Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN TUTORIAL

MODUL SISTEM NEUROPSIKIATRI

SAKIT KEPALA

KELOMPOK 3

KETUA :
SEKRETARIS :
ANGGOTA :

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAH KHAIRUN TERNATE
2019
KASUS

SKENARIO :
Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sakit kepala
berdenyut sejak 1 minggu yang lalu hilang timbul. Keluhan juga disertai dengan mual, muntah.
Demam (-), riwayat trauma (-)2
1.KLARIFIKASI KATA SULIT

2.TENTUKAN KATA KUNCI


 PEREMPUAN 35 TAHUN

 KELUHAN SAKIT KEPALA BERDENYUT

 1 MINGGU YANG LALU HILANG TIMBUL

 DISERTAI MUAL DAN MUNTAH

 DEMAM (-), RIWAYAT (-)


TENTUKAN PROBLEM KUNCI DENGAN MEMBUAT PERTANYAAN-
PERTANYAAN PENTING.
1. JELASKAN ANATOMI DAN FISIOLOGI YANG BERHUBUNGAN DENGAN

SKENARIO?

2. JELASKAN DEFINISI SERTA PATOFISIOLOGI DARI SAKIT KEPALA?

3. BAGAIMANA EPIDEMIOLOGI , KLASIFIKASI SERTA ETIOLOGI DARI

KELUHAN UTAMA ?

4. JELASKAN PATOMEKANISME DARI GEJALA PENYERTA ?

5. JELASKAN LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSA DARI SAKIT KEPALA?

6. JELASKAN DIFERENTIAL DIAGNOSA DARI SKENARIO?


1. JELASKAN ANATOMI DAN FISIOLOGI YANG BERHUBUNGAN DENGAN

SKENARIO?
2. JELASKAN DEFINISI SERTA PATOFISIOLOGI DARI SAKIT KEPALA?
- Definisi dari sakit kepala
Sakit kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala
dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah belakang kepala ( daerah oksipital dan
sebahagian daerah tengkuk)

- Patofisiologi dari Sakit Kepala


Mekanisme nyeri kepala pada neoplasma intrakranial adalah :

1. Traksi atau pergeseran struktur bangunan peka nyeri karena suatu desakan, misalnya
massa neoplasma dan odema perifokal.
2. Inflamasi pada dan di sekitar bangunan peka nyeri. Terjadi pelepasan substansi dari
neuron di sekitar daerah injury. Makrofag melepaskan sitokin (interleukin-1, IL-6,
TNF-g, NGF). Neuron yang rusak melepaskan ATP dan proton. Sel mast melepaskan
histamin, prostaglandin, serotonin, ekspresi enzim cyclooxigenase yang merangsang
prostaglandin. Terjadi pelepasan reseptor vanilloid-1, neurokinin A, substansi P,
calcitonin gene related peptide (CGRP). Semua substansi ini akan merangsang
nosiseptor sehingga terjadi proses sensitisasi sentral, lalu timbullah persepsi nyeri
kepala.

3. Oedema serebri dan obstruksi aliran cairan serebrospinal (CSS) yang menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial (TIK).

4. Pergeseran garis tengah serebral.5,10,12,13,18 Nyeri kepala ditentukan oleh topis


dan volume neoplasma intrakranial. Neoplasma yang pertumbuhannya lambat, gejala
klinis, antara lain nyeri kepala, akan muncul perlahan-lahan, apalagi bila topis
neoplasma di daerah otak yang idak terlalu vital atau tidak memberikan gangguan
organ yang nyata, misalnya pada lobus frontalis, sehingga kebanyakan ditemukan
sudah dalam volume cukup besar.

3. BAGAIMANA EPIDEMIOLOGI , KLASIFIKASI SERTA ETIOLOGI DARI

KELUHAN UTAMA ?

- EPIDEMIOLOGI

Nyeri kepala merupakan masalah umum yang sering dijumpai dalam praktek sehari-

hari. Penelitian yang dilakukan di Surabaya (2004) menunjukkan bahwa di antara 6488

pasien baru, 1227 (18,9%) datang karena keluhan nyeri kepala; 180 di antaranya

didiagnosis sebagai migren. Sedangkan di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta(2006)

didapatkan 273 (17,4%) pasien baru dengan nyeri kepala di antara 1298 pasien baru

yang berkunjung selama Januari sd. Mei 1986. Di Amerika Serikat, dalam satu tahun

lebih dari 70% pen- duduknya (pernah) mengalami nyeri kepala. Nyeri kepala tipe

tegang (NKT) atau tension tipe headache (TTH) merupakan jenis nyeri kepala primer

terbanyak dengan life time prevalence pada populasi bervariasi dengan range 30-78%.
Berdasarkan laporan population base study dari Schwartz dkk yang dilakukan terhadap

13,345 populasi di Baltimore USA tahun 1998 didapati angka prevalesi TTH yang

episodic menurut criteria IHS adalah 38,3%, lebih banyak pada wanita (46,9%)

disbandingkan dengan pria (42,3%), dengan kategori umur terbanyak antara 30-39.

Sedangkan prevalensi TTH yang khronik adalah 2,2%. Untuk nyeri kepala migren

diperkirakan 9% laki-laki, 16% wanita, dan 3-4% anakanak menderita migren. Dua

perseratus dari kunjungan baru di unit rawat jalan penyakit saraf menderita nyeri kepala

migren. Migren dapat mengenai mulai dari anak-anak sampai dewasa, akan tetapi

jarang setelah umur 40 tahun. Nyeri kepala klaster merupakan nyeri kepala lebih sering

ditemukan pada laki-laki dari pada wanita dengan perbandingan 5:1, biasanya timbul

pada umur 20-40 tahun dan akan berkurang pada umur 60-65 tahun. Insidens arteritis

temporalis 2,9/100.000 penduduk, tetapi pada kelompok umur tertentu adalah

33/100.000 pada umur 69-70 tahun dan 843/100.000 pada umur 80 tahun lebih.

