Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kontrasepsi merupakan usaha mencegah terjadinya kehamilan, sementara


konsepsi merupakan proses pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma yang menyebabkan kehamilan. (1) Terdapat beberapa jenis kontrasepsi, antara
lain kontrasepsi oral. Kontrasepsi oral atau dikenal dengan pil KB (Keluarga
Berencana) merupakan salah satu alat kontrasepsi yang mengandung hormon baik
dalam bentuk Progestin dengan Estrogen ataupun hanya dalam bentuk Progestin. Pil
ini dapat mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi dan mencegah
kekentalan lendir serviks agar tidak dapat dilalui oleh sperma. (2)
Penelitian yang dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) pada bulan Maret 2011 menyatakan bahwa, peserta KB
(Keluarga Berencana) secara nasional pada bulan Maret 2011 sebanyak 739.500
peserta, apabila dilihat pada jenis-jenis kontrasepsi maka persentasenya adalah
sebagai berikut: 373.154 peserta Suntikan (50,46%), 206.708 peserta Pil (27,94%),
50.781 peserta Implant (6,87%), 48.891 peserta IUD (6,61%), 47.824 peserta
Kondom (6,47%), 9.634 peserta MOW (1,30%), dan 2.508 peserta MOP (0,34%) (2)
Peserta KB di Aceh menurut data Dinas Kesehatan (DINKES) Provinsi Aceh
menyatakan bahwa, terdapat 74.982 pasangan dengan penggunaan kontrasepsi jenis
pil berjumlah 32.036 jiwa atau dengan presentase 40,05%. (3)
Dibandingkan dengan pilihan kontrasepsi lain, kontrasepsi pil atau pil KB
merupakan suatu pilihan yang memiliki banyak keuntungan seperti mudah dihentikan
setiap saat, mampu menyebabkan siklus haid menjadi teratur, mempunyai resiko yang
kecil terhadap kesehatan dan dapat digunakan setiap saat. Pil KB ini juga dapat
membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kista ovatrium dan lain-
lain. (4)

1
2

Pendidikan adalah sangat berperan penting dalam pemilihan alat kontrasepsi,


secara umum semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar
kemungkinannya untuk memilih kontrasepsi yang efektif. Hasil dari data Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) pada tahun 2012 menyatakan bahwa,
pengguna pil KB yang memiliki jenjang pendidikan tamat SMU memiliki persentase
99,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak sekolah dengan persentase
80,5%. (5)
Pengetahuan juga sangat berperan penting dalam penggunaan alat kontrasepsi.
Menurut Notoatmodjo (2005) semakin tinggi tingkat pengetahuannya maka semakin
baik kemampuan untuk menganasisi sesuatu. Penelitian yang dilakukan Anna dkk
pada tahun 2012 menyatakan bahwa, terdapat hubungan antara pengetahuan tentang
kontrasepsi dengan kepatuhan penggunaan pil KB (26)
Jumlah paritas juga merupakan salah satu faktor dalam metode kontrasepsi. (6).
Paritas dapat diartikan sebagai jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau
lebih dengan berat lebih dari 500 gram. Paritas terbagi dalam 3 kategori, Belum
pernah melahirkan (Nullipara), pernah melahirkan tetapi hanya satu kali (Primipara)
dan pernah melahirkan dua kali atau lebih (Multipara). (21) Penelitian yang dilakukan
oleh Linda pada tahun 2014 tentang hubungan paritas pada PUS (Pasangan Usia
Subur) dengan pemilihan metode kontrasepsi di puskesmas Ampenan menyatakan
bahwa, jumlah pengguna pil KB dengan paritas multipara lebih banyak dibandingkan
dengan paritas nullipara sehingga terdapat hubungan antara jumlah paritas dengan
pemilihan metode kontrasepsi. (6)
Berdasarkan uraian di atas dan belum banyak ditemukan penelitan terkait
pendidikan, pengetahuan, dan paritas dengan kontrasepsi pil di Banda Aceh, maka
peneliti tertarik melakukan penelitian “Hubungan Pendidikan, Pengetahuan, dan
Paritas dengan penggunaan kontrasepsi Pil”

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah terdapat hubungan pendidikan, pengetahuan, dan jumlah paritas


dengan penggunaan kontrasepsi pil?
3

1.2.2 Bagaimana prevelensi penggunaan pil KB di puskesmas?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.2 Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan penggunaan

kontrasepsi jenis pil.

