FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh :
dr. Mitra Virgusrudhina
Peserta PPDS Obstetri dan Ginekologi
Pembimbing :
Dr. dr. Vaulinne Basyir, Sp.OG (K)-KFM
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui / menyetujui
Mengetahui :
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………...….vi
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Plasenta......................................................................................................4
2.1.1 Perkembangan Plasenta Normal........................................................5
2.1.2 Perkembangan Plasenta Abnormal....................................................8
2.2 Stres Oksidatif.........................................................................................10
2.2.1 Definisi Stres Oksidatif....................................................................10
2.2.2 Patofisiologi Stres Oksidatif............................................................10
2.2.3 Definisi Antioksidan........................................................................12
2.2.4 Pengaruh Antioksidan terhadap Tubuh............................................12
2.3 Preeklamsia.............................................................................................14
2.3.1 Definisi Preeklamsia........................................................................14
2.3.2 Etiologi Preeklamsia........................................................................15
2.3.3 Faktor Risiko Preeklamsia...............................................................16
2.3.4 Patofisiologi Preeklamsia.................................................................18
2.4 Implantasi Plasenta dan Stres Oksidatif pada Preeklamsia.....................20
2.4.1 Implantasi Plasenta pada Preeklamsia.............................................20
2.4.2 Stres Oksidatif Pada Preeklamsia....................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
DAFTAR GAMBAR
Singkatan Nama
aPLS antibodi antifosfolipid
CCCs Cytotrophoblast cell column
GD Diabetes gestasional
T1D Diabetes tipe 1
T2D Diabetes tipe 2
s-Eng Endoglin terlarut
ET-1 Endothelin-1
eEVT Endovaskular EVT
iEVT EVT interstisial
GSH Glutathione
GSSG Glutathione disulfide
GPx Glutation peroksidase
GRed Glutation reduktase
GOSs Great Obstetric Syndromes
OH+ Hidroksil reaktif
HLA-C Human Leukocyte Antigen-C
H2O2 HIdrogen peroksida
ICM Inner Cell Mass
IFNγ Interferon gamma
IUGR Intrauterine Growth Restriction
KIR Killer-Cell Immunoglobulin-like receptor
MHC Kompleks histokompatibilitas utama
MDA Malondialdehid
NO Nitrit Oxide
PJT Pertumbuhan Janin Terhambat
PlGF Placental Growth Factor
PAPPA-A Pregnancy-Associated Plasma Protein-A
PGI2 Prostaglandin I2
O2- Radikal superoksida
ROS Reactive Oxygen Species
AT1-AA Reseptor autoantibodi angiotensin II tipe 1
ER Retikulum endoplasma
dNK Sel Natural killer desidua
Tregs Sel T regulator desidua
vCT Sitotrofoblas vili
sFlt-1 Soluble fms-like tyrosine kinase-1
SOD Superoksida dismutase
SLE Systemic Lupus Erythematosus
TH1 T-Helper1
TH2 T-Helper2
TXA2 Thromboxane A2
EMT Transisi epitel-mesenkim
EVT Trofoblas ekstravili
TE Trophectoderm
TNF Tumor Necrosis Factor
VEGF Vascular Endothelial Growth Factor
SCT Vili sinsitiotrofoblas lapisan luar
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyebab kematian ibu di Kota Padang tahun 2014 dilihat dari penyebab
secara langsung setiap tahunnya eklamsia merupakan penyebab terbesar sebanyak
5 orang, kemudian perdarahan sebanyak 3 orang, dan sepsis sebanyak 2 orang
(DKK Padang, 2015). Berdasarkan data dari rekam medis Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil Padang sebagai pusat rujukan provinsi Sumatera
Barat dan sekitarnya, angka kejadian preeklamsia pada tahun 2011 sebanyak 137
kasus dari 1432 persalinan (9,5%), tahun 2012 sebanyak 160 kasus dari 1661
persalinan (9,5%), tahun 2013 sebanyak 216 kasus dari 1710 persalinan (12,6%),
tahun 2014 sebanyak 171 kasus dari 942 persalinan, dan tahun 2015 sebanyak 146
kasus dari 593 persalinan (24,6%).7 Pada tahun 2018 jumlah kematian ibu di
Sumatera Barat mencapai 111 dan pada tahun 2019 jumlah kematian ibu
mengalami peningkatan yaitu sebesar 116 kasus. Pada tahun 2019 di Sumatera
Barat penyebab kematian ibu terbanyak adalah karena perdarahan sebanyak 23
kasus, diikuti hipertensi dalam kehamilan sebanyak 22 kasus, gangguan sistem
peredarah darah 7 kasus, gangguan metabolik 6 kasus, dan infeksi 4 kasus.6
Plasenta merupakan organ unik dan luar biasa yang muncul secara de
novo, dan berhubungan langsung dengan pertumbuhan dan perkembangan janin. 10
Organ yang sangat penting untuk kelangsungan kehamilan dan suplai nutrisi janin
ini telah menjadi minat yang besar di kalangan dokter obstetri dan juga ahli
patologi, terutama mengenai pemahaman organ kompleks ini pada pasien
preeklamsia /eklampsia. 8
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, sari pustaka ini
disusun untuk menambah pemahaman mengenai plasenta dan hubungannya
dengan terjadinya preeklamsia serta dapat dijadikan penelitian untuk masukan
dalam menurunkan angka kejadian preeklamsia mengenai tatalasana menurunkan
angka preeklamsia sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya di
RSUP M. Djamil Padang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plasenta
Plasenta adalah organ sementara yang menghubungkan janin yang sedang
berkembang ke dinding rahim melalui tali pusat, untuk memungkinkan
penyerapan nutrisi, pengaturan termal, pembuangan limbah, dan pertukaran gas
melalui suplai darah ibu. Selain itu, plasenta menghasilkan hormon yang
mendukung kehamilan dan bertindak sebagai barier untuk melawan infeksi
internal.10
Gambar 2.1 Tahap awal perkembangan plasenta manusia. Ilustrasi yang menggambarkan tahap awal
pembentukan plasenta setelah implantasi blastokista. (A,B) Tahap pra-lakunar. (C) Tahap lakunar.
