Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas tuntunan-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Pada Ny.A. dengan
dengan baik. Adapun tujuan penulis anasuhan keperawatan ini adalah untukm memenuhi
tugas dari dosen. Selain itu askep ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang cara
mengatasi pasien dengan gangguan rasa aman dan nyaman bagi pembaca dan juga
penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa askep ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun demi penyempurnaan askep ini sangat penulis harapkan.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tension-Type Headachemerupakan salah satu tipe nyeri kepala yang sangat sulit
didiagnosis. Masih menjadi tanda tanya apakah TTH merupakan penyakit tunggal atau
lebih merupakan suatu sindroma. Banyak penyakit dari bidang ilmu kedokteran
misalnya pengaruh gas lingkungan, konflik psikis maupun kelainan pada leher dapat
menyerupai TTH (Sjaastad, 2011).
ecara definisi, TTH kronik terjadi bila nyeri berlangsung sedikitnya 15 hari dalam 1
bulan, selama 6 bulan, meskipun pada praktik klinis biasanya terjadi setiap hari
atau hampir setiap hari, dengan karakteristik nyeri kepala bilateral, bersifat
menekan atau mengikat dengan intensitas ringan hingga sedang. Tidak seperti
migren, nyeri kepala ini tidak diperberat oleh aktifitas fisik, dan tidak
berhubungan dengan muntah. Namun penderita dapat mengalami nausea, mialgia
dan artralgia, kesulitan untuk memulai dan mempertahankan tidur, fatigue
kronik, carbohydrate craving, penurunan libido, iritabilitas serta gangguan memori dan
konsentrasi. Oleh karenanya, gangguan ini mirip dengan gejala depresi, namun
pada TTH kronik tidak dijumpai anhedonia, lebih jarang dijumpai gangguan mood
dan keluhan utamanya adalah nyeri kepala (Solomon, 2002)
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Tension-type headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang menekan,
mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas
fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai mual dan/atau muntah , serta
disertai fotofobia atau fonofobia (Anurogo, 2014). National Headache Foundation
mendefinisikan TTH sebagai nyeri kepala yang tidak spesifik serta tidak
berhubungan dengan penyakit vascular, migren, ataupun kelainan organic.
Menurut International Headache Society (IHS), TTH adalah episode yang
berulang dari nyeri kepala yang berlangsung bermenit-menit sampai berhari-hari.
B. Etiologi
Penyebab dari TTH masih belum diketahui secara pasti. Diduga dapat disebabkan
oleh faktor psikis danfisik. Secara psikis, TTH dapat timbul akibat reaksi tubuh
terhadap stres, kecemasan, depresi dan konflik emosional. Sedangkan faktor fisik,
seperti posisi kepala yang menetap dalam jangka waktu lama mengakibatkan
kontraksi otot-otot kepala dan leher, tidur yang kurang, kesalahan dalam posisi tidur
dan kelelahan juga dapat menyebabkan TTH.
a. Faktor Risiko
1) Buruknya upaya kesehatan diri sendiri (poor self-related health),
2) tidak mampu relaks setelah bekerja,
3) gangguan tidur
4) tidur beberapa jam setiap malam
5) dan usia muda adalah faktor risiko TTH.
Pencetus TTH antara lain: kelaparan, dehidrasi, pekerjaan/ beban yang terlalu
berat (overexertion), perubahan pola tidur, caff eine withdrawal, dan fl
uktuasi hormonal wanita. Stres dan konflik emosional adalah pemicu
tersering TTH
D. patofisiologi
Tension headache merupakan nyeri kepala yang pada umumnya
disebabkan oleh ketegangan dan kontraksi otot-otot leher dan kepala. Ini akan
menyebabkan tekanan pada serabut syarafdan konstriksi pembuluh darah pada
dasar leher yang pada gilirannya akan makin menambah tekanan dan
menyebabkan buangan sisa (asam laktat) menumpuk. Akumulasi ini
menyebabkan timbulnya nyeri. Ketegangan otot ini pada umumnya merupakan
reaksi yang tidak disadari terhadap stres. Akan tetapi, aktifitas-aktifitas yang
membutuhkan kepala harus bertahan pada satu posisis dapat menyebabkan nyeri
kepala jenis ini, ataupun tidur dengan letak leher yang tidak benar(tegang)dapat
merpakan penyebab tension headache.
Pada tension-type headache kepala seperti ditekan dan diikat. Hal ini
disebabkan ketegangan berlebih pada otot frontal, otot oksipital, dan otot
temporal. Ketegangan dari otot tersebut menyebabkan galea aponeuretica
menekan puncak kepala, bahkan terasa di seluruh bagian kepala, dengan menarik
kulit kepala kea rah profundal, apabila tekanan ini terlalu kuat dan terjadi dalam
jangka waktu lama, maka rasa nyeri dapat muncul secara lokal dan terasa sebagai
denyut ringan di kepala akibat tertekan atau tertariknya saraf tepid dan pembuluh
darah di dalam jaringan subkutan kulit kepala (Strainer & Fontebasso, 2002).