1.3.3 Untuk mengertahui hubungan tingkat pengetahuan dengan Penggunaan


Kontrasepsi Jenis Pil.
1.3.4 Untuk mengetahui hubungan jumlah paritas dengan Penggunaan Kontrasepsi
Jenis Pil.
1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan di bidang Kebidanan dan Kesehatan
Masyarakat.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian bagi mahasiswa pada mata kuliah kesehatan masyarakat
dan kebidanan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
kontrasepsi jenis pil.
1.4.3. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Sebagai informasi mengenai keberhasilan pelayanan program Keluarga
Berencanan dalam memberi pelayanan bagi masyarakat.
1.4.4 Bagi ibu-ibu pengguna kontrasepsi
Dapat menambah pengetahuan ibu-ibu pengguna kontrasepsi terkait dengan
penggunaan kontrasepsi yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau melawan
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang
dengan sel sperma (sel pria) yang menyebabkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi
adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sperma
dan sel telur yang sudah matang. (7)

Menurut Winkjosostro, kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah


terjadinya kehamilan.(8) Usaha-usaha ini dapat bersifat sementara dan juga dapat
bersifat permanen, pada wanita dinamakan tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan
pada pria dinamakan vasektomi (sterilisasi pada pria). Kontrasepsi adalah obat/alat
untuk mencegah terjadinya konsepsi (kehamilan). (8)

2.1.1 Konsepsi dan Kontrasepsi

Menurut BKKBN, konsepsi merupakan proses penyatuan sel telur dengan sel
sperma hingga menyebabkan terjadinya pembuahan.(9) Sel telur dibentuk oleh
ovarium (alat reproduksi wanita yang terletak di kedua sisi dan dibelakang rahim) ,
sel sperma dibentuk oleh tubulus seminiferus (tabung berkelok-kelok didalam testis)
(10)
. Untuk mencegah terjadinya konsepsi maka perlu digunakan alat/cara yang
(11)
disebut kontrasepsi. Kontrasepsi, misalnya kontrasepsi pil bekerja dengan cara
mencegah terjadinya ovulasi (tidak dilepaskannya sel telur), mengentalkan mukus
serviks (leher rahim), dan mencegah pematangan endometrium (lapisan dalam rahim)
jika terjadi pembuahan. (11)

Kontrasepsi memiliki beberapa tujuan. Tujuan yang pertama adalah mencegah


morbiditas dan mortilitas maternal. Salah satu contohnya adalah penggunaan
kontrasepsi pada wanita usia muda yang memiliki resiko tinggi saat melahirkan. Hal
ini juga sama kegunaannya pada wanita usia tua yang menghadapi kehamilan tidak

5
5

diharapkan. Tujuan kedua dari penggunaan kontrasepsi adalah menurunkan aborsi


yang tidak aman dari kehamilan yang tidak diharapkan. Tujuan ketiga adalah
menurunkan angka kematian pada bayi baru lahir. Pelaksanaannya dengan
menjarangkan kehamilan. Menjarangkan terjadinya kehamilan sejalan dengan tujuan
yang ingin dicapai yaitu mencegah kematian bayi baru lahir. Tujuan keempat adalah
mencegah dan menurunkan angka kejadian HIV/AIDS. Penggunaan kontrasepsi
menurunkan kejadian HIV/AIDS dengan cara menurunkan angka kehamilan bagi
wanita penderita HIV/AIDS. Tujuan yang ke enam adalah memperlambat laju
pertumbuhan penduduk. Hal ini berguna baik bagi segi ekonomi, lingkungan, dan
terutama bagi Negara. 12

