Anda di halaman 1dari 23

REFLEKSI KASUS

MIOMA UTERI

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik


Ilmu Kandungan dan Kebidanan
Pada Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun Oleh:

Rizki Vidya Triachristy

42190390

Dosen Pembimbing Klinik:

dr. Heribertus Rahardjo, Sp.OG, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN


OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA - RS. BETHESDA
LEMPUYANGWANGI YOGYAKARTA
2021
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 2
2.1. Definisi............................................................................................................................. 2
2.2. Faktor Risiko.................................................................................................................. 2
2.3. Patofisologi..................................................................................................................... 3
2.4. Klasifikasi....................................................................................................................... 4
2.5. Manifestasi Klinis......................................................................................................... 5
2.6. Penegakkan Diagnosis................................................................................................ 6
2.7. Tatalaksana.................................................................................................................... 7
2.8. Komplikasi...................................................................................................................... 9
BAB III STATUS PASIEN................................................................................................ 10
3.1. Identitas Pasien.......................................................................................................... 10
3.2. Anamnesis.................................................................................................................... 10
3.3. Pemeriksaan Fisik..................................................................................................... 12
3.4. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................... 14
3.5. Diagnosis Kerja........................................................................................................... 15
3.6. Prognosis...................................................................................................................... 15
3.7. Tatalaksana.................................................................................................................. 16
3.8. Edukasi.......................................................................................................................... 16
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................... 17
4.1. Deskripsi Kasus.......................................................................................................... 17
4.2. Analisis.......................................................................................................................... 17
4.3. Evaluasi........................................................................................................................... 18
BAB V KESIMPULAN....................................................................................................... 19
5.1. Kesimpulan.................................................................................................................. 19
5.2. Saran.............................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 20

2
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mioma uteri atau secara medis disebut leiomyoma uteri merupakan suatu
salah satu tumor jinak yang disebabkan neoplasma jinak dari sel lapisan otot
polos miometrium (Wiknjosastro, 2014).
Angka kejadian mioma uteri secara pasti sulit ditentukan karena sebagian
besar asimptomatis. Dari sekitar 50-70% wanita pada usia reproduktif yang
didiagnosis mioma uteri hanya <50% yang menunjukkan gejala klinis. Wanita
dengan kulit hitam memiliki prevalensi lebih tinggi dibanding wanita kulit
putih (Akbar et al, 2020). Penyebab pasti dari mioma uteri belum diketahui
namun beberapa faktor seperti genetik, paritas, usia menarche awal, aktivitas
endokrin, serta obesitas diduga berperan dalam terjadinya mioma uteri.
(Stewart et al, 2016; Wise et al, 2014)
Hal yang menjadi perhatian khusus dan sering ditanyakan pasien
adalah komplikasi dan prognosa jangka panjang serta hubungannya dengan
kesuburan. Berdasarkan teori, infertilitas menjadi komplikasi terburuk yang
harus disampaikan kepada pasien usia reprodutif. Pada kehamilan, tumor akan
memicu keguguran, gangguan plasenta dan presentasi janin, prematuritas serta
perdarahan pascapersalinan.(De La Cruz, 2017)
Berdasarkan hal tersebut, penting untuk seorang dokter dapat
mengetahui faktor risiko, patofisiologi, komplikasi serta prognosis dari mioma
uteri. Pemahaman ini akan membantu dokter dalam menyampaikan edukasi
dan mempengaruhi keberhasilan terapi serta meningkatkan kualitas hidup
pasien.

3
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Mioma uteri atau sering disebut fibroid merupakan tumor jinak yang
berasal dari otot polos rahim. Sel tumor terbentuk karena mutasi genetik,
kemudian berkembang akibat induksi hormon estrogen dan progesteron.
Leiomioma uteri merupakan jenis tumor jinak yang dapat menyerang segala
usia. (Lubis, 2020)

