Anda di halaman 1dari 10

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BUNGA MELATI

LHOKSEUMAWE
NOMOR : 723/SK/RSU-BM/IV/2017

TENTANG
REVISI KEPUTUSAN DIREKTUR NOMOR :723/RSU-BM / III / 2017
TANGGAL 23 AGUSTUS 2017

TENTANG
KEBIJAKAN PEMISAHAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR DI RUMAH
SAKIT UMUM BUNGA MELATI LHOKSEUMAWE

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BUNGA MELATI LHOKSEUMAWE

Menimbang : a. dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi di


rumah sakit harus selalu berorientasi pada keselamatan
pasien dan petugas di rumah sakit;
b. bahwa untuk menunjang penerapan perawatan pasien
penyakit menular di setiap unit pelayanan harus tersedia
sarana dan prasarana yang diperlukan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum Bunga Melati Lhokseumawe.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


tentang kesehatan.
2. Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007
tentang pedoman manajerial rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit dan Standar Pelayanan Medis.
4. Kebijakan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit.
5. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, Depkes RI,
2011.
6. Surat Edaran Direktur Rumah Sakit Umum Bunga Melati
tentang Pembentukan Komite dan Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


BUNGA MELATI LHOKSEUMAWE TENTANG
PEMISAHAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR
DI RUMAH SAKIT UMUM BUNGA MELATI
LHOKSEUMAWE.
KESATU : Pelayanan pasien dengan penyakit menular dan pasien
imunosupressed diberikan d i s e m u a r u a n g .
perawatan kecuali pada penyakit tertentu yang
m e m b u t u h k a n perawatan di ruang isolasi khusus.
KEDUA setiap pelayanan pasien dengan penyakit menular dan
pasien imunosupressed diR S U B u n g a M e l a t i h a r u s
dilaksanakan secara seragam sesuai
d e n g a n standar prosedur operasional yang ditetapkan di RSU
Bunga Melati
KATIGA Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi
kebijakan dan melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut.
KEMPAT : Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi
kebijakan dan melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut.

Ditetapkan di : Lhokseumawe
Pada tanggal : 11 April 2016
DIREKTUR RSU. BUNGA MELATI
LHOKSEUMAWE

dr. YUDI HARISANOZA

Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum


Bunga Melati Lhokseumawe
Nomor : 352/SK/RSU-BM/IV/2016
Tanggal :11 April 2016
KEBIJAKAN PEMISAHAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR RUMAH
SAKIT UMUM BUNGA MELATI LHOKSEUMAWE

A. Definisi Kasus Penyakit Menular

Menurut para ahli, penyakit menular dapat didefinisikan sebagai sebuah penyakit yang
dapat ditularkan (berpindah dari orang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun
tidak langsung atau melalui perantara/penghubung). Penyakit menular ini ditandai dengan
adanya agent atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah serta menyerang
penderita.

Dalam dunia medis, pengertian penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah
penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), dan
bukan disebabkan oleh faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan).

1. Menggunakan kewaspadaan transmisi.


a. Transmisi Airborne
1) Penempatan Pasien.
Tempatkan pasien di isolasi yang memiliki syarat sebagai berikut ;
a) Ruangan bertekanan udara negatif dibandingkan dengan ruangan sekitarnya.
b) Bila ruangan dengan tekanan negatif penuh, tempatkan pasien di ruangan
ventilasi alami dengan pertukaran udara 6 sampai 12 kali per jam.
c) Memiliki saluran pengeluaran udara ke lingkungan yang memadai atau
memiliki sistem penyaringan udara yang efisien sebelum udara
disirkulasikan ke ruang lain. Pintu harus selalu tertutup dan pasien tersebut ada
di dalamnya. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien bersama
dengan pasien lain yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama,
kecuali bila ada rekomendasi lain. Dilarang menempatkan pasien dengan
pasien jenis infeksi lain. Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan perawatan
gabung tidak diinginkan, konsultasikan dengan petugas pengendalian infeksi
sebelum menempatkan pasien.

2) Perlindungan Pernafasan (Masker).


Gunakan masker bila memasuki kamar pasien yang diketahui atau dicurigai
menderita airborne disease (TBC, Varicela, rubella dll).Orang-orang yang sensitif
dilarang memasuki kamar pasien yang diketahui atau dicurigai menderita airborne
disease.Petugas yang kebal pada measles (rubeola) atauvaricella tidak perlu
memakai perlindungan pernafasan.Pasien harus selalu menggunakan masker
medik/bedah.

3) Pemindahan Pasien.
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar yang khusus tersedia
untuknya hanya untuk hal yang sangat penting saja.Bila memang dibutuhkan
pemindahan dan transportasi, perkecil penyebaran droplet dengan memakaikan
masker bedah pada pasien bila memungkinkan.

Mikroorganisme ditularkan di rumah sakit melalui beberapa cara dan mikroorganisme yang
sama dapat ditularkan dengan lebih dari satu cara. Kewaspadaan Isolasi dirancang untuk
mencegah penularan mikroorganisme melalui cara-cara ini di rumah sakit. Karena faktor agen
dan pejamu lebih sulit dikendalikan, maka intervensi terhadap perpindahan mikroorganisme
terutama diarahkan pada pemutusan rantai penularan/transmisi.

