 137,5 mg/dl.

Kata Kunci: Filtrat, Daun Ubi jalar, Daun Salam, Glukosa Darah, Tikus Jantan

PENDAHULUAN
Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) dari tahun ke tahun terus meningkat. jumlah
penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan menjadi 4 juta lebih
dan pada tahun 2010 akan menjadi minimal 5 juta. (Tjokroprawiro, 2000). Diabetes mellitus
merupakan penyakit kelenjar endrokin yang paling banyak dijumpai. Pada diabetes mellitus
kekurangan hormon insulin kronis yang relatif atau absolut akan menyebabkan gangguan
metabolisme glukosa yang akhirnya akan meningkatkan gula darah atau hiperglikemia.
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi sangat
potensial untuk dapat dicegah dan dikendalikan melalui pengelolaan diabetes mellitus
(Anonymous, 2003).
Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit diabetes adalah yang menghambat
absorbsi glukosa pada usus, yang merangsang sintesa insulin di pankreas, dan yang ketiga
adalah insulin dari luar yang menggantikan insulin yang produksinya tidak ada atau kurang
(Widodo, 1997). Pengobatan diabetes mellitus seringkali relatif tidak aman dengan adanya
efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan sulfonilurea ialah ikterus kolektik,. Efek
samping yang ditimbulkan biguanid berupa intoleransi gastrointestinal seperti anoreksia,
nausea, vonitus, diare serta dapat menyebabkan asidosis laktat (Hamidah, 2004).
Selain tidak aman pengobatan diabetes mellitus juga relatif mahal. Terdapat sejumlah
alasan mengapa pemakaian bahan obat dari alam terus berlangsung, pertama secara umum
bahan alami memiliki efek samping yang lebih kecil karena bekerja melalui beberapa
mekanisme yang diaktivasi oleh sejumlah senyawa kimia yang berbeda. Alasan kedua adalah
karena kerjanya yang lebih lunak maka penggunaan obat dari tumbuhan dapat menjadi
pilihan sendiri (self selected). Keunggulan yang ketiga adalah sifat kemanfaatannya yang
spesifik dan belum terdapat pada obat sintetik (Tyler,1999 dalam Rahman, 2002).
Hal ini dapat dilakukan dengan obat alternatif salah satunya adalah daun ubi jalar.
Karena pada tahuntahun terakhir telah diketahui manfaat lain dari pada ubi jalar yakni
sebagai makanan terapi diet atau sebagai obat tradisional bagi penderita glukosa darah
(Juanda, 2000). Pucuk daun dari ubi jalar (Ipomoea batatas) mempunyai efek antidiabetik.
Karena mengandung fitoinsulin per 100 gr pucuk daun sebesar 35 unit (Rafira, 2003).
Selain itu adalah daun salam, daun salam digunakan untuk pengobatan diabetes
mellitus, diare, dan sakit maag. Daun salam mempunyai efek antidiabetik karena
mengandung flavonoid (quercetin) yang dapat menurunkan gula darah (Badan POM, 2004).
Tumbuhan ini mengandung minyak atsiri khususnya sitral dan eugenol, juga mengandung
tanin dan flavonoid khususnya quercetin. Kandungan quercetin dalam daun salam sebanyak
560 mg per 100 gram (Manan,1996).
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka rumusan masalah
adalah Adakah pengaruh berbagai formula dosis filtrat campuran daun ubi jalar (Ipomoea
batatas) dan daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap kadar glukosa darah pada tikus
(Rattus novergicus)? dan Berapa banyak dosis formula filtrat campuran daun ubi jalar
(Ipomoea batatas) dan daun salam (Syzygium polyanthum) yang efektif untuk menjaga
kenormalan kadar glukosa darah pada tikus (Rattus novergicus)?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai formula dosis filtrat
campuran daun ubi jalar (Ipomoea batatas) dan daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap
kadar glukosa darah pada tikus. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah
ilmu pengetahuan tentang tanaman obat dan dapat dijadikan dasar penelitian selanjutnya bagi
mahasiswa. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar informasi bagi
masyarakat untuk memanfaatkan tanaman ubi jalar dan daun salam sebagai tanaman obat
untuk diabetes mellitus.