Arteritis temporalis hampir selalu terjadi pada penderita umur lebih dari 50 tahun, 15

yang membantu membedakannya dari migren, lebih sering terjadi pada wanita dari

pada pria

- KLASIFIKASI DARI NYERI KEPALA

Klasifikasi Nyeri Kepala Edisi ke 2 dari International Headache Society (IHS), tahun
2004, diringkas sbb :

I. Nyeri Kepala Primer

1. Migren

2. Tension Type Headache

3. Nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal-otonomik yang lain

4. Nyeri kepala primer lainnya

II. Nyeri Kepala Sekunder

1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher

2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau servikal

3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler intracranial

4. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya

5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi

6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan homeostasis

7. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler yang berkaitan dengan kelainan cranium,er,

mata, telinga,hidung,sinus,gigi, mulut, atau struktur fasial atau cranial lainnya

8. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatri

III. Neuralgia Kranial, Sentral atau Nyeri Fasial Primer dan Nyeri Kepala lainnya

1. Neuralgia cranial dan penyebab sentral nyeri fasial


2. Nyeri kepala, neuralgia cranial, sentral atau nyeri fasial primer

KLASIFIKASI ETIOLOGI KARAKTERISTIK


(NYERI KEPALA PRIMER)
Tension Headheache Idiopatik Nyeri kepala tegang
otot,berlangsung 30 menit, nyeri
awalnya dirasakan pada leher
bag.belakang selanjutnya
menjalar ke bagian depan, dapat
menjalar ke bahu, nyeri kepala
seperti diikat, tidak disertai
mual[4]
Cluster Headheache Alkohol, kerja Unilateral,rekuren, tidak berdenyut,
sakit terus menerus, menjalar ke
rahang atas, gang.saraf autonom,
umumnya pria, dewasa muda, durasi
30-90 menit[5]
Migraine dengan Aura Idiopatik Nyeri seperti ditusuk-tusuk,
unilateral, tidak disertai gejala
prodromal[6]
Migrain tanpa Aura Idiopatik Bersifat kronis,berlangsung 4-27 jam,
unilateral, berdenyut, disertai mual,
Fotofobia atau fonofobia, diperberat
dengan aktivitas[2]

KLASIFIKASI (NYERI ETIOLOGI KARAKTERISTIK


KEPALA SEKUNDER)

Trauma Kontusio cerebri, nyeri kepala hebat,


epidural hematoma, kesadaran menurun,
subdural hematoma, peningkatan TIK, muntah
interserebral hematom proyektil[7]
Gangguan vaskuler DM,Hipertensi, usia, Nyeri kepala hebat,mulut
merokok mencong,hemipalgia[8]
Infeksi Meningitis bakterialis, nyeri kepala, demam,
haemophilus kejang, muntah, kaku
influenzhae,N.meningitis, kuduk[8]
streptokokkus
Tumor Tumor meningeal, tumor Sakit kepala terutama
neuroepithelial, tumor saat bangun tidur,
ologodenfroglia bersifat progresif, tidak
mampu dengan analgesik
biasa, muntah proyektil,
gang.visus,kejang[9]
Obat-obatan Pil KB, obat penghilang Nyeri kepala bersifat
rasa sakit, obat sepintas maupun
adrenergic, obat bius berulsng.[10]

4. JELASKAN PATOMEKANISME DARI GEJALA PENYERTA ?

Pada saat terjadi peningkatan tekanan intrakranial karena adanya edema akibat cedera

kepala, selanjutnya akan merangsang reseptor TIK. Ketika reseptor TIK terangsang akan

mengakibatkan pusat muntah di dorsolateral formation reticularis terangsang. Selanjutnya

formation reticularis akan menyalurkan rangsang motorik melalui nervus vagus.

Selanjutnya nervus vagus akan menyebabkan kontraksi duodenum dan antrum lambung

dan terjadi peningkatan tekanan intraabdomen, selain itu nervus vagus juga membuat

spincter esophagus terbuka dan terjadilah muntah

5. BAGAIMANA LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSA DARI SAKIT KEPALA?

Anamnesis
 Lamanya menderita sakit kepala. Bersifat akut, subakut dan kronik
 Frekuensi nyeri kepala
 Durasi nyeri kepala
 Lokasinya (bilateral atau unilateral)
 Sifat nyeri. Apakah berdenyut, konstan atau seperti tertusuk-tusuk
 Intensitas nyeri kepala mulai dari ringan, sedang sampai berat
 Waktu timbulnya nyeri kepala
 Apa saja faktor yang memperberat dan yang meringankan nyeri kepala
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
Pemeriksaan fisis:
1. Pemeriksaan tanda vital
Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
2. a.Inspeksi
Dengan menggunakan metode visual analog scale, pasien dapat dilihat apakah menderita
sakit yang ringan, sedang, dan berat.