(D) Tahap vili primer. 1° ys, kantung yolk sac primer; ac, rongga ketuban; cs, cangkang sitotrofoblas;
eec, selom ekstra-embrionik; exm, mesoderm ekstra-embrio; GE, epitel kelenjar; ICM, inner cell mass;
lak, lakuna; LE, epitel luminal; M N. tr, trofoblas mononuklear; hal. syn, syncytium primer; TE,
trofektoderm; vs, pembuluh darah.9
Gambar 2.2 Gambar Implantasi blastokista dan Perkembangan Plasenta. embrioblas (EB) dan
sitotrofoblas (CT). Sitotrofoblas mulai berdiferensiasi menjadi Syntiotrofoblas (SCT). SCT menginvasi
endometrium menuju arteri spiral ibu yang terletak di miometrium. Lakuna berkembang di
sinsitiotrofoblas, yang pada akhirnya akan membentuk ruang intervili. Gen yang diregulasi selama
pembentukan vili disajikan pada gambar di sebelah kanan. Sitotrofoblas lain akan menginvasi arteri
spiral ibu dengan berdiferensiasi menjadi trofoblas ekstravili.8
Sel Trofoblas
Fungsi utama plasenta dilakukan oleh sel trofoblas. Munculnya trofoblas
merupakan kemajuan evolusioner penting pada mamalia berplasenta. Istilah
'trofoblas' pertama kali digunakan oleh ahli embriologi Belanda Ambrosius
Arnold Willem Hubrecht pada tahun 1889 untuk menggambarkan sel yang
mengangkut nutrisi dan membentuk barrier pelindung antara ibu dan janin. Dia
juga mengamati bahwa trofoblas secara inheren sangat invasif atau 'korosif', dan
bergantung pada desidua untuk mendukung perkembangannya.13
Gambar 2.3 Maternal-fetal interface dan subtipe trofoblas. Sel-sel yang terdapat di dalam vili plasenta
trimester pertama awal dan subtipe trofoblas utama dalam kaitannya dengan desidua terwakili.
Daerah desidua telah diilustrasikan untuk memasukkan miometrium. sinsitiotrofoblas (SCT, abu-abu),
sitotrofoblas vili (VCT, merah muda), cytotrophoblast cell column (CCC) dan trofoblas ekstravili (EVT)
(EVT endovaskular dan interstisial, oranye) ditunjukkan. Titik akhir diferensiasi EVT, placental bed
giant cells juga ditunjukkan. 10
Invasi trofoblas yang dalam ke dalam rahim adalah ciri yang hanya terlihat
pada manusia dan kera besar, defek transformasi arteri sulit untuk dikarakterisasi
dan didiagnosis pada awal kehamilan. Sejumlah pengukuran klinis sedang
dikembangkan untuk mengatasi hal ini, seperti velocimetry Doppler arteri uterina,
yang mengukur resistensi terhadap aliran darah dan dengan demikian merupakan
pembacaan tidak langsung dari tingkat remodeling arteri spiralis. Saat EVT
bergerak lebih dalam, ekspresi protein plasma terkait kehamilan Pregnancy-
Associated Plasma Protein-A (PAPPA-A) meningkat, dan pengukuran protein ini
dalam serum ibu pada trimester pertama merupakan prediktor GOSs yang
berguna.18,19
Pada preeklamsia, radikal bebas yang dilepaskan oleh sel desidua akan
menyebabkan kerusakan sel endotel. ROS seperti radikal hidroksil dan anion
superoksidan, menambah agregasi trombosit serta menyebabkan asam lemak tak
jenuh pada membran fosfolipid mengalami konversi menjadi peroksida lipid.
