Anda di halaman 1dari 133

BAB II

HASIL KAJIAN

A. Profil dan Gambaran Umum RSU PKU Muhammadiyah Delanggu


Klaten
1. Sejarah RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten
Setelah melalui perjalanan selama 4 (empat) dasawarsa, dengan
diawali berdirinya Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin maka pada
tahun 2001 berdirilah RSU PKU Muhammadiyah Delanggu dengan
diberikan ijin bertahap dari ijin Uji Coba, Ijin Operasional Sementara, Ijin
Operasional dan Ijin Tetap diterbitkan. Pemerintah Daerah Kabupaten
Klaten pada tanggal 27 Oktober 2011 dengan Surat Keputusan Bupati
Klaten Nomor 503 / 430 / 2011 dan Surat Keputusan Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Klaten tentang
Pemberian Perpanjang Ijin Operasional Rumah Sakit Nomor : 503.23/001
Tahun 2017 tanggal 27 September 2017. Rumah Sakit Umum PKU
Delanggu Kabupaten Klaten yang berlokasi di Jalan Raya Delanggu Utara
Nomer 19 Delanggu Klaten didirikan pada tahun 2001.
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Delanggu Kabupaten
Klaten adalah rumah sakit tipe D mempunyai luas lahan 22.000 m2, luas
bangunan 16.258 m2, jumlah tempat tidur pada tahun 2018 sebanyak 214
bed, pasien rawat inap 1550 pasien/ bulan, pasien rawat jalan ±11.500
pasien/ bulan, jumlah dokter umum 13 orang, jumlah dokter spesialis 28
orang, jumlah dokter gigi 2 orang, jumlah dokter gigi spesialis 1 orang,
jumlah tenaga perawat 143 orang, jumlah tenaga perawat 29 orang.
Kunjungan poli spesialis dan UGD 2.800 pasien/ bulan.
Jenis pelayanan di Rumah Sakit Muhammadiyah Delanggu adalah
pelayanan 24 jam (Unit Gawat Darurat, ICU, Instalasi Famasi, Radiologi,
laboratorium klinik dan electrokardiografi), layanan bedah (bedah umum,
obsgyn, urologi, ortopedi), layanan pendukung (instalasi gizi, fisioterapi,
akupuntur, bimbingan kerohanian, pemulasan jenazah bayi), layanan poli

7
8

KIA dan KB (pemeriksa kehamilan, nifas, IVA, dan pap smear,


konseling, KB, imunisasi, tindik dan sunat), layanan doktr spesialis dan
konsultan (spesialis penyakit dalam, anak, Keperawatan dan kandungan,
bedah, bedah urologi, ortopedi, anastes, mata, saraf, THT- KL, radiologi,
kesehatan kulit dan kelamin, penyakit kulit, konsultan psikologi dan
konsultan gizi), serta layanan unggulan (obsgyn dan trauma center).
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Delanggu mendapat
Sertifikasi ISO 9001 2008 dari BSI No. FS593021 pada 21 Januari 2012.
Terkreditasi Paripurna KARS Dengan sertifikat No: SERT/ 1077/5/2018
pada tanggal 15 Januari 2018.
2. Falsafah, Visi, Misi, dan Motto RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Klaten
a) Falsafah rumah sakit
Amal usaha Muhammadiyah yang merupakan perwujudan iman dan
amal shalih
b) Visi rumah sakit
Terwujudnya rumah sakit yang bermutu dan islami
c) Misi rumah sakit
1) Terwujudnya rumah sakit yang bermutu
2) Melaksanakan dakwah melalui layanan kesehatan yang islami
3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
d) Motto rumah sakit
Professional dan Islami
B. Gambaran Umum Ruangan nifas
Ruangan bangsal nifas merupakan ruangan khusus kebidanan meliputi
ruangan perawatan kehamilan, pasca persalinan, bayi sehat dan gangguan
reproduksi wanita. Ruangan ini terbagi menjadi 2 ruangan yaitu nifas atas dan
nifas bawah. Ruangan ini memiliki kapasitas 31 tempat tidur dewasa dan 31
buah box bayi dengan jumlah SDM 10 bidan dan perawat 2 orang. Ruangan
terdiri dari kamar VIP, Aisyah untuk kelas I, Khadijah untuk kelas II, Aminah
untuk kelas III. Jumlah SDM di bangsal nifas sebanyak 12 orang dengan 10
9

bidan dan 2 perawat. Pada kamar kelas II dan kelas III terdapat tirai untuk
pemisah antara tempat tidur I dan yang lainnya. Fasilitas yang terdapat
diruang bangsal nifas antara lain :
1. VIP
a. Kapasitas 1 ruangan 1 g. Bedside cabinet
pasien h. Sofa
b. AC i. Kursi
c. Mini Bar j. Kamar mandi
d. Televisi k. Wastafel
e. Almari l. Jemuran
f. Box bayi

2. Kelas I
a. Kapasitas 1 ruangan 1 f. Box bayi
pasien g. Kursi
b. Kipas angin h. Kamar mandi
c. Televisi i. Wastafel
d. Bedside cabinet j. Jemuran
e. Sofa
3. Kelas II
a. Kapasitas 1 kamar 2 pasien
b. Kipas angin
c. Bedside cabinet 2
d. Box bayi 2
e. Wastafel
f. Kamar mandi
g. Jemuran
4. Kelas III
Aminah A c. Kursi penunggu
a. Kapasitas1 kamar 5 pasien d. Bedside cabinet 5
b. Kipas angin e. Box bayi 5
10

Aminah B c. Bedside cabinet 13


a. Kamar kapasita 13 pasien d. Box bayi 13
b. AC e. Kursi penunggu

5. Ruangan perawat ( nurse station)


6. Ruangan kepala ruang
7. Toilet untuk petugas
8. Spoelhoek (ruangan untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien
khususnya yang berupa cairan)

Jadwal jaga perawat : pagi ( pukul 07.00 – 14.00 WIB), siang ( 14.00-20.00
WIB), malam (20.00-07.00 WIB). Ruang bangsal nifas selain digunakan ruang
perawatan juga digunakan sebagai tempat pendidikan, penelitian dan praktik bagi
pendidikan DIII kebidanan, DIII keperawatan, DIV kebidanan dan pendidikan
profesi kebidanan.
Hak dan kewajiban pasien/ keluarga :
a. Hak pasien
1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit
2) Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur
3) Pasien memperoleh pelayanan medis yang bermutu yang sesuai dengan
standar profesi kedokteran atau kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi
4) Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar
profesi keperawatan
5) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit
6) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas mennetukan pendapat
klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar
7) Pasien berhak menerima konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di
rumah sakit tersebut (second opinion) terdapat penyakit yag dideritanya,
sepengetahuan dokter yang merawatnya
11

8) Pasien berhak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya
9) Pasien berhak mendapatkan informasi meliputi :
a) Penyakit yang diderita
b) Tindakan medik apa yang hendak dilakukan
c) Kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan
untuk mengatasinya
d) Alternatif terapi lainnya
e) Prognosisnya
f) Perkiraan biaya pengobatannya
10) Pasien berhak menyutujui atau memberikan ijin atas tindakan yang akan
dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
11) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya
dan mengakhiri pengobatan serta perawatn atas tanggung jawab sendiri
sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya
12) Pasien berhak didampingi keluarga dalam keadan kritis
13) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
14) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan rumah sakit
15) Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan rumah sakit terhadap
dirinya
16) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual
17) Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
18) Pasien berhak mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai
dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturn perundang- undangan
b. Kewajiban pasien
1) Mematuhi peraturan tata tertib yang berlaku di rumah sakit
2) Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung jawab
12

3) Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga kesehatan


serta petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit
4) Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur, lengkap dan
akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah
kesehatannya
5) Memberikan informasi tentang kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya
6) Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di
rumah sakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah
mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
7) Menerima segala konsekuensi atas keputus pribadinya untuk menolak
terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatan
8) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
c. Tata tertib rawat inap
1) Pasien wajib memenuhi seluruh persyaratan administrasi yang ditetapkan
oleh RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
2) Seluruh kebutihan pasien rawat inap baik makan/diet, peralatan dan obat-
obatan disediakan oleh rumah sakit
3) Pasien dilarang merokok, membawa atau menggunakan minuman keras
atau obat-obatan terlarang di lingkungan RS
4) Untuk menjaga keselamatan makan pasien tidak diijinkan meninggalkan
rumah sakit tanpa ijin dari dokter yang merawat
5) Kerusakan atau kehilangan barang inventaris di ruangan pasien menjadi
beban dan tanggung jawab pasien dam keluarga.
d. Tata tertib penunggu
1) Penunggu pasien harus dilengkapi dengan identitas kartu penunggu pasien
yang dikeluarkan oleh RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
2) Jumlah penunggu yang diperbolehkan menunggu di rumah sakit maksimal 2
orang
13

3) Anak dibawah umur 11 tahun dilarang menunggu pasien di rumah sakit


4) Penunggu dilarang merokok di lingkungan rumah sakit, mencuci dan
menjemur pakaian di lingkungan rumah sakit, membawa/ memakai/
menyimpan uang dan barang berharga yang berlebihan di ruangan pasien,
membawa peralatan listrik, mencuci piring di wastafel, membuang plastik/
pembalut di WC, membuang sampah dan meludah di sembarang tempat
5) Keluarga/ penunggu pasien yang ingin berkonsultasi dengan dokter yang
merawat pasien hendaknya memberitahukan terlebih dahulu kepda perawat
jaga sebelumnya.
e. Tata tertib pengunjung
1) Jam kunjung pasien
a. Siang : 10.00 – 12.00 WIB
b. Sore : 16.00- 19.00 WIB
2) Anak dibawah umur 11 (sebelas) tahun dilarang mengunjungi pasien di
rumah sakit
3) Pengunjung dilarang merokok di lingkungan rumah sakit, membawa senjata
api dan senjata tajam, membawa/memakai minuman keras dan obat
terlarang, emmbuat kegaduhan, berjualan, merusak barang, bangunan,
taman rumah sakit serta membuang tempat sampah dan meludah di
sembaran tempat
4) Pengunjung diharapkan dapat ikut menjaga ketenangan dan istirahat pasien
dengan masuk secara bergantian, tidak terlalu lama mengajak bicara pasien,
tidak membuat kegaduhan, tidur atau duduk- duduk di tempat tidur pasien
5) Pengunjung dilarang mengambil gambar pasien tanpa ijin pasien dan
petugas rumah sakit

C. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu dipimpin oleh seorang penanggungjawab ruang di bawah kepala
bagian keperawatan Sutrisno, S.Kep.,Ns. Bagan organisasi Ruang Nifas
dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut
14

Gambar 2.1
Bagan Organisasi Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

KEPALA BIDANG
KEPERAWATAN
SUTRISNA, S. Kep., Ns.
NIK. 110.012

KA. SUB BID. MUTU KEPERAWATAN KA. SUB. BID LOGISTIK


NANIK SUHENI, AMK KEPERAWATAN
NIK. 110.022 IRA DWI HASTUTI, Amd., Keb.
NIK. 110.006

KEPALA RUANG
TIWUK AMINI SYAMSIAH,
Amd., Keb.
NIK. 110.172

KEPALA TIM I KEPALA TIM II


JUWITA NUR HALIMAH, Amd,. Keb. YENI RATNAWATI, Amd., Keb.
NIK. 110.346 NIK. 110.345

SULISTYA WULANDARI, Amd,. Keb. ADIN SUCIATI, Amd., Keb.