2.1.2 Proses Konsepsi

Konsepsi (pembuahan) adalah suatu proses penyatuan sperma dengan sel telur
di tuba fallopi. Hanya satu sperma yang telah mengalami proses kapasitasi yang dapat
melintas zona pelusida (lapisan terluar sel telur) dan masuk ke dalam sel telur.
Setelah itu, zona pelisuda mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh
sperma lain. Proses ini diikuti dengan penyatuan kedua pronuklei (dua inti sel) yang
disebut zigot, yang terdiri atas acuan genetik dari wanita dan pria. Dalam beberapa
jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot selama 3 hari sampai stadium
morula. Hasil konsepsi ini tetap digerakkan kearah rongga rahim. 27 Setelah konsepsi,
maka dilanjutkan dengan nidasi (hasil konsepsi masuk ke dalam endometrium,
bagian dalam rahim). (13)

2.1.3 Metode dan Jenis-jenis Kontrasepsi

Kontrasepsi telah dikenal luas untuk mengendalikan atau merencanakan


kehamilan. Metode kontrasepsi yang tersedia juga sangat bervariasi sehingga
memberikan banyak pilihan untuk menggunakan metode yang sesuai. Salah satu
pengelompokan metode kontrasepsi tersebut adalah sebagai berikut.
6

1. Metode Alamiah, yaitu metode kontrasepsi tanpa menggunakan alat atau


obat/hormon, seperti senggama terputus, membilas vagina setelah senggama,
menyusui dan metode kalender. Metode alami yang paling umum dilakukan
yaitu metode kalender, atau disebut juga pantang berkala. Metode kalender
merupakan metode untuk mencegah kehamilan dengan berdasarkan siklus
haid wanita, dimana pasangan suami istri tidak melakukan hubungan seksual
pada masa subur atau ovulasi wanita, yaitu hari ke 12 hingga 16 siklus haid.
Hari pertama siklus haid dihitung saat pertama kali keluar haid. Metode
kalender ini hanya dapat dilakukan jika siklus haid wanita berlangsung rutin
antara 26 hari hingga 32 hari satu kali siklusnya. Kelebihan metode ini adalah
tidak menimbulkan efek samping dan tidak mengeluarkan biaya, sedangkan
kekurangannya adalah jika siklus haid tidak rutin, maka kemungkinan
terjadinya kehamilan sangatlah besar. (11)

2. Metode mekanik, yaitu metode kontrasepsi yang menggunakan alat-alat


dengan berfungsi mencegah terjadinya kehamilan seperti : kondom,
spermisida vagina, diafragma, spons, kontrasepsi vagina dan IUD. Metode
mekanik yang umumnya digunakan adalah kondom dan IUD. Kelebihan
penggunaan kondom adalah dapat dipakai sendiri, dapat mencegah penularan
penyakit kelamin, tidak mempengaruhi kegiatan menyusui, dapat digunakan
sebagai pendukung metode lain, tidak menganggu kesehatan, tidak ada efek
samping sistemik, tersedia secara luas, dan tidak perlu resep atau penilaian
medis ; sedangkan kekurangannya adalah alergi akibat bahan latex (yang
merupakan bahan pembuat kondom yang umumnya dipakai). IUD atau juga
dikenal sebagai spiral merupakan alat kontrasepsi yang ditempatkan di dalam
rahim untuk mencegah bertemunya sel sperma dan sel telur.kelebihan IUD
antara lain penggunaannya jangka panjang, mengurangi kunjungan ke klinik,
dan lebih murah dalam jangka panjang. Kekurangannya antara lain dapat
menimbulkan efek samping berupa pendarahan dan keram pada minggu
pertama setelah pemasangan, keputihan, serta dapat terjadi expulsi
7

(pergeseran IUD dari posisi awal) sebagian atau seluruhnya pada saat
berhubungan. Disamping itu pemasangan IUD terkadang menimbulkan rasa
tidak nyaman. (11)

