SISTEM UROGENITALIA
KELOMPOK 3
KETUA : CHANDRA PARDEDE (09401711002)
SEKERTARIS : PUTRI A F ABAS (09401711043)
ANGGOTA :
FEBRIANTI (09401711005)
ANDINI DIAN PERMATA (09401711013)
SITI HAJAR ANSAR (09401711014)
ALKEN ROS OCEANA L (09401711018)
YUSRIL AMIEN (09401711031)
ANDRI W J IMBAR (09401711033)
SHAKILA IDRUS (09401711039)
SAFITRI ARYA N USMAN (09401711046)
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
SKENARIO - 1 :
Seorang laki-laki berusia 26 tahun datang berobat ke puskesmas dengan keluhan utama
keluar cairan berwarna putih seperti susu dari kelamin sejak 3 hari yang lalu. Keluhan
disertai dengan nyeri saat kencing dan demam. Menurut pasien, pasien pernah berhungan
dengan PSK 5 hari yang lalu tanpa menggunakan kondom. Pasien bekerja sebagai
pelaut.
PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi dari system genitalia pria!
2. Jelaskan patomekanisme dari setiap gejala!
3. Apa diferential diagnosis dari scenario?
4. Jelaskan epidemiologi dari scenario!
5. Apa pathogen penyebab dari scenario?
6. Jelaskan etiologi dari diferential diagnosis!
7. Jelaskan manifestasi klinis dari diferential diagnosis!
8. Jelaskan langkah-langkah menegakkan diagnosis dari scenario!
9. Jelaskan penatalaksanaan dari scenario!
10. Jelaskan komplikasi dari scenario!
11. Jelaskan prognosis dari scenario!
12. Jelaskan pencegahan dari scenario!
JAWABAN PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. JELASKAN ANATOMI DAN FISIOLOGI DARI SYSTEM GENITALIA PRIA!
Organ Externa Pria:
Penis:
Terdiri dari 3 tabung jaringan erektil,yaitu Satu pasang korpus kavernosa. Satu korpus
spongiosa. korpus spongiosum membungkus uretra pars kavernosa dan berakhir pada gland
penis.
Scrotum:
Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil.
• Testis : Jumlah : 2 (kanan dan kiri) berbentuk : ovoid / telur . Histopatologis: + 250
lobuli, tiap lobuli terdiri atas tubulus seminiferi . Di dalam tubulus: Sel spermatogenik:
proses spermatogenesis. Sel sertoli: memberi makan pada bakal sperma . Diantara
tubulus terdapat Sel Leydig: berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron .Otot
cremaster disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakkan mendekati rongga
abdomen untuk mempertahankan temperatur testis tetap stabil. Testis adalah organ
genitalia pria yang pada orang normal jumlahnya ada dua yang masing masing terletak
didalam skrotum kanan dan kiri. Bentuknya ovoid dan pada orang dewasa ukuranya
adalah 4x3x2,5 cm, deng volume 15-25. Kedua buah testis terbungkus oleh jaringan
tunika albugnea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginea
yang terdiri dari lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang
berada disekitar testis memungkinksn testis dapat digerakkan mendekati rongga abdomen
untuk mempertahankan temperature agar tetap normal.
• Epididimis : Organ yang berbentuk seperti sosis terdiri atas caput, korpus dan kauda
epididimis. Epididimis merupakan saluran panjang berkelok-kelok yang menempel di
belakang testis. Panjangnya ± 7 - 10 m. Terjadi pematangan sehingga menjadi motil
(dapat bergerak) dan disimpan didalam kauda epididimis sebelum dialirkan ke vas
deverens
• Vas deferens : Organ membentuk tabung kecil merupakan saluran lurus yang mengarah
ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis.Panjangnya 30-35 cm.Terbagi : parz
tunika vaginalis, pars skrotalis, pars inguinalis, pars pelvikum dan pars ampularis.
Merupakan saluran yang dapat diikat dan dipotong pada saat vasektomi.
• Kelenjar prostat
Prostat adalah organ genitalia pria yang berada di sebelah inferior buli-buli, didepan
rectum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran
4x3x2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas jaringan
fibromuskular dan glandular yang terbagi dalam beberapa daerah atau zona, yaitu zona
perifer, zona sentral, zona transisional, zona preprostatik sfingter, dan xona anterior
(McNeal,1970). Secara histopatologik, kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan
stroma. Komponen strome ini terdiri atas polos, fibroblast, pembuluh darah, saraf dan
jaringan penyangga lain.