NIK. 110.384 NIK. 110.290

RINA SEPTIANA, Amd., Keb. NINA OKTAFIA, Amd., Keb.


NIK. 110.450 NIK. 110.449

FAUZI ISNAINI, Amd., Keb. INABAH, Amd., Keb.


NIK. 110.448 NIK. 110.476

TRIANA DEVI ANTARI, Amd., Kep. ITA DWI KIRANA, Amd., Kep.
NIK. 110.402 NIK. 110.342

FITRIA DAMAYANTI, AMD. KEB CATUR APRIYANTI,


NIK. 110. 451
Amd., Kep.
NIK. 110.252
TRIANA DEVI ANTARI, ARNI NUR SETIANI,
Amd., Kep. Amd., Kep.
NIK. 110.402 NIK. 110.363
PERAWAT PELAKSANA

PERAWAT PELAKSANA
15

Analisa:
Struktur organisasi di bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
sudah ada, namun pada pelaksanaan dalam kegiatan sehari hari penempatan
Ka Tim dibagi sesuai shift jaga. Penerapan Metode tim dalam pemberian
Asuhan di bangsal Nifas berdasarkan beberapa hal yaitu pengalaman dan
masa kerja SDM di bangsal. Struktural yang ada belum sesuai dengan nama
perawat atau perawat yang berjaga dimana ada 3 perawat yang sudah tidak
berada di bangsal Nifas yaitu Catur Apriyanti, Amd.Kep, Wijayanti Ari P
Amd.Kep dan Arni Nur Septiana, Amd.Kep.
16

D. Denah Ruang Nifas

Gambar 2.2 Denah Ruang Nifas

Keterangan :
1. Nurs Station
2. Ruang Obat
3. Kamar Mandi Perawat
…………………………………………………………………..
4. Spoolhoek, Sampah
2 1
Infeksius
10 9 8 7
5. Ruang Sholat, Line,
Dokumen
6. Meja Perawat
3 7. Bangsal VIP
8. Bangsal VIP
6
9. Bangsal Kelas I
10. Bangsal Kelas I
14 13 12 11 11. Bangsal Kelas II
4
12. Bangsal Kelas II
5 13. Bangsal Kelas II
14. Bangsal Kelas II
Catatan :
Bangsal Kelas II ; Ada
4, 8 Tempat Tidur.
17

Keterangan :
Bangsal Kelas III ; Ada 1 kamar berisi 5tempat tidur

1 2

7 5

Keterangan :
1. Isolasi
2. Isolasi
3. Bangsal Kelas 3
4. Nurs Station
5. Ruang Line
6. Tempat Obat
7. Meja Perawat
8. Kamar mandi
18

E. Unsur Input
1. MAN
a. Pasien
1) Kajian teori
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang
membutuhkan pelayanan medis Keperawatan yang terganggu kondisi
kesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO).
Pelayanan di perawatg medis tidak terpisah akan adanya
seseorang tenaga kesehatan dengan konsumen, dalam hal ini adalah
pasien. Pasien dikenal sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan,
dan dari pihak rumah sakit sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan
dalam perawatg perawatan kesehatan.
2) Kajian data
Tabel 2.1
Jumlah Pasien di Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Bulan Agustus- Oktober 2019

No Bulan Jumlah pasien


1. Agustus 244
2. September 244
3. Oktober 251
Jumlah 739

Sumber : Data Sekunder Daftar Pasien Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

Jumlah pasien yang dirawat di bangsal nifas selam bulan Agustus-


Oktober 2019 adalah 739 orang
Tabel 2.2
Jumlah Pasien berdasarkan diagnosa penyakit terbesar di Bangsal Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Klaten
Bulan Agustus- Oktober 2019
No Jenis Penyakit Jumlah
1. Abortus Incomplete 46
2. Brighted Ovum 21
3. Perawatan Ibu Post SC 13
4. Anemia pada kehamilan, persalinan, dan nifas 12
5. Perdarahan Uteri Abnormal 10
6. Hyperemesis Gravidarum 8
Jumlah 110
Sumber : Data Sekunder Diagnosa penyakit terbesar di Bangsal Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
19

3) Analisa data
Berdasarkan tabel diatas didapatkan diagnosa penyakit terbesar di
ruang nifas selama bulan Agustus – Oktober 2019 adalah Abortus
Incomplete, Brighted Ovum, Perawatan Ibu Post SC, Anemia pada
kehamilan, persalinan, dan nifas, Perdarahan Uteri Abnormal,
Hyperemesis Gravidarum, berdasarkan kajian didapatkan bahwa
belum memiliki SAK diagnosa penyakit.
b. Ketenagaan
Secara kuantitas
1) Kajian teori
Ketenagaan merupakan faktor penting dalam input instrumental.
Penetapan jumlah tenaga Keperawatan adalah suatu proses membuat
perencanaan untuk menentukan alokasi SDM di ruangan agar pelayanan
dan proses managerial berjalan efektif dan efisien. Beberapa ahli telah
mengembangkan beberapa formula untuk menetapkan jumlah tenaga
tersebut. Rumus yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :
a) Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan
perhitungan sebagai berikut :
Tenaga Perawat = A x B x 365
(365-C) x jam kerja/hari
Ket : A : Jam Perawatan/24 jam
B : (BOR x jumlah TT)
C : Jumlah hari libur (92 hari)
b) Menurut Depkes (2011)
Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes:
1) Asuhan Keperawatan Minimal:
(a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
(b) Makan dan minum dilakukan sendiri.
(c) Ambulasi dengan pengawasan.
(d) Observasi tanda– tanda vital dilakukan tiap shift.
20

(e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil


(f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
2) Asuhan Keperawatan Sedang:
(a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
(b) Observasi tanda – tanda vital dilakukan tiap empat jam.
(c) Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
3) Asuhan Keperawatan Agak Berat:
(a) Sebagian besar aktivitas dibantu.
(b) Observasi tanda – tanda vital tiap 2 – 4 jam.
(c) Terpasang folley kateter, intake – output dicatat.
(d) Terpasang infus.
(e) Pengobatan lebih dari sekali.
(f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
4) Asuhan Keperawatan Maksimal:
(a) Segala aktivitas dibantu perawat.
(b) Posisi diatur.
(c) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.
(d) Observasi tanda – tanda vital tiap dua jam.
(e) Penggunaan suction.
(f) Gelisah/disorientasi.
5) Perhitungan tenaga perawat berdasarkan:
(a) Tingkat ketergantungan pada perawat berdasarkan jenis kasus.
(b) Rata – rata pasien perhari.
(c) Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien.
(d) Jam perawatan yang diperlukan per ruangan per hari.
(e) Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan

Jumlah jam perawatan diruangan/hari


Jam efektif perawat
21

Faktor koreksi:
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor
koreksi) dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day):
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non


keperawatan (tenaga administrasi) seperti contohnya membuat
perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan dan lain-lain diperkirakan 25 % dari jam pelayanan
keperawatan :

Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25%


100
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :Tenaga yang
tersedia + faktor koreksi.
2) Kajian data
Bangsal nifas memiliki 1 kepala ruangan, 2 orang ketua tim, dan 9 orang
perawat dan bidan pelaksana, jadi jumlah tenaga kerja adalah 12 orang.
a) Menurut Gillies (1999) perhitungan kebutuhan tenaga perawat untuk
ruang nifas dengan asumsi pasien dengan kasus kehamilan, nifas, bayi
sehat dan gangguan reproduksi wanita dengan kapasitas 31 tempat
tidur dan diasumsikan 100% :
Tenaga Bidan = 3 (43,58% x31) 365
(365 – 92) x 7
= 3x 13,5 x 365
(365-92) x 7
= 14782
1911
= 7,73 dibulatkan menjadi 8
22

Jadi kebutuhan tenaga Bidan menurut Gillies yakni 8 dan 1 karu


adalah 9 bidan
b) Menurut Depkes
Menurut Depkes tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang bangsal
nifas dengan jumlah TT 31 buah adalah :
Tabel 2.3
Kebutuhan Tenaga Bidan/Perawat Selama 24 Jam di Ruang Nifas RSU PKU
Muhmmdiyah Delanggu
No Klasifikasi Kebutuhan Perawat/ Bidan
1 Minimal 13x2 = 26
2 Sedang 13x3,5 = 45,5
3 Agak berat
Jumlah 71,5
Sumber : Data Observasi Perawat Jaga

Dihitung berdasarkan rumus Depkes :


Jumlah tenaga perawat yang diperlukan :
A = (rata-rata jml pasien/hari x rata-rata jml jam perawatan pasien/24)
Jam efektif perawat

A = 71.5 = 10,2
7
Jumlah Tenaga Keperawatan yang libur :
B = (Jml hari minggu/ th + jml hari cuti +jml hari libur /th)x jml prwt
Jml hari kerja efektif
= (52 + 12 + 13) x 10,2
288
= 786,17
288
= 2,7
Tugas non Keperawatan :
C = ( A + B ) x 25%
= ( 10,2 + 2,7 ) x 25%
= 3,2
Jumlah Tugas Keperawatan
A + B + C = 10,2 + 2,7 + 3,2 =
23

16 orang ditambah 1 kepala ruangan. Jadi jumlah perawat yang


dibutuhkan oleh ruang nifas adalah 17
3) Analisa Data
Tabel 2.4
Hasil Perhitungan Tenaga Perawat di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu

Tenaga yang Jumlah yang


Teori Keterangan
dibutuhkan tersedia
Gillies 9 12 Lebih 3
Depkes 17 12 Kurang 5
Sumber : Data Primer Ketenagaan Ruangan Nifas RSU PKU Muhammdiyah Delanggu

Berdasarkan tabel 2.4 dapat dilihat bahwa jumlah tenaga perawat dan
bidan menurut Gillies dan Depkes terdapat perbedan. Menurut Gillies
jumlah tenaga perawat dan bidan sudah sesuai, sedangkan menurut
Depkes masih kekurangan 5 orang. RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
menggunakan perhitungan tenaga kerja dengan rumus Gillies. Dalam
shift sehari- hari, perawat dan bidan dibagi menjadi 2 tempat yaitu nifas
bawah dan nifas atas.
Secara kualitas
1) Kajian teori
Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang berhubungan
dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan
kebutuhan atau pandangan konsumen. Tujuan kualitas pelayanan adalah
untuk memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang
dihasilkan sesuai dengan standar atau keinginan/kebutuhan pasien
Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit dalam memberikan
pelayanan kesehatan adalah ditentukan oleh pemberian asuhan
keperawatan yang berkualitas. Pelayanan keperawatan mempunyai
posisi yang strrategis dalam menentukan mutu karena jumlah perawat
paling lama kontak dengan klien, sehingga keperawatan adalah ujung
tombak pelayanan kesehatan dan sering digunakan sebagai indikator
pelayanan kesehatan yang bermutu, serta berperan daam menentukan
tingkat kepuasan klien (Priyanto, 2009). Asuhan Keperawatan yang
24

berkualitas memerlukan SDM yang berkualitas tinggi dan profesional


yang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Dalam undang-undang nomor 4 tahun 2019, bidan yang menjalankan
praktik kebidanan wajib memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) dan
yang dikeluarkan oleh MTKI (Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia) dan
surat izin praktik bidan (SIPB) yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di tempat
praktiknya. Jenis bidan berdasarkan UU No 4 Tahun 2019 Tentang
kebidanan terdiri dari bidan vokasi (lulusan diploma tiga kebidanan) dan
bidan profesi (lulusan D4/S1 kebidanan profesi bidan).
Agar dapat memberikan pelayanan kebidanan secara profesional,
bidan di ruang nifas harus menguasai kompetensi kebidanan dari
pengkajian sampai evaluasi, tindakan kebidanan dan medis yang
dilimpahkan serta menguasai keterampilan APN (Asuhan Persalinan
Normal) dengan jenjang minimal DIII kebidanan.
2) Kajian data
Kualifikasi tenaga perawat berdasarkan tingkat pendidikan dan pelatihan
yang diikuti terdapat pada tabel berikut
25