2.2. Faktor Risiko


Penyebab mioma uteri tidak diketahui secara pasti, kemungkinan besar
dari abnormalitas genetik. Mioma jarang sekali ditemukan sebelum pubertas,
sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya manifestasi selama
usia reproduktif. Tumor ini berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur
yang ada di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding
pembuluh darah uterus. Beberapa faktor risiko selain genetik yaitu (Stewart et
al, 2016) :
- Faktor reproduksi dan endokrin : Epidemiologi leiomioma sejajar dengan
ontogeni dan perubahan siklus hidup hormon reproduksi estrogen dan
progesteron. Meskipun pertumbuhan fibroid responsif terhadap steroid
gonad, hormon-hormon ini tidak selalu bertanggung jawab atas asal-usul
tumor.
- Paritas : Dalam beberapa kohort, usia yang lebih tua saat melahirkan
pertama juga dikaitkan dengan penurunan risiko dibandingkan dengan
usia yang lebih muda saat kelahiran pertama dan interval yang lebih lama
sejak kelahiran terakhir dengan peningkatan risiko.
- Menarche dini : Menarche dini (<10 tahun) dikaitkan dengan peningkatan

4
5

risiko pengembangan fibroid. Menarche dikaitkan dengan peningkatan


estradiol ke tingkat pascapubertas yang masuk akal dapat menyebabkan
peningkatan pertumbuhan fibroid dan fusi awal epifisis tulang panjang
yang menyebabkan penurunan tinggi badan.
- Faktor endokrin lainnya : Hormon pertumbuhan (growth hormone)
dimana level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu
HPL (Human Placenta Lactogen), terlihat pada periode ini dan memberi
kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leymioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
- Obesitas : Sebagian besar penelitian menunjukkan hubungan antara
fibroid dan peningkatan indeks massa tubuh (BMI); Namun, hubungan
dengan peningkatan BMI, penambahan berat badan sebagai orang dewasa,
atau lemak tubuh bervariasi di seluruh studi. Hubungannya kompleks dan
kemungkinan dimodifikasi oleh faktor lain, seperti paritas, dan mungkin
lebih terkait dengan perubahan kebiasaan tubuh saat dewasa. (Wise et al,
2014)

2.3. Patofisiologi
Steroid seks seperti estrogen dan progesteron mempunyai peran yang
besar dalam perkembangan mioma uteri. Kelompok wanita yang nullipara,
infertilitas, unopposed estrogen, konsumsi tamoxifen, mioma uteri lebih
mudah terbentuk dan berkembang lebih cepat. Pada kehamilan sendiri
ternyata hanya ⅓ mioma saja yang ukurannya tidak berubah namun ⅔ lainnya
mengalami pertumbuhan yang semakin cepat karena sel ototnya hipertrofi dan
hiperplasi. (Akbar et al, 2020)
Pada miometrium normal, peningkatan estrogen di fase folikuler akan
menyebabkan pembentukan reseptor estrogen dan progesteron, kemudian
pada fase luteal progesteron bila berikatan dengan reseptornya akan

5
6

menyebabkan perubahan estradiol menjadi estrone melalui peningkatan


aktivitas 17 beta hydroxysteroid dehidrogenose sehingga estrogen inaktif.
Pada kasus mioma uteri ini memiliki reseptor estrogen dan progesteron lebih
tinggi dibanding miometrium normal, selain itu aktivitas enzim 17 beta
hydroxysteroid dehidrogenase lebih rendah dibanding miometrium normal
sehingga terjadi pengaruh estrogen yang terus-menerus di sepanjang siklus
menstruasi. Kondisi inilah yang menyebabkan pemberian progestrogen
maupun pil KB kombinasi tidak memiliki efek negatif terhadap mioma namun
justru menyebabkan pertumbuhan yang lebih cepat lagi. (Akbar et al , 2020)

2.4. Klasifikasi
Menurut Federation of International Gynaecology and Obstetrics
(FIGO), mioma uteri dibagi menjadi beberapa tipe:
- Mioma intramural (FIGO tipe 3, 4, 5) – mioma ini terletak di dalam
dinding rahim. Jenis ini mungkin cukup besar untuk mendistorsi rongga
rahim atau permukaan serosa. Beberapa fibroid mungkin transmural dan
meluas dari serosal ke permukaan mukosa.
- Mioma submukosa (FIGO tipe 0, 1, 2) – mioma ini berasal dari sel
miometrium tepat di bawah endometrium. Neoplasma ini menonjol ke
dalam rongga rahim. Luasnya penonjolan ini dijelaskan oleh sistem
klasifikasi FIGO/European Society of Hysteroscopy dan secara klinis
relevan untuk memprediksi hasil dari histeroskopi miomektomi
•Tipe 0 – Sepenuhnya di dalam rongga endometrium
•Tipe 1 – memanjang kurang dari 50 persen ke dalam miometrium
•Tipe 2 – memanjang 50 persen atau lebih di dalam miometrium
- Mioma subserosa (FIGO tipe 6, 7) – mioma ini berasal dari miometrium
pada permukaan serosal rahim. Mereka mungkin memiliki dasar yang luas
atau bertangkai dan mungkin intraligamenter (memanjang di antara lipatan
ligamen yang luas).