Prostas menghasilkan suatu cairan yang merupakan suatu komponen dari cairan semen
atau ejakulat. Cairan ini dialirkan melalui ductus sekretarious dan bermuara di uretra
posterior untuk kemudian dikelaurkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi.
Volume cairan prostat +23% dari seluruh volume ejakulat.
mikroorganisme
Melekat di epitel
uretra (epitel
peralihan)
Suhu setpoin
Demam
3. APA DIFERENTIAL DIAGNOSIS DARI SCENARIO?
Gonore
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorhoeae.
Neisseria gonorrhoeae
Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri gram negative coccus yang bentuknya menyerupai biji
kopi yang berhadapan.
Neisseria gonorrhoeae ini dapat menyebabkan penyakit gonorrhoe yang merupakan penyakit
kelamin ditularkan melalui hubungan kelamin.Neisseria gonorrhoeae tidak bergerak dan tidak
membentuk spora. Bakteri ini tidak berkapsul, kecuali pada varians yang mukoid terdapat
kapsul yang dapat dilihat dengan pewarnaan negativ
Neisseria gonorrhoeae secara antigen heterogen dan mampu mengubah struktur
permukaannya in vitro dan mungkin in vivo, untuk menghindari daya tahan tubuh pejamu.
Gejala pada laki-laki diawali dengan urethritis anterior acuta dengan keluhan rasa gatal dan
panas seperti terbakar pada bagian distal urethra. Kadang-kadang disertai dengan ereksi-
ereksi yang nyeri serta demam dan leukositosis. Kemudian urethritis posterior dengan
keluhan yang sama dengan urethritis anterior hanya tempat yang sakit dibagian proksimal
urethra. Setalah itu dilanjutkan dengan pan urethritis yang menahun dengan gejala yang
ringan saja, berupa tetesan nanah atau bercak celana di padi hari yang disebut bonjour drops.
Gejala pada wanita seringkali bersifat asimptomatik (tanpa gejala). Pada wanita infeksinya
dibagi menurut letak organ yaitu, gonorrhoe bagian bawah dengan gejala yang Nampak pada
serviks dan organ dibawahnya, gonorrhoe bagian tengah yang akan menyebabkan
endometritis, gonorrhoe bagian atas yang menyebabkan Pelvic Inflamatory Disease (PID).
Selain gejala diatas, baik pada laki-laki maupun wanita sering didapati adanya ekstragenital
gonorrhoe pada faring. Hal itu dapat terjadi karena hubungan seks yang tidak wajar. Juga bisa
menyerang pada bayi baru lahir dan bayi premature yang menyebabkan conjunctivitis
gonorrhoeica atau gonoblenorrhoe.
1. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Beta Proteobacteria
Ordo : Neisseriales
Familia : Neisseriaceae
Genus : Neisseria
Spesies : Neisseria gonorrhoeae
Perantara :manusia
Tempat kuman masuk/keluar :penis,vagina,anus,dan mulut
Cara penularan :kontak seksual langsung
Yang bisa terkena : orang yang berhububgan seks secara tidak aman
Sifat pertumbuhan
Neisseria tumbuh paling baik pada kondisi aerob, tetapi beberapa akan tumbuh di lingkungan
anaerob. Bakteri ini memerlukan persyaratan yang rumit untuk dapat tumbuh.
Daya tahan
Dalam keadaan kering, bakteri mati dalm 1-2 jam, dan dengan pemanasan basah suhu 55°C
bakteri mati dalam 5 menit. Pada pemberian argentum nitrat 1/4000, bakteri mati dalam 2
menit, dan pada biakan pada suhu kamar mati dalam 1-2 hari, sedangkan biakan pada 37°C
mati dalam 4-6 hari.
Uretritis Non-Gonokokal
Beberapa organisme dapat menyebabkan uretritis karena infeksi. Uretritis non-gonokokal
terbanyak disebabkan oleh C. trachomatis (15-55% kasus), Ureaplasma urealyticum dan
Mycoplasma genitalium(10-20% kasus), Trichomonas vaginalis (1-17% kasus), virus Herpes
Simpleks (2-3% kasus), Adenovirus (2-4% kasus), selain itu N. menjngitidea, Candida sp.
