Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

“ BBLR”

DI SUSUN OLEH:

NAMA : FATRIK WAKANNO

NPM :1420115059

KELAS/SEMESTER: KEP PAGI / V1

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MALUKU HUSADA

KAIRATU

2018
A. Tinjauan Teoritis Cedera Kepala Sedang

1. Definisi

Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Muttaqin, 2008).

Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak
sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
(Smeltzer, 2010).

Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak, atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala (Suriadi dan Rita juliani, 2010).

Cedera Kepala sedang adalah suatu trauma yang menyebabkan Kehilangan


kesadaran dan amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam dapat
mengalami fraktur tengkorak dengan GCS 9-12.

2. Etiologi

a. Trauma tumpul
 Kecepatan tinggi : tabrakan motor dan mobil
 Kecepatan rendah : terjatuh atau dipukul
b. Trauma tembus
 luka tembus peluru dari cedera tembus lainnya (Mansjoer, 2010)
c. Jatuh dari ketinggian
d. Cedera akibat kekerasan
e. Cedera otak primer
adanya kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari trauma.
Dapat terjadi memar otak dan laserasi
f. cedera otak sekunder
kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia metabolisme, fisiologi
yang timbul setelah trauma.
3. Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi
kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan
fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar
metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan
koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala
permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi
penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan
asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 – 60 ml /
menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas
atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan
otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia,
fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler,
dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan
berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh
darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar
4. Patofisiologi
4. Tanda dan Gejala

a. Keadaan kulit kepala dan tulang tengkorak.


 Trauma kepala tertutup
 Trauma kepala terbuka
b. Trauma pada jaringan otak
 Konkosio : di tandai adanya kehilangan kesadaran sementara tanpa
adanya kerusakan jaringan otak, terjadi edema serebral.
 Kontosio  : di tandai oleh adanya perlukaan pada permukaan jaringan
otak yang menyebabkan perdarahan pada area yang terluka, perlukaan
pada permukaan jaringan otak ini dapat terjadi pada sisi yang terkena
( coup) atau pada permukaan sisi yang berlawanan (contra coup).

 Laserasi : ditandai oleh adanya perdarahan ke ruang subaraknoid,


ruang epidural atau subdural.Perdarahan yang berasal dari vena
menyebabkan lambatnya pembentukan hematome, karena rendahnya
tekanan. Laserasi arterial ditandai oleh pembentukan hematome yang
cepat karena tingginya tekanan.

c. Hematom epidural.
 Perdarahan anatara tulang tengkorak dan duramater.
 Lokasi tersering temporal dan frontal.
 Sumber : pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus.
 Katagori talk and die.
 Gejala : (manifestasi adanya  proses desak ruang).
 Penurunan  kesadaran ringan saat kejadian —– periode Lucid
(beberapa menit – beberapa jam) —- penurunan kesadaran hebat —
koma, deserebrasi, dekortisasi, pupil an isokor, nyeri kepala hebat,
reflek patologik positip.

d. Hematom subdural.
 Perdarahan antara duramater dan arachnoid.
 Biasanya pecah vena — akut, sub akut, kronis.
 Akut :
 Gejala 24 – 48 jam.
 Sering berhubungan dnegan cidera otak & medulla oblongata.
 PTIK meningkat.
 Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil
lambat.
 Sub Akut :
 Berkembang 7 – 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejal TIK
meningkat — kesadaran menurun.
 Kronis :
 Ringan , 2 minggu – 3 – 4 bulan
 Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas.
 Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfagia.

e. Hematom intrakranial.
 Perdarahan intraserebral  ± 25 cc atau lebih.
 Selalu diikuti oleh kontosio.
 Penyebab : Fraktur depresi, penetrasi peluru, gerakan akselerasi –
deselerasi mendadak.
 Herniasi merupakan ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema
lokal.
 Pengaruh Trauma Kepala :
 Sistem pernapasan
 Sistem kardiovaskuler.
 Sistem Metabolisme.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. CT-Scan (dengan/ tanpa kontras)


mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler,
pergeseran jaringan otak.
b. Aniografi Cerebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak
akibat edema, perdarahan, trauma
c. X-Ray
Mengidentifikasi atau mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur),
perubahan struktur garis (perdarahan/ edema)
d. AGD (Analisa Gas Darah)
Mendeteksi ventilasi atau masalah pernapsan (oksigenisasi) jika terjadi
peningkatan intracranial
e. Elektrolit
Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebgai akibat peningkatan
tekanan intracranial

6. Penatalaksanaan Medis
 Konservatif :
 Bedrest total
 Pemberian obat-obatan
 Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
 Obat-obatan :
 Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema
serebral, dosis sesuai dengan berat ringanya traumTerapi
hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurnagi
vasodilatasi.
 Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20
% atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
 Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau
untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol.
 Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah
tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5 %,
amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2
– 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
 Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderita
mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi
natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3 hari) tidak
terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrosa
8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya
bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube
(2500 – 3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai ure
nitrogen.
 Pembedahan.

