Anda di halaman 1dari 12

BIOKIMIA NUTRISI

HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT, LEMAK DAN SERAT


DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA LANJUT USIA WANITA

OLEH:
1. KETUT DETA RASTIKA (J1A016047)
2. LILIS NENENG KARYANTI (J1A016053)
3. M. FARRAS ABIYYUDDIN (J1A016057)
4. M. HABIB NOVAL SAPUTRA (J1A016059)
5. MARHAMA (J1A016061)
6. MEILAWANTI (J1A016065)
7. MUHAMAD RIZKI NUL ASRY (J1A016067)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Mataram, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
ASBTRAK………………………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Tujuan ................................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah…………………………………………………………….. 2
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Diabetes Melitus……………………………………………………………………… 3
2.2 Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Kadar Glukosa Darah … 4
2.3 Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak dengan Kadar Glukosa Darah……….. 5
2.4 Hubungan Asupan Serat dengan Kadar Glukosa Darah……………..…………5
BAB III KESIMPULAN ………………………………………………………. ..7
DAFTAR PUSTAKA

iii
ABSTRAK

Tingginya asupan karbohidrat dan lemak serta rendahnya asupan serat pada lanjut
usia dapat meningkatkan kadar glukosa darah karena sering mengalami gangguan
metabolisme karbohidrat sehingga memicu diabetes melitus. Tujuan dari penelitian
yaitu menganalisis hubungan konsumsi karbohidrat, lemak dan serat dengan kadar
glukosa darah pada lanjut usia wanita di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Pucang Gading, Kota Semarang. Subjek dalam penelitian ini adalah 32 lansia
wanita usia 60-74 tahun yang dipilih secara purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukkan rerata dan SD kadar glukosa darah responden sebesar 101,25 ±39,05
mg/dl. Sejumlah 93,8% subjek mempunyai kadar glukosa darah yang tergolong
normal (<200 mg/dl). Tingkat kecukupan karbohidrat subjek dengan rerata dan SD
sebesar 83,96% ±7,77. Sejumlah 68,8% subjek mempunyai tingkat kecukupan
lemak yang tergolong baik (80-100%). Tingkat kecukupan lemak subjek dengan
rerata dan SD sebesar 123,40% ±11,67. Sejumlah 96,9% subjek mempunyai tingkat
kecukupan lemak yang tergolong lebih (>100%). Asupan serat subjek dengan
rerata dan SD sebesar 5,00 ±0,397 gram per hari. Seluruh subjek mempunyai
asupan serat yang tergolong kurang (<25 gram per hari). Ada hubungan tingkat
kecukupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah (p = 0,003), tidak ada
hubungan tingkat kecukupan lemak dengan kadar glukosa darah (p = 0,882), tidak
ada hubungan asupan serat dengan kadar glukosa darah (p=0,955). Penelitian ini
merekomendasikan lansia untuk mengurangi konsumsi makanan yang mengandung
tinggi karbohidrat.

Kata kunci: diabetes melitus, kadar glukosa darah, lansia wanita

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah gizi menjadi suatu permasalahan yang memiliki urgensi, terutama
pada negara –negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi yang biasa
terjadi pada negara berkembang dapat berupa kekurangan maupun kelebihan
gizi, terutama pada usia rentan terutama pada lanjut usia (lansia). Adanya
masalah gizi pada lansia dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang
ditandai dengan munculnya penyakit degeneratif. Hal ini disebabkan karena,
masyarakat yang tergolong usia lanjut, biasanya telah mengalami penurunan
fungsi organ sehingga metabolisme zat gizi makanan terutama karbohitdrat,
protein, dan lemak yang dikonsumsi sebagai sumber energi juga mengalami
penurunan.
Salah satu masalah gizi yang biasa terjadi pada lansia kebanyakan
disebabkan karena kelebihan gizi yang merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit degeneratif adalah diabetes mellitus. Diabetes melitus merupakan
penyakit gangguan sistem metabolisme karbohidrat yang disebabkan karena
pankreas tidak dapat memproduksi atau tidak dapat menggunakan hormon
insulin secara efektif. Kasus diabetes melitus di Indonesia didominasi oleh
masyarakat pada kota Semarang pada tahun 2015. Kelompok usia yang terkena
diabetes melitus adalah usia lebih dari 45 tahun. Jumlah penderita diabetes
melitus tipe 2 usia 45-65 tahun sebanyak 730 orang dan usia lebih dari 65 tahun
ke atas 722 orang, sedangkan tahun 2016 diabetes melitus masih menduduki
urutan nomor 2 dengan jumlah kasus 1562 yang terjadi di sejumlah puskesmas
dan rumah sakit di Kota Semarang.
Metabolisme karbohidrat termasuk salah satu urgensi karena karbohidrat
merupakan sumber energi utama yang mempengaruhi aktivitas terutama diusia
lanjut. Asupan karbohidrat yang tinggi pada usia lanjut menyebabkan produksi
glukosa yang tinggi sehigga mengalami penumpukan pada pembuluh darah.
Selain itu, tingginya konsumsi lemak juga dapat menjadi salah satu penyebab
penyakit diabetes pada usia lanjut, dimana tingginya konsumsi lemak juga