BAHAN DAN METODE


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Eksperimental Sungguhan (True
Experimental Research). Penelitian Eksperimental Sungguhan ini bertujuan untuk
menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan satu atau
lebih kondisi perlakuan pada satu atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan
hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan (Suryabrata, 1998).
Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan the pretest post test only control group
design. Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan dengan 4 kali ulangan.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 Mei 2007 sampai 30 Mei 2007. Bertempat
di Laboratorium kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Dengan alat dan bahan sebagai
berikut: Glukosa darah test meter digital, Test strip (glukosa darah), Mortal (ukuran sedang),
Martil (ukuran sedang), Erlenmeyer (100 ml), Timbangan duduk/ timbangan digital, Kertas
saring (ukuran 15x15 cm) Pucuk daun ubi jalar muda, Daun salam, Tikus wistar jantan,
Alloxan, Nacl (0,9%), Alkohol 70 % dan Aquades.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap kadar glukosa darah tanpa perlakuan dan
hiperglikemia akibat induksi alloxan dan pemberian filtrat campuran daun ubi jalar dan daun
salam dengan berbagai dosis maka di dapatkan data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Pengamatan Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan Tanpa Perlakuan.
Tanpa
Kadar Glukosa Darah (mg/dl)
Penurunan Kadar
Dosis
Glukosa Darah
Normal
Pre test
Pos test
1
80
100
88
12
2
80
100
93
7
3
95
95
80
10
4
110
111
95
16
Tabel 4.2 Data Pengamatan Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Jantan (Rattus norvegicus).
Kadar Kadar Glukosa Darah (mg/dl)
Penurunan Kadar
Dosis
Glukosa Darah
Normal
Pre test
Pos test
G1 1
116
200
100
100
2
110
156
110
46
3
102
210
101
109
4
114
201
97
104
G2 1
102
230
90
140
2
100
215
110
105
3
128
240
98
142
4
120
198
69
129
G3 1
106
225
99
126
2
95
230
85
145
3
101
240
102
138
4
103
250
109
141
G4 1
72
200
70
130
2
100
199
88
111
3
92
225
100
125
4
104
225
99
126
G5 1
97
220
86
134
2
111
210
110
100
3
120
198
70
128
4
107
240
110
110

Keterangan:
Pre test = Setelah Aloksanisasi
Pos test = Setelah Diberi Perlakuan

Berdasarkan hasil perhitungan ratarata penurunan kadar glukosa darah perlakuan pada
masingmasing perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Data pengamatan tingkat penurunan glukosa darah (mg/dl)
Perlakuan
Ulangan
1
2
3
4
G1
100
46
109
104
G2
140
105
142
129
G3
126
145
138
141
G4
130
111
125
126
G5
134
100
128
110
Jumlah

Total
359,00
516,00
550,00
492,00
472,00
2389,00

Rarata
89,75
129,00
137,50
123,00
118,00

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa kadar glukosa darah dengan pemberian
filtrat campuran daun ubi jalar dan daun salam dengan berbagai macam dosis terjadi
penurunan. Penurunan yang terbesar adalah pada filtrat campuran daun ubi jalar dan daun
salam perlakuan G3 yang dosisnya (0,20 mg/200g BB/hari filtrat daun ubi jalar + 0,12
mg/200g BB/hari filtrat daun salam), yaitu 137,5 mg/dl. Kadar glukosa darah semakin turun
seiring dengan meningkatnya pemberian dosis filtrat daun ubi jalar dan daun salam. Hal ini
berarti semakin tinggi dosis yang diberikan maka kadar glukosa darah juga akan turun.
PEMBAHASAN
Berdasarkan data pengamatan kadar glukosa darah pada tikus (Rattus norvegicus)
menunjukkan bahwa tikus putih jantan yang belum diberi perlakuan hiperglikemik atau
induksi aloxan menunjukkan kadar glukosa darah yang masih normal. Tetapi setelah 7 hari
aloksanisasi kadar glukosa darah tikus putih jantan menjadi meningkat yang menandakan
terjadi hiperglikemia. Hasil ini sesuai dengan kadar glukosa darah tikus (Rattus norvegicus)
yang normal menurut Mitruka (1981) bahwa kadar glukosa normal pada tikus (Rattus
norvegicus) sekitar 50135 mg/dl. Jadi, jika melebihi rentang tersebut dianggap hiperglikemia.
Tingginya kadar glukosa dalam darah pada tikus (Rattus norvegicus) akibat induksi
alloxan dapat dicegah dengan pemberian obat antidiabetes alami dari tumbuhan. Terutama
tumbuhan yang mengandung insulin atau fitoinsulin dan zat aktif lainnya yang dapat
menurunkan atau menormalkan glukosa darah. Salah satu caranya adalah dengan
memberikan campuran filtrat daun ubi jalar dan daun salam karena dalam filtrat daun ubi
jalar terkandung fitoinsulin yang merupakan proinsulin yaitu suatu zat yang dapat dipakai
sebagai pengganti insulin yang berpengaruh pada penurunan kadar glukosa darah. Sedangkan
filtrat daun salam mengandung quercetin yang merupakan jenis dari flavonoid alami untuk
menurunkan kadar glukosa darah. Penurunan glukosa dalam darah akibat pemberian
campuran filtrat daun ubi jalar dan daun salam merupakan sebuah kondisi yang cenderung
meningkat seiring dengan meningkatnya dosis filtrat yang diberikan. Semakin tinggi dosis
filtrat yang diberikan maka kadar glukosa darah akan semakin menurun.
Hal ini didasarkan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis G2
merupakan perlakuan dosis yang efisien, karena dengan dosis yang lebih kecil namun
hasilnya menyamai dosis yang besar. Ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah dapat
menyebabkan terjadinya penyakit. Sehingga kadar glukosa harus tetap dijaga. Salah satu
tujuan pemberian formula filtrat daun ubi jalar dan daun salam adalah untuk menurunkan
kadar glukosa dalam darah yang berlebihan dengan demikian kadar glukosa selalu seimbang.
Pada penderita Diabetes Melitus kekurangan hormon insulin akan menyebabkan
gangguan metabolisme glukosa yang akhirnya akan meningkatkan kadar glukosa
(hiperglikemia). Pada keadaan fisiologi insulin diperlukan untuk merubah glukosa menjadi
glikogen yang selanjutnya disimpan di dalam jaringan otot sebanyak 300500 g dan di dalam
hati sebanyak 6075 g (Chipkin, 1994 dalam Askandar T, 2000). Dalam keadaan defisiensi
insulin terjadi sebuah keadaan di mana keadaan gula dalam plasma darah meningkat,