(<10% kasus). Bakteri enterik juga diidentifikasi sebagai pengebab yang jarang dari uretritis
non gonokokal, yang mungkin berhubungan dengan adanya hubungan seksual melalui dubur.
C. trachomatis adalah bakteri Gram negatif obligat intraselular, dengan bagian infeksi yang
memiliki dinding sel keras, dan dapat beradaptasi dengan kondisi ektraselular. Bakteri ini
menginfeksi terutama sel epitel kolumnar, yang secara aktif mengambil organisme ini.
Didalam sel inang, C. trachomatis kemudian berdeferensiasi hingga terbentuk inclusiom
bodyintraselular uang berisi ribuan organisme baru. Siklus hidup lengkap saat sel inang lisis
dan melepaskan inclusiom body keluar. Beberapa serobar telah teridentifikasi. Serovar D-K
berhubungan dengan infeksi urogenital, sedangkan serovar L1-3 dihubungkan juga dengan
LGV. Chlamydia lebih sering ditemukan pada penderita dengan usia lebih muda daripada M.
genitalium, dan kedua organisme ini jarang ditemukan bersamaan pada satu individu.
perempuan
infeksi lebih sering terjadi di servik dibandingan dengan vagina. Kelenjar Bartholin, atau
uretra sendiri. Sama seperti pada infeksi gonore, umumnya perempuan tidak menunjukan
gejala (asimptomatik). Sebagian kecil dengan keluhan keluarnya duh tubuh vagina, disuria
ringan, sering kencing, nyeri di daerah pelvis dan disparenia. Pada pemerikassaan serviks
dapat terlihat tanda-tanda servisitis berupa mukosa yang hiperemis dan edema, disertai
adanya folikel-folikel kecil yang mudah berdarah, dan duh tubuh serviks yang mukopurulen.
Pada perempuan atau laki-laki yang melakukan kontak seksual secara anogenital dan
orogenital, infeksi dapat juga terjadi secara langsung padda mukosa rectum dan faring.
Anamnesis harus sangat teliti, mengingat tidak ada patokan nilai pemeriksaan laboratorium
sederhana yang dapat dipakai sebagai penapiasan cepat infeksi ini. Pemeriksaaan fisik harus
menjadi stanar agar pasien cepat mendapatkan tatalaksana.
8. JELASKAN LANGKAH-LANGKAH MENEGAKKAN DIAGNOSIS DARI
SCENARIO!
Gonore
Infeksi gonokokal dapat dikenali melalui tanda dan gejala khas, namun pada saat penyakit
desminata atau traktus reproduksi atas terjadi, mukosa tempat infeksi primer dapat tanpak
normal dan pasien tidak mengalami tanda dan gejala lokal.
Pada infeksi orofaring, dapat ditemukan gambaran faringitis ringan. Pada infeksi rektal,
ditemukan discharge yang mukopurulent.
Pada infeksi okuler, biasanya berasal dari autounicolation dari infeksi genital. Infeksi
didapatkan pengbengkakan jelas kelopak mata,hyperemia hebat, dan kemosis, dan discharge
yang banyak dan purulen. Kongjungtiva yang terinflamadi mungkin menutupi korbea dan
limbus, biasa didaptkan ulserasi kornea dan kadang terjadi porferasi.
Laki-laki
- Discharge purulen atau mukopurulen uretra, didapatkan denga melakukan teknik milking.
- Pemeriksaan epididimitis: nyeri dan edema epididimal unilateral
Berikut adalah uraiang lima tahapan pemeriksaan pembantu;
a. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram ditemukan gondok gram negatif
intraseluler dan ekstraseluler. Bahan tubuh duh pada laki-laki diambil dari fossa
navikularis, sedangkan pada perempuan diambil dari uretra,muara kelenjar bartholin,
serviks.
b. Kultur
Untuk identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan biakan (kultur). Dua macam
media yang dapat digunakan:
1. Media transpor
2. Media pertumbuhan
d. Tes beta-laktamase
Peneriksaan laktamase dengan menggunakan cafinase TM dis. BBL 961192 yang
mengandung chromogenic chephalosporin akan menyebabkan perubahan warna dari
kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase.
e. Tes thomson
Tes thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
Dahulu pemeriksaan ini perlu di lakukan karena pengobatan pada waktu itu adalah
pengobatan setempat.