B. Pencegahan Penularan Infeksi

Pencegahan penyebaran infeksi memerlukan dihilangkannya satu atau lebih kondisi yang
diperlukan bagi pejamu atau reservoar untuk menularkan penyakit ke pejamu rentan lainnya
dengan cara :

1. Menghambat atau membunuh agen, misalnya dengan mengaplikasikan antiseptik ke kulit


sebelum tindakan/pembedahan
2. Memblokir cara agen berpindah dari orang yang terinfeksi ke orang yang rentan,
misalnya dengan mencuci tangan atau memakai antiseptik handrub untuk membersihkan
bakteri atau virus yang didapat pada saat bersentuhan dengan pasien terinfeksi atau
permukaan tercemar
3. Mengupayakan bahwa orang, khususnya petugas kesehatan telah diimunisasi atau
divaksinasi
4. Menyediakan alat perlindungan diri (APD) yang memadai bagi petugas kesehatan dalam
upaya mencegah kontak dengan agen infeksi, misalnya sarung tangan rumah tangga
untuk petugas kebersihan dan petugas pembuangan sampah rumah sakit.

C. Penanganan Pasien Dengan Penyakit Menular/Suspek

Untuk kasus/dugaan kasus penyakit menular melalui udara:


1. Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri. Jika ruangan tersendiri tidak tersedia,
kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi secara terpisah di dalam ruangan atau
bangsal dengan beberapa tempat tidur dari kasus yang belum dikonfirmasi atau sedang
didiagnosis (kohorting). Bila ditempatkan dalam satu ruangan, jarak antar tempat tidur
harus 2,5 meter dan diantara tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai
2. Jaga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada pasien mengenai perlunya tindakan
pencegahan ini
3. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai

D. Pertimbangan Pada Saat Penempatan Pasien:

1. Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luka terhadap lingkungan missal luka
lebar dengan cairan keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol
2. Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi melalui udara ke kontak,
missal : luka dengan infeksi kuman gram positif
3. Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan exhaust ke area tidak
ada orang lalu lalang, missal : TBC
4. Kamar terpisah dengan udara terkunsi bila diwaspadai transmisi airborne luas, missal
varicella
5. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan (anak, gangguan mental)

Bila kamar terpisah tidak memungkinkan dapat kohorting. Bila pasien terinfeksi dicampur
dengan non infeksi maka pasien, petugas dan pengunjung menjaga kewaspadaan untuk
mencegah transmisi infeksi.
E. Transpor Pasien Infeksius

1. Dibatasi, bila perlu saja.


2. Bila mikroba pasien virulen, 3 hal perlu diperhatikan:
a. pasien diberi APD (masker, gaun)
b. petugas di area tujuan harus diingatkan akan kedatangan pasien tersebut
melaksanakan kewaspadaan yang sesuai
c. pasien diberi informasi untuk dilibatkan kewaspadaannya agar tidak terjadi transmisi
kepada orang lain.

F. Keluarga Pendamping Pasien Di Rumah Sakit

Perlu edukasi oleh petugas agar menjaga kebersihan tangan dan menjalankan kewaspadaan
isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi kepada mereka sendiri ataupun kepada pasien lain.
Kewaspadaan yang dijalankan seperti yang dijalankan oleh petugas kecuali pemakaian sarung
tangan.
G. Pemulangan Pasien

1. Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas waktu masa penularan.
2. Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang dicurigai terkena penyakit
menular melalui udara / airborne harus diisolasi di dalam rumah selama pasien tersebut
mengalami gejala sampai batas waktu penularan atau sampai diagnosis alternatif dibuat
atau hasil uji diagnosa menunjukkan bahwa pasien tidak terinfeksi dengan penyakit
tersebut. Keluarga harus diajarkan cara menjaga kebersihan diri, pencegahan dan
pengendalian infeksi serta perlindungan diri.
3. Sebelum pemulangan pasien, pasien dan keluarganya harus diajarkan tentang tindakan
pencegahan yang perlu dilakukan, sesuai dengan cara penularan penyakit menular yang
diderita pasien. (Contoh Lampiran D: Pencegahan, Pengendalian Infeksi dan
Penyuluhan Bagi Keluarga atau Kontak Pasien Penyakit Menular).
4. Pembersihan dan disinfeksi ruangan yang benar perlu dilakukan setelah pemulangan
pasien.

H. Pemulasaraan Jenazah

1. Petugas kesehatan harus menjalankan Kewaspadaan Standar ketika menangani pasien


yang meninggal akibat penyakit menular.
2. APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien tersebut
meninggal dalam masa penularan.
3. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak mudah tembus
sebelum dipindahkan ke kamar jenazah.
4. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong jenazah.
5. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal dunia.
6. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk melakukannya sebelum
jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan menggunakan APD.
7. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus
bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular. Sensitivitas agama, adat istiadat
dan budaya harus diperhatikan ketika seorang pasien dengan penyakit menular
meninggal dunia.
8. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.
9. Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diijinkan oleh keluarga dan
Direktur Rumah Sakit
10. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
11. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah Khusus
12. Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 (Empat) jam disemanyamkan di pemulasaran
jenazah

Anda mungkin juga menyukai