b. Palpasi
Dengan melakukan palpasi ,dapat diketahui sifat sakit kepala apakah berdenyut atau
tidak. Misalnya pada Migren berciri kan sakit kepala berdenyut dan Tension Headache
tidak berdenyut.
c. Perkusi
Tidak diperlukan.
d. Auskultasi
Tidak diperlukan.
Pemeriksaaan rangsang menings
1. Kaku kuduk
Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring.Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai
dada.Selama ini diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan
tahanan dan dagu tidak mencapai dada.Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat.
Pada kaku kuduk yang berat ,kepala tidak dapat ditekuk, malah sering kepala terkedik
ke belakang. Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk dinilai dari tahanan yang dialami
waktu penekanan.
2. Tanda kernig
Pada pemeriksaan ini, penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada
persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat.Setelah itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendiaan lutut.Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini
sampaisudut 135 derajat, antara tungkai bawah dan tungkai atas . Bila terdapat tahanan
dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan bahwa tanda kernig positif.
3. Tanda Brudzinski I
Untuk memeriksa tanda ini dilakukan hal berikut: dengan tangan yang ditempatkan di
bawah kepala pasien yang sedang berbaring, kita tekukan kepala sejauh mungkin
sampai dagu mencapai dada. Bila tanda brudzinski positif ,maka tindakan ini
mengakibatkan fleksi kedua tungkai.
4. Tanda brudzinski II
Pada pasien yang sedang berbaring, satu tungkai diflesikan pada persendiaan panggul,
sedang tungkai yang satu lagi berada dalam keadaaan ekstensi (lurus). Bila tungkai
yang satu ini ikut pula terfleksi , maka tanda brudzinski positif.
Pemeiksaan penunjang
Laboratorium
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan hematologi, biokimia, dan imunologi dapat membantu menjawab
pertanyaan klinis spesifik, akan tetapi tidak untuk screaning semua pasien. Beberapa
pemeriksaan penunjang sebaiknya diperiksa walaupun kecurigaan rendah, misalnya
laju endap darah( LED ), fungsi tiroid, dan glukosa darah, karena banyak abnormalitas
yang penting dan sering terjadi. Dalam hal lain, pemeriksaan darah tertentu dapat
memastikan diagnosis spesifik, misalnya adanya antibody yang sesuai dengan penyakit
autoimun.
2. Cairan cerebrospinal
Tekanan dan kandungan cairan serebrospinal normal di rangkum dalam tabel berikut :
Tekanan 80 – 180 mm CSS
Leukosit < 5 / microliter
Protein 0,1 – 0,4 g/L
Glukosa ≥50% nilai serum ( biasanya 2,8 – 4,7
mM )

Teknik pungsi lumbal


Pasien berbaring pada sisi kiri dengan tulang belakang fleksi maksimal dan punggung
tegak lurus terhadap tempat tidur. Suatu garis vertical yang melewati krista iliaca,
menunjukkan rongga L3/4 ( paling sering digunakan ). Setelah membersihkan serta
melakukan anastesi kulit dan jaringan subkutan dengan obat anastesi local, masukan jarum
pungsi dengan sudut sedikit mengarah ke kepala pasien. Rongga subarachnoid dikenali
dari sedikit tahanan jaringan saat jarum di masukkan. Kemudian tarik stilet dalam jarum,
sehingga tekanan cairan serebrospinal dapat diukur dengan manometer, dan sampel dapat
di ambil ( biasanya dalam tiga botol dan satu tabung fluoride untuk pengukuran glukosa ).
Indikasi pungsi lumbal
1. Diagnostik
a. Meningitis
b. Perdarahan subarachnoid
c. Sclerosis multiple
d. Penyakit keganasan
e. Gangguan inflamasi
f. Hipertensi intracranial jinak
g. Mielografi
2. Terapeutik
a. Kemoterapi intra tekal untuk penyakit keganasan
b. Mengurangi cairan serebrospinal pada hipertensi intracranial jinak dan setelah
pembedahan saraf
c. Anastesi spinal
Kontra indikasi
Kecurigaan atau adanya massa intracranial – risiko herniasi
Sepsis lumbal local
Gangguan perdarahan
Deformitas spinal yang signifikan
Ct-scan
Ct scan telah melakukan revolusi dalam pemeriksaan penunjang lesi intracranial dan
berperan dalam pencitraan dan medulla spinalis. Teknik ini tergantung dari
rekonstruksi citratomografi yang dihasilkan oleh sinar X yang melewati tubuh dari
berbagai arah . Gambaran yang lebih jelas dapat diperoleh dengan penyuntikan medium
kontras intravena yang mengandum iodium , yang akan memperjelas area dengan
peningkatan vaskularisasi, atau area dimana terjadi pecahnya sawar darah otak. Kelainan
yang dapat dideteksi oleh CT scan meliputi area dengan densitas tinggi, yang mengindikasi
kan darah atau kalsium ,dan densitas rendah atau campuran yang terlihat pada berbagai
proses patologis lainnya . satu hal yang penting dari lesi tersebut akan memberikan efek
massa , yang ditunjukkan dengan kompresi ventrikel atau pergeseran struktur garis tengah.
EEG
Pada EEG rutin ,dilakukan perekaman aktivitas listrik spontan dari otak dengan
menggunakan elektroda – elektroda pada kulit kepala. Sejumlah 8 atau 16 saluran akan
memperlihatkan perubahan potensi listrik dengan waktu, biasanya antara sepasang
elektroda yang berdekatan. Pengaturan elektroda pada kulit kepala (montage)
memungkinkan pengambilan sampel elektrik dari semua area mayor korteks serebri

Ritme EEGnormal
Ritme Frekuensi Karakteristik
(Hz)
Alfa 8-13 Simetris, terdapat saat mata menutup, menghilang jika
matadibuka

Beta >13 Simetris, frontal, tidak terpengaruh oleh mata yang


membuka

Teta 4-8 Terlihat pada anak – anak dan remaja , pre dominan di
frontal dan temporal

Delta <4 Terlihat pada anak – anak dan remaja , pre dominan di
frontal dan temporal