6
7

- Mioma serviks (FIGO tipe 8) – mioma ini terletak di serviks, bukan di


korpus uteri. (Laughlin-Tommaso et al., 2017)

Gambar 1. Klasifikasi Mioma Uterus oleh FIGO


(Laughlin-Tommaso et al., 2017)

2.5. Manifestasi Klinis


Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari
lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai
pada 20-50% saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya
tidak mcngeluh apapun. Semakin besar ukuran mioma uteri, semakin tampak
gejala klinis pasien. (Borah et al., 2013)
Beberapa gejala yang dikeluhkan pasien yaitu :
- Perdarahan abnormal uterus
Pendarahan menstruasi cenderung lebih hebat, tetapi siklus biasanya

7
8

teratur. Bila perdarahan berlangsung lama dalam jumlah besar dapat


menyebabkan anemia. (Puri et al, 2014)
- Rasa nyeri
Berupa dismenorea atau nyeri hebat saat haid. Nyeri abdomen akibat
oklusi pembuluh darah, kontraksi uterus untuk mengeluarkan mioma.
Nyeri pinggang bila mioma menekan nervus yang berjalan diatas
permukaan tulang pelvis.
- Infertilitas
Dapat terjadi pada beberapa kasus, terutama bila mioma mengisi rongga
uterus sehingga menyebabkan oklusi tuba, mengganggu kontraksi uterus,
dan mengganggu proses implantasi. (Borah et al., 2013)

2.6. Penegakkan Diagnosis


Diagnosis ditegakkan lewat anamnesis penggalian riwayat gangguan
haid serta riwayat obstetri ginekologi pasien. Pemeriksaan rutin palpasi
bimanual dapat mendeteksi adanya pembesaran dan konsistensi uterus dengan
mudah dan akurat terutama bila ukurannya diatas 10 cm atau setara kehamilan
12 minggu. Pemeriksaan inspekulum diperlukan untuk evaluasi apakah ada
mioma submukosa dan memastikan apakah ada perdarahan yang keluar dari
ostium uteri eksterna. (Lubis, 2020)
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang yang rutin
dilakukan untuk konfirmasi diagnosis kecurigaan mioma uteri. Mioma di
deteksi bila ada gambaran tumor solid berbatas tegas, ada pola seperti pusaran
air, serta ada gambaran line of fire pada pemeriksaan usg color doppler. Saline
infusion sonography (SIS) atau office hysteroscopy diperlukan untuk
menegakkan dan menentukan tipe mioma submukosa. Klasifikasi ini penting
untuk menetukan pendekatan terapinya, mencari penyebab infertilitas maupun
perdarahan. (Akbar et al, 2020)
Ultrasonografi transvaginal lebih disarankan untuk evaluasi profil

8
9

mioma uteri bila memungkinkan karena mempunyai resolusi yang lebih tinggi
sehingga dapat mengetahui gambaran yang detail tentang ukuran, letak,
maupun hubungannya dengan rongga uterus. Bila ukuran tumor ukuran besar
dapat digunakan USG abdomen atau Magnetic Resonance Imaging (MRI)
karena sinyal dari probe USG transvaginal tidak mampu menembus
kedalaman jaringan di atas 7 cm. USG Transvaginal memiliki akurasi yang
sangat tinggi dalam mendeteksi mioma uteri yakni 96% dengan sensitivitas
96,38% sehingga cukup baik untuk digunakan sebagai pemeriksaan rutin.
(Akbar et al, 2021)

