Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN SKILL 1 LBM 1

ANALISIS RESEP OBAT DAN PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)

MODUL BIOTEKNOLOGI DAN TERAPI HERBAL

DISUSUN OLEH :

KHORIDA ATTALIA (33101900041)


MIFTA TRIWAHYUNI (33101900054)
NITA TIARA LUTHFIAH (3301900064)
SHAFIRA RAHMAYANTI (33101900076)
SINTA ARIFA (33101900078)
SOFI’ATUN SA’ADHAH (33101900081)
VIVI YULIANA (33101700021)

DOSEN PENGAMPU :

Windi Susmayanti, S.Si, M.Sc

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI FARMASI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan gejala
poliuria (frekuensi kencing tinggi), polidipsia (rasa haus luar biasa), polifagia (nafsu makan
meningkat), dan kehilangan berat badan secara ekstrim atau obesitas. DM dikarakterisasi oleh
kadar glukosa darah tinggi atau hiperglikemia hingga keadaan progresif berupa komplikasi
penyakit. Penyebab DM diantaranya adalah autoimunitas, gaya hidup, induksi obat, dan
keadaan tertentu misalnya kehamilan. Dalam menangani DM, terdapat perlakuan pengobatan
bagi pasien menggunakan obat antihiperglikemik. Obat antihiperglikemik (OAH) atau
antidiabetes adalah obat dengan kegunaan menurunkan kadar glukosa darah dengan
mekanisme yang berbeda-beda sesuai golongannya masing-masing. salah satu golongan obat
yang digunakan yakni sulfonilurea yaitu glibenklamid . (Izzah Al Mukminah,2021)

Glibenklamid merupakan salah satu obat antidiabetik oral yang sering digunakan.
Glibenklamid bekerja merangsang sel β pankreas untuk mengeluarkan insulin. Obat
antidiabetik memberikan manfaat yang besar bagi penderita DM, tetapi terkadang tidak
optimal dalam menurunkan glukosa darah. Kondisi ini seringkali membuat pasien berinisiatif
mengkombinasikan obat antidiabetik oral yang diresepkan dokter dengan obat herbal. Salah
satu obat herbal yang sering digunakan sebagai obat DM adalah Aloe vera. Aloe vera
memiliki zat aktif berupa kromium dan alprogen. Kedua zat aktif tersebut terbukti
memberikan efek terhadap penurunan kadar glukosa darah. Banyak penderita DM
mengkombinasikan Aloe vera dengan obat antidiabetik tanpa berkonsultasi sebelumnya
dengan dokter. Padahal mengkonsumsi obat antidiabetik lebih dari satu jenis obat berpotensi
menimbulkan interaksi, termasuk mengkombinasikan obat sintetik dengan obat herbal. Salah
satu pengolahan gel Aloe vera yang sering beredar di masyarakat yaitu dalam bentuk jus,
sebab pembuatan jus Aloe vera mudah untuk dikonsumsi.(muliawan,2019)

Lidah buaya/Aloe vera merupakan tanaman yang berguna untuk menjaga kesehatan,
juga dapat mengatasi berbagai penyakit. Salah satunya mampu menurunkan gula darah pada
diabetes yang tidak tergantung insulin, dalam waktu sepuluh hari gula darah bisa normal.
Lidah buaya memiliki kandungan saponin, flavonoid, vitamin A, vitamin C yang memiliki
aktivitas sebagai antibakteri, antiinflamasi serta dapat membantu penyembuhan luka sehingga
komplikasi yang berhubungan dengan infeksi tidak terjadi. International Aloe Science
Council (IASC) menjelaskan 3 komponen dari lidah buaya yang biasa digunakan yaitu leaf
juice (menggunakan seluruh bagian lidah buaya), inner leaf juice (diambil dari daging lidah
buaya), dan aloe latex (diambil dari getah kuning kecoklatan yang berada diantara jaringan
parenkim dalam) (Sari & Afnuhazi, 2019)

