Anda di halaman 1dari 9

1.

PENGERTIAN
Tonsil adalah massa jaringan limfoid yang terletak dirongga faring. Tonsil
menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari
invasi organisme patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun
ukuran tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar
daripada remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai
mekanisme perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA.
Tonsilectomi adalah pengangkatan tonsil palatin diindikasikan hanya pada kasus
infeksi streptokokus kambuhan yang tercatat, jika terdapat abses perintonsilar,
atau pada kasus hipertrofi masif yang menyebabkan kesulitan bernafas atau
makan.

2. ETIOLOGI
Tonsilitis sering terjadi bersama faringitis. Karena banyaknya jaringan limfoid
dan sering terjadinya ISPA, tonsilitis merupakan penyebab morbiditas yang
banyak terjadi pada anak kecil. Agens penyebabnya dapat berupa virus atau
bakteri.

3. PATOFISIOLOGI
Pada waktu anak lahir belum mempunyai folikal dan biasanya berukuran
kecil, dengan demikian habisnya material antibodi , maka secara berangsur terjai
pembesaran tonsil. Pembesaran ini dapat melebihi normal, oleh karena infeksi
saluran pernafasan berat. Pembesaran tonsil yang sampai menimbulkan
gangguan serius biasanya terjadi pada anak berumur 3-5 tahun. Keadaan ini
ditandai dengan gangguan bernafas atau gangguan pemenuhan kebutuhan
nustrisi , karena usia tersebut mudah menderita infeksi saluran nafas atas.
Apabila satu atau dua tonsil meradang membesar sampai ketengah uvofaring
maka sebaiknya dilakukan tindakan pengangkatan tonsi, atau disebut juga
tonsilectomi.
4. PATHWAY

5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi tonsilitis disebabkan oleh inflamasi. Pada saat tonsil palatin
membesar karena edema, keduanya dapat bertemu digaris tengah (kissing
tonsils) yang menyumbat jalan napas atau makanan. Anak mengalami kesulitan
menelan dan bernapas. Jika terjadi pembesaran adenoid, ruang dibelakang
lubang hidung posterior menjadi tersumbat, sehingga mempersulit atau bahkan
tidak memungkinkan udara mengalir dari hidung ke tenggorokan. Akibatnya anak
bernapas melalui mulut.

6. PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
Karena tonsilitis dapat sembuh sendiri, pengobatan faringitis viral bersifat
simtomatik. Kultur tenggorokan positif untuk infeksi streptokokus hemolitik.
Infeksi virus dan streptokokus pada demam tonsilitis eksudatif harus dibedakan.
Sebagian besar infeksi terjadi akibat virus. Oleh karena itu uji yang cepat dan
dini dapat menyingkirkan kemungkinan pemberian antibiotik yang tidak perlu.
Tonsilectomi (pengangkatan tonsil palatin) diindikasi kan hanya pada kasus
infeksi streptokokus kambuhan yang tercatat, jika terdapat abses peritonsilar,
atau pada kasus hipertrofi masif yang menyebabkan kesulitan bernafas atau
makan.
7. INDIKASI TINDAKAN PEMBEDAHAN
Indikasi absolut
a. Timbulnya kor pulmonale akibat adanya obstruksi jalan nafas yang kronis.
b. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea pada waktu tidur.
c. Hipertrofi yang berlebihan yang mengakibatkan disfagia dan penurunan
berat badan sebagai penyertanya.
d. Biopsi eksisi yang di curigai sebagai keganasan (limfoma).
e. Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada jaringan
sekitarnya.

Indikasi relatif :

Seluruh indikasi lain untuk tindakan tonsilektomi di anggap sebagai indikasi


relatif.

Indikasi lain yang paling dapat di terima :


a. Serangan tonsilitis yang berulang.
b. Hiperplasia tonsil dengan gangguan fungsional (disfagia).
c. Hiperplasia dan obstruksi yang menetap selama 6 bulan.
d. Tidak memberikan respons terhadap penatalaksanaan dan terapi
8. KONTRAINDIKASI

a. Demam yang tidak di ketahui penyebabnya.


b. Asma.
c. Infeksi sistemik atau kronis.
d. Sinusitis.

9. KOMPLIKASI
Komplikasi tonsillitis antara lain yaitu :
a. Abses Pertonitis
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini
terjadi beberapa hari setelah infeksi akut biasanya disebaban oleh streptococcus
grup A.
b. Otitis Media Akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) clan
dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada rupture spontan
gendang telinga.
c. Mastoiditis Akut
Rupture spontan gendang telinga lebih jauh menyebabkan infeksi ke sel-sel
mastoid.
d. Laryngitis
e. Sinusitis

10. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsillitis
a. Jika penyebabnya bakteri menggunakan antibiotic peroral (melalui mulut)
selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan bisa diberikan dalam
bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
Tonsillitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih per tahun.
Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih per tahun dalam kurun waktu 2
tahun.
Tonsillitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih per tahun dalam kurun waktu 3
tahun.
Tosilitis tidak memberika n respon terhadap pemberian antibiotic.