6. JELASKAN DIFERENTIAL DIAGNOSA DARI SKENARIO ?


Migrain
Definisi
Migraine adalah suatu sindrom klinis akibat disfungsi integrasi sistem saraf pusat dengan
manifestasi klinis berupa gangguan kepribadian dan tubuh yang luas dapt dengan atau
tanpa rasa sakit. Manifestasi klinis yang paling sering dari adalah sakit kepala yang timbul
periodik (rekuren) pada awal serangan unilateral tetapi pada satu waktu bilateral dan
menyeluruh. Serangan sakit dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari,rasa
sakit dapat hanya samar-samar saja tetapi sangat berat sampai tidak tertahankan. Sindrom
migrain ini umumnya terdapat pada anak,usia adolesen atau dewasa muda yang dapat
berlanjut dan menyembuh dengan bertambahnya usia. Migren dibedakan atas dua bentuk.
Bentuk pertama disebut migren klasik atau tipikal sedang bentuk lain disebut migren
atipikal atau non common migraine. Migren klasik seringkali didahuluioleh gejala
prodromal yang segera diikuti oleh sakit kepala hemikranial,mual,muntah. Bentuk atipikal
ini ada yang menyebutkan sebagai sick headache.
Etiopatogenesis
Serangan migren seringkali dipresipitasi oleh reaksi emosional yang berkaitan dengan
kerja berat,problem antar personal,ego tersinggung,problem finansial atau faktor sosial
kulture.Migrain lebih banyak pada perempuan sehingga diduga terdapat faktor genetik
tertentu yang mendasari timbulnya serangan migrein pada seseorang. Pasien migrein
seringkali mempunyai intelegensia yang tinggi,sangat ambisius,perfeksionis,mempunyai
etika pergaulan yang sangat kuat dan kaku,obsesional.

Manifestasi klinis
Karakteristik Migrain Tanpa Aura :

A. Setidaknya memenuhi 5 kriteria B-D


B. Serangan satu kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak dapat diobati atau tidak berhasil
diobati).
C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut:
 Lokasi unilateral
 Kualitas berdenyut
 Intensitas nyeri sedang atau berat
 Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik
D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:
 Nausea dan atau muntah
 Fotofobia dan fenofobia

E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3 dan transient ischemic
attack harus diekslusi.

Apabila dengan Aura, paling sedikit terdapat dua dari karakteristik dibawah ini:

 Sekurangnya satu gejala aura menyebar secara bertahap ≥5 menit, dan/atau dua atau lebih
gejala terjadi secara berurutan. Masing-masing gejala aura berlangsung antara 5-60 menit
 Setidaknya satu gejala aura unilateral
 Aura disertai dengan, atau diikuti oleh gejala nyeri kepala dalam waktu 60 menit.

Kriteria Diagnosis Untuk Migren Dengan Aura Adalah :

A. Sekurang-kurangnya telah mengalami 2 serangan yang yang tersebut dalam B.


B. Sekurang-kurangnya terdapat 3 dari 4 karakteristik tersebut dibawah ini :
 Satu atau lebih gejala aura yang reversibel yang menunjukkan disfungsi hemisfer
dan atau batang otak
 Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih 4 menit, atau 2 atau lebih
gejala aura terjadi bersama-sama
 Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit; bila dari satu gejala
aura terjadi, durasinya lebih lama.
 d. Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri < dari 60 menit,
tetapi kadang-kadang dapat terjadi sebelum aura
C. Sekurang-kurangnya terdapat 1 yg disebut di bawah ini :
 Riwayat pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkan kelainan organik.
 Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga menunjukkan kelainan organik,
tetapi pemeriksaan neuroimaging dan pemeriksaan tambahan lainnya tidak
menunjukkan kelainan.
 Aura pada migren dapat berbentuk aura visual (misalnya bintik-bintik kecil yang
banyak, gangguan salah satu sisi lapangan pandang, persepsi cahaya berwarna yang
bergerak perlahan), aura ensorik (misalnya hemiparestesia), aura motorik (misalnya
hemiparese, disfagia), atau afasia motorik (kesulitan bicara). Kriteria diagnostik
migren dengan aura tipikal adalah adanya paling sedikit 2 serangan dengan salah
satu bentuk aura, yang dapat juga terjadi bersamaan, berkembang secara gradual
lebih dari 5 menit, dengan lamanyatidak melebihi 1 jam secara reversible diikuti
dengan nyeri kepala yang memenuhi kriteria migren tanpa aura.

Diagnosis
 Anamnesis
a) Nyeri sedang sampai berat, kebanyakan penderita migren merasakan nyeri hanya pada satu
sisi kepala, hanya sedikit yang merasakan nyeri pada kedua sisi kepala.
b) Sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk.

c) Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.

d) Saat serangan nyeri kepala penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

e) Disertai mual dengan atau tanpa muntah.

f) Fotofobia dan atau fonofobia.


Apabila terdapat aura, paling sedikit terdapat dua dari karakteristik dibawah ini:

 Sekurangnya satu gejala aura menyebar secara bertahap ≥5 menit, dan/atau dua atau lebih
gejala terjadi secara berurutan. Masing-masing gejala aura berlangsung antara 5-60 menit
 Setidaknya satu gejala aura unilateral
 Aura disertai dengan, atau diikuti oleh gejala nyeri kepala dalam waktu 60 menit. Faktor
Pencetus
 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan
neurologis normal. Temuan-temuan yang abnormal menunjukkan sebab-sebab sekunder,
yang memerlukan pendekatan diagnostik dan terapi yang berbeda

 Pemeriksaan Penunjang

a. Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dll (atas indikasi, untuk menyingkirkan
penyebab sekunder)

b. CT scan kepala / MRI kepala (untuk menyingkirkan penyebab sekunder)

Neuroimaging diindikasikan pada :

• Sakit kepala yang pertama atau yang terparah seumur hidup penderita.
• Perubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran klinis pada migren.
• Pemeriksaan neurologis yang abnormal.
• Sakit kepala yang progresif atau persisten.
• Gejala-gejala neurologis yang tidak memenuhi kriteria migren

Tanpa aura atau hal-hal lain yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

• Defisit neurologis yang persisten.


• Hemikrania yang selalu pada sisi yang sama dan berkaitan dengan
gejala-gejala neurologis yang kontralateral.
• Respon yang tidak adekuat terhadap terapi rutin.
• Gejala klinis yang tidak biasa.
Penatalaksanaan
Farmakologi
A. Terapi abortif migrain:

a. Abortif non spesifik : analgetik, obat anti-inflamasi non steroid (OAINS)

b. Abortif spesifik : triptan, dihidroergotamin, ergotamin, diberikan jika analgetik atau OAINS
tidak ada respon.