Tabel 2.5
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan di Ruang Bangsal Nifas
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
No Nama Pendid Gol TTL Masa Tgl Diklat yang
ikan kerja Masuk pernah diikuti
1. Tiwuk Amini D3 IIC Karanganyar 11 th, 6 1 April a. Pelatihan
Syamsiah, Kebida ,25 Juni bulan 2008 APN 7-16
Amd.Keb nan 1986 November
2016
b. Pelatihan
CTU 20-29
Januari 2015
c. Pelatihan
excellent
service 27
januari 2017
d. In-house
training
persiapan
akreditasi
2012 tanggal
10 desember
2012
e. Sertifikat
CNE 20
agustus 2015
f. Pelatihan MU
2016
g. Pelatihan
manajemen
kepala ruang
tahun 2017
h. Pelatihan
konselor asi
2018
i. Pelatihan
preceptor
mentor shift
27-28 agustus
2019
2. Juwita Nur DIII IIB Wonogiri 12 6th, 7 1 maret a. Pelatihan
Halimah Kebida Juli 1991 bulan 2013 code blue
Amd.Keb nan system
September
2017
b. Pelatihan
excellent
service 27
januari 2017
c. In-house
training
persiapan
akreditasi
2012 tanggal
10 desember
26

2012
d. Sertifikat
CNE 20
agustus 2015
e. Pelatihan
APN 2012

3. Yeni DIII IIB Klaten, 27 6Th, 4 1 Juni a. Pelatihan


Ratnawati Kebida September bulan 2013 APN 2012,24
Amd.Keb nan 1989 februari-04
maret 2012
b. In-house
training
persiapan
akreditasi
2015
c. Pelatihan
excellent
service 27
januari 2017
d. Pelatihan
transfer 29
mei 2017
e. Pelatihan
CNE tanggal,
20 Agustus
2016
4. Sulistya DIII IIB Jepara,04- 6th, 7 1 maret a. Pelatihan
Wulandari Kebida 06-1981 bulan 2017 code blue
Amd.Keb nan system
September
2017
b. Pelatihan
excellent
2017
c. In-house
training
persiapan
akreditasi
2012
d. Sertifikat
CNE tanggal,
20 Agustus
2016
e. PeLatihan
APN 2012
5. Rina Septiani DIII IIB Klaten 19 2th, 4 1 Juni a. Sertifikat
Amd.Keb Kebida september bulan 2017 CNE tanggal,
nan 1993 20 Agustus
2016
b. Pelatihan
BLS 11
Desember
2015
c. Pelatihan
27

persiapan
akreditasi
2012
d. Pelatihan
code blue 18
september
2018
e. Pelatihan
service
excellent 11
september
2017
6. Ita Dwi Karini DIII IIB Sukoharjo 2 6th, 8 1 a. Sertifikat
AMK Kepera januari 1990 bulan februari CNE tanggal,
watan 2013 20 Agustus
2016
b. Pelatihan
service
excellent 14
september
2017

7. Triana Devi DIII IIB Sukoharjo 3th, 10 1 januari a. Sertifikat


Antari AMK Kepera 19 juni 1993 bulan 2016 CNE tanggal,
watan 20 Agustus
2016
b. Pelatihan
service
excellent 14
september
2017
c. Pelatihan
code blue
system
September
2017
8. Adin Suciati DIII IIB Boyolali 28 7th, 2 1 a. Pelatihan APN
Amd.Keb Kebida maret 1990 bulan Agustus 2011
nan 2012 b. Pelatihan
code blue
system
c. Pelatihan MU
2016
d. Excellent
Service
9. Nina Oktavia DIII IIB Klaten 14 2th, 4 1 Juni a. Pelatihan
Amd.Keb Kebida oktober bulan 201 APN 2016
nan 1991 7 b. Pelatihan MU
2016
10. Inabah DIII IIB Temanggun 2th, 0 16 a. Pelatihan
Amd.Keb Kebida g, 31 januari bulan Oktober APN 2016
nan 1993 2017 b. Pelatihan MU
2016
28

11. Fauziah DIII IIB Sukoharjo 2th, 4 1Juni a. Pelatihan


Isnaini Kebida 13 desember bulan 2017 APN 2016
Amd.Keb nan 1993 b. Pelatihan MU
2016
12. Fitri DIII IIB Klaten 27 2th, 4 1 Juni a. Pelatihan
Damayanti Kebida april 1991 bulan 201 APN 2016
Amd.Keb nan 7 b. Pelatihan MU
2016

Sumber: Data Sekunder Data Kepegawaian

3) Analisa data
Berdasarkan tabel diatas, tingkat pendidikan bidan dan perawat di
ruang nifas yaitu lulusan DIII keperawatan dan DIII kebidanan sebanyak
12 orang (100%). Menurut Menteri Kesehatan komposisi perawat
profesional di suatu ruangan adalah sebesar 100%, sedangkan yang
disebut perawat profesional adalah perawat yang memiliki pendidikan
minimal DIII. Dalam upaya memenuhi standart perawat profesional dari
Menkes salah 1 bidan sedang proses melajutkan pendidikan ke jenjang
lebih tinggi
c. Bimbingan Mahasiswa Praktik
1) Kajian teori
Peserta didik merupakan input dalam organisasi sekolah dan bahan
mentah yang harus diolah oleh sekolah untuk menjadi input yang
berkualitas pada jenjang pendidikan berikutnya. Pengertian peserta didik
menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan pendidikan tertentu.
Potensi peserta didik diolah melalui proses pembelajaran (kegiatan
belajar mengajar), dimana melalui kegiatan belajar itu peserta didik
tidak hanya memperoleh pengetahuan saja melainkan mampu
menemukan pengetahuan, mampu bekerja sama, berkomunikasi,
memiliki jiwa toleransi dan saling pengertian, serta memiliki
kemampuan untuk berkompetisi. Untuk menghasilkan lulusan peserta
didik yang berkualitas terutama pendidikan Keperawatan perlu adanya
29

pengelolaan bimbingan PKK (Praktik Klinik Keperawatan) yang baik,


bermutu tinggi, serasi dan selaras dengan perkembangan IPTEK
Kesenjangan antara pembimbing klinik masih terlihat dalam
beberapa hal. Kesenjangan yang bisa kita lihat adalah dari segi
pendidikan, dimana para pembimbing akademik secara jenjang
pendidikan masih pendidikan diploma III.
Dari segi kualitas, masih banyak rumah sakit yang memiliki
pembimbing klinik belum terlatih atau bersertifikat sebagai pembimbing
klinik, tetapi kebanyakan hanya berdasarkan senioritas, jabatan kepala
ruangan atau pengalaman bekerja, sehingga tidak jarang mahasiswa
praktik dari berbagai jurusan (kebidanan / keperawatan ) dan tingkat
pendidikan (DIII, DIV dan profesi) mendapat bimbingan oleh bidan
senior yang berlatar belakang DIII tetapi dengan tahun lulusan yang
berpaut jauh, namun saat ini telah ada 1 bidan yang melanjutkan jenjang
pendidikannya guna mengimbangi dalam proses pembimbingan
mahasiswanya.
2) Kajian data
Tabel 2.6
Daftar Mahasiswa Praktikan di Ruang Bangsal Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu
Bulan Agustus- Oktober
No Instutusi Prodi/ Periode Jumlah
Jurusan/ Mahasiswa
Semester
1. Stikes Aisyiyah DIII 01-20 20
Surakarta D3 Keperawatan Agustus 2019
Keperawatan Semester II
(KDK)
2. Stikes Semester IV 01-27 5
Muhammadiyah Agustus 2019
Klaten
3. Stikes DIII 01-10 7
Mabaul’ulum Keperawatan Agustus
Surakarta Semester IV 2019

4. Stikes DIII 05-31 5


Mabaul’ulum Keperawatan Agustus 2019
Surakarta Semester II
(KDM)

5. Poltekkes DIII 01 September 10


30

Surakarta Keperawatan – 25 Oktober


Semester V 2019
6. Stikes DIII 09-30 9
Mabaul’ulum Keperawatan September
Surakarta Semester V 2019
7. Universitas Asiyah DIII 01-25 6
Jogja Keperawatan Oktober 2019
Semester V
8. Poltekkes Profesi 23 12
Surakarta Keperawatan September-
Semester III 29 November
2019
Sumber: Data Sekunder Absensi Mahasiswa Praktik Ruangan Nifas

3) Analisa data
Selain fungsi pelayanan, RSU PKU Muhammadiyah Delanggu memiliki
fungsi sebagai pendidikan dan penelitian, hal ini dapat dilihat dari data
diatas, dalam bulan Agustus sampai dengan Oktober terdapat Mahasiswa
praktik dari berbagai program studi dimulai dari pendidikan DIII
Kebidanan/ DIII keperawatan semester II sampai dengan Mahasiswa
Profesi Kebidanan dengan dari berbagai target kompetensi seperti KDK,
maternity,kegawatdaruratan dll
2. Sumber Dana (Money)
a. Kajian Teori
Pembangunana perawatg kesehatan pada dasarnya ditunjukan
untuk meningkatkan kesadran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal sebagai
salah satu unsur kesejateraan sebagaimana diamanatkan oleh
pembukaan UUD 1945. Hal ini sejalan dengan amanat pasal 28 H ayat
(1) perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, dan selanjutnya pasal 34 ayat (3) juga menyatakan
bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah sakit sebagai salah
satu saranan pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya
kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelengaraan
31

pelayanan kesehatan. Rumah sakit mempunyai karakteristik dan


organisasi yang kompleks.
Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan
baik medis maupun non medis. Dalam pelayanan tersebut agar
pelayanan kesehatan baik medis maupun non medis. Dalam pelayanan
tersebut agar pelayanan dalam rumah sakit dapat berjalan seoptimal
mungkin dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat maka rumah
sakit perlu mempersiapkan peralatan jasa non medis dan jasa
pemboronagn.
b. Kajian data dan analisa data
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesui dengan prosedur
yang berlaku. Sumber dana pembiayaan rumah sakit berasal dari
pendapatan rumah sakit dan di kelola sendiri oleh RSU PKU
Muhammadiyanh Delanggu. Pengelolaan keuangan di Bansal Nifas
sepenuhnya diatur secara sentral oleh perawatg Keuangan RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu. Prosedur pengusulan dsana oleh kepala
ruang kepada pimpinan RS melalui perawatg Keperawatan.
3. Fasilitas/alat (Material) dan Mesin (Machine)
a. Kajian Teori
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan
keperawatan yang meliputi kebutuhan (jumlah,jenis dan spesifikasi)
serta pengolaannya dalam upaya mewujudkan pelayanan keperawatan
yang berkualitas. Ruang lingkup peralatan keperawatan adalah alat
tenun, alat kesehatan, alat rumah tangga, alat pencatatan dan
pelaporan keperawatan, pengelolaan peralatan keperawatan meliputi
standar perencanaan, standar pengadaan standar distribusi, standar
penggunaan, standar penghapusan, standar pengawasan dan
pengendalian. Pengelolaan peralatan merupakan faktor pendukung
dan penunjang terlaksananya pelayanan keperawatan/ kebidanan.
32