1
merupakan penyebab obesitas sehingga menyebabkan resistensi insulin.
Disamping itu, kekurangan serat juga menjadi salah satu faktor yang terlibat
pada penyakit diabetes. Hal ini dikarenakan kurangnya konsumsi serat dapat
menghambat penyerapan karbohidrat. Tingginya jumlah penderita penyakit
diabetes di Indonesia mendorong dilakukannya penelitian terhadap lansia,
mengenai faktor penyebab penyakit diabetes terutama konsumsi karbohidrat,
lemak dan juga serat.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini dibuat adalah untuk mengetahui hubungan
tingkat kecukupan konsumsi karbohidrat, lemak dan serat pada lansia penderita
penyakit diabetes.
1.3 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh tingkat konsumsi karbohidrat terhadap lansia
penderita diabetes?
b. Bagaimana pengaruh tingkat konsumsi lemak terhadap lansia penderita
diabetes?
c. Bagaimana pengaruh tingkat konsumsi serat terhadap lansia penderita
diabetes?

2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Diabetes Melitus


Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolik dengan etiologi
multifactorial. Penyakit ini ditandai dengan hiperglikemia kronis dan
mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Penderita DM
akan ditemukan dengan berbagai gejala seperti poliuria (banyak berkemih),
polydipsia (banyak minum) dan polifagia (banyak makan) dengan penurunan
berat badan. DM jangka waktu lama menimbulkan rangkaian gangguan
metabolik yang menyebabkan kelainan patologis makrovaskular dan
mikrovaskular. Jumlah penderita DM diperkirakan mengalami kenaikan di
seluruh dunia. Diabetes Mellitus tidak hanya diderita oleh penduduk di negara-
negara maju namun di negara-negara berkembang. Indonesia merupakan salah
satu negara berkembang juga menunjukkan adanya peningkatan penderita DM.
Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, menunjukan
bahwa prevalensi nasional penyakit DM adalah 1,1% berdasarkan diagnosis
tenaga keseshatan dan gejala. Sebanyak 17 provinsi prevalensi nasional, salah
satunya provinsi Sumatra Barat.
Klasifikasi etiologi kelainan glikemia (DM) sebagai berikut: (1) Tipe 1,
ditandai dengan kegagalan produksi insulin yang parsial atau total oleh sel-sel
B pankreas. Faktor penyebab masih belum dimengerti dengan jelas tetapi
beberapa virus tertentu, penyakit autoimun dan faktor-faktor genetik mungkin
turut berperan. (2) Tipe 2, ditandai dengan resistensi insulin ketika hormon
insulin diproduksi dengan jumlah yang tidak memadai atau dengan bentuk
yang tidak efektif. Ada korelasi genetik yang kuat pada tipe diabetes ini dan
proses terjadinya berkaitan erat dengan obesitas. Anak dengan diabetes tipe 2
dilaporkan memiliki riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga dan atau
sindrom metabolik. Tipe lain DM, yaitu (3) Tipe spesifik lainnya, berupa defek
genetik pada fungsi sel-B, defek genetik pada kerja insulin, penyakit pada
kelenjar eksokrin pankreas, endokrinopati, ditimbulkan oleh obat-obatan atau
zat kimia, infeksi, bentuk immune-mediated diabetes yang langka. Kadang-
kadang sindrom genetik lain yang disertai diabetes. (4) Diabetes gestasional:

3
bentuk diabetes yang terjadi selama kehamilan. Kebanyakan, tapi tidak
semuanya, akan sembuh setelah melahirkan.
Berbagai teori dan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan menemukan
bahwa, kenaikan berat badan melebihi normal atau obesitas akan
meningkatkan resiko bahkan dikatakan sebagai faktor resiko utama terjadinya
DM. Pada anak dengan DM tipe 2, sekitar 85% anak tersebut memiliki
kelebihan berat badan atau mengalami obesitas. Selain faktor obesitas, faktor
resiko lain yang berperan terhadap terjadinya penyakit DM antara lain, genetik,
pertambahan usia, kurangnya aktifitas fisik dan pola makan tidak seimbang
yang memicu terjadinya obesitas. Pola makan berupa asupan makanan tinggi
energi dan tinggi lemak tanpa disertai dengan aktifitas fisik yang teratur akan
mengubah keseimbangan energi dengan disimpannya energi sebagai lemak
simpanan yang jarang digunakan. Asupan energi yang berlebihan akan
meningkatkan resistensi insulin sekalipun belum terjadi kenaikan berat badan
yang signifikan. Diet tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah karbohidrat
berkaitan dengan DM tipe 2.
2.2 Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Kadar Glukosa
Darah
Hasil penelitian menunjukkan rerata responden mengonsumsi tingkat
kecukupan karbohidrat sebesar 83,96 % ± 7.77. Sejumlah 68.8 % responden
mempunyai tingkat kecukupan yang tergolong baik. Hasil uji statistic yang
telah dilakukan peneliti dengan menggunakan korelasi rank spearman
menunjukkan ada hubungan tingkat kecukupan karbohidrat dengan kadar
glukosa darah responden (p=0.003 : r=0.515). nilai koefisien korelasi yang
bertanda positif mengandung arti bahwa hubungan yang terjadi antara dua
variable tersebut bersifat searah artinya semakin tinggi tingkat kecukupan
karbohidrat yang dikonsumsi, maka semakin tinggi kadar glukosa darah
seseorang.
Hasil observasi selama 2 hari di Rumah Pelayanan Lanjut Usia Pucang
Gading, Kota Semarang menunjukkan bahwa rerata lansia mengonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat banyak berasal dari nasi, teh manis,
dan beberapa selingan seperti bihun goring dan kue lapis manis.