3. Metode hormonal, yaitu metode kontrasepsi menggunakan hormone yang


dimasukkan ke tubuh melalui cincin vagina (vaginal ring), transdermal patch,
oral, suntikan maupun implan/susuk. Kontrasepsi hormonal bekerja mencegah
terjadinya pembuahan dengan mengatur hormone reproduksi dalam tubuh.
Kontrasepsi oral, merupakan salah satu metode kontrasepsi yang disukai
masyarakat karena keunggulan dalam hal efektivitas, manfaat, dan
kemudahan penggunaan. (11)

2.1.4 Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi pil atau disebut juga pil oral merupakan salah satu jenis dari
kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi ini, merupakan kontrasepsi yang terdiri dari
kombinasi estrogen dengan progesteron. Di Amerika Serikat, kontrasepsi pil
merupakan kontrasepsi yang paling umum digunakan karena dinilai cukup efektif. (14)
Pemilihan kontrasepsi Pil perlu mendapatkan konseling mengenai pemakaiannya
yang benar, meliputi jenis, cara kerja. manfaat, indikasi, kontraindikasi, waktu serta
(12)
cara penggunaan.
1. Jenis
A. Monofasik: Pil tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif. (4)
B. Bifasik: Pil tersedia dalam kemasan 21 Tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) yang mempunyai dua dosis yang berbeda, dengan
7 tablet tanpa hormon aktif. (4)
C. Trifasik: Pil tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) yang mempunyai tiga dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. (4)
2. Cara Kerja
8

Kontrasepsi pil bekerja dengan cara menekan proses ovulasi (pembuahan),


mencegah terjadinya nidasi, lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui sperma,
menghambat transportasi gamet oleh tuba fallopi . (4)

3. Kelebihan
Kelebihan penggunaan kontrasepsi pil adalah efektifitasnya yang tinggi,
seperti penggunaan tubektomi. Khususnya bila digunakan setiap hari. Selain itu,
penggunaan kontrasepsi pil mempunyai resiko yang kecil terhadap kesehatan.
hubungan seksual tidak terganggu, mampu menyebabkan siklus haid menjadi teratur,
dan mencegah anemia saat haid serta tidak menyebabkan nyeri haid, penggunaan bisa
dalam jangka waktu yang panjang selama masih ingin menggunakan untuk
mencegah kehamilan, dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause, mudah
dihentikan setiap saat, kesuburan segera kembali saat pil dihentikan, dan dapat
digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

4. Indikasi

Penggunaan kontrasepsi pil juga harus disesuaikan dengan kondisi tertentu.


Seseorang dengan usia reproduksi yang telah memiliki anak ataupun yang belum
memiliki anak, gemuk atau kurus, menginginkan metode kontrasepsi dengan
efektifitas tinggi, setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI ekslusif,
pasca keguguran, anemia karena haid berlebihan, nyeri haid hebat, siklus haid tidak
teratur, riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara jinak, Diabetes Melitus tanpa
komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf., penyakit tiroid, penyakit
radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium jinak, menderita tuberkulosis
(kecuali yang sedang menggunakan rifampisin), varises vena. (4)

5. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penggunaan pil adalah mahal dan membosankan karena


digunakan setiap hari. mual, terutama pada 3 bulan pertama, pendarahan bercak atau
pendarahan sela, terutama pada 3 bulan pertama, pusing, nyeri payudara, adanya
kenaikan berat badan, amenorea, jarang pada pil kombinasi, pemberian pada
9

perempuan menyusui dapat mengurangi asi, dapat menyebabkan depresi, perubahan


suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang (pada
sebagian kecil perempuan), risiko terjadi stroke, tidak mencegah terjadi infeksi
menular seksual dan HIV/AIDS. (4)

6. Kontraindikasi

Dalam kondisi tertentu, kontrasepsi pil tidak boleh digunakan, yaitu pada
wanita hamil atau dicurigai hamil, menyusui ekslusif, pendarahan pervaginam yang
belum diketahui penyebabnya, penyakit hati akut (Hepatitis), perokok dengan usia
>35 tahun, adanya riwayat penyakit jantung,stroke, atau tekanan darah >180/110
mmHg, adanya riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau diabetes melitus >20
tahun, kanker payudara atau dicurigai kanker payudara, migrain dan gejala
neurologik fokal (epilepsi), serta tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap
hari. (15)