11. PERSIAPAN OPERASI YANG MUNGKIN DILAKUKAN

a. Pemeriksaan laboratorium (Hb, leko, waktu perdarahan).


b. Berikan penjelasan kepada klien tindakan dan perawatan setelah operasi.
c. Puasa 6-8 jam sebelum operasi.
d. Berikan antibiotik sebagai propilaksis.
e. Berikan premedikasi ½ jam sebelum operasi
Lamanya waktu operasi tergantung metode operasi yang dilakukan, tapi
biasanya operasi berlangsung sekitar 30 hingga 60 menit. Pasien biasanya
diperbolehkan pulang pada hari yang sama atau satu hari setelah operasi.
Sebelum dokter melakukan prosedur pengangkatan tonsil, pasien akan diberi
anestesi atau bius total. Artinya, pasien akan tertidur dan tidak merasakan apa
pun selama operasi berlangsung.
Untuk mengurangi risiko muntah akibat efek samping obat bius, pasien akan
disarankan untuk berpuasa sebelum menjalani operasi. Dokter atau perawat
akan memberi informasi kapan harus berpuasa dan beberapa instruksi lainnya
yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebelum operasi.
Jangan lupa untuk memberi tahu dokter mengenai obat-obatan atau
suplemen yang sedang Anda konsumsi. Biasanya, Anda akan diminta untuk
menghentikan konsumsi obat pengencer darah, seperti aspirin dan warfarin,
setidaknya 1-2 minggu sebelum operasi.

12. PERAWATAN PASCAOPERASI PENGANGKATAN AMANDEL


Setelah operasi, Anda akan merasakan nyeri di area tenggorokan.
Terkadang, rasa nyeri juga muncul di telinga atau leher, tapi biasanya akan
membaik dalam waktu 1-2 minggu dengan mengonsumsi obat pereda nyeri yang
diberikan dokter.
Selain mengonsumsi obat, berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan
untuk meredakan rasa nyeri sekaligus mempercepat proses penyembuhan
setelah operasi:
a. Konsumsi makanan yang bertekstur lembut dan mudah ditelan. Hindari makanan
pedas, asam, dan keras yang dapat menimbulkan rasa sakit dan perdarahan.
b. Perbanyak konsumsi cairan untuk mencegah dehidrasi. Lebih disarankan untuk
mengonsumsi minuman dingin, namun hindari minuman yang mengandung
asam, seperti jus jeruk, agar rasa sakit yang muncul tidak makin parah.
c. Istirahat di rumah selama dua minggu dan tidak melakukan aktivitas di luar
rumah, misalnya bermain atau bersekolah.

13. MASALAH DAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan jaringan atau


trauma pada pusat pernafasan
Tujuan: Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan pernafasan secara
adekuat dengan memperlihatkan hasil blood gas yang stabil dan baik serta
hilangnya tanda-tanda distress pernafasan.
Rencana tindakan:
a. Bebaskan jalan nafas secara paten (pertahankan posisi kepala dalam
keadaan sejajar dengan tulang belakang/ sesuai indikasi).
b. Lakukan suction jika di perlukan.
c. Kaji fungsi sistem pernafasan.
d. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan batuk/ usaha mengeluarkan
sekret.
e. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
f. Observasi tanda-tanda adanya ditress pernafasan (kulit menjadi pucat/
cyanosis).
g. Kolaborasi dengan terapist dalam pemberian fisoterapi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler
pada ekstrimitas.
Tujuan: Pasien menunjukan adanya peningkatan kemampuan dalam melakukan
aktivitas fisik.
Rencana tindakan:
a. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
b. Ajarkan pada pasien tentang rentang gerak yang masih dapat di lakukan.
c. Lakukan latihan secara aktif dan pasif pada akstrimitas untuk mencegah
kekakuan otot dan atrofi.
d. Anjurkan pasien untuk mengambil posisi yang lurus.
e. Bantu pasien secara bertahap dalam melakukan ROM sesuai kemampuan.
f. Kolaborasi dalam pemberian antispamodic atau relaxant jika di perlukan.
g. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas

3. Penurunan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema cerebri,


perdarahan pada otak.
Tujuan: Pasien menunjukan adanya peningkatan kesadaran, kognitif dan fungsi
sensori.
Rencana tindakan:
a. Kaji status neurologis dan catat perubahannya.
b. Berikan pasien posisi terlentang.
c. Kolaborasi dalam pemberian O2.
d. Observasi tingkat kesadaran, tanda vital.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya trauma secara


fisik
Tujuan: Pasien mengungkapkan nyeri sudah berkurang dan menunjukkan suatu
keadaan yang relaks dan tenang.
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat atau derajat nyeri yang di rasakan oleh pasien dengan
menggunakan skala.
b. Bantu pasien dalam mencarai faktor presipitasi dari nyeri yang di rasakan.
c. Ciptakan lingkungan yang tenang.
d. Ajarkan dan demontrasikan ke pasien tentang beberapa cara dalam
melakukan tehnik relaksasi.
e. Kolaborasi dalam pemberian sesuai indikasi.

Anda mungkin juga menyukai