• Analgetik dan OAINS

a. Aspirin 500 - 1000 mg per 4-6 jam (Level of evidence : A).

b. Ibuprofen 400 – 800 mg per 6 jam (A).

c. Parasetamol 500 -1000 mg per 6-8 jam untuk terapi migrain akut ringan sampa sedang

d. Kalium diklofenak (powder) 50 -100 mg per hari dosis tunggal.

• Antimuntah

a. Antimuntah oral atau per rektal dapat digunakan untuk mengurangi gejala mual dan
muntah dan meningkatkan pengosongan lambung

b. Metokloperamid 10mg atau donperidone 10mg oral dan 30mg rektal.

• Triptan

a. Triptan oral dapat digunakan pada semua migran berat jika serangan sebelumnya belum
dapat dikendalikan dengan analgesik sederhana

b. Sumatriptan 30mg, Eletriptan 40-80 mg atau Rizatriptan 10 mg (A).

• Ergotamin

Ergotamin tidak direkomendasikan untuk migrain akut

B. Terapi profilaksi migrain:

• Prinsip umum :
a. Obat harus dititrasi perlahan sampai dosis efektif atau maksimum untuk meminimalkan
efek samping.
b. Obat harus diberikan 6 sampai 8 minggu mengikuti dosis titrasi.
c. Pilihan obat harus sesuai profil efek samping dan kondisi komorbid pasien.
d. Setelah 6-12 bulan profilaksi efektif, obat dihentikan secara bertahap.

• Beta bloker

a. Propanolol 80-240 mg per hari sebagai terapi profilaksi lini pertama


b. Timolol 10-15 mg dua kali/hari, dan metropolol 45- 200 mg/hari, dapat sebagai obat
profilaksi alternatif
c. Antiepilepsi
d. Topiramat 25-200 mg per hari untuk profilaksi migrain episodik dankronik
e. Asam valproat 400-1000 mg per hari untuk profilaksi migraine episodik

• Antidepresi

a. Amitriptilin 10-75mg, untuk profikasi migrain

• Obat antiinflamasi non steroid

Ibuprofen 200 mg 2 kali sehari

Non farmakologi

Beberapa teknik terapi komplementer dan alternatif memberikan perbaikan nyeri dan telah
dibuktikan efektif mencegah migren. Terapi biofeedback dan behavioral sebaiknya menjadi salah
satu terapi standar pada kasus migren yang sulit.

Beberapa studi baru-baru ini menunjukkan efektivitas obat herbal Butterbur (Petasites
hybridus) untuk mencegah migren. Obat herbal yang lain, Feverfew, juga telah digunakan secara
luas dan beberapa penelitian menunjukkan obat ini aman dan mungkin efektif untuk prevensi
migren.sejumlah teknik terapi komplementer dipercaya memberikan keuntungan untuk pasien.
Beberapa teknik yang biasanya diberikan untuk memperbaiki nyeri adalah masase, seni kreatif
(tari, music), nutrisi/suplemen herbal (vitamin, obat herbal), pengobatan timur (misalnya yoga),
akupresur dan akupungtur, dan Ayurveda.
Kelebihan terapi kompleneter dan alternatif adalah kebanyakan tidak memiliki efek
samping, yang mengembangkan teknik self-help yang menarik untuk pasien, dan menawarkan
pendekatan holistic. Kekurangannya adalah belum terstandarisasi.

Komplikasi
Pencegahan
 Pencegahan:
Sakit kepala migren juga dapat dipicu oleh aktifitas fisik yang tinggi yang
menimbulkan kelelahan dan stress psikologis oleh sebab itu memiliki waktu istirahat
yang cukup merupakan salah satu cara mencegah sakit kepala migren. Selain itu,
berolahraga juga perlu untuk menetralkan sirkulasi darah ke otak.
Edukasi :
1. Terapi komprehensif migrain mencakup terapi akut dan profilaksi, menejemen faktor
pencetus dan gaya hidup melalui strategi selfmanagement.
2. Self-management, pasien berperan aktif dalam menejemen migrainnya.
 Self-monitoring untuk mengidentifikasi faktor2 yang mempengaruhi
migrainnya.
 Mengelola faktor pencetus secara efektif.
 Pacing activity untuk menghindari pencetus migrain.
 Menghindari gaya hidup yang memperburuk migrain.
 Teknik relaksasi.
 Mempertahankan sleep hygiene yang baik.
 Mampu mengelola stres.
 Cognitive restructuring untuk menghindari berfikir negatif.
 Communication skills untuk berbicara efektif tentang nyeri pada keluarga.

Prognosis
Prognosis migrain dapat sembuh sempurna dengan menghindari faktor pencetus
dan meminum obat yang teratur. Tetapi berdasarkan penilitian dalam beberapa
tahun terakhir resiko untuk menderita stroke pada pasien riwayat migrain
meningkat, sekitar 19% dari seluruh kasus stroke terjadi pada orang dengan riwayat
migrain.