7. Komplikasi
a. Cedera otak sekunder akibat hipoksia dan hipotensi
b. Edema Cerebral : Terutama besarnya massa jaringan di otak di dalam rongga
tulang tengkorak yang merupakan ruang tertutup.
c. Peningkatan tekanan intrakranial : terdapat perdarahan di selaput otak
d. Infeksi
e. Hidrosefalus
8. Prognosis

Tingkat kecelakaan di jalan raya di dunia berdasarkan laporan WHO


mencapai 1, 2 juta korban meninggal dan lebih dari 30 juta korban luka-luka/cacat
akibat kecelakaan lalu lintas per tahun (2.739 jiwa dan luka-luka 63.013 jiwa per
hari).
Cedera kepala bertanggung jawab atas separuh kematian karena cedera.
Ditemukan pada 75% korban tewas karena kecelakaan lalu-lintas, untuk setiap
kematian terdapat dua kasus dengan cacat tetap, biasanya sekunder terhadap
cedera kepala

B. Tinjauan Teoritis Asuhan keperawatan Cedera Kepala Sedang


1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
 Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
 Tanda : Perubahan kesalahan, letargi, hemisparase, quadriplegia, ataksia
cara berjalan tak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (trauma)
ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastik.
b. Sirkulasi
 Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (Hipertensi), perubahan
frekuensi jantung (bradikardia, takikardia, yang diselingi dengan
bradikardia, distritmia).
c. Integritas Ego
 Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis).
 Tanda : Cemas, mudah tersinggung, Delirium, Agitasi, bingung,
depresi dan impulsif.
d. Eliminasi
 Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan
fungsi.
e. Makanan/Cairan
 Gejala : Mual/muntah dan mengalami perubahan selera.
 Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air
liur keluar, dispagia), berkeringat, penurunan berat badan, penurunan
massa otot/lemak subkutan.
f. Neurosensori
 Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, Amnesia seputar kejadian,
Vertigo, Sinkope, tinnitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada
ekstrimitas, perubahan pola dalam penglihatan seperti ketajamannya,
diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, fotofobia, gangguan
pengecapan dan penciuman.
 Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental, perubahan pupil (respon terhadap cahaya simetris/deviasi pada
mata, ketidakmampuan mengikuti).
Kehilangan pengindraan seperti pengecapan, penciuman dan
pendengaran, wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang,
reflex tendon dalam tidak ada atau lemah, apraksia, quadriplegia,
kejang, sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan
sensasi sebagian tubuh.
g. Nyeri/kenyamanan
 Gejala : Sakit kepala intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya
lama.
 Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
yang hebat, gelisah tidak dapat beristirahat, merintih.
h. Pernafasan
 Tanda : Perubahan pola nafas (apnoe yang diselingi oleh
hiperventilasi), nafas berbunyi stridor, tersedak, ronkhi, mengi positif.
(kemungkinan adanya aspirasi).
i. Keamanan
 Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
 Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
 Kulit : laserasi, abrasi, perubahan warna, seperti “raccoon eye” tanda
battle disekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma), adanya
aliran (drainage) dari telinga/hudung (CSS), gangguan kognitif,
gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum
mengalami pralisis, demam dan gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
j. Interaksi Sosial
 Tanda : Afasia motorik atau sensorik, berbicara tanpa arti, bicara
berulang-ulang, disartria.
k. Penyuluhan/pembelajaran
 Gejala : Penggunaan alkohol atau obat lain.
 Rencana pemulangan : membutuhkan bantuan pada perawatan diri,
ambulasi, transportasi, menyiapkan makan, belanja, perawatan,
pengobatan, tugas-tugas rumah tangga, perubahan tata ruang, dan
pemanfaatan fasilitas lainnya di rumah sakit.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan cidera kepala
adalah sebagai berikut :
1. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik serebral) berhubungan dengan aliran
arteri dan atau vena terputus.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik.
3. Hipertermi berhubungan dengan trauma (cidera jaringan otak, kerusakan
batang otak)
4. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
5. Kerusakan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kemampuan
kognitif, afektif, dan motorik)
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kemampuan
kognitif, motorik, dan afektif.
7. Defisit perawatan diri: makan/ mandi, toileting berhubungan dengan
kelemahan fisik dan nyeri.
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif,
motorik, dan afektif.
9. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran.
10. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status
hipermetabolik.
11. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma/ laserasi kulit kepala
12. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah.
13. PK: peningkatan TIK berhubungan dengan proses desak ruang akibat
penumpukan cairan/ darah di dalam otak.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Edisi 8.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, L.J. 2010. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah Kolaborasi.
Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Marion Johnson, dkk. 2010. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. Mosby.

Mc. Closkey dan Buleccheck. 2010. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
Mosby.

NANDA. 2012. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: North American
Nursing Diagnosis Association.

Doenges M.E. (2010) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).
Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (2010) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

Anda mungkin juga menyukai