2.7. Tatalaksana
Perlu diperhatikan usia pasien dan tujuan jangka panjang seperti masih
menginginkan kehamilan atau tidak. Hal ini akan membantu dalam
mengarahkan modalitas dan tujuan pengobatan. Pilihan pengobatan yaitu
medikamentosa dan bedah. Tujuan pengobatan harus memenuhi tiga hal yaitu
meringankan tanda dan gejala yang mengganggu, mengurangi ukuran mioma
dan mempertahankan atau meningkatkan kesuburan wanita jika masih ingin
hamil. (Kashani et al, 2016)
Jika pasien datang tanpa keluhan dilakukan tatalaksana konservatif
sambil terus memantau perkembangan tumor. Penatalaksanaan
medikamentosa merupakan intervensi awal untuk mioma uterus simptomatik
termasuk terapi hormonal, obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) dan/atau
modulasi aksis hipotalamus-hipofisis. Kelemahan utama dari manajemen
medikamentosa adalah durasi penggunaan yang terbatas. Banyak pilihan obat
hanya dapat digunakan untuk jangka waktu pendek, dan setelah penghentian
pengobatan, gejala muncul kembali, dan mioma sering terus tumbuh (Stewart
et al, 2016).
Pilihan hormonal untuk pengobatan termasuk kontrasepsi oral
kombinasi, supresi progesteron agen tunggal atau agonis GnRH. Terapi

9
10

hormonal sistemik terutama digunakan untuk mengontrol menoragia yang


disebabkan oleh fibroid, jarang mempengaruhi ukuran fibroid dan tidak
meningkatkan kesuburan. Selain itu, terdapat peningkatan komplikasi terkait
dengan pengobatan jangka panjang menggunakan hormon eksogen; oleh
karena itu, mereka umumnya hanya digunakan untuk jangka waktu pendek.
Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis menghambat produksi
progesteron dan estrogen endogen. Efek keseluruhan mirip dengan
menopause, sehingga mengakibatkan amenore dan selanjutnya penurunan
volume uterus.
Perangkat intrauterin (Intrauterin Devices/ IUD) yang melepaskan
levonorgestrel bekerja secara lokal untuk mencapai hasil yang serupa dengan
supresi progesteron sistemik, yang mengakibatkan penurunan perdarahan
menstruasi dan peningkatan kualitas hidup. Walaupun dapat meringankan
gejala, metode ini tidak memiliki efek jangka panjang pada penurunan ukuran
keseluruhan dari mioma.
Pilihan non-hormonal melibatkan NSAID dan asam traneksamat.
Asam traneksamat adalah turunan dari asam amino, lisin. Obat ini merupakan
inhibitor reversibel dari situs reseptor lisin pada plasminogen yang, ketika
terikat, mencegah degradasi fibrin dan secara fungsional menstabilkan
pembentukan bekuan. Sementara NSAID telah diketahui berguna untuk
mengurangi kehilangan darah sat haid. NSAID menurunkan prostaglandin
endometrium, yang kemudian menghambat vaskularisasi dan neovaskularisasi
yang abnormal.
Intervensi bedah tetap merupakan pengobatan yang paling berhasil
untuk leiomioma. Ablasi endometrium adalah penghancuran histeroskopi
seluruh endometrium yang menebal, tetapi pengobatan ini menghalangi
penilaian endometrium di masa depan dan memerlukan kontrasepsi permanen.
Embolisasi arteri uterina (Uterine artery embolization/ UAE) adalah injeksi

10
11

arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya
akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis.
Miomektomi merupakan operasi pengangkatan mioma tanpa melibatkan
seluruh uterus. Miomektomi memungkinkan kesuburan di masa depan
sekaligus mengurangi ukuran dan gejala dari fibroid; namun, banyak wanita
akan memerlukan prosedur tambahan berikutnya untuk fibroid simptomatik
berulang. Histerektomi merupakan satu-satunya metode pembedahan yang
memberikan terapi definitif. Ada berbagai metode histerektomi, pilihan yang
sangat tergantung pada riwayat pasien, temuan fisik dan pengalaman dokter
ahli secara individu. (Stewart et al, 2016)

2.8. Komplikasi
Komplikasi mioma yang paling meresahkan adalah infertilitas.
Berdasarkan data di Amerika Serikat, infertilitas dapat terjadi pada 2-3%
kasus mioma uteri. Pada kehamilan, tumor akan memicu keguguran,
gangguan plasenta dan presentasi janin, prematuritas serta perdarahan
pascapersalinan. Komplikasi pembedahan meliputi perdarahan, infeksi, dan
trauma pada organ sekitar. Akibat embolisasi dapat terjadi sindrom pasca-
embolisasi yang ditandai dengan keluhan nyeri, demam, dan ekspulsi tumor
dari vagina. Setelah miolisis dapat terjadi nyeri dan perdarahan. (De La Cruz,
2017)