7. Waktu mulai menggunakan Pil Kombinasi

Penggunaan pil kombinasi boleh dilakukan setiap hari pada saat datangnya
haid, untuk menyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil, hari pertama sampai
hari ke 7 siklus haid, boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu menggunakan
metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke 8 sampai hari ke 14 atau tidak
melakukan hubungan seksual sampai dihabiskan paket pil tersebut. Sedangkan,
setelah melahirkan, penggunaan pil harus setelah 6 bulan pemberian asi ekslusif dan
setelah 3 bulan serta tidak menyusui.

2.2 Pendidikan

Menurut Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) No.

2 tahun 1989, pendidikan adalah “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan , pengajaran, dan latihan bagi perannya di masa yang

akan datang. (16)


10

Sedangkan, kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan pendidikan

sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ; proses, cara,

dan pembuatan pendidik (16)

Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan

setiap warga negara menjadi suatu bangsa. Melalui pendidikan, setiap peserta didik

difasilitasi, dibimbing, dan dibina untuk menjadi warga negara yang menyadari dan

merealisasikan hak dan kewajibannya. Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai

warga negara ini apabila dimiliki secara kolektif akan mempersatukan mereka

menjadi suatu bangsa. (17)

Jenjang pendidikan formal di Indonesia berdasarkan Peraturan pemerintah RI

NO 66 tahun 2010 terbagi menjadi pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi (18)

Pendidikan bertujuan untuk menciptakan seseorang yang berkualitas dan

berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu

cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam

berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu biasanya akan memotivasi seseorang

untuk menjadi lebih baik dalam segala aspek kehidupan di masa mendatang. Jadi,

pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan

keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat bergantung

pada kualitas pendidikan. (16)


11

Ini berarti, melalui pendidikan seharusnya terjadi proses belajar (dalam arti
luas) untuk memperoleh pengetahuan dan kecakapan yang diperlukan dan dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan. (17)

Segala usaha penurunan tingkat kelahiran hanya dapat didukung oleh orang-

orang yang berpikiran maju serta berorientasi pada kondisi sekarang dan kondisi yang

akan datang. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal

yang menunjang kesehatan dan kualitas hidup. Seperti tingkat pendidikan masyarakat

sebagai landasan utama dalam memahami konsep kontrasepsi dan memilih

kontrasepsi yang tepat. (25)

2.3 Pengetahuan

Pengetahuan berasal dari kata tahu yang berarti mengerti sesudah melihat,
menyaksikan, mengalami atau diajarkan. Sedangkan kata pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui karena mempelajari ilmu dan yang diketahui karena
mengalami, melihat dan mendengar.(14) Menurut versi lain, pengetahuan adalah
keseluruhan pemikiran gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia
tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan
mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu,
juga mencakup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai
persoalan hidup yang belum dibuktikan secara sistematis.(19)
Menurut Notoadmojo, pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, pengetahuan yang
dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu (20) :
1. Mengetahui (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.


Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
12

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkatan pendidikan yang
paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan mampu menjelaskan secara benar mengenai objek yang


diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah


dipelajari pola situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini diartikan sebagai
aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke


dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau


menghubungkan bagian-bagian suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau


penelitian terhadap suatu materi atau objek.
13

2.4 Paritas
Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau lebih
dengan berat lebih dari 500 gram. Usia kehamilan lebih dari 24 minggu dapat
digunakan untuk menghitung berat badan bayi jika tidak diketahui beratnya.
(21)
Berdasarkan definisi diatas maka paritas dapat mempengaruhi kehamilan. Paritas
rendah dengan jumlah kelahiran 1-2 dan paritas tinggi (≥3) akan memiliki angka
kematian maternal yang tinggi. (22) Makin tinggi paritas ibu maka akan semakin
kurang baik lapisan dari endometriumnya. Beberapa istilah yag termasuk kedalam
jumlah paritas adalah (13),(22),(23):
1. Nulli para
Nulipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi atau anak dengan
berat lebih dari 500 gram atau dengan usia kehamilan lebih 24 minggu. (13)
2. Primipara
Adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali atau pernah
melahirkan satu janin. Primipara terbagi 2 yaitu primipara muda dan primipara tua.
Primipara muda yaitu umur kurang dari 16 tahun, primipara tua umur yaitu diatas 35
tahun, sedangkan primipara sekunder yaitu dengan umur anak terkecil diatas 5 tahun.
(22)