Mesin adalah peralatan yang digerakkan oleh mesin maupun


elektronik yang digunakan untuk membantu menangani pasien baik
secara medis maupun keperawatan, seperti : tensimeter, dopler dll
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan
dapat dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-
masing institusi dengan memperhatikan jenis alat, bahan/warna,
ukuran, jenis kegiatan, jumlah yang dibutuhkan. Juga didasarkan atas
pergroup bahan-bahan yang dipakai, disimpan atau dicuci.
Rumah Sakit memiliki kondisi yang berbeda-beda dan kompleks,
keadaan ini mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan
termasuk pengelolaan fasilitas dan peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan. Sehubungan dengan hal itu diperlukan adanya
standar pengelolaan fasilitas dan peralatan kesehatan untuk pelayanan
keperawatan sebagai pedoman bagi managemen keperawatan dalam
menggunakan sumber daya fasilitas keperawatan demi mencapai
pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien.
b. Kajian data
Analisa berdasarkan dokumentasi ruangan tahun 2019 mengenai
daftar inventaris Ruang Nifas didapatkan data penyediaan serta
pengelolaan bahan dan alat di Ruang Nifas
Tabel 2.7
Standar Alat – alat Non medis di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Tahun 2019
No Nama barang Inventaris Keterangan
1 Kertas karbon 1 Baik
2 Stopmap Plastik 5 Baik
3 Stopmap snail plastic 2 Baik
4 Penghapus pensil 1 Baik
5 Bollpoint standar 2 Baik
6 Pensil 2B 2 Baik
7 Pensil blue red 2 Baik
8 Spidol boardmarket 4 Baik
9 Spidol permanent 4 Baik
10 Klip kertas sedang 1 Baik
11 Klip daito 2 Baik
12 Isolasi kecil 10 Baik
13 Buku tulis sidu 1 Baik
14 Buku gelatik kembar besar 2 Baik
15 Purfurator besar 2 Baik
33

16 Isi steples kecil 5 Baik


17 Kalkulator 1 Baik
18 Tempat alcohol spray 3 Baik
19 Penghapus papan 2 Baik
Sumber : Data alat-alat non medis ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2019

Tabel 2.8
Standar Alat – alat Medis Di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten
Tahun 2019

No Nama barang Jumlah Keterangan


1 Tensi air raksa 2 Baik
2 Tensi digital 2 Baik
3 Dopler 2 Baik
4 Thermometer digital 2 Baik
5 Thermometer air raksa 2 Baik
6 Stetoskop dewasa 2 Baik
7 Stetoskop anak 2 Baik
8 Timbangan bayi 1 Baik
9 Timbangan dewasa 1 Baik
10 Oxymetri 1 Baik
11 Manometer central 7 Baik
12 Manometer manual 6 Baik
15 Oksigen transport - -
16 Suction 1 Baik
18 Set medikasi 3 Baik
19 Set partus 1 Baik
20 Set aff hecting 1 Baik
22 Kom tutup 2 Baik
24 Kom besar 2 Baik
25 Nebulizer 1 Baik
26 Tourniquet 1 Baik
27 Box darah 1 Baik
28 Gelas ukur 1 Baik
29 Tong spatel 1 Baik
30 Gudel mayo 1 Baik
31 Ambubag dewasa 1 Baik
32 Ambubag anak 1 Baik
33 Bengkok 3 Baik
34 Trolly emergency 1 Baik
35 Trolly medikasi 2 Baik
36 Larangoskop 1 Baik
37 Set huknah 1 Baik
38 Sek cek GDS 1 Baik
39 Senter -
40 Suhu kulkas 1 Baik
41. Thermometer telinga 1 Baik
Sumber : Data alat-lalt medis di ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 2019

c. Analisa Data
Berdasarkan observasi di Ruang nifas tidak memiliki buku
rekap inventarisasi berisi data fasilitas/alat (material) dan mesin
(machine) secara lengkap. Namun berdasarkan wawancara dengan
34

kepala ruangan, ruang nifas memiliki buku inventaris berisi data


fasilitas namun belum terupdate karena pergantian kepala bagian
rumah tangga.
Standar oprasional prosedur (SOP) yang dimiliki ruang nifas
sudah ditempelkan pada alat adalah standar oprasional mencuci
tangan yang benar.
4. Metode / Standar / Pedoman / Prosedur Tetap
a. Kajian Teori
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal
sebagai suatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan
sebagai tolok ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding
(Marr dan Biebing, 2001). Nursalam (2002) menyebutkan bahwa
standar merupakan pernyataan yang absah, model yang disusun
berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang
memadai dan sesuai serta diterima dengan layak. Jenis-jenis standar
antara lain :
1) Standar input: tenaga, fasilitas, dana, organisasi, manajemen
kebijakan dan lain-lain.
2) Standar proses: prosedur tindakan pelayanan
3) Standar output: penampilan kinerja, kepuasan
Menurut Donabedian bahwa standar adalah rumusan tentang
penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan
dengan parameter yang telh ditetapkan. Berdasarkan clinical practice
guideline standar adalah tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna
yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal atau disebut juga
kisaran variasi yang masih dapat diterima.
Suatu ruangan perawatan di dalam sebuah Rumah sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap (Protap) tindakan yang berlaku secara resmi
dan dipahami dan diterapkan oleh seluruh staf ruangan.
Standar praktek Keperawatan adalah norma atau penegasan tentang
mutu pekerajaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar
35

yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan Keperawatan


bedah dan intern dan umum serta sebagai tolak ukur dalam penilaian
penampilan kerja seoarang perawat (Nursalam, 2002). Menurut Gillies
(1994) standar asuhan Keperawatan mempunyai 3 tujuan yaitu :
1) Meningkatkan mutu asuhan Keperawatan dengan memusatkan
upaya meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan
2) Mengurangi biaya asuhan Keperawatan dengan mengurangi
kegiatan asuhan Keperawatan yang tidak penting
3) Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian Keperawatan
dengan mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar
asuahan Keperawatan serta menentukan bahwa kegagalan dari
perawat untuk memenuhi standar dapat membahayakan pasien.
Di Indonesia standar Keperawatan dipakai sebagai dasar pedoman dan
instrumentasi penerapan standar asuhan Keperawatan yang disusun oleh
Depkes tahun 1997, yaitu :
a. Standar I Pengkajan Perawatan
Pengkajian Keperawatan diperoleh dari data anamnesa,
observasi yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara
terus-menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan
Keperawatan sehinga data Keperawatan juga dapat dimanfaatkan
semua angggota tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan
data,pengelompokkan data dan perumusan masalah.
b. Standar II Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien yang dianalisis dan dibandingkan dengan keadaan
pasien. Komponennya terdiri atas : masalah, penyebab dan gejala
(PES), bersifat aktual dan potensial dan berdasarkan pohon
masalah dan dapat ditanggulangi perawat.
c. Standar III Perencanaan Keperawatan
36

Perencanaan Keperawatan disusun berdasarkan diagnosa


Keperawatan, komponennya terdiri dari prioritas masalah, tujuan
dan intervensi.
d. Standar IV Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan Keperawatan yang dilakukan, bermaksud
agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup
aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan
kesehatan dengan melibatkan keluarga dan lingkungan yg meliputi
komunikasi terapeutik, terapi individu dan keluarga.
e. Standar V Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis, dan
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
f. Standar VI Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi Keperawatan dilakukan secara individu oleh
perawat selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan.
Digunakan sebagai informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan
setelah tindakan dilakukan sesuai dengan pelaksanaan proses
Keperawatan. Setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau
paraf/nama perawat, menggunakan standar yang baku dan disimpan
sesuai peratutan yang berlaku.
Standar Keperawatan menurut Depkes RI meliputi:
a) Standar Pelayanan Keperawatan (SPK)
b) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Suatu ruang perawatan di dalam Rumah Sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap yang berlaku secara resmi dan dipahami
serta diterapkan oleh seluruh staf di ruang perawatan.Prosedur
tetap dan SAK minimal untuk 10 kasus terbesar pada ruang
perawatan tersebut. Standar diperlukan untuk menentukan mutu,
bagaimana kegiatan-kegiatan akan dikerjakan, dan untuk menilai
mutu, seberapa baik kegiatan-kegiatan dikerjakan.
37

b. Kajian data
1) SAK
Di ruang nifas belum tersedia SAK yang dijadikan pedoman untuk
melakukan asuhan kebidanan
2) SOP
Tabel 2.9
Pedoman/Standart/Protap Kebijakan Di Ruang Nifas RS PKU Muhammadiyah
Delanggu
No SPO Nomer Terbit
Dokumen Tanggal
1 Pemeriksaan radio diagnostik 11.04.01 12-Jun-17
2 Melatih pasien mobilisasi 11.04.02 12-Jun-17
3 Melakukan suction 11.04.03 12-Jun-17
4 Injeksi sub cutan 11.04.04 12-Jun-17
5 Mengganti alat tenun yang kotor tanpa memindahkan 11.04.05 12-Jun-17
pasien
6 Mengukur tekanan darah 11.04.06 12-Jun-17
7 Injeksi intra cutan 11.04.07 12-Jun-17
8 Injeksi intra vena 11.04.08 12-Jun-17
9 Menimbang berat badan dewasa 11.04.09 12-Jun-17
10 Memberikan obat melalui vagina 11.04.10 12-Jun-17
11 Menghitung denyut nadi dan pernapasan 11.04.11 13-Jun-17
12 Memelihara kebersihan vulva 11.34.12 13-Jun-17
13 Injeksi intra muskular 11.04.13 13-Jun-17
14 Memberi makan pasien 11.04.15 13-Jun-17
15 Mengukur suhu badan di ketiak 11.04.16 13-Jun-17
16 Memberikan obat melalui mata 11.04.17 13-Jun-17
17 Pemasangan infus 11.04.19 14-Jun-17
18 Mengukur tinggi badan dewasa 11.04.19 13-Jun-17
19 Merawat luka bakar 11.04.20 14-Jun-17
20 Bilas lambung 11.04.21 14-Jun-17
21 Resusitasi jantung paru 11.04.22 14-Jun-17
22 Balance cairan 11.04.23 15-Jun-17
23 Kompres panas 11.04.24 15-Jun-17
24 Kompres dingin 11.04.25 15-Jun-17
25 Mengganti balutan luka 11.04.26 15-Jun-17
26 Pemberian oksigen 11.04.27 15-Jun-17
27 Menyisir rambut 11.04.28 12-Jun-17
28 Memberi huknah rendah 11.04.29 15-Jun-17
29 Pemesanan darah 11.04.30 15-Jun-17
38