Penggunaan obat herbal untuk manajemen kesehatan lebih menonjol di negara


berkembang populasi. Tapi ada kekosongan dalam memahaminya khasiat dan keamanan
obat herbal. Dari studi di Trinidad, yang mengungkapkan bahwa praktisi medis di sektor
kesehatan masyarakat menerima pengobatan herbal sebagai pilihan yang layak tetapi mereka
tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang penggunaan dan potensi risiko yang terkait
dengan modalitas ini .Di negara berkembang, jamu belum berstatus obat untuk pengobatan
berbagai penyakit karena masalah terkait dengannya. Konsentrasi komponen aktif sangat
bervariasi dari satu formulasi ke formulasi lainnya. Masalah terkait dengan pengembangan
obat herbal meliputi: kehadiran bahan aktif cukup banyak, dengan cukup profil farmakologis
yang berbeda, kurangnya kontrol kualitas, kurangnya peraturan pemerintah tentang keamanan
dan kemanjuran, uji klinis yang tidak memadai, dan informasi yang tidak memadai tentang
efek samping dan interaksi obat-herbal. Beberapa sediaan mungkin tidak mengandung bahan
aktif apa pun dan bukti paling penting untuk kemanjuran produk tertentu mungkin sedikit dan
sama sekali tidak dapat diandalkan. Sebagian besar yang dikembangkan negara belum
memberikan status jamu sebagai obat. (Amita Rai, 2012)

Pada pengujian aktivitas Aloe vera dihasilkan bahwa efek antihiperglikemik dari Aloe
vera lebih besar daripada glibenklamid sendiri. Selain itu, pada studi single-blinded di
Thailand dilaporkan 15 mL jus A. vera dengan glibenklamid secara signifikan menurunkan
kadar glukosa darah daripada glibenklamid sendiri, maka interaksi yang terjadi dapat
bermanfaat atau sinergis/aditif. (Amita Rai, 2012)
BAB II

PEMBAHASAN

Dari skenario yang diperoleh pasien mengeluhkan lelah, pusing, gemetar setelah
minum obat. Pasien rutin minum obat glibenklamid yang sebelumnya kondisinya baik baik
saja. Setelah dilakukan penggalian informasi, ternyata pasien meminum obat glibenklamid
bersamaan dengan herbal jus lidah buaya. Dari skenario tersebut pasien diduga mengidap
diabetes melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai
dengan gejala poliuria (frekuensi kencing tinggi), polidipsia (rasa haus luar biasa), polifagia
(nafsu makan meningkat), dan kehilangan berat badan secara ekstrim atau obesitas. DM
dikarakterisasi oleh kadar glukosa darah tinggi atau hiperglikemia hingga keadaan progresif
berupa komplikasi penyakit. (Izzah Al Mukminah,2021)

Lidah buaya merupakan tanaman yang berguna untuk menjaga kesehatan, juga dapat
mengatasi berbagai penyakit. Salah satunya mampu menurunkan gula darah pada diabetes
yang tidak tergantung insulin, dalam waktu sepuluh hari gula darah bisa normal. Lidah buaya
memiliki kandungan saponin, flavonoid, vitamin A, vitamin C yang memiliki aktivitas
sebagai antibakteri, antiinflamasi serta dapat membantu penyembuhan luka sehingga
komplikasi yang berhubungan dengan infeksi tidak terjadi. International Aloe Science
Council (IASC) menjelaskan 3 komponen dari lidah buaya yang biasa digunakan yaitu leaf
juice (menggunakan seluruh bagian lidah buaya), inner leaf juice (diambil dari daging lidah
buaya), dan aloe latex (diambil dari getah kuning kecoklatan yang berada diantara jaringan
parenkim dalam) (Sari & Afnuhazi, 2019)