stimulasi pengambilan glukosa oleh GLUT4 tidak terjadi, maka akibatnya selsel pekerja tidak
dapat menerima glukosa sebagai bahan bakar. Salah satu fungsi dari insulin adalah
meningkatkan glikogenesis dengan merangsang enzim glikogenetase di jaringanjaringan
termasuk hati dan otot dengan menyediakan glukosa untuk dijadikan glikogen, jika insulin
tidak ada maka disimpan glukosa (glikogen) tidak dapat terbentuk sehingga tubuh tidak
memiliki simpanan bahan bakar untuk aktivitasi sel.
Pengobatan hiperglikemia dapat dilakukan dengan mengkonsumsi zat anti
hiperglikemia, misalnya saja dari tumbuhtumbuhan. Fitoinsulin yaitu sejenis alkoloid yang
terbentuk metil ester dan merupakan kumpulan dari asid karboksilik aspidos perimidin yang
berkhasiat untuk mengobati diabetes. Fitoinsulin yang terdapat pada daun ubi jalar dapat
dipakai sebagai pengganti insulin atau sering disebut dengan proinsulin pada penderita
diabetes karena berpengaruh pada penurunan kadar gula darah (hipoglikemik) (Anonymous,
2002). Proinsulin merupakan insulin yang berasal dari tumbuhan yang disebut
phytoinsulin. Karena pada dasarnya fitoinsulin memiliki efektivitas untuk menstimulasi
glucose transport (GLUT4) dalam sel (Anonymous, 2001). Filtrat daun ubi jalar berkhasiat
menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan jalan fitoinsulin masuk ke dalam sistem
peredaran darah. Yang mempunyai efek terhadap jalur metabolisme karbohidrat. Insulin
meningkatkan laju glikolisis yang merupakan jalur pemecahan glukosa menjadi piruvat dan
laktat maka pelepasan glukosa ke dalam darah berkurang. Dengan demikian pemberian
campuran filtrat daun ubi jalar dan daun salam dapat menjadi alternatif dalam menanggulangi
tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia), yang tentunya dalam pemberian filtrat
disesuaikan dengan kadar glukosa penderita karena jika tidak dikhawatirkan penderita bisa
menjadi hipoglikemia.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh berbagai formula dosis filtrat daun ubi jalar (Ipomoea batatas) dan daun
salam (Syzygium polyanthum) dengan berbagai dosis yang berbeda terhadap kondisi kadar
glukosa darah pada tikus (Rattus norvegicus).
2. Formula dosis filtrat daun ubi jalar (Ipomoea batatas) dan daun salam (Syzygium
polyanthum) yang efektif dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah pada tikus (Rattus
norvegicus) adalah perlakuan G2 dengan dosis (0,15 mg/200 g BB/hari filtrat daun ubi
jalar + 0,10 mg/200g BB/hari filtrat daun salam.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2003. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap & Praktik (PSP) Penderita
Diabetes Mellitus Mengenai Pengelolaan Diabetes Mellitus Dengan Kendali Kadar
Glukosa Darah. Sains Kesehatan, hlm 414415.
Duncans. 1974. Diseases Of Metabolism. London. W. B. Saunders Company.
Hamidah, F. 2004. Efek Hipoglikemik Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) Varietas Jago Pada
Mencit (Mus musculus) Starin Balb C. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang.
Malang.
Manan, 1996. Daun Salam Untuk Diabet, Maag Dan Hipertensi. Artikel. Suara Merdeka.
(http://www.google.com).
Rafira, 2003.Resep Tradisional Untuk Pengobatan Kencing Manis. Artikel. Pikiran
Rakyat Cyber Media. (http://www.google.com).
Widyowati, E. 1994. Pengaruh Pemberian Tablet Spirulina Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah Pada Tikus Putih. Skripsi, Universitas Airlangga. Surabaya.
(Kutipan: Desertasi: Budiyanto, M. A. K, 1999).
Wirahadi, K. 1985. Biokimia: Metabolisme Energi Karbohidrat dan Lipid. ITB.Bandung.

Anda mungkin juga menyukai