Pembentukan peroksida lipid membuat radikal bebas lebih toksik merusak sel
endotel. Kerusakan sel endotel mengganggu produksi Nitrit Oxide (NO), sehingga
mempengaruhi keseimbangan Prostaglandin I2 (PGI2) dan Thromboxane A2
(TXA2) berupa inhibisi produksi PGI2 dan akselerasi produksi TXA2 plasenta.
Stres oksidatif menyebabkan peningkatan produksi sel makrofag lipid, aktivasi
faktor koagulasi mikrovaskular (trombositopenia), dan peningkatan permeabilitas
mikrovaskular (edema dan proteinuria). Semua proses ini selanjutnya
menyebabkan manifestasi klinis preeklamsia.25
2.3 Preeklamsia
Remodeling arteri spiralis uterus ibu oleh trofoblas yang menginvasi dan
peningkatan perfusi ruang intervili plasenta diperlukan untuk perkembangan
normal kehamilan. Terlepas dari banyak teori tentang patofisiologi preeklamsia,
secara umum diterima bahwa preeklamsia pasti terkait dengan invasi trofoblas
yang rusak dan kegagalan modifikasi fisiologis ini. Hal ini menyebabkan hipoksia
plasenta dan/atau 'stres' serta lesi vili dan vaskular plasenta yang khas terkait
dengan preeklamsia.33
Disfungsi Endotel
Selama kehamilan normal, ada keseimbangan yang cermat antara sel imun
T-Helper1 (TH1) dan T-Helper2 (TH2) dan respons imun masing-masing.
Namun, pada preeklamsia, keseimbangan ini terganggu dan ada pergeseran ke
arah respons TH1 yang mengarah ke lingkungan imun kronis yang serupa dengan
yang dialami oleh individu dengan penyakit autoimun. Peningkatan sel imun TH1
dan sitokin meningkatkan produksi sel B dari autoantibodi ke reseptor
autoantibodi angiotensin II tipe 1 (AT1-AA), meningkatkan ekspresi ET-1 dan
sFlt-1 dan meningkatkan stres, yang semuanya berkontribusi pada patofisiologi
preeklamsia dan akhirnya perkembangan hipertensi selama kehamilan.34
Wanita dengan diabetes tipe 1 (T1D), diabetes tipe 2 (T2D) atau diabetes
gestasional (GD) semuanya berisiko lebih tinggi terkena preeklamsia. Sekitar 15-
20% wanita hamil dengan T1D, 10-14% wanita hamil dengan T2D akan
mengembangkan preeklamsia. Baik T1D dan T2D terkait dengan inflamasi kronis
tingkat rendah, yang bersama dengan fakta bahwa wanita dengan preeklamsia
cenderung resisten insulin sebelum kehamilan dapat menjadi salah satu alasan
mengapa wanita dengan diabetes lebih rentan terhadap preeklamsia. Wanita
dengan GD memiliki profil imun yang mirip dengan wanita dengan preeklamsia,
karena ada bukti disfungsi endotel, ketidakseimbangan faktor angiogenik dan
peningkatan stres oksidatif.34
Proses normal dan patologis remodeling arteri uterina pada tahap awal
kehamilan telah dijelaskan dengan baik dan diterbitkan ulang dalam buku teks
dasar tentang obstetri sebagai salah satu konsep dasar fisiologi gestasional.