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan:
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi urin dibagi dalam dua glass
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas 2
Syarat mutlai ialah kandung kemih harus mengandung air seni paling sedikit 80-100 ml,
jikanair seni kurang dari 80 ml, maka akan gelas 2 sukar dinilai karena baru menguras
uretra anterior.
Regimen Rekomendasi
. Azithromycin 1 gram oral dosis tunggal Atau
. Doxycycline 100 mg oral dua kali sehari selama 7 hari
Regimen Alternatif
. Erythromycin basa 500 mg oral empat kali sehari selama 7 hari Atau
. Erythromycin ethylsuccinate 800 mg oral empat kali sehari selama 7 hari ATAU
. Levofloxacin 500 mg oral sekali sehari selama 7 hari Atau.
. Ofloxacin 300 mg oral dua kali sehari selama 7 harli
Untuk menimimalisasi transmisi, pria yang mendapat terapi dianjurkan untuk menghindari
hubungan seksual selama 7 hari setelah terapi dosis tunggal atau hingga selesai regimen 7
hari, dengan gejala yang telah hiking.
Komplikasi lokal pada pria berupa tisonitis (radang kelenjar tyson), parauretritis,littritis
(radang kelenjar littre) dan cowperitis (radang kelenjar cowper). Selain itu infeksi juga
menjalar keatas (asendens), sehingga terjadi prostatitis, veskulitis, funkulitis, epididimis.
a. Tysonitis
Kelenjar tysonitis ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya terjadi
pada penderita dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang
baik.
b. Parauretritis
Sering pada orang dengan orfisium uretra eksternum terbuka atau hispopadia infeksi
pada duktus di tandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.
c. Littritis
Tidak ada gejala khusus hanya pada urin ditemukan benang-benang atau butir-butir.
Bila salah satu saluran tersumbat, cepat terjadi abses folikular. Didiagnosis dengan
uretroskopi.
d. Cowperitis
Bila hanya yang terkena duktus biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi terjadi pada
kelenjar cowper bisa terjadi abses.
e. Prostatitis
Pada pemeriksaan terjadi pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan,
dan didapatkan fluktuasi bila tekan terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan peca,
masuk keuretra posterior atau ke arah rektum mengakibatkan proktitis.
f. Vesikulitis
Ialah radang akut yang mengenal veskula seminalis dan duktus ejakulatorius. Gejala
berupa demam, polakisuria, hematuria terminal,nyeri pada waktu ereksi dan ejakulasi,
dan spasme mengandung darah.
g. Funkulitis
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang
sama.
h. Epididimitis
Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ialah trauma pada uretra
posterior yang disebabkan oleh salah satu penanganan atau kelainan penderita sendiri.
Uretritis Non-Gonokokal
Pada laki-laki
a. Epididimitis
b. Reiter’s syndrome
pada perempuan
B. Uretritis Non-Gonokokal
Kegagalan terapi dengan regimen rekomendasi cukup jarang. Relaps dapat terjadi dengan
regimen alternatif Reinfection cukup sering dan berhubungan dengan pasangan seksual yang
tidak di terapi atau di dapatkan dari pasangan seksual yang baru.
Abbas, A.K, Aster,J.C, dan Kumar,v.2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9.
Singapure: Elsevier saunders
Menaldi, SW , Linuwih Sri. Dkk.2016. Ilmu penyakit kulit Dan Kelamin. Edisi
VII. Jakarta : Badan penerbit FKUI.
Sudoyo, Ayu W.dkk.2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid I. Edisi VI.
Jakarta : Internapublishing.
Sudoyo, Ayu W.dkk.2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II. Edisi VI.
Jakarta : Internapublishing.
Sherwood,L.2008. Fisiologi Manusia. Jakatra : EGC
Kolawak,Welsh,Mayer.2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Nasar, I Made. Dkk.2010. Buku Ajar Patologi II (Khusus). Edisi I
Corwin J. Elizabeth.2009. Handbook of Pathophysiology, 3ʳ ͩͬ Ed.