3. Multipara
Adalah seorang wanita yang pernah melahirkan dua kali atau lebih. Hal yang
dapat menentukan paritas yaitu jumah kehamilan yang mencapai viabilitas, bukan
ditentukan oleh jumlah janin yang pernah dilahirkan. (23)

Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas


viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya. Paritas satu beresiko
Karena belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental. Paritas
diatas empat, ibu secara fisik sudah mengalami kemunduran untuk menjalani
kehamilan yang tidak mudah. Semua ini tergantung dari persepsi individu terhadap
penerimaan akan anak. (24)
14

2.4 Hubungan Pendidikan, Pengetahuan, dan Paritas dengan Penggunaan

Kontrasepsi Pil

2.4.1 Hubungan pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi pil

Hasil dari data Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) pada tahun
2012 menyatakan bahwa pengguna pil KB yang memiliki jenjang pendidikan tamat
SMU memiliki persentase 99,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
sekolah dengan persentase 80,5%, sehingga terdapat hubungan antara pendidikan
dengan pemilihan metode kontrasepsi dan hasilnya pengguna pil KB lebih
didominasi oleh responden dengan pendidikan tamat SMU.(5)

Penelitian yang dilakukan oleh Yustiani dkk pada desember 2013 menyatakan
bahwa responden KB implan, Suntik, Pil, dan Kondom, yang menggunakan Pil
berjumlah 9 responden dari total 30 responden dengan pendidikan terakhir SD, 10
responden dari total 38 responden dengan pendidikan terakhir SMP, 20 responden
dari 59 responden dengan pendidikan terakhir SMA, 12 dari 35 dengan pendidikan
terakhir sarjana.(25) Kesimpulan yang didapatkan adalah pengguna Pil mendapat
urutan kedua setelah pengguna KB Suntik sehingga tingkat pendidikan
mempengaruhi pemilihan kontrasepsi pil. (25)

2.4.2 Hubungan pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi pil


Penelitian yang dilakukan Anna dkk pada tahun 2012 menyatakan bahwa,
pengetahuan akseptor tentang kontrasepsi Pil sebagian baik yaitu 60% dari total
responden, sehingga terdapat hubungan antara pengetahuan tentang kontrasepsi
dengan kepatuhan penggunaan pil KB. (26)

2.4.3 Hubungan jumlah paritas dengan penggunaan kontrasepsi pil


Penelitian yang dilakukan oleh Linda pada tahun 2014 tentang hubungan
paritas pada pus dengan pemilihan metode kontrasepsi di puskesmas Ampenan
menyatakan bahwa, jumlah pengguna Pil KB adalah 45,9%, dengan jumlah pada
paritas primara sebanyak 47% dan jumlah pada paritas multipara sebanyak 53%,
15

sehingga terdapat hubungan antara jumlah paritas dengan pemilihan metode


kontrasepsi dan hasilnya pengguna pil KB lebih didominasi oleh responden dengan
paritas multipara. (5)
16

2.4 Kerangka Teori

Kontasepsi

Metode Alamiah

Metode Mekanik

Metode Hormonal Pil

Pendidikan

Pengetahuan

Paritas

Yang Diteliti:

Yang Tidak Diteliti:


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian


Desain penelitian ini adalah desain penelitian analitik cross sectional.
3.1.2 Rancangan Penelitian
Rancangan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

3.2 Tempat dan Waktu

3.2.1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Batoh Kota Banda Aceh.