Glibenklamid merupakan salah satu obat antidiabetik oral yang sering digunakan.
Glibenklamid bekerja merangsang sel β pankreas untuk mengeluarkan insulin. Obat
antidiabetik memberikan manfaat yang besar bagi penderita DM, tetapi terkadang tidak
optimal dalam menurunkan glukosa darah. Kondisi ini seringkali membuat pasien berinisiatif
mengkombinasikan obat antidiabetik oral yang diresepkan dokter dengan obat herbal
(Muliawan, 2019)

Diagnosa pasien mengalami hipoglikemia dapat dilihat dari keluhan yang dirasakan
oleh pasien yaitu lelah, pusing, gemetar dan juga ditandai kadar gula darah yang rendah yaitu
< 70 mg/dl setelah minum obat glibenklamid dan jus herba lidah buaya. Hipoglikemia adalah
episode ketidaknormalan konsentrasi glukosa dalam plasma darah yang menunjukkan nilai
kurang dari 3,9 mmol/ l (70 mg/dl) dan merupakan komplikasi akut DM yang seringkali
terjadi secara berulang. Dari literatur yang diperoleh disebutkan tanda dan gejala
hipoglikemia dibedakan menjadi dua kategori yaitu bersifat otonom dan neuroglikopenik.
Tanda dan gejala otonom meliputi munculnya tanda gejala seperti berkeringat, jantung
berdebar, gemetar, pusing, dan lapar, sedangkan gejala neuroglikopenik yaitu kebingungan,
ngantuk, kesulitan berbicara, berperilaku aneh, dan tidak mampu melakukan koordinasi.
(Budiawan, Heri. 2020)
Kombinasi glibenklamid dan jus aloe vera sering digunakan untuk terapi diabetes
mellitus. Banyak penderita diabetes melitus mengkombinasikan lidah buaya dengan obat
antidiabetik tanpa berkonsultasi sebelumnya dengan dokter. Padahal mengkonsumsi obat
antidiabetik lebih dari satu jenis obat berpotensi menimbulkan interaksi, termasuk
mengkombinasikan obat sintetik dengan obat herbal. Glibenklamid mempunyai efek
peningkatan sekresi insulin dan lidah buaya yang memiliki dua zat aktif yang memiliki efek
hipoglikemik yaitu kromium dan alprogen. Mekanisme kromium dalam menurunkan glukosa
dimana kromium dapat merangsang sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Kromium dapat
meningkatkan serotonin yang berperan dalam peningkatan ambilan glukosa oleh otot dan
sebuah penelitian baru menunjukan serotonin mempunyai efek terhadap sekresi insulin.Efek
lain kromium yaitu memperbaiki resistensi insulin dengan cara berikatan pada reseptor
insulin, kemudian kromium meningkatkan aktivitas tirosin kinase, IRS-1 (Insulin Reseptor
Substrat-1) sehingga meningkatkan aktivitas GLUT 4 dalam ambilan glukosa untuk dijadikan
sebagai energi. Alprogen dalam lidah buaya mampu menurunkan kadar glukosa darah
dengan cara menghambat absorpsi glukosa pada usus. Mekanismenya dengan menghambat
kerja Ca2+, dimana normalnya kalsium berada di lumen usus akan membawa glukosa masuk
ke sel usus dan selanjutnya glukosa akan dieksositasis oleh SGLT 1 (Sodium Glukosa
Transpor 1) yang berfungsi mengangkut glukosa melewati membran usus. Jika kalsium
dihambat maka SGLT 1 tidak dapat mengeluarkan glukosa dan tidak terjadi perpindahan
glukosa menuju pembuluh darah. Lidah buaya dapat mencegah kematian sel β serta
pemulihan sel β yang rusak (Muliawan, 2019)