4
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yekti tahun 2014 yang mengatakan
adanya hubungan yang bermakna tingkat kecukupan karbohidrat dengan kadar
glukosa darah responden. Berbeda dengan penelitian Dyah tahun 2015 yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna tingkat asupan
karbohidrat dengan kadar glukosa darah.
2.3 Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak dengan Kadar Glukosa Darah
Hasil penelitian menunjukkan rerata responden mengonsumsi tingkat
kecukupan lemak 123,40% ± 11.67. Sejumlah 96.9% responden mempunyai
tingkat kecukupan lemak yang tergolong lebih. Hasil uji statistik yang telah
dilakukan peneliti dengan menggunakan korelasi rank spearman menunjukkan
tidak ada hubungan bermakna antara tingkat kecukupan lemak dengan kadar
glukosa darah (p= 0.0882 r=0.027). Nilai koefisien korelasi yang bertanda
positif mengandung arti bahwa hubungan yang terjadi antara dua variabel
tersebut bersifat searah artinya semakin tinggi tingkat asupan lemak yang
dikonsumsi, maka semakin tinggi kadar glukosa darah seseorang.
Hasil observasi selama 2 hari di Rumah Pelayanan Lanjut Usia Pucang
Gading, Kota Semarang menunjukkan bahwa rerata lansia mengonsumsi
makanan yang mengandung lemak banyak berasal dari lauk pauk seperti semur
ayam, tahu goring, tahu semur, telur mata sapi, dan kerupuk serta selingan
seperti bihun goring.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Raditya tahun 2014 yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna tidak ada asupan lemak
dengan kadar glukosa darah responden.
2.4 Hubungan Asupan Serat dengan Kadar Glukosa Darah
Hasil penelitian menunjukkan rerata responden mengonsumsi asupan serat
sebesar 5.00 ± 0.397 gram per hari. Seluruh (100%) responden mempunyai
asupan serat yang tergolong kurang. Hasil uji statistik yang telah dilakukan
peneliti dengan menggunakan korelasi rank spearman menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan bermakna antara asupan serat dengan kadar glukosa darah
responden dengan nilai (p=0.955 r=-0.010). Nilai koefisien korelasi yang
bertanda negative mengandung arti bahwa hubungan yang terjadi antara dua
variable tersebut bersifat berlainan artinya semakin rendah asupan serat yang
dikonsumsi, maka semakin tinggi kadar glukosa darah seseorang.

5
Hasil observasi selama 2 hari di Rumah Pelayanan Lanjut Usia Pucang
Gading, Kota Semarang menunjukkan bahwa rerata lansia mengonsumsi
makanan yang mengandung serat banyak berasal dari sayur labu, tumis kacang
panjang dan buah pisang. Lansia hanya mengonsumsi sayur satu kali dalam
sehari.
Penelitian ini sejalan dengan Witasari dkk tahun 2009 yang menyatakan
tidak ada hubungan yang bermakna asupan serat dengan kadar glukosa darah
responden. Berbeda dengan penelitian yang dlakukan oleh Fitri dan Yekti
tahun 2014 yang menyatakan bahwa asupan serat berhubungan bermakna
dengan kadar glukosa darah responden.

6
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam makalah ini adalah sebagai


berikut:
1. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan karena
gangguan sistem metabolism karbohidrat yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa di dalam darah.
2. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan konsumsi karbohidrat
dengan kadar glukosa darah.
3. Berdasarkan hasil penelitian, tidak terdapat hubungan konsumsi lemak
dengan kadar glukosa darah.
4. Berdasarkan hasil penelitian, tidak terdapat hubungan asupan serat dengan
kadar glukosa darah.

7
DAFTAR PUSTAKA

Azrimaidaliza, 2011. Asupan Zat Gizi dan Penyakit Diabetes Mellitus. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 6(1): 36-41.

Yuniati, R., S.F.Pradigdo dan M.Z.Rahfiludin, 2017. Hubungan Konsumsi


Karbohidrat, Lemak dan Serat dengan Kadar Glukosa Darah pada Lanjut
Usia Wanita. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 5(4): 759-767.

Anda mungkin juga menyukai