3.2.2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan selama bulan desember 2015

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua pengguna kontrasepsi pil.

3.3.2 Sampel
1. Besar sampel
Dalam penelitian ini adalah semua PUS pengguna Pil KB yang berobat di Poli
KIA Puskesmas
2. Kriteria sampel
Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Wanita Usia Subur
b. Pasien yang berkunjung ke Poli KIA di Puskesmas untuk mendapatkan pil
c. Pasien yang bersedia mengisi quesioner.

16
18

Kriteria Eksklusi pada penelitian ini adalah :


a. Pasien yang menggunakan kontrasepsi bukan Pil.

3. Teknik pengambilan sampel


Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental Sampling
artinya dilakukan dengan pengambilan kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia di suatu tempat yang sesuai dengan konteks penelitian.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pendidikan

Pengetahuan Penggunaan
kontrasepsi pil

Jumlah Paritas

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.4.2 Defenisi Operasional


1. Penggunaan kontrasepsi pil adalah seluruh PUS yang menggunakan Kontrasepsi
Pil baik pil mini maupun pil kombinasi. Alat ukur yang digunakan adalah kuosioner.
19

Cara ukur adalah wawancara. Hasil ukur adalah adalah pengguna pil mini atau
kombinasi. Skala ukur menggunakan skala nominal.
2. Pendidikan adalah pendidikan terakhir yang ditempuh oleh pengguna kontrasepsi.
Alat ukur yang digunakan adalah kuosioner yang diukur dengan wawancara. Hasil
ukurnya adalah tinggi (bila pendidikan terakhir adalah sarjana) dan rendah (bila
pendidikan terakhir bukan sarjana). Skala ukur dengan menggunakan skala nominal.

3. Pengetahuan adalah pemahaman pengguna kontrasepsi, alat ukur yang digunakan


adalah kuosioner. Cara ukur melalui wawancara. Hasil ukurnya adalah tinggi dan
rendah. Skala ukur dengan menggunakan skala nominal.

4. Jumlah paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau lebih
dengan berat lebih dari 500 gram, alat ukur yang digunakan adalah kuosioner yang
diukur dengan wawancara. Hasil ukurnya adalah tinggi (bila jumlah >2) dan rendah
(bila jumlah ≤2). Skala ukur dengan menggunakan skala nominal.

3.5 Alat/ Instrumen dan Bahan Penelitian


Menggunakan alat ukur berupa kuosioner dan melakukan wawancara pada pengguna
pil di Puskesmas

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan pendataan hasil data dari wawancara dengan
pengguna kontrasepsi Pil. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara: memeriksa
data (editing), memberi kode (coding) dan menyusun data (tabulating).
20

3.7 Prosedur Penelitian

Data Wawancara pengguna Pil di


Puskesmas

Telah dinyatakan menggunakan kontrasepsi Pil.

Memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

eksklusi

Melakukan penilaian wawancara dengan


PUS pengguna Pil KB

Rekapitulasidanpengolahan data

Diagram 3.1 Alur Penelitian

3.8 Analisis Data Penelitian


Analisis data yang dilakukan diperlakukan dalam penelitian ini adalah analisis
univariat dan dilanjutkan dengan analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dipergunakan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi dan proporsi hasil pendidikan, pengetahuan, paritas dan penggunaan
pil.
f1
Rumus: p = ×100 %
n

Keterangan :
P = persentase
21

f1= Frekuensi sampel


n= jumlah sampel

2. Analisis Bivariat
Analisis data bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara pendidikan, pengetahuan, paritas dan penggunaan kontrasepsi pil di
Puskesmas. Analisis data ini dilakukan dengan uji Chi-Square dengan kriteria
hubungan ditetapkan berdasarkan nilai p value (probabilitas) yang dihasilkan pada
Confidence Interval (CI) 95% dan α 0,05 dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika p value >0,05 maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel
2. Jika p value ≤0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan

Uji analisa yang dilakukan adalah uji Chi-Square. Jika uji Chi-Square tidak
memenuhi syarat, maka akan digunakan uji alternatif lainnya yaitu uji Fisher’s Exact
Test.
22