11
12

BAB III
STATUS PASIEN

3.1. Identitas Pasien

a. Nama : Ny. MS

b. Tanggal Lahir : 24 Juli 1982

c. Usia : 39 tahun

d. Jenis Kelamin : Perempuan

e. Alamat : Karangwuni, Yogyakarta

f. Pekerjaan : Pegawai swasta

g. Status Perkawinan: Menikah

h. No RM : 0063XXXX

i. HMRS : 8 Februari 2023

3.2. Anamnesis

 Keluhan Utama
Perdarahan post partum
 Riwayat Penyakit Sekarang
Ny 39 tahun, G0P0Ab1Ah0 datang ke poli RSU Bethesda
Lempuyangwangi (Sabtu, 13/11/21) dengan keluhan haid banyak dan
nyeri. Ganti pembalut tiap 1 jam. Ketika haid sangat mengganggu
aktivitas, sampai ijin tidak masuk kerja. Skala nyeri 8. Keluhan sudah
dirasakan sejak tahun 2018 dan sudah pernah periksa ke RS Februari 2020
mendapat obat hormon namun berhenti pengobatan karena pandemi.
Keluhan dirasakan kembali sejak awal tahun 2021 dan semakin memberat

12
13

3 bulan terakhir. Keluhan lain yaitu ada rasa tidak nyaman seperti pada
perut bawah ketika beraktivitas berat.

 Riwayat Penyakit Dahulu


- Keluhan serupa : (+) Abortus komplit 2013
- Hipertensi : (-)
- Diabetes Mellitus : (-)
- Anemia : (-)
- Asma : (-)
- Infeksi Saluran Kencing : (-)
- Alergi : Udang
- Operasi : (-)

 Riwayat Ginekologi : (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga : (-)

 Riwayat Menstruasi

- Menarche : 13 tahun

- Siklus menstruasi : teratur

- Lama menstruasi : 10-12 hari

- Jumlah darah : ganti pembalut setiap jam (>100 ml)

- Dismenore : (-)

- Keputihan : (-) gatal (-), bau (-)

- HPHT : 2 November 2021

 Riwayat Perkawinan

- Status pernikahan : Menikah

13
14

- Lama menikah : 10 tahun

- Usia saat menikah : 29 tahun

 Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

No Tahun Usia Persalinan Penolong L/P BB (gr) H/M Penyulit


Kehamilan
1 2013 4 minggu Abortus Dokter

 Riwayat KB

Pasien belum pernah KB

 Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang pegawai di perusahaan swasta, semenjak pandemi


lebih sering bekerja di rumah (work from home). Suami bekerja sebagai
PNS. Pembiayaan menggunakan BPJS kelas 1. Kesan sosial ekonomi
baik.

 Gaya Hidup

Pasien tidak merokok maupun mengonsumsi alkohol, pasien makan 3 kali


sehari, pasien makan sayur dan buah cukup, konsumsi air putih cukup.
Pasien sering mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat.

3.3. Pemeriksaan Fisik

 Status Generalis

- Keadaan Umum : sedang

- Kesadaran : Compos mentis

- GCS : E4V5M6

- Vital Sign

14
15

 Tekanan darah : 124/74 mmHg

 Frekuensi nadi : 88 x/menit

 Frekuensi napas : 20 x/menit

 Suhu : 36.2 OC

- Status Gizi

 Berat badan : 83 kg

 Tinggi badan : 160 cm

 IMT : 32,22 kg/m2 (Obesitas)

 Status Lokalis

- Kepala : normocephali

- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-),


pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
- Hidung : deformitas (-), discharge (-)

- Mulut : mukosa bibir kering (-), sianosis (-)

- Leher : limfonodi tidak teraba

- Thorax : simetris, retraksi dinding dada (-), perkusi sonor,


vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-), S1/S2 normal
tidak ada suara tambahan, bising jantung (-)
- Abdomen

 Inspeksi : striae gravidarum (-), linea nigra (-), bekas


operasi (-)
 Auskultasi : bising usus (+)

 Perkusi : timpani

15
16

 Palpasi : nyeri tekan (-)

- Ekstremitas

 Atas : akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik

 Bawah : akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik

 Status Pemeriksaan Obstetri dan Ginekologi

- Payudara : tidak dilakukan

- VT : tidak dilakukan

3.4. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Darah Lengkap di RSBL (16/11/2021)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