30 Memasang bidai 11.04.31 15-Jun-17


31 Memandikan pasien diatas tempat tidur 11.04.32 15-Jun-17
32 Membersihkan mulut pasien 11.04.33 15-Jun-17
33 Menimbang berat badan anak 11.04.35 15-Jun-17
34 Menolong pasien BAB 11.04.36 16-Jun-17
35 Standar kebutuhan linen 11.04.37 16-Jun-17
36 Penyimpanan linen 11.04.38 16-Jun-17
37 Permintaan atau bon linen 11.04.39 16-Jun-17
38 Pertemuan berkala staf ruangan 11.04.40 16-Jun-17
39 Permintaan kebutuhan alat Keperawatan 11.04.41 16-Jun-17
40 Discharge planning 11.04.42 16-Jun-17
41 Operan jaga 11.04.44 16-Jun-17
42 Mutasi tenaga Keperawatan 11.04.45 17-Jun-17
43 Pre conference 11.04.46 16-Jun-17
44 Perawatan pasien di ruangan 11.04.47 16-Jun-17
45 Memberi pendidikan kesehatan 11.04.48 16-Jun-17
46 Cuti tenaga Keperawatan 11.04.49 16-Jun-17
47 Pembuatan jadwal dinas 11.04.50 17-Jun-17
48 Pendelegasian tugas Keperawatan 11.04.51 17-Jun-17
49 Rotasi tenaga Keperawatan 11.04.52 17-Jun-17
50 Orientasi tenaga Keperawatan 11.04.53 17-Jun-17
51 Perawatan pasien post operasi 11.04.54 17-Jun-17
52 Pelaporan jaga perawat diruang rawat inap 11.04.55 17-Jun-17
53 Assesment informasi rawat inap 11.04.56 17-Jun-17
54 Penerimaan pasien rawat inap 11.04.56 17-Jun-17
55 Memberikan obat melalui anus 11.04.57 17-Jun-17
56 Perawatan pasien post operasi 11.04.58 17-Jun-17
57 Assesment awal Keperawatan ranap 11.04.60 14-Jun-17
58 Meeting morning 11.04.60 17-Jun-17
59 Post conference 11.04.62 17-Jun-17
60 Assesment medis ranap 11.04.66 17-Jun-17
61 Assesment ulang Keperawatan ranap 11.04.68 17-Jun-17
62 Assesment ulang medis ranap 11.04.69 17-Jun-17
63 Edukasi penggunaan peralatan medis 11.04.71 14-Jun-17
64 Assesment khusus 11.04.72 17-Jun-17
65 Memberikan obat melalui mulut 11.04.76 17-Jun-17
66 Rekrutmen tenaga Keperawatan 11.04.76 17-Jun-17
67 Retur obat ranap 11.04.77 17-Jun-17
68 Assesment Keperawatan 11.04.80 9-Jan-17
69 Jenjang karir Keperawatan 11.04.81 6-Feb-17
39

70 Konsultasi medis 11.04.84 17-Jun-17


71 Pemberian obat per infus 11.04.85 16-Nov-17
72 Transfusi darah 11.04.02 13-Jun-17
73 Pemasangan kateter urin 11.04.82 17-Jun-17
74 Pemasangan NGT 11.04.83 17-Jun-17
75 Orientasi pasien baru 11.04.85 17-Jun-17
76 Penggunaan restrain 11.04.67 8-Jun-17
77 Penempatan pasien menular 11.04.68 8-Jun-17
78 Assesment restrain 11.04.69 8-Jun-17
79 Endomiometritis 11.34.03 12-Jun-17
80 Palpasi perut ibu hamil dengan leopold 11.34.06 12-Jun-17
81 Manual placenta 11.34.08 12-Jun-17
82 Monitoring pasien dengan tindakan kuret 11.34.10 12-Jun-17
83 Monitoring pada partus prematurus iminen 11.34.12 12-Jun-17
84 Partus percobaan 11.34.14 12-Jun-17
85 Pelayanan post natal 11.34.16 12-Jun-17
86 Penanganan pendarahan post salin 11.34.19 12-Jun-17
87 Pengawasan kala IV 11.34.20 12-Jun-17
88 Persiapan medis operasi wanita/ MOW 11.34.22 12-Jun-17
89 Persiapan pasien operasi SC 11.34.23 12-Jun-17
90 Evakuasi kavum secara kuretase 11.34.28 12-Jun-17
91 Monitoring perdarahan persalinan setelah dilakukan 11.34.34 12-Jun-17
tindakan
92 Pemantauan 6 jam post SC 11.34.36 12-Jun-17
93 Persiapan pasien kuretase 11.34.38 12-Jun-17
94 Sepsis puerperalis 11.34.39 12-Jun-17
95 Penanganan syok 11.34.40 12-Jun-17
96 Perawatan luka perineum 11.34.42 12-Jun-17
97 Test osborn 11.34.45 12-Jun-17
98 Alur pelayanan ponek 11.34.48 12-Jun-17
99 Audit maternal perinatal 11.34.49 12-Jun-17
100 Ketentuan pasien dirawat di ruang nifas 11.34.52 12-Jun-17
101 Kontrasepsi implant 11.34.54 12-Jun-17
102 Kontrasepsi IUD 11.34.56 12-Jun-17
103 Membangun rasa percaya diri ibu menyusui 11.34.58 12-Jun-17
104 Membantu ibu menyusui kembali 11.34.59 12-Jun-17
105 Membantu ibu yang tidak percaya diri dalam menyusui 11.34.60 12-Jun-17
106 Penanganan pasien hiperemesis gravidarum 11.34.61 12-Jun-17
107 Penanganan payudara bengkak 11.34.62 12-Jun-17
108 Penanganan putting terbenam atau datar 11.34.63 12-Jun-17
109 Penanganan payudara saluran tersumbat dan mastitis 11.34.64 12-Jun-17
40

110 Perawatan payudara 11.34.65 12-Jun-17


111 Tata laksana putting lecet 11.34.66 12-Jun-17
112 Memandikan pasien di tempat tidur 11.34.67 12-Jun-17
113 Membantu keluarga yang bayinya sering menangis 11.34.68 12-Jun-17
114 Cara memerah ASI 11.34.69 12-Jun-17
115 Memeriksa payudara pada ibu menyusui 11.34.70 12-Jun-17
116 Mengatur posisi bayi pada payudara 11.34.71 12-Jun-17
117 Pemanfaatan buku KIA 11.34.73 12-Jun-17
118 Pemeriksaan masa puerperium 11.34.74 12-Jun-17
119 Penanganan anemi grafis 11.34.75 12-Jun-17
120 Asi Eksklusif 11.33.04 12-Jun-17
121 Inisiasi Menyusui Dini 11.33.07 12-Jun-17
122 Meningkatkan Asi dan relaktasi 11.33.09 12-Jun-17
123 Pemberian susu formula 11.33.14 12-Jun-17
124 Penatalaksanaan caput succadenumdan cepal hematoma 11.33. 12-Jun-17
125 Perawatan Metode Kangguru 11.33.21 12-Jun-17
126 Rawat Gabung 11.33.23 12-Jun-17
127 Cara Memandikan bayi 11.33.25 12-Jun-17
128 Membimbing ibu menyusui 11.33.27 12-Jun-17
129 Perawatan tali pusat 11.33.28 12-Jun-17
130 Penerimaan bayi kiriman 11.33.29 12-Jun-17
131 Prosedur pemberian VIT. K pada BBL 11.33.45 12-Jun-17
132 Pemulangan bayi BBLR 11.33.44 12-Jun-17
133 Penatalaksanaan infeksi masa nifas 11.34.76 12-Jun-17
134 Pemulangan Pasien 11.04.90 15-Sep-18
135 Alih Baring 11.04.91 20-Sep-18
136 Pelayanan Jemput Pasien Rujukan 11.07.05 30-Jun-18
137 Pelayanan Antar Pulang Pasien Rawat Inap 11.07.04 30-Jun-19
138 Pemasangan Dan Perawatan Infus 11.04.18 20-Sep-18
139 Kompres Dingin 11.04.25 12-Jun-17
140 Mutasi Tenaga Keperawatan 11.04.74 18-Jun-17
141 Memberikan Obat Supositoria 11.04.35 14-Jun-17
142 Menyisir Rambut 11.04.73 18-Jun-17
143 Memberikan Obat Melalui Mulut 11.04.78 18-Jun-17
144 Assesmen Ulang Medis Ranap 11.04.65 17-Jun-17
145 Orientasi Pasien Baru 11.04.79 17-Jun-17
146 Penerimaan Pasien Rawat Inap 11.04.75 17-Jun-17
147 Asesmen Fungsional 11.04.88 17-Jun-17
148 Memberikan Obat Melalui Kulit 11.04.15 14-Jun-17
149 Menimbang Berat Badan Anak 11.04.33 15-Jun-17
41

150 Pelayanan Antar Jemput Pasien Rawat Jalan 11.07.06 30-Jun-18


151 Pembersihan ruang isolasi selama ditempati dan sesudah 11.44.028 20-Dec-16
pasien pindah ruang atau pulang
152 Pembersihan Kamar Husnul Khotimah 11.44.076 20-Dec-16
153 Pencucian Gorden 11.19.079 23-Dec-17
154 Pembersihan Botol Humidifire O2 11.19.078 23-Dec-17
155 Mengganti Balutan Luka Kotor 11.04.93 24-Dec-17
156 Mengganti Balutan Luka Bersih 11.04.26 24-Apr-19
157 Penyerahan Surat Keterangan Lahir 11.34.79 11-Sep-19
Sumber: Buku Standar Prosedur RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

c. Analisa Data
Berdasarkan kajian didapat data bahwa bangsal Nifas sudah
terdapat SOP/ Instruksi kerja yang telah dibuat oleh RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu dalam melakukan sebuah tindakan asuhan
Keperawatan kepada pasien. SOP tersebut sudah sesuai dengan refrensi
ilmu terbaru.sebagian besar perawat dalam bekerja sudah menggunakan
instruksi tersebut.
42

F. Unsur Proses
1. Penerapan Proses Keperawatan
a. Kajian Teori
Menurut KMK No. 938 tahun 2007, standar asuhan kebidanan adalah
acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan
diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi,
evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.
1) STANDAR I : Pengkajian
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Kriteria pengkajian:
a) Data tepat, akurat dan lengkap
b) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa; biodata, keluhan utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial
budaya)
c) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang).
2) STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah:
a) Diagnosa dibuat sesuai dengan nomenklatur kebidanan
b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
c) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
3) STANDAR III : Perencanaan
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan
masalah yang ditegakkan.
43