Tension Headaeache
Definisi
Nyeri kepala tegang otot adalah bentuk sakit kepala yang paling sering dijumpai dan sering
dihubungkan dengan jangka waktu dan peningkatan stress. Orang-orang yang cenderung
menderita nyeri kepala mempunyai kepribadian yang tidak banyak berbeda. Sebagian besar
tergolong dalam kelompok yang mempunyai perasaan kurang percaya diri, selalu ragu
akan kemampuan diri sendiri dan mudah menjadi gentar dan tegang. Karena sifat yang
seperti itu, maka akan menghasilkan sikap hidup yang serba kaku, sangat berhati-hati,
sangat cermat serta menginginkan semua yang dilakukan serba sempurna dan juga
cenderung untuk mendendam. Pada akhirnya, terjadi peningkatan tekanan jiwa dan
penurunan tenaga. Pada saat itulah terjadi gangguan dan ketidakpuasan membangkitkan
reaksi pada otot-otot kepala, leher, bahu, serta vaskularisasi kepala sehingga timbul nyeri
kepala. Nyeri seperti inilah yang disebut nyeri kepala tegang otot.
Nyeri kepala ini disebabkan oleh ketegangan otot di leher, bahu dan kepala. Nyeri ini
tersebar secara difus dan sifat nyerinya mulai dari ringan hingga sedang. Menurut lama
berlangsungnya, nyeri kepala tegang otot ini dibagi menjadi nyeri kepala episodik dan
nyeri kepala kronis. Nyeri kepala tegang otot dikatakan episodik jika perlangsungannya
kurang dari 15 hari dengan serangan yang terjadi kurang dari 1 hari perbulan (12 hari dalam
1 tahun). Nyeri kepala ini sangat umum dan banyak ditemukan di masyarakat, tetapi tidak
memerlukan penanganan khusus dan dapat sembuh dengan pemberian analgetik sedangkan
apabila nyeri kepala tegang otot tersebut berlangsung lebih dari 15 hari selama 6 bulan
terakhir dikatakan nyeri kepala tegang otot kronis.

EPIDEMIOLOGI
Di Amerika serikat, hanya 1-4 % pasien dengan keluhan nyeri kepala yang masuk ke
Instalasi Rawat Darurat, tetapi merupakan alasan terbanyak pasien berkonsultasi kepada
dokter. 90% dari nyeri kepala tersebut merupakan nyeri kepala tegang otot.Frekuensi nyeri
kepala ini tidak berbeda dari wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya. Jika
berdasarkan jenis kelamin, nyeri kepala ini lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 3:1. Semua usia dapat terkena, namun
sebagian besar pasien adalah orang dewasa muda yang berumur berkisar antara 20-40
tahun. Riwayat dalam keluarga dapat ditemukan.

ETIOLOGI
Penyebab dari nyeri kepala tegang otot ini masih belum diketahui. Diduga dapat
disebabakan oleh faktor psikis maupun fakor fisik. Secara psikis, nyeri kepala ini dapat
timbul akibat reaksi tubuh terhadap stress, kecemasan, depresi maupun konflik emosional.
Sedangkan secara fisik, posisi kepala yang menetap yang mengakibatkan kontraksi otot-
otot kepala dan leher dalam jangka waktu lama, tidur yang kurang, kesalahan dalam posisi
tidur dan kelelahan juga dapat menyebabkan nyeri kepala tegang otot ini. Selain itu, posisi
tertentu yang menyebabkan kontraksi otot kepala dan leher yang dilakukan bersamaan
dengan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan peningkatan fungsi mata dalam jangka
waktu lama misalnya membaca dapat pula menimbulkan nyeri kepala jenis ini.
Selain penyebab tersebut di atas, ada pula beberapa pemicu yang dapat menyebabkan
timbulnya nyeri kepala jenis ini, antara lain konsumsi coklat, keju dan penyedap masakan
(MSG). orang yang terbiasa minum kopi juga akan mengalami sakit kepala bila yang
bersangkutan lupa untuk minum kopi. Jika nyeri kepala tegang otot ini akibat pengaruh
psikis maka biasanya akan menghilang setelah masa stress berlalu.

PATOFISIOLOGI
Meskipun nyeri kepala tegang otot ini sangat umum ditemukan, patofisiologinya masih
tetap tidak jelas. Penelitian menunjukkan bahwa mekanisme nyeri kepala ini tergantung
terhadap otot yang terlibat yakni otot wajah,leher dan bahu. Patomekanisme nyeri kepala
tegang otot ini masih menjadi bahan penilitian tetapi telah ada beberapa teori-teori yang
diduga menyebabkan nyeri kepala jenis ini.
Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala ini adalah kontraksi
otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya terlibat antara lain m. splenius capitis,
m. temporalis, m. masseter, m. sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. cervicalis
posterior, dan m. levator scapulae. Penelitian mengatakan bahwa para penderita nyeri
kepala ini mungkin mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang lebih besar
daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih mudah terserang sakit kepala setelah
adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi tubuh yang dipertahankan
lama sehingga menyebabkan ketegangan pada otot ataupun posisi tidur yang salah. Ada
juga yang mengatakan bahwa pasien dengan sakit kepala kronis bisa sangat sensitif
terhadap nyeri secara umum atau terjadi peningkatan nyeri terhadap kontraksi otot
Anatomi otot-otot bahu, leher dan kepala

Sebuah teori juga mengatakan ketegangan atau stres yang menghasilkan kontraksi otot di
sekitar tulang tengkorak menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran
darah berkurang yang menyebabkan terhambatnya oksigen dan menumpuknya hasil
metabolisme yang akhirnya akan menyebabkan nyeri.
Para peneliti sekarang mulai percaya bahwa nyeri kepala ini bisa timbul akibat perubahan
dari zat kimia tertentu di otak - serotonin, endorphin, dan beberapa zat kimia lain - yang
membantu dalam komunikasi saraf. Ini serupa dengan perubahan biokimia yang
berhubungan dengan migren. Meskipun belum diketahui bagaimana zat-zat kimia ini
berfluktuasi, ada anggapan bahwa proses ini mengaktifkan jalur nyeri terhadap otak dan
mengganggu kemampuan otak untuk menekan nyeri. Pada satu sisi, ketegangan otot di
leher dan kulit kepala bisa menyebabkan sakit kepala pada orang dengan gangguan zat
kimia. Di sisi lain, ketegangan otot bisa merupakan hasil dari perubahan zat kimia ini.
Karena nyeri kepala tipe ini dan migren melibatkan perubahan yang mirip pada otak,
beberapa peneliti percaya bahwa kedua tipe sakit kepala ini berhubungan. Beberapa ahli
berpendapat bahwa migren bisa disebabkan oleh nyeri kepala tegang otot yang berulang.
Migren bisa dibedakan saat nyeri yang terasa menjadi sangat hebat. Ada juga yang
beranggapan migren yang ringan adalah suatu jenis nyeri kepala tegang otot yang ringan.