Rujukan
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 10.3 (L) g/dL 11.7 – 15.5
Leukosit 8.08 ribu/mmk 4.5 – 11.5
Hitung Jenis
Eosinofil 1.7 % 2–4
Basofil 0.4 % 0–1
Segment Neutrofil 64% % 50 – 70
Limfosit 25.2 % 18 – 42
Monosit 8.7 % 2–8
Limfosit Total 1.6 10^3/uL 1.5 – 3.7
Rasio Neutrofil 2.5 < 3.13
Limfosit

16
17

Hematokrit 33.1 (L) % 35.0 – 49.0


Eritrosit 4.34 Juta/mmk 4.20 – 5.40
MCV 86.1 fL 80.0 – 94.0
MCH 28.9 Pg 26.0 – 32.0
MCHC 33.5 g/dL 32.0 – 36.0
Trombosit 288 ribu/mmk 150 - 450
Imunologi/Serologi
SARS-CoV-2 Antigen
SARS-CoV-2 Non Reaktif Non Reaktif
Antigen
GDS 88 mg/dL 70-140
Creatinin 0.88

 USG :

Kesan : tampak massa hipoekoik bulat uk 8.5 cm

3.5. Diagnosis Kerja


Ny. 39 tahun G0P0Ab1Ah0 dengan mioma uteri dan obesitas.

3.6. Prognosis

 Ad vitam : dubia ad bonam

17
18

 Ad functionam : dubia ad malam

 Ad sanam : dubia ad bonam

3.7. Tatalaksana

 Medikamentosa atau Rencana Tindakan

- Tanggal 16/11/2021: Pasien masuk untuk persiapan operasi

- Tanggal 17/11/2021 pukul 08.00 : Dilakukan OP Histerektomi


subtotal. Diberikan medikamentosa Ceftriaxone 2x1 gr, Metronidazole
2x1, Ketorolac 2x1, serta tranfusi PRC 2 kolf. Rencana cek Hb &
HCT post transfusi, serta dilakukan pemeriksaan histopatologi.

- Tanggal 23/11/2021 : Kesimpulan hasil pemeriksaan histopatologi:

 Leiomioma, NOS

 Hiperplasian endometrium tanpa atipik

 Adenomiosis

3.8. Edukasi
 Memberitahu pasien dan keluarga pasien mengenai kondisi mioma uteri.
 Memberitahu mengenai tindakan yang akan dilakukan yakni
histerektomi.
 Memberikan penjelasan mengenai risiko, komplikasi, serta prognosis dari
mioma uteri dan tindakan histerektomi.
 Memberikan edukasi konsumsi makanan bergizi, istirahat cukup
dan menjaga kebersihan daerah bekas luka operasi.

18
19

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Kasus


Ny 39 tahun, G0P0Ab1Ah0 datang ke poli obsgyn RS Bethesda
Lempuyangwangi hari Sabtu (13/11/21) dengan keluhan haid banyak dan
nyeri, mengganggu aktivitas. Ganti pembalut tiap jam dan skala nyeri 8.
Keluhan sudah dirasakan sejak 2018. Sudah pernah berobat tahun 2020
namun berhenti karena pandemi. Pada Riwayat penyakit dahulu pernah
mengalami keguguran pada tahun 2013. Tidak ada riwayat penyakit kronis
seperti hipertensi atau diabetes melitus. Riwayat penyakit keluarga, tidak ada
yang memiliki keluhan serupa. Pasien belum mempunyai anak selama 10
tahun menikah (infertil).

Pada pemeriksaan fisik didapatkan, tanda vital Tekanan darah 124/74


mmHg Frekuensi nadi 88 x/menit, Frekuensi napas 20 x/menit, Suhu 36.2
O
C dengan status gizi IMT 32,22 kg/m2 (Obesitas). Tidak dilakukan
pemeriksaan VT. Pemeriksaan penunjang USG didapatkan massa hipoekoik
bulat ukuran 8.5cm.

4.2. Analisis
Mioma uteri atau secara medis disebut leiomyoma uteri merupakan suatu
salah satu tumor jinak yang disebabkan neoplasma jinak dari sel lapisan otot
polos miometrium. Penyebab mioma uteri kemungkinan besar dari
abnormalitas genetik. Faktor risiko dari mioma sendiri, diantaranya paritas,
usia menarche awal, aktivitas endokrin, serta obesitas. Sebagian besar kasus
asimptomatik. Jika terdapat gejala yang paling sering dikeluhkan pasien yaitu
perdarahan, nyeri, dan gangguan kesuburan (infertil).
Dari anamnesis pasien memiliki keluhan utama yaitu haid yang banyak dan

19
20

nyeri, terdapat riwayat abortus, infertil, serta memiliki faktor risiko obesitas.
Selain itu dari pemeriksaan USG terdapat massa hipoekoik bulat ukuran 8.5
cm dapat ditegakkan diagnosa mioma uteri.