Kriteria perencanaan:
a) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien; tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan
secara komprehensif
b) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
c) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya
klien/keluarga
d) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien
e) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumberdaya serta fasilitas yang ada
4) STANDAR IV : Implementasi
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada
klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Asuhan dilaksnakan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.
Kriteria:
a) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural
b) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien
dan atau keluarganya (inform consent)
c) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
d) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan
e) Menjaga privacy klien/pasien
f) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
g) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
h) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan
sesuai
i) Melakukan tindakan sesuai standar
44

j) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan


5) STANDAR V : Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai
dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
Kriteria evaluasi:
a) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien
b) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/
keluarga
c) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
d) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien
6) STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan.
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
Kriteria pencatatan asuhan kebidanan:
a) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (RM/KMS/Status pasien/buku KIA)
b) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
c) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
d) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
e) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
f) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan
rujukan.
45

b. Kajian Data
Tabel 2.10
Data Kajian Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Di Ruang Nifas Tanggal 4 s/d 6 November 2019 (n=9)
Kode Pasien
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
A PENGKAJIAN
1. Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman
pengkajian. 9 0
2. Pengkajian meliputi bio-psiko-sosial-spiritual. 7 2
3. Data dikaji lengkap dalam waktu 24 jam sejak pasien
masuk 9 0
4. Data sejak pasien masuk sampai pulang 9 0
5. Pengkajian yang dilakukan, disertai nama dan tanda tangan
perawat yang mengkaji 9 0
Jumlah 43 2
Persentase 96% 4%
B DIAGNOSA
1. Diagnosa keperawatan ditulis sesuai prioritas masalah
pasien 7 2
2. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan benar (PE/PES) 7 2
3. Merumuskan diagnosa keperawatan actual/ resiko/
potensial 6 3
Jumlah 20 7
Persentase 74% 26%
C PERENCANAAN
1. Rencana Askep berdasarkan diagnose keperawatan 9 0
2. Rencana Askep disusun oleh perawat yang bertanggung
jawab 9 0
3. Rumusan tujuan mengandung komponen SMART 7 2
4. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas 9 0
5. Rencana tindakan mencakup tindakan observasi
keperawatan 9 0
6. Rencana tindakan mencakup tindakan terapi keperawatan 7 2
7. Rencana tindakan mencakup tindakan pendidikan kesehatan 8 1
8. Rencana tindakan mencakup tindakan kolaborasi 8 1
9. Rencana tindakan mencakup tindakan yang
menggambarkan keterlibatan klien/keluarga 7 2
Jumlah 73 8
Persentase 90% 10%
D TINDAKAN/IMPLEMENTASI
1. Tindakan observasi keperawatan yang dilakukan
didokumentasi-kan 9 0
2. Tindakan terapi keperawatan yang dilakukan
didokumentasi-kan 9 0
3. Tindakan pendidikan kesehatan yang dilakukan
didokumentasi-kan 9 0
4. Tindakan kolaborasi yang dilakukan didokumentasi-kan 9 0
5. Tindakan yang dilakukan dengan melibatkan klien/ keluarga
didokumentasi-kan 9 0
6. Respon klien terhadap tindakan keperawatan
didokumentasi-kan 8 1
46

Jumlah 53 1
Persentase 98% 2%
E EVALUASI
1. Diagnosa keperawatan di evaluasi setiap hari sesuai dengan
SOAP 8 1
2. Diagnosa keperawatan yang sudah teratasi terlihat dalam
dokumentasi 8 1
Jumlah 16 2
Persentase 89% 11%
F DOKUMENTASI
1. Menulis pada format yang baku 9 0
2. Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang
dilakukan 9 0
3. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku
dan benar 8 1
4. Setiap melakukan tindakan, perawat mencantumkan paraf,
nama, tanggal dan jam dilakukan 9 0
5. Berkas catatan perawatan disimpan sesuai dengan aturan
yang berlaku 9 0
Jumlah 44 1
Persentase 98% 2%

c. Analisa Data
Evaluasi pendokumentasian asuhan kebidanan di ruang Nifas
Obsgyn RSU PKU Muhammadiyah Delanggu untuk pengkajian
didapatkan 97%, diagnosa 74%, perencanaan 86%, implementasi 89%,
evaluasi 87%, dan dokumentasi 89%. Ini berarti pendokumentasian di
ruang Nifas Obsgyn RSU PKU Muhammadiyah Delanggu sudah
dilakukan dengan baik, akan tetapi nilai terendah terdapat pada bagian
diagnosa. Hal ini dikarenakan pada catatan perkembangan asuhan tidak
dituliskan kembali diagnosa terkini pada pasien tersebut.
2. Pelaksanaan Universal Precaution
a. Kajian Teori
1) Pengertian
Kewaspadaan universal yaitu tindakan pengendalian infeksi
yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi
risiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah
dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal
dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2014).
47

Pada semua sarana kesehatan, termasuk rumah sakit, puskesmas


dan praktek dokter dan dokter gigi, tindakan yang dapat
mengakibatkan luka atau tumpahan cairan tubuh, atau penggunaan
alat medis yang tidak steril, dapat menjadi sumber infeksi penyakit
tersebut pada petugas layanan kesehatan dan pasien lain. Jadi
seharusnya ada pedoman untuk mencegah kemungkinan penularan
terjadi. Pedoman ini disebut sebagai kewaspadaan universal. Harus
ditekankan bahwa pedoman tersebut dibutuhkan tidak hanya untuk
melindungi terhadap penularan HIV, tetapi yang tidak kalah penting
terhadap infeksi lain yang dapat berat dan sebetulnya lebih mudah
menular.
2) Penerapan Kewaspadaan Universal
Pasien terinfeksi atau tidak, setiap petugas layanan kesehatan
harus menerapkan kewaspadaan universal secara penuh dalam
hubungan dengan semua pasien (Menurut pusat informasi penyakit
infeksi nosocomial tahuan 2009).
Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Cuci tangan selama 10-15 detik (pastikan sela-sela jari,
punggung tangan, ujung jari dan ibu jari digosok menyeluruh)
dengan sabun di air mengalir setelah berhubungan dengan
pasien.
b) Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah atau
terkontaminasi dengan cairan tubuh.
c) Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada
percikan cairan tubuh.
d) Tangani dan buang jarum suntik dan alat kesehatan tajam sekali
pakai.
e) Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh pasien
dengan disinfektan.
f) Penanganan alat medis harus sesuai dengan standar disinfeksi
dan sterilisasi.
48

g) Tangani semua bahan yang telah tercemar cairan tubuh pasien


dengan cara sterilisasi atau disinfeksi.
h) Pembuangan limbah sesuai dengan prosedur pembuangan limbah
RS.

b. Kajian Data
Tabel 2.11
Hasil Observasi Pelaksanaan Universal Precaution Bangsal Nifas
Tanggal 4 s/d 6 November 2019 (n=11)

Pelaksanaan (n=11)
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
1 Perawat cuci tangan ketika akan kontak 3 8
dengan pasien atau melakukan tindakan
pada pasien
2 Perawat cuci tangan ketika selesai kontak 8 3
dengan pasien atau telah selesai melakukan
tindakan terhadap pasien
3 Perawat mencuci tangan dengan 10 1
sabun/detergen/desinfektan
4 Perawat mencuci tangan di tempat air 9 2
mengalir (wastafel)
5 Perawat menggunakan sarung tangan ketika 6 5
melakukan kontak atau tindakan pada
pasien
6 Perawat menggunakan masker ketika 3 8
melakukan tindakan kepada pasiens
7 Pasien menggunakan alat alat steril untuk 11 0
satu pasien
8 Perawat menggunakan alat disposibel hanya 11 0
untuk sekali pakai
9 Setelah menggunakan alat alat non 10 1
disposibel, perawat mencucinya dengan
larutan disinfektan
10 Perawat mensteril kana lat alat steril di 10 1
instalasi sterilisasi sentral
11 Perawat menyiapkan alat alat kesehatan 9 2
ditempat kusus
12 Perawat membuang benda benda tajam di 11 0
tempat kusus
13 Perawat membuang sampah medis di 11 0
tempat medis
14 Perawat membuang sampah non medis 11 0
ditempat sampah non medis
Jumlah 123 31
Persentase 80% 20%
49

c. Analisa Data
Universal Precaution sudah dilaksanakan sesuai standar ISO baik
dengan presentase nilai 80%, akan tetapi sebagian perawat dan bidan di
ruang Nifas Obsgyn tidak melakukan cuci tangan ketika akan kontak
dengan pasien atau melakukan tindakan pada pasien. Sebagian perawat
dan bidan juga tidak menggunakan masker ketika melakukan tindakan ke
pasien karena pasien tidak ada yang menderita penyakit menular airbone,
dan beberapa perawat tidak menggunakan sarung tangan ketika
melakukan kontak atau tindakan pada pasien. Hal ini terjadi pada saat
perawat dan bidan hanya melakukan tindakan minimal seperti melakukan
sibin, dll.

3. Pengelolaaan Sampah
a. Kajian Teori
Penanganan limbah medis padat
1) Pengertian
Penanganan limbah medis padat mulai pemisahan dan pewadahan
sampai pengadaan ke TPS Incinerator. Limbah medis padat adalah
limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah
benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah kontainer bertekenan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi
2) Tujuan
Untuk menjamin limbah medis padat tidak tercecer sehingga tidak
menimbulkan kontaminasi dan Infeksi Nosokomial di lingkungan RS.
3) Kebijakan
a) Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
b) Perawat di ruangan harus memasukkan semua limbah medis padat
yaitu: jarum suntik bekas, ampul, botol obat, plastik infus, perban,
50

dan lain-lain ke dalam kantong plastik kuning atau tempat


peruntukan yang disediakan.
c) Instalasi Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan mengambil limbah
medis.
4) Prosedur
Perawat di ruangan harus memasukkan limbah medis padat kedalam
yang dilapisi plastik kuning sesuai peruntukkannya: Container (1) BD
Hub cutter: Tempat jarum suntik ( Needles) (2) Container limbah medis
benda tajam dilapisi plastik kuning Syringe, ampul, jarum tranfusi,
obyek glass, pisau, jarum infus. (3) Container limbah medis benda non
tajam dilapisi plastik kuning, jaringan tubuh, darah, perban, plester,
selang infuse, masker, kassa, kantong tranfusi, urine bag, handscoon,
kateter, pembalut/pampers, abocat. (4) Container botol infus : botol
infus dan botol kaca, fial obat. Sampah ruangan ditampung di TPS B3.
Sampah medis yang infeksius setiap 2 hari sekali diambil oleh pihak
kedua yaitu PT. Sarana Patra Jasa (Transporter). Kemudian dibawa ke
PT. Wastex (Pemusnah). Untuk sampah medis non infeksius diambil
oleh DPU (Dinas Pekerjaan Umum) setiap 1 minggu 2 kali harri selasa
dan jum’at.
b. Kajian Data
Tabel 2.12
Hasil Observasi Pengelolaan Sampah di Ruang Nifas
Tanggal 4 s/d 6 November 2019 (n= 11)

Pelaksanaan
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Perawat membuang jarum di tempat jarun 11 0
suntik/ needles
2 Perawat membuang limbah medis benda 11 0
tajam di tempat limbah medis benda tajam
3 Perawat membuang limbah medis benda non 11 0
tajam di tempat limbah medis benda non
tajam
4 Perawat membuang via obat dan botol infus 0 11
pada tempat botol infuse
Jumlah 33 11
Prosentase 75% 25%
51

c. Analisa Data
Hasil observasi pengelolaan sampah di Ruang Nifas berada pada
kategori cukup (75%), akan tetapi perawat dan bidan seringkali
membuang vial obat ke dalam safety box dan botol infuse dibuang ke
dalam tempat sampah infeksius. Hal ini dikarenakan hanya terdapat 1
kotak safety box dan 1 tempat sampah infeksius dalam ruang nifas serta
tidak adanya perbedaan pembuangan vial obat dan spuit maupun
pembuangan botol infus dan sampah infeksius.