Kombinasi antara obat glibenklamid dengan jus herba aloe vera dapat menyebabkan
interaksi farmakodinamik bersifat sinergis. Pada pengujian aktivitas Aloe vera dihasilkan
bahwa efek antihiperglikemik dari Aloe vera lebih besar daripada glibenklamid sendiri.
Selain itu, pada studi single-blinded di Thailand dilaporkan 15 mL jus A. vera dengan
glibenklamid secara signifikan menurunkan kadar glukosa darah daripada glibenklamid
sendiri, maka interaksi yang terjadi dapat bermanfaat atau sinergis/aditif. Maka jika obat
glibenklamid dikonsumsi secara bersamaan dapat menyebabkan pasien mengalami
hipoglikemia atau penurunan glukosa darah yang sangat berat. sehingga lebih baik
penggunaan antara obat glibenklamid dan jus herba lidah buaya tidak digunakan dalam waktu
yang bersamaan. (Amita rai, et al.2012)

Dari kasus yang dialami pasien, sebagai apoteker dapat memberikan edukasi dan
solusi berupa penyampaian terkait waktu penggunaan obat dan jus lidah buaya. Menurut
(Thikekar et al., 2021), glibenklamid dan jus lidah buaya dapat dikonsumsi namun pada
waktu yang berbeda, tidak secara bersamaan. Pemberian glibenklamid saja terbukti tidak
efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah. Glibenklamid dapat diberikan dengan dosis
2,5mg dua ali sehari pada saat sarapan dan makan malam, sedangkan jus lidah buaya dapat
dikonsumsi pada siang hari sebanyak 15 mL. Lidah buaya dinyatakan dapat menurunkan
kadar glukosa darah dalam waktu 2 minggu, bersamaan dengan kontrol kadar trigliserida
secara rutin selama 4 minggu.
BAB III

KESIMPULAN

Dari kasus diatas pasien mengalami hipoglikemia dilihat dari keluhan yang dirasakan
pasien seperti lelah, pusing dan gemetar. Setelah konsultasi ternyata pasien meminum lidah
buaya dengan bersamaan obat glibenklamide, lidah buaya dengan glibenklamide terdapat
interaksi yaitu Glibenklamide mempunyai efek peningkatan sekresi insulin dan lidah buaya
yang memiliki dua zat aktif yaitu kromium dan alprogen yang mekanisme nya menurunkan
kadar glukosa darah dengan cara menghambat absorpsi glukosa pada usus. Sehingga apabila
diminum bersamaan akan mengalami penurunan glukosa darah dengan drastis. Dari kasus
diatas kami tetap memakai glibenklamid dan jus lidah buaya namun dikonsumsi pada waktu
yang berbeda, tidak secara bersamaan. Glibenklamid dapat diberikan dengan dosis 2,5mg dua
kali sehari pada saat sarapan dan makan malam, sedangkan jus lidah buaya dapat dikonsumsi
pada siang hari sebanyak 15 mL.
DAFTAR PUSTAKA

Amita rai, et al.2012. Interaction of Herbs and Glibenclamide: A Review. International


Scholarly Research Network Pharmachology

Budiawan, H., Permana, H., & Emaliyawati, E. (2020). FAKTOR RISIKO HIPOGLIKEMIA
PADA DIABETES MELLITUS: LITERATURE RIVIEW. Healthcare Nursing Journal, 2(2),
20-29.

Izzah Al Mukminah,2021.REVIEW: INTERAKSI ANTARA OBAT KONVENSIONAL DAN


HERBAL UNTUK DIABETES MELITUS. B I M F I Volume 8 No.1 | Februari 2022

Muliawan . 2019. Efek pemberian kombinasi jus aloe vera dan glibenklamid terhadap
penurunan kadar glukosa darah pada model tikus diabetes yang diinduksi dengan
streptozotosin dan nikotinamid.DOAJ Intisari Sains Medis Volume 10 Number 2

Sari & Afnuhazi. 2019. Pengaruh Jus Lidah Buaya Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa
dan 2 Jam PP (Post Prandial) pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Kesehatan Medika
Saintika. Vol 10 (1).

Anda mungkin juga menyukai