Manifestasi Klinik
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata <1 hari /bulan (<12
hari/tahun), dan memenuhi kriteri B-D
B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari
C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas
 Lokasi bilateral
 Menekan/mengikat
 Intensitasnya diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga

D. Tidak didapatkan:
 Mual dan muntah ( bisa anoreksia)
 Lebih dari satu keluhan:fotofobia atau fenofobia
E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3

DIAGNOSIS
 Anamnesis

• Nyeri tersebar secara difus, intensitas nyerinya mulai dari ringan sampai sedang.

• Waktu berlangsungnya nyeri kepala selama 30 menit hingga 1 minggu penuh. Nyeri
timbul sesaat atau terus menerus.

• Lokasi nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian
menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan. Selain itu, nyeri
ini juga dapat menjalar ke bahu.

• Sifat nyeri kepala dirasakan seperti berat di kepala, pegal, rasa kencang pada daerah
bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling kepala. Nyeri kepalanya tidak
berdenyut.

• Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah.

• Pada TTH yang kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang
mendasarinya seperti kecemasan dan depresi.

 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik umum dan neurologis dalam batas normalyeri kepala tipe tegang
 Pemeriksan penunjang
 Laboratorium: darah rutin, elektrolit, kadar gula darah,dll (atas indikasi untuk
menyingkirkan penyebab sekunder)
 Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab sekunder).

PENATALAKSANAAN
farmakologi :

Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu, yaitu dengan:

Analgetik:

1. Aspirin 1000 mg/hari,

2. Asetaminofen 1000 mg/hari,

3. NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, asam mefenamat, ibuprofen
800 mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari).

4. Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg.

5. Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein.

Sedangkan pada tipe kronis, adalah dengan:

1. Antidepresan Jenis trisiklik: amytriptiline, sebagai obat terapeutik maupun sebagai pencegahan
tension-type headache.

2. Antiansietas Golongan benzodiazepin dan butalbutal sering dipakai. Kekurangan obat ini
bersifat adiktif, dan sulit dikontrol sehingga dapat memperburuk nyeri kepalanya

Non farmakologi

1. Kontrol diet

2. Terapi fisik

3. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin

4. Behaviour treatment
Pengobatan Fisik

1. Latihan postur dan posisi.

2. Massage, ultrasound, manual terapi, kompres panas/dingin.

3. Akupuntur TENS (transcutaneus electrical stimulation).

Komplikasi

Pencegahan
 Pencegahan
Sakit kepala Tension pada umumnya dipicu oleh factor psikologis atau kelelahan oleh
sebab itu cara mencegahnya adalah dengan memperbaiki pola hidup dimulai dari
kebiasaan sehari-hari yaitu menyeimbangkan waktu istirahat dan waktu bekerja serta
pola pikir yang sehat karena keadaan stress psikologis atau depresi akan terjadi
penurunan kadar serotonin dan adrenalin dalam korteks prefrontal dan sistem limbic
yang kemudian melalui patomekanismenya akan mentransmisikan nyeri.

Prognosis
Sakit kepala tipe tegang (Tension type headche) mungkin menyakitkan, tetapi tidak
berbahaya, sebagian besar kasus intermiten dan tidak menggangu pekerjaan atau rentang
kehidupan normal. Namun, dapat menjadi kronis jika stressor kehidupan tidak berubah

CLUSTER HEADACHE
DEFINISI
Cluster headache (disebutjuga neuralgia migrenosa dan sefalgia histaminic) adalah sakit
kepala unilateral yang rekuren yang hampir selalu pada sisi kepala yang sama, sakitkepala
yang khas dirasakan pada regio oculomotor atau okulo temporal dan kadang-kadang
menjalar kerahang atas. Rasa sakit terus menerus, tidak berdenyut dan sering pula disertai
dengan gangguan saraf autonom yang ipsilateral yang meliputi injeksi konjungtival,
kongesti nasal, lakrimasi, dan rinorea, kadang-kadang disertai Sindrom Horner dengan
ptosis dan miosis pada mata yang ipsi lateral, Umumnya rasa sakit berlangsung antara 30-
90 menit, dan timbul beberapa kali dalam sehari selama 6-12 minggu atau kadang-kadang
lebih lama lagi (serangan tampaknya seperti cluset). Fase bebas serangan sakit kepala ini
(fase remisi) dapat berlangsung sekitar 12 bulan.
Cluster headache atipikal merupakan serangan sakit kepala yang timbul beberapa
kali dalam sehari, biasanya tanpa masa bebas nyeri. Bentuk atipikal ini berbeda dengan
cluster headache tipikal dalam hallokasi, lama sakit, seringnya berpindah-pindah, dan
frekuensi serangan.
ETIOPATOGENESIS
Cluster headache dapat diprovokasi dengan pemberian histamine atau nitrogliser
sublingual, yang menunjukkan bahwa mekanisme terjadinya sakit kepala adalah akibat
vasodilatasi.
MANIFESTASI KLINIS
A. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan yang memnuhi kriteria B-D
B. Nyeri hebat pada daerah orbita, supraorbital dan/ atau temporal yang berlangsung
antara 15-180 menit jika tidak ditangani
C. Nyeri kepala disertai setidaknya satu gejala berikut
 Infeksi konjuctiva dan atau lakrimasi pada mata ipsilateral
 Kongesti nasal
 Edema palpebral ipsilateral
 Berkeringat pada daerah dahi dan wajah ipsilateral
 Miosis dan atau ptosis ipsilateral
 Gelisah atau agitasi
Tidak berhubungan dengan kelainan lain
DIAGNOSIS
 Anamnesis

• Nyeri kepala yang hebat, nyeri selalu unilateral di orbita, supraorbita, temporal atau kombinasi
dari tempat-tempat tersebut, berlangsung 15–180 menit dan terjadi dengan frekuensi dari sekali
tiap dua hari sampai 8 kali sehari.
• Serangan-serangannya disertai satu atau lebih sebagai berikut, semuanya ipsilateral: injeksi
konjungtival, lakrimasi, kongesti nasal, rhinorrhoea, berkeringat di kening dan wajah, miosis,
ptosis, edema palpebra. Selama serangan sebagian besar pasien gelisah atau agitasi.

 Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan Fisik Umum dan Tanda Vital

• Penilaian skala nyeri

• Pemeriksaan Neurologi

• Fokus: kesadaran, saraf kranialis, motorik, sensorik, otot-otot perikranial

 Pemeriksaan Penunjang

CT Scan atau MRI Kepala + kontras atas indikasi bila didapatkan defisit

neurologi, atau bila diterapi belum membaik selama 3 bulan serta keluhan

makin memberat.

TERAPI
Terapi Akut :

 Inhalasi oksigen (masker muka): oksigen 100% 7 liter/menit selama 15menit (level of
evidence)
 Dihidroergotamin (DHE ) 0,5–1,5 mg i.v. akan mengurangi nyeri dalam 10 menit;
pemberian i.m. dan nasal lebih lama.
 Sumatriptan injeksi subkutan 6 mg, akan mengurangi nyeri dalam waktu 5-15 menit; dapat
diulang setelah 24 jam. Kontraindikasi: penyakit jantung iskemik, hipertensi tidak
terkontrol. Sumatriptan nasal spray 20 mg (kurang efektif dibanding subkutan). Efek
samping: pusing, letih, parestesia, kelemahan di muka.
 Zolmitriptan 5 mg atau 10 mg per oral
 Anestesi lokal: 1 ml Lidokain intranasal 4%. (B)
 Indometasin (rectal suppositoria).
 Opioids (rektal, Stadol nasal spray) hindari pemakaian jangka lama.
 Ergotamine aerosol 0,36–1,08 mg (1–3 inhalasi) efektif 80%.
 Gabapentin atau Topiramat.

Supresi Periodik Klaster

Prednison 40–75 mg/hari untuk 3 hari reduksi dosis dengan intervaltiap 3 hari tappering off
dalam 11 hari jika nyeri kepala klaster muncul lagi stabilisasi dosis.

• Ergotamine tartrate tab 1 mg dosis: 1–2 tab ½–1 jam sebelum prediksi serangan (Efektif pada
1–2 periode klaster pertama) 17

• Dihidroergotamin; Injeksi 1 mg i.m. à 2 kali/hari ½–1 jam sebelumprediksi serangan

• Capsaicin

o Suspensi capsaicin intranasal; 2 tetes di 2 nostril à sensasi burning &

rhinorrhoea à diulang tiap hari untuk 5 harià serangan nyeri kepala

klaster: reduksi 67%.

o Perlu evaluasi lanjut

• Methysergide

1. Aman bila durasi periode klaster < 3 bulan

2. Efek samping: fibrosis

3. Dosis: 1–2 mg, 2–3 kali/ hari

• Chlorpromazine: 75–700 mg/hari

Farmakologi Profilaksis

• Verapamil (pilihan pertama) 120–160 mg t.i.d-q.i.d, selain itu bisa juga dengan Nimodipin 240
mg/hari atau Nifedipin 40-120 mg/hari (A).

• Steroid (80–90% efektif untuk prevensi serangan), tidak boleh diberikan dalam waktu lama. 50–
75 mg setiap pagi dikurangi 10% pada hari ketiga
(A).

• Lithium 300–1500 mg/hari (rata-rata 600–900 mg). (Level B)

• Methysergide 4–10 mg/hari. ( Level B)

• Divalproat Sodium. (Level B)

• Neuroleptik (Chlorpromazine).

• Clonidin transdermal atau oral.

• Ergotamin tartrat 2 mg 2–3 kali per hari, 2 mg oral atau 1 mg rektal 2 jam sebelum serangan
terutama malam hari., dihydroergotamin, sumatriptan atau triptan lainnya. (Level B)

• Indometasin 150 mg/hari.

Catatan:

− Terapi pilihan pertama: prednison 60–80 mg/hari (selama 7–14 hari) dan verapamil 240 mg/hari.
Jika gagal: Methysergide 2 mg t.i.d (1–2 bulan) jangan diberikan dengan obat lain, kecuali
hydrocodon bitartrat (Vicodin).

− Jika tidak efektif:

 Lithium atau asam valproat atau keduanya dapat dipakai bersama dengan verapamil.
 Untuk pasien yang dirawat inap karena nyeri kepala klaster intractable: dihidroergotamin
i.v. setiap 8 jam, juga diberikan sedatif.

-Pengobatan bedah untuk nyeri kepala klaster kronis jika pengobatan konservatif dan preventif
gagal, bisa dipertimbangkan untuk dilakukan “histamine desensitization” atau tindakan operasi.

Indikasi operasi:

1. Nyeri kepala tipe kronis tanpa remisi nyeri selama satu tahun.

2. Terbatas nyeri unilateral.

3. Stabil secara fisiologik, sehat secara mental dan medik.

Berbagai tindakan pembedahan:


− Neurektomi oksipital

− Pemotongan/dekompresi n.intermedius

− Pemotongan/dekompresi n. petrosus superfisialis major

− Thermokoagulasi ganglion gasseri (ganglio-rhizolysis)

− Radiofrequency terhadap lesi

− Dekompresi saraf trigeminus

− Injeksi gliserol pada ganglion gasseri

− Sphenopalatine ganglionectomy (conventional surgery)

− Section of the trigeminal nerve (efek samping: anestesi kornea).

Komplikasi
Pencegahan
PROGNOSIS
Umumnya baik, tetapi pada beberapa kasus defisit neurologis dapat juga menetap.

Anda mungkin juga menyukai