4. Pelaksanaan 6 solusi Keselamatan Pasien (Patient Safety)


a. Kajian Teori
1) Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan
(WHO). Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang
meliputi assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien pelaporan dan analisis insiden.
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan pencegahan
terjadiya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (Depkes RI, 2011).
2) Tujuan Keselamatan Pasien
Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit yaitu (Depkes RI, 2011) :
a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien
dan masyarakat
c) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
d) Terlaksananya program–program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan (KTD)
3) Standar Keselamatan Pasien
52

Menurut Depkes RI, (2011) ada tujuh standar keselamatan pasien


yaitu:
a) Hak pasien
b) Mendidik pasien dan keluarga
c) Keselamatan pasien daam kesinambungan pelayanan
d) Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
e) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f) Mendidik staf tentang keselamatan pasien
g) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
4) Sasaran Keselamatan Pasien
Selain dari standar keselamatan, ada lagi yang menjadi poin penting
dalam pelaksanaan keselamatan pasien yaitu sasaran keselamat
pasien atau Patient Safety Goals. Sasaran keselamatan pasien
merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh komisi akreditasi rumah sakit. Penyusunan sasaran
ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari
WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRSI), dan Joint
Commission International (JCI).
Menurut Joint Commission International (2013) terdapat enam
sasaran keselamatan pasien yaitu:
a) Identifikasi pasien dengan benar
b) Meningkatkan komunikasi yang efektif
c) Meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
e) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f) Pengurangan risiko pasien jatuh.
53

b. Kajian Data
Tabel 2.13
Hasil Observasi Pelaksanaan 6 Solusi Patient Safety di Ruang Nifas
Tanggal 4 s/d 5 November 2019

Pelaksanaan
No Komponen yang Dinilai
Ya Tidak
1. Ketepatan identifikasi pasien
a. Pasien diidentifikasikan menggunakan dua identitas 1 0
pasien yaitu nama dan nomer RM
b. Pasien diidentifikasikan sebelum pemberian obat, darah, 1 0
atau produk darah
c. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan 1 0
specimen lain untuk pemeriksaan klinis
d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan 1 0
tindakan/prosedur
e. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi 1 0
yang konsisten pada semua situasi dan lokasi
2. Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
a. Perintah lisan dan yang melalui telepon atau hasil 1 0
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
b. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan 1 0
secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah
atau hasil pemeriksaan tersebut
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh 1 0
individu yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut
d. Kebijakan dan prosedur yang mendukung praktek yang 1 0
konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi
dari komunikasi lisan dari telepon
3 Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high
alert medications)
a. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk 1 0
mengatur identifikasi, lokasi, pemberian obat dan
penyimpanan obat yang perlu diwaspadai.
b. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan 1 0
c. Elektrolit dan konsentrat tidak diunit pelayanan pasien 1 0
kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil
untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja ditempat
tersebut, bila diperkenankan kebijakan
d. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan 1 0
pasien diberi label yang jelas disimpan dengan cara yang
membatasi akses
4 2. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi
a. Rumah sakit menggunakan tanda yang segera dikenali 1 0
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien
dalam proses penandaan atau pemberian tanda
b. Rumah sakit menggunakan checklist atau proses lain 1 0
untuk melakukan verifikasi pra operasi, tepat lokasi, tepat
prosedur, tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia,tepat/benar, dan fungsional
c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan 1 0
54

mencatat/mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum


induksi);”sebelum insisi/time out tepat sebelum
dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan dan sign
out (sebelum meninggalkan kamar operasi)
d. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung 1 0
keseragaman proses guna memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi/dental yang dilaksanakan diluar
kamar operasi
5 Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
a. Rumah sakit mengadopsi pedoman hand hygiene terbaru 1 0
yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara
umum ( antara lain dari WHO Patient Safety)
b. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang 1 0
efektif
c. Kebijakan atau prosedur dikembangkan untuk 1 0
mendukung pengurangan secara berkelanjutan risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan
6 Pengurangan risiko pasien jatuh
a. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko 1 0
pasien jatuh dan melakukan pengkajian ulang terhadap
pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko 1 0
jatuh bagi mereka yang pada hasil assesmen dianggap
berisiko
c. Langkah-langkah dimonitor hasilnya baik tentang 0 1
keberhasilan pengurangan cidera akibat jatuh maupun
dampak yang berkaitan secara tidak sengaja
d. Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan 1 0
berkelanjutan dari cidera pasien akibat jatuh dirumah
sakit
Jumlah 23 1
Prosentase 95,8% 4,2%
Sumber: Data primer Ruang Nifas 2019

c. Analisa Data
Hasil observasi 6 sasaran Patient Safety di Ruang Nifas berada pada
kategori baik (95,8%). Selama tiga hari observasi belum ditmukan monitor
hasil tentang keberhasilan pengurangan cidera akibat jatuh maupun dampak
yang berkaitan secara tidak sengaja.
55

5. Pelaksanaan cuci tangan yang benar


a. Kajian teori
1) Pengertian
Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu prosedur/ tindakan
membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air yang
mengalir atau hand rub dengan antiseptik (berbasis alkohol). Cuci
tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari
kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuannya
adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari
permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara
(Dahlan dan Umrah, 2013)
2) Tujuan Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan satu teknik yang paling mendasar untuk
menghindari masuknya kuman kedalam tubuh, dimana tindakan ini
dilakukan dengan tujuan:
a. Supaya tangan bersih
b. Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme
c. Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
3) Five moment cuci tangan
WHO telah mengembangkan moment untuk kebersihan tangan yaitu
Five Moment for Hand Hygiene, yang telah diidentifikasi sebagai waktu
kritis ketika kebersihan tangan harus dilakukan yaitu : sebelum kontak
dengan pasien, sebelum tindakan aseptic, setelah terpapar cairan tubuh
pasien, setelah kontak dengan pasien dan setelah kontak dengan
lingkungan pasien (WHO,2009)
56

Five Moment Hand Hygiene (Sumber: WHO,2009)


4) Langkah-langkah dalam mencucí tangan
Langkah-langkah dalam melakukan cuci tangan yang benar dan sehat
adalah:
a) Gulung lengan baju sampai atas pergelangan tangan, lepaskan
cincin, jam tangan dan perhiasan tangan lain
b) Basahi tangan sampai sepertiga lengan dibawah air mengalir
c) Ambil sabun cair kira-kira 5 ml, ratakan pada tangan yang telah
dibasahi
d) Gosok bagian telapak tangan dengan telapak tangan satunya lalu
masukan jari - jari tangan kanan ke sela - sela jari - jari tangan kiri
e) Pindahkan telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri gosokan,
tanpa saling melepaskan lalu masukan jari - jari tangan kanan ke sela
– sela tangan kiri. Lakukan pada tangan yang sama.
f) Lakukan penggosokan kuku – kuku
g) Bersihkan jempol tangan kanan dengan menggegamnya dengan
tangan kiri lalu diputar - putar, lakukan pada tangan yang satunya.
h) Kadang perlu menggosok garis telapak tangan
i) Bersihkan dengan air mengalir lalu keringkan.
57

b. Kajian Data
Tabel 2.14
Data Kajian Pelaksanaan Five Moment Cuci Tangan
Di Ruang Nifas Tanggal 4 s/d 6 November 2019

Pelaksanaan
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
1 Sebelum kontak dengan pasien 5 6
2 Sebelum melakukan tindakan aseptic 9 2
3 Setelah terkena cairan pasien 11 0
4 Setelah menyentuh pasien 10 1
5 Setelah kontak dengan lingkungan
5 6
pasien
Jumlah 40 15
Prosentase 73% 27%
Sumber: Data primer Ruang Nifas 2019
Tabel 2.15
Data Kajian Pelaksanaan Cuci Tangan di Ruang Nifas
Tanggal 4 s/d 6 November 2019 (n=11)
Pelaksanaan
No. Komponen yang Dinilai
Ya Tidak
1 Melepaskan jam tangan, perhiasan, gulung, lengan baju
8 3
sampai kesiku
2 Membasuh lengan setinggi lengan bawah dengan air
5 6
mengalir
3 Letakkan antiseptic/sabun ditelapak tangan dan gosok
11 0
kedua telapak tangan
4 Gosok kedua punggung tangan dan sela-sela jari tangan 11 0
5 Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan 11 0
6 Gosok kedua buku-buku jari tangan bergantian 11 0
7 Gosok kedua ibu jari bergantian 9 2
8 Gosok kedua ujung jari tangan memutar bergantian 9 2
9 Gosok kedua pergelangan tangan bergantian 10 1
10 Membilas tangan, pergelangan tangan di bawah air
11 0
mengalir
11 Keringkan tangan dengan tisu 11 0
12 Dan tangan pun sudah bersih 11 0
Jumlah 118 14
Prosentase 89% 11%
Sumber: Data primer Ruang Nifas 2019
c. Analisa Data
Hasil observasi cuci tangan di Ruang Nifas berada pada kategori
baik (89%), akan tetapi masih ada beberapa bidan dan perawat yang
belum melaksanakan cuci tangan dengan benar dan sehat, seperti petugas
tidak melakukan cuci tangan sesuai dengan 6 langkah. Hal ini perlu
dilakukan evaluasi pelaksanaan cuci tangan agar terhindar dari infeksi
nosokomial.
58

6. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik


a. Kajian Teori
1) Pengertian
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan
titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.
Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling
membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan
ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat
membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003)
2) Manfaat
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan
menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan
perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan
mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat
(Indrawati, 2003)
3) Tujuan
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk
pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri
sendiri. Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat
tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah
hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat
kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa. (Indrawati, 2003)
59

b. Kajian data
Tabel 2.16
Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Ruang Nifas
Tanggal 4 s/d 6 November 2019 (n=11)
Pelaksanaan
No Kegiatan
Ya Tidak
A. Tahap pre interaksi
1. Mengumpulkan data tentang pasien 11 0
2. Menyiapkan alat 11 0
3. Cuci tangan 8 3
B Pelaksanaan
4. Memberi salam dan tersenyum pada pasien 10 1
5. Melakukan validasi 11 0
6 Memperkenalkan nama perawat 7 4
7. Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien 3 8
8. Menjelaskan tanggung jawab perawat 5 6
9. Menjelaskan peran perawat 3 8
10. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 11 0
11. Menjelaskan tujuan 10 1
12. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
kegiatan 2 9
13. Menjelaskan kerahasiaan 4 7
C. Tahap kerja
14. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya 9 2
15. Menanyakan keluhan pasien 11 0
16. Memulai kegiatan dengan cara yang baik 11 0
17. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana 11 0
D. Tahap Terminasi
18. Menyimpulkan hasil kegiatan 5 6
19. Memberikan reinforcement positif 7 4
20. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya 6 5
21. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik 11 0
Jumlah 167 64
Prosentase 72% 28%
Sumber: Data primer Ruang Nifas 2019
c. Analisa Data
Hasil observasi pelaksanaan komunikasi terapeutik di Ruang Nifas
berada pada kategori cukup (72%), terdapat 3 hal yang sering tidak
dilakukan oleh petugas seperti, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
kegiatan, menanyakan nama panggilan kesukaan pasien, serta
menjelaskan peran perawat. Hal ini dikarenakan waktu yang diperlukan
untuk melakukan komunikasi terapeutik cukup lama serta banyaknya
tindakan diruangan yang harus atau segera dilakukan, sehingga
komunikasi terapeutik hanya dilakukan pada bagian pokok atau intinya
saja.
60