Plasenta normal terjadi dalam proses dua langkah, di mana arteri spiralis
terganggu, diinvasi, dan dibentuk ulang oleh trofoblas antara minggu ke-8 dan ke-
14, diikuti oleh invasi ke segmen vaskular miometrium junctional-zone di
kemudian hari. Remodeling arteri spiralis yang tidak memadai terbukti dengan
adanya dilatasi dangkal lumen arteri, invasi segmen miometrium yang kurang
luas, dan tanda-tanda arteriosklerosis hiperplastik dan aterosklerosis. Hasil
akhirnya adalah berkurangnya suplai oksigen ke placental bed, mengakibatkan
stres oksidatif lokal, yang secara bertahap menyebar ke seluruh sistem
kardiovaskular global seiring dengan kemajuan kehamilan. Pengamatan bahwa
gejala preeklamsia sembuh lebih cepat setelah kuretase awal postpartum rongga
rahim menunjukkan bahwa plasenta bertindak sebagai pendorong utama disfungsi
kardiovaskular pada preeklamsia.35
Gambar 2.6 Pada Preeklamsia, penurunan invasi EVT menginduksi remodeling arteri spiralis yang
buruk, menyebabkan aliran darah yang buruk menuju plasenta. Peningkatan jumlah mikropartikel
dari sinsitiotrofoblas dan peningkatan jumlah DNA janin bebas diamati dalam darah ibu.10
Mekanisme Imun
Aspek lain dari sistem imun yang telah terlibat dalam preeklamsia adalah
kompleks histokompatibilitas utama (MHC). Sel trofoblas janin normal
mengekspresikan molekul Human Leukocyte Antigen-C (HLA-C), yang
berinteraksi dengan Killer-Cell Immunoglobulin-like receptor (KIR) yang
diekspresikan pada sel natural killer uterus ibu. HLA-C diturunkan dari ibu dan
ayah, dan kelompok molekul HLA-C tertentu, serta haplotipe KIR tertentu,
tampaknya lebih sering diekspresikan pada kehamilan preeklamsia daripada pada
kehamilan normal. Temuan ini menunjukkan bahwa plasentasi normal
memerlukan alorekognisi oleh KIR ibu dari HLA-C ayah dan bahwa peningkatan
insiden preeklamsia dengan kehamilan pertama, perubahan peternitas, periode
kohabitasi seksual yang lebih pendek dan penggunaan kontrasepsi barier terkait
dengan pengurangan pajanan antigen paternal.31
Modifikasi lainnya pada model preeklamsia dua tahap tahun 1991 adalah
meningkatnya pemahaman bahwa plasentasi yang buruk melibatkan lebih dari
sekadar remodeling arteri spiralis yang berhubungan dengan trofoblas. Beberapa
fitur remodeling non-trofoblas juga mungkin mempengaruhi preeklamsia.
Langkah-langkah ini termasuk remodeling vaskular desidua awal (sebelum invasi
trofoblas) dan penyumbatan pembuluh darah oleh trofoblas. Penyumbatan
pembuluh darah ibu oleh sitotrofoblas membantu mempertahankan keadaan
hipoksia fisiologis di awal proses plasentasi, mendukung proliferasi sitotrofoblas
daripada diferensiasi dan invasi.30
Sebuah perbaikan besar pada konsep bagaimana Tahap 1 dan Tahap 2 dari
model interkoneksi plasenta - preeklamsia, dibuat oleh Karumanchi dkk pada
tahun 2003. Mereka menemukan bahwa beberapa marker turunan trofoblas terkait
erat dengan preeklamsia, yang disebut faktor anti-angiogenik (misalnya reseptor
VEGF 1 terlarut; sFlt-1, dan Endoglin terlarut (s-Eng) dan faktor pro-angiogenik
(misalnya faktor pertumbuhan plasenta; PlGF). Ketidakseimbangan anti-
angiogenik relatif (peningkatan kadar sFlt-1 dan s-Eng yang bersirkulasi ke ibu,
dan PlGF yang rendah) ditemukan pada preeklamsia (Tahap 2), dibandingkan
dengan sebagian besar kehamilan normotensif. Juga, peningkatan pola anti-
angiogenik pada dua trimester pertama secara signifikan meningkatkan risiko
preeklamsia onset dini. Selain menjadi pengontrol utama angiogenesis, sFlt1
mewakili hubungan penting dari disfungsi plasenta (Tahap 1) ke tahap klinis
(Tahap 2) perkembangan preeklamsia karena mempengaruhi fungsi struktur
endotel normal melalui penurunan PlGF dan VEGF yang tersedia (bebas). Tidak
seperti PlGF bebas, konsentrasi VEGF bebas dalam darah terlalu rendah pada
kehamilan untuk diukur secara reliabel dengan metodologi immunoassay saat ini,
bahkan pada kehamilan normotensif.30
Gambar 2.8 Model dua langkah preeklamsia 2019 yang direvisi, mengintegrasikan faktor risiko ibu
dan dua jalur plasenta utama ke preeklamsia klinis.30
Model pemersatu ini menunjukkan bagaimana faktor ibu dan plasenta
berkontribusi pada kedua tahap penyakit; TAHAP 1 mewakili tahap disfungsi
plasenta (stres STB-syncytiotrofoblas) dan TAHAP 2 mewakili sindrom klinis
ibu. Jalur A menggambarkan jalur klasik plasentasi disfungsional ke TAHAP 1
("jalur plasenta ekstrinsik") dan Jalur B menggambarkan "jalur plasenta intrinsik",
biasanya pada akhir kehamilan dan plasenta yang lebih besar.30
Gambar 2.9 Sindrom plasenta tidak hanya preeklamsia. Masalah plasentasi berhubungan dengan
beberapa sindrom plasenta, tidak hanya preeklamsia. Semua sindrom plasenta ini, termasuk
preeklamsia, mungkin juga memiliki penyebab lain disfungsi plasenta selain masalah remodeling
arteri spiralis.29
DAFTAR PUSTAKA