E. Pathway
Faktor presipitasi
Reseptor nyeri
nyeri
Menekan saraf
Nyeri akut
F. Penatalaksanaan
1. Terapi farmakologi
Pasien TTH episodik dengan nyeri ringan sampai sedang bias diobati
dengan menggunakan NSAID atau analgesik sederhana. Sedangkan pasien
TTH kronik, nyeri kepalanya dapat berhubungan dengan stress, kecemasan,
dan depresi, tidak efektif diobati dengan analgesik sederhana (Bendtsen, dkk.,
2010).
Beragam pilihan obat analgesik yang dapat dipakai dalam terapi TTH.
Parasetamol 1000 mg lebih efektif dibandingkan dengan paracetamol 500 mg
dan 650 mg. Aspirin juga dilaporkan lebih efektif dengan 1000 mg. Ibuprofen
800 mg, 400 mg, 200 mg efektivitasnya sama seperti ketoprofen 50 mg, 25
mg, dan 12,5 mg. Diklofenak 25 mg dan 12,5 mg dilaporkan efektif. Terapi
ketorolak 60 mg dengan injeksi intramuskular di ruang darurat juga telah
dilaporkan efektif (Bendtsen, dkk., 2010).
G. Manifestasi
Gejala klinis yang dapat ditemukan pada tension-typeheadache adalah:
4. Menyeluruh atau difus (tidak hanya pada satu titik atau satu sisi), nyeri lebih
hebat di daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher.
7. Adanya insomnia.
8. Iritabilitas.
9. Gangguan konsentrasi.
11. Beberapa orang mengeluh rasa tidak nyaman didaerah leher, rahang, dan
temporomandibular.
2. Konsep askep
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
1. Pengkajian
a. Pengkajian identitas pasien
Data ini meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama,
alamat, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis. Sedangkan
penanggung jawab dapat berupa keluarga, datanya: nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat serta hubungan dengan klien.
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman. Lingkungan
klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau
berakibat terhadap kehidupan kelangsungan hidup klien. Keamanan yang ada
dalam lingkungan ini akan mempengaruhi insiden terjadinya penyakit dan
cedera yang akan mempengaruhi rasa aman dan nyaman klien.
2. Riwayat penyakit dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/ bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
reseptor sehingga menggaggu rasa nyaman klien.
3. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga juga dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan
nyaman. Karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko
terkena penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman seperti nyeri.
c. Pemeriksaan fisik
1. Ekskpresi wajah : menutup mata rapat-rapat, membuka mata lebar-lebar,
menggigit bibir bawah
2. Verbal : menangis, berteriak
3. Tanda-tanda vital : tekanan darah. Nadi, pernapasan, suhu
4. Ekstermitas : amati gerak tubuh pasien untuk mealokasikan tempat atau rasa
yang tidak nyaman
d. Pengkajian nyeri
Pengkajian nyeri yang akurat sangat penting untuk penatalaksanaan nyeri yang
efektif. Pengkajian nyeri terdapat dua komponen utama yaitu: riwayat nyeri
untuk mendapatkan data diri klien dan observasi langsung pada respon perilaku
dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman
objek subjek terhadap pengalaman subjektif. Pengkajian dapat dilakukan dengan
cara PQRST :
P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat.
R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.
S (skala) adalah keparahan atau intensits nyeri.
T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Pengkajian nyeri menggunakan skala nyeri
1. Ringan = skala nyeri 1-3 : secara objektif pasien masih dapat berkomunikasi
dengan baik
2. Sedang = skala nyeri 4-6 : secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi nyeri,
masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
3. Berat = skala nyeri 7-9 : secara objektif pasien masih bisa merespon, namun
terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
4. Nyeri sangat besar = skala 10 : secara objektif pasien tidak mampu berkomunikasi
dan klien merespon dengan cara memukul
2. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (inflamasi) ditandai
dengan pasien mengeluh sakit kepala yang dirasakan seperti berputar-putar dan
sesekali merasakan seperti tertusuk-tusuk, area yang dirasakan sakit adalah kepala
sebelah kanan dan tidak menjalar ke daerah lainnya dengan skala yang dirasakan 4
(0-10) dengan hilang timbul, sakit dirasakan dalam rentang waktu 1-2 menit, timbul
secara mendadak.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan pasien
mengigil,kejang dan kulit terasa hangat Intervensi Keperawatan
3. Intervensi keperawatan
5. Evaluasi
Evaluasi dapat dibedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses
dievaluasi setiap selesai melakukan perasat dan evaluasi hasil berdasarkan rumusan
tujuan terutama kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan acuan tentang perencanaan
lanjutan terhadap masalah nyeri yang dialami oleh pasien.