4.3. Evaluasi
Melalui kasus ini saya belajar menggali lebih dalam faktor risiko dan
mempertimbangkan tindakan yang bisa diambil sebagai manajemen dari
mioma uteri. Selain itu, saya juga belajar bagaimana mengedukasi pasien
perihal penyakit yang diderita serta menanggapi pertanyaan pasien seputar
komplikasi dari tindakan yang dilakukan.

20
21

BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien
ini terdiagnosis Ny. 39 tahun G0P0Ab1Ah0 dengan mioma uteri dan obesitas.
Mioma uteri atau secara medis disebut leiomyoma uteri merupakan suatu
salah satu tumor jinak yang disebabkan neoplasma jinak dari sel lapisan otot
polos miometrium. Kemungkinan besar penyebab mioma uteri yaitu
abnormalitas genetik, namun juga dipengaruhi beberapa faktor risiko. Pada
pasien ini diagnosis ditegakkan lewat anamnesis yang sesuai teori yaitu haid
yang banyak dan nyeri juga adanya riwayat abortus serta infertil. Pemerikssan
USG juga mendukung suatu mioma uteri. Sedangkan faktor risiko pada pasien
ini yaitu obesitas.

5.2. Saran
a. Menjelaskan penyakit dan tatalaksana yaitu tindakan histerektomi.
b. Mengedukasi pasien untuk datang kembali kontrol 1 minggu post operasi.

21
22

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M., Tjiptoprawiro, B., & Hendarto, H. (2020). Ginekologi Praktis

Komprehensif (edisi kedua., pp. 51-57). Universitas Airlangga Press.

Borah, B., Nicholson, W., Bradley, L., & Stewart, E. (2013). The impact of uterine

leiomyomas: a national survey of affected women. American Journal Of

Obstetrics And Gynecology, 209(4), 319.e1-319.e20.

https://doi.org/10.1016/j.ajog.2013.07.017

De La Cruz MS, Buchanan EM. (2017). Uterine Fibroids: Diagnosis and Treatment.

American Family Physician, 95(2):100-107. PMID: 28084714.

Kashani, B., Centini, G., Morelli, S., Weiss, G., & Petraglia, F. (2016). Role of

Medical Management for Uterine Leiomyomas. Best Practice & Research

Clinical Obstetrics & Gynaecology, 34, 85-103.

https://doi.org/10.1016/j.bpobgyn.2015.11.016

Laughlin-Tommaso, S., Hesley, G., Hopkins, M., Brandt, K., Zhu, Y., & Stewart, E.

(2017). Clinical limitations of the International Federation of Gynecology and

Obstetrics (FIGO) classification of uterine fibroids. International Journal Of

Gynecology & Obstetrics, 139(2), 143-148. https://doi.org/10.1002/ijgo.12266

Lubis, P. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri. Cermin Dunia

Kedokteran, 47(3), 196-200. Retrieved 29 November 2021

22
23

Puri, K., Famuyide, A., Erwin, P., Stewart, E., & Laughlin-Tommaso, S. (2014).

Submucosal fibroids and the relation to heavy menstrual bleeding and

anemia. American Journal Of Obstetrics And Gynecology, 210(1), 38.e1-38.e7.

https://doi.org/10.1016/j.ajog.2013.09.038

Stewart, E., Laughlin-Tommaso, S., Catherino, W., Lalitkumar, S., Gupta, D., &

Vollenhoven, B. (2016). Uterine fibroids. Nature Reviews Disease Primers, 2(1).

https://doi.org/10.1038/nrdp.2016.43

Wiknjosastro, G. (2014). Tumor Jinak Miometrium. In S. Prawirohardjo (Ed.), Ilmu

Kandungan Edisi Keempat ( edisi keempat, pp. 274–278). Jakarta: Bina Pustaka.

Wise, L., Radin, R., Kumanyika, S., Ruiz-Narváez, E., Palmer, J., & Rosenberg, L.

(2014). Prospective study of dietary fat and risk of uterine leiomyomata. The

American Journal Of Clinical Nutrition, 99(5), 1105-1116.

https://doi.org/10.3945/ajcn.113.073635

23

Anda mungkin juga menyukai