Anda di halaman 1dari 2

(QS, AL-BAQOROH: 183)

”Hai orang-orng yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu berpuasa”

Setelah makan sahur sebaiknya jangan langsung tidur, mengapa??


Makanan tidak tercerna sempurna.
Kerja lambung dan usus akan melambat ketika kita sedang tidur. Hal ini akan menyebabkan
makanan yang sudah dikonsumsi tidak tercerna secara sempurna. Bahkan, hal ini termasuk
berbahaya karena sisa makanan yang tak tercerna akan membusuk di dalam usus dan
meningkatkan produksi gas racun amonia yang berbahaya. Kamu gak mau kan hal ini
terjadi? Maka sebaiknya tunggu selama 1-2 jam untuk tidur setelah makan.
Bakteri jahat di dalam usus meningkat.
Makanan yang tak tercerna sempurna akan mengundang timbulnya bakteri jahat di dalam
usus. Bakteri miskin oksigen atau yang sering disebut dengan bakteri anaerob akan
mendominasi di dalam tubuh. Hasil dari metabolisme bakteri ini bersifat asam dan
membuat asam lambung juga ikut meningkat dan menimbulkan penyakit maag.
Kerja liver menjadi berat.
Jumlah bakteri jahat yang timbul di dalam tubuh akan mengakibatkan derajat keasaman
pada tubuh juga meningkat. Hal ini mengakibatkan timbulnya asam nitrit yang sangat
berbahaya bagi hati. Pasalnya, asam nitrit akan membuat kerja liver meningkat dan menjadi
lebih berat. Nah, kamu gak mau kan livermu cepet rusak? Jadi, kurang-kurangin deh
kebiasaan langsung tidur setelah makan mulai sekarang!

JIKA Anda berpuasa, maka sebaiknya jangan lewatkan untuk makan sahur, meski itu
hanya dengan seteguk air, mengapa?
Rasulullah SAW amat menganjurkan umatnya yang berpuasa di bulan Ramadhan untuk
makan di waktu dini hari ini. Sahur terbukti bisa membuat ibadah puasa kita tambah berkah,
apalagi jika ditambah dengan amalan shalih dan ibadah sunnah lainnya.
Rasulullah SAW bersabda bahwa makan sahur merupakan syi’ar Islam yang membedakan
dengan ajaran Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani). Dari ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab (Yahudi dan
Nashrani) adalah makan sahur.” (HR. Muslim no. 1096). Ini berarti Islam mengajarkan baro’
dari non-Muslim, artinya tidak loyal pada mereka. Karena puasa kita saja dibedakan dengan
mereka.

Dengan makan sahur, akan membuat keadaan fisik lebih kuat dalam menjalani puasa. Beda
halnya dengan orang yang tidak makan sahur. Imam Nawawi rahimahullah berkata,
“Barokah makan sahur amat jelas yaitu semakin menguatkan dan menambah semangat
orang yang berpuasa.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 206).
Orang yang makan sahur mendapatkan shalawat dari Allah dan do’a dari para malaikat-Nya.
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Makan sahur adalah
makan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walau dengan seteguk air karena
Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang makan sahur.” (HR. Ahmad 3: 44.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi).
Waktu makan sahur adalah waktu yang diberkahi. Karena ketika itu, Allah turun ke langit
dunia. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita tabaroka
wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman,
“Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-
Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.”
(HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758). Selain itu, waktu sahur adalah waktu utama
untuk beristighfar. Sebagaimana orang yang beristighfar saat itu dipuji oleh Allah dalam
beberapa ayat, “Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 17).

Orang yang makan sahur dijamin bisa menjawab adzan shalat Shubuh dan juga bisa
mendapati shalat Shubuh di waktunya secara berjama’ah. Tentu ini adalah suatu kebaikan.
Makan sahur sendiri bernilai ibadah jika diniatkan untuk semakin kuat dalam melakukan
ketaatan pada Allah. Wallahualam.

Anda mungkin juga menyukai