DAFTAR PUSTAKA

1. Handayani, S. Buku Ajar Pelayanan (KB ) Keluarga Berencana. Yogyakarta :


Pustaka Rihama ; 2010
2. Kalynamitra. Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan: Mengenal Alat-
Alat Kontrasepsi. Jakarta Selatan : 2012
3. Dinkes, 2012. Profil kesehatan provinsi NAD. Banda Aceh. 2011
4. Kementrian Kesehatan. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca
Persalinan di Fasilitas Kesehatan. BKKBN. Aceh : 2012
5. Kementerian Kesehatan. Rencana Aksis Nasional Pelayanan Keluarga
Berencana 2014-2015. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak. 2013
6. Meliati L. Hubungan Paritas pada PUS Dengan Pemilihan Metode
Kontrasepsi di Puskesmas Ampenan. Jurnal Media Bina Ilmiah. 6 Oktober
2014; Vol. 8
7. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Informasi dasar program Keluarga Berencana. Jakarta. BKKBN. 2003
8. Wiknjosastro, H. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008
9. BKKBN. Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana. Direktorat
Teknologi Informasi dan Dokumentasi Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional. 2011
10. Guyton, Arthur. Textbook of Medical Physiology. Elsevier Inc ; Mississippi ;
2006.
11. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Kontrasepsi Oral :
Mengenal Manfaat dan Resikonya. Jurnal InfoPOM ; Februari 2012
12. World Health Organization. Contraception. 2014
13. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Edisi 2. Jakarta : EGC ; 1998.
23

14. Foster, Diana. Number of Oral Contraceptive Pill Package s Dispensed and
Subsequent Unintended Pergnancies. Journal American College of
Obstetricians dan Gynecologist ; Vol. 11 ; 2011
15. Aryanti, Hery. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan
Kontrasepsi pada Wanita Kawin Usia Dini di Kecamatan Aikmel Kabupaten
Lombo Timur {Tesis}. Denpasar : Universitas Udayana : 2014
16. Shabri, M. Analisis Tingkat Pendidikan dan Kemiskinan di Aceh. Jurnal
Pencerahan ; Majelis Pendidikan Daerah Aceh ; Vol. 8 ; 2014
17. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Kontrasepsi. Avalaible from : http.//www.bkkbn.go.id
18. Dwi Astuti, Fardhiasih. Dkk. Hubungan tingkat pendidikan ibu dan tingkat
pendapatan keluarga dengan status gizi anak prasekolah dan sekolah dasar di
kecamatan godean. Fakultas Kesehatan Mayrakat, Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakart ; Jurnal Kes Mas ; Vol. 7 ; maret
19. Kuncoro. Peranan Pengetahuan dalam Meningkatkan kesehatan masyarakat
Obor. Yogjakarta : 2002.
20. Notoadjmojo, S. Promosi kesehatan dan ilmu prilaku. Jakarta : Rineka Cipta ;
2007
21. Ralph. Buku Obstetri dan Ginekologi. 9 ed. Jakarta : EGC ; 2008.
22. Anand, Ela. Et all. Textbook Of Obstetrics. New Delhi : B.I. Publication
PVT. LTD ; 2006
23. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
24. Handayani, Ita. Dkk. Karakteristik Ibu dengan Paritas lebih dari 3 di Wilayah
Kerja Puskesmas Gambirsari Surakarta. Jurnal GASTER ; Vol 10 ; 2013.
25. Yustiani, DKK. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga dengan
Persepsi Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Tondo Kecamatan
Mantikulore Kota Palu. Jurnal e-Jipbiol. Desember 2013 ; Vol 2. Diakses 18
Novermber 2015.
24

26. Prasetyawati A, Suryandari EA, Retnowati M. Hubungan Pengetahuan


Akseptor tentang Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi dengan Kepatuhan dalam
mengkonsumsi Pil KB di wilayah Desa Margasana Kecamatan Jatilawang
tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Desember 2012; Vol. 3

Anda mungkin juga menyukai