7. Pelaksanaan Discharge Planning


a. Kajian teori
1) Pengertian
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian
keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian
asuhan keperawatan yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien
dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan (Potter & Perry,
2005).
2) Tujuan
The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan (2009)
menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge planning adalah:
a) Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan
psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan
yang dapat disetujui.
b) Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan
pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka
dalam proses pemulangan.
c) Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan
memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang
diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien.
d) Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada
pasien dan keluarga dengan menyediakan serta memandirikan
aktivitas perawatan diri.
3) Manfaat
Menurut Spath (2003) dalam Nursalam & Efendi (2009),
perencanaan pulang mempunyai manfaat sebagai berikut:
a) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran
kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit.
b) Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang
digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien.
61

c) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada


penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan perawatan baru.
d) Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan
perawatan di rumah.
4) Prinsip
Menurut Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik-
Departemen Kesehatan R.I (2008) dalam Wulandari (2011),
prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan perawat dalam membuat
discharge planning (perencanaan pulang) adalah:
a) Dibuat Pada Saat Pasien Masuk. Pengkajian pada saat pasien
masuk akan mempermudah proses pengidentifikasian kebutuhan
pasien. Merencanakan pulang pasien sejak awal juga akan
menurunkan lama waktu rawat yang pada akhirnya akan
menurunkan biaya perawatan.
b) Berfokus Pada Kebutuhan Pasien. Perencanaan pulang tidak
berfokus pada kebutuhan perawat atau tenaga kesehatan atau
hanya pada kebutuhan fisik pasien. Lebih luas, perencanaan
pulang berfokus pada kebutuhan pasien dan keluarga secara
komprehensif.
c) Melibatkan Berbagai Pihak Yang Terkait Pasien, keluarga, dan
care giver dilibatkan dalam membuat perencanaan. Hal ini
memungkinkan optimalnya sumber-sumber pelayanan kesehatan
yang sesuai untuk pasien setelah ia pulang.
d) Dokumentasi Pelaksanaan Discharge Planning Pelaksanaan
discharge planning harus didokumentasikan dan
dikomunikasikan kepada pasien dan pendamping minimal 24
jam sebelum pasien dipindahkan.
5) Pelakasanaan Discharge Planning dan Proses Keperawatan
Proses discharge planning memiliki kesaman dengan proses
keperawatan. Kesamaan tersebut bisa dilihat dari adanya
62

pengkajian pada saat pasien mulai di rawat sampai dengan adanya


evaluasi serta dokumentasi dari kondisi pasien selama mendapatkan
perawatan di rumah sakit. Pelaksanaan discharge planning menurut
Potter & Perry (2005) secara lebih lengkap dapat di urut sebagai
berikut:
a) Sejak waktu penerimaan pasien, lakkukan pengkajian tentang
kebutuhan pelayanan kesehatan untuk pasien pulang, dengan
menggunakan riwayat keperawatan, rencana perawatan dan
pengkajian kemampuan fisik dan fungsi kognitif yang
dilakukan secara terus menerus.
b) Kaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan
keluarga yang berhubungan dengan terapi di rumah, hal-hal
yang harus dihindarkan akibat dari gangguan kesehatan yang
dialami, dan komplikasi yang mungkiin terjadi.
c) Bersama pasien dan keluarga, kaji faktor-faktor lingkungan di
rumah yang dapat mengganggu perawatan diri (contoh: ukuran
kamar, lebar jalan, langkah, fasilitas kamar mandi). (Perawat
yang melakukan perawatan di rumah hadir pada saat rujukan
dilakukan, untuk membantu pengkajian).
d) Berkolaborasi dngan dokter dan disiplin ilmu yang lain dalam
mengkaji perlunya rujukan untuk mendapat perawatan di
rumah atau di tempat pelayanan yang lainnya.
e) Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan
yang berhubungan dengan masalah kesehatan tersebut.
f) Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai
kebutuhan klien setelah pulang.
g) Tetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, lakukan
implementasi rencana keperawatan. Evaluasi kemajuan secara
terus menerus. Tentukan tujuan pulang yang relevan, yaitu
sebagai berikut:
63

(1) Pasien akan memahami masalah kesehatan dan


implikasinya.
(2) Pasien akan mampu memenuhi kebutuhan individualnya.
(3) Lingkungan rumah akan menjadi aman.
(4) Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah.

b. Kajian Data
Tabel 2.17
Data Pelaksanaan Discharge Planing Perencanaan Pulang di Ruang Nifas
Tanggal 4 s/d 6 November 2019 (n=11)

Pelaksanaan
No
Kegiatan Ya Tidak
A. Tahap pre interaksi
1. Mengumpulkan data tentang klien 11 0
2. Membuat rencana pertemuan dengan klien 9 2
B Tahap Orientasi
3 Memberi salam dan tersenyum kepada klien 10 1
4. Memperkenalkan nama diri 4 7
5 Menanyakan nama panggilan kesukaan klien 4 7
6. Menanyakan perasaan klien 4 7
7. Menjelaskan peran perawat 3 8
8. Menjelaskan tugas perawat
4 7
9. Menjelaskan kegiatan (orientasi ) yang akan dilakukan 8 3
10. Menjelaskan tujuan kegiatan 5 6
11. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk orientasi 0 11
12. Menjelaskan kerahasiaan 4 7
C. Tahap Kerja
13. Menanyakan keluhan utama klien 10 1
14. Memberikan kesempatan bertanya 10 1
15. Memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi 6 5
16. Melakukan orientasi 6 5
D. Tahap Materi
17. Menjelaskan informasi mengenai penyakit 9 2
18. Menjelaskan informasi mengenai penyebab penyakit 6 5
Menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala
19.
penyakit 9 2
Menjelaskan informasi mengenai cara perawatan di
20.
rumah 10 1
21 Menjelaskan informasi mengenai cara pemberian obat 11 0
Menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan
22
penyakit dan infeksi 10 1
Menjelaskan informasi mengenai program pengobatan
23 lanjutan 11 0
64

Menjelaskan informasi mengenai nutrisi yang sesuai


24
dengan program diet 9 2
25 Menjelaskan informasi mengenai aktivitas dan istirahat 9 2
Menjelaskan informasi mengenai control waktu,
26
tempat, cara control, persiapan control 10 1
E. Fase Terminasi
27 Menyimpulkan hasil kegiatan 5 6
28 Memberi pujian positif 6 5
29 Merencanakan tindak lanjut kepada pasien 11 0
30 Melakukan kontrak selanjutnya 11 0
Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan
31
tersenyum 11 0
Jumlah 236 105
Prosentase 69% 31%
Sumber: Data primer Ruang Nifas 2019
c. Analisa Data
Hasil observasi pelaksanaan Discharge Planning di Ruang Nifas
berada pada kategori cukup (69%), hal yang sering tidak dilakukan oleh
petugas yaitu, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk orientasi. Hal
ini dikarenakan waktu yang diperlukan untuk melakukan discharge
planing cukup lama serta banyaknya tindakan diruangan yang harus atau
segera dilakukan, sehingga discharge planing hanya dilakukan pada
bagian pokok atau intinya saja.
8. Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru
a. Kajian Teori
1) Pengertian
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima
kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan
pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan,
perawatan, medis, dan tata tertib ruangan.
2) Tujuan
a) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik.
b) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan pasien.
c) Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum.
d) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS.
65

3) Tahapan Penerimaan Pasien Baru


a) Tahap pra penerimaan pasien baru
(1) Menyiapkan kelengkapan administrasi (Asuransi atau tunai)
(2) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan.
(3) Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru.
(4) Menyiapkan lembar serah terima pasien dari ruangan lain
atau OK (obat & alat, data pemeriksaan penunjang yang
dibawa & catatan khusus)
(5) Menyiapkan format pengkajian.
(6) Menyiapkan inform consent sentralisasi obat.
(7) Menyiapkan nursing kit.
(8) Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung
ruangan.
b) Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru
(1) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala
ruangan/perawat primer/perawat yang diberi delegasi.
(2) Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya.
(3) Perawat menunjukkan kamar/tempat tidur klien dan
mengantar ke tempat yang telah ditetapkan.
(4) Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke
tempat tidur (apabila pasien datang dengan branchard/ kursi
roda) dan berikan posisi yang nyaman.
(5) Perawat katim menerima obat, alat, data pemeriksaan
penunjang yang dibawa dan catatan khusus dari perawat yang
mengantar kemudian mendokumentasikan pada lembar serah
terima pasien dari ruangan lain dan penandatanganan antara
perawat sebelumnya dengan katim.
(6) Katim dan PP melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai
dengan format.
(7) Perkenalkan pasien baru dengan pasien lama yang sekamar.
66

(8) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan


perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang orientasi ruangan, perawatan (termasuk perawat yang
bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang
bertanggung jawab dan jadwal visite), tata tertib ruangan.
(9) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi
yang telah disampaikan.
(10) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani lembar inform concent sentralisasi obat.
c) Peran perawat dalam penerimaan pasien baru
(1) Kepala ruangan
(a) Menerima telfon, mendelegasikan Katim/PP,
memperkenalkan Katim, PP
(b) Menerima pasien baru
(2) Ketua Tim
(a) Menyiapkan lembar serah terima dan penerimaan
pasien baru.
(b) Menandatangani lembar penerimaan pasien baru.
(c) Menerima obat, alat, data pemeriksaan penunjang
yang dibawa & catatan khusus.
(d) Melakukan pengkajian pada pasien baru.
(e) Mengorientasikan klien pada ruangan dan tata tertib
ruangan.
(f) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang
bertanggung jawab, dan memperkirakan hari
perawatan jika memungkinkan.
(g) Memberikan penjelasan tentang sentralisasi obat pada
pasien.
(h) Mendokumentasikan penerimaan pasien baru.
(3) Perawat Pelaksana (PP)
67

Membantu Katim dalam pelaksanaan penerimaan pasien


baru.

IRD Pindahan dari Ruangan IRJ/Praktik Swasta


DDD

Rawat Inap

Kontrol

Pindah ke unit Meninggal Pulang paksa


yang lain Pulang
Sembuh
Melarikan diri

Gambar 1.1 Alur Pasien Masuk Rumah Sakit (Nursalam, 2011)


68

b. Kajian Data

Tabel 2.18
Data Observasi Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru di Ruang Nifas
Tanggal 4 s/d 6 November 2019 (n=11)

Observasi
No Variable yang diteliti
Ya (1) Tidak (0)
A Pre interaksi
1 Mengumpulkan data tentang pasien 11 0
2 Membuat rencana pertemuan dengan pasien 8 3
B Orientasi
1 Memberi salam dan tersenyum kepada
10 1
pasien
2 Memperkenalkan nama diri 9 2
3 Menanyakan nama panggilan kesukaan
3 8
pasien
4 Menanyakan perasaan pasien 3 8
5 Menjelaskan peran perawat 4 7
6 Menjelaskan tugas perawat 8 3
7 Menjelaskan kegiatan (orientasi) yang
7 4
dilakukan
8 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
1 10
kegiatan orientasi
9 Menjelaskan kerahasiaan 4 7
C Kerja
1 Menanyakan keluhan pasien 4 7
2 Memberikan kesempatan bertanya 11 0
3 Memulai dengan ajakan berkonsntrasi 9 2
4 Melakukan orientasi 6 5
D Materi
1 Mengorientasikan tentang fasilitas yang ada
9 2
di ruangan
2 Mengorientasikan tentang cara penggunaan
6 5
fasilitas
3 Mengorientasikan tata tertib penggunaan
4 7
fasilitas ruang tunggu
4 Menorientasikan tempat-tempat penting,
kamar mandi, ruang tunggu, ruang 4 7
konsultasi, ruang perawat, moshola, dll
E Terminasi
1 Menyimpulkan hasil kegiatan 6 5
2 Mmberikan pujian positif 4 7
3 Merencanakan tindak lanjut pada pasien 6 5
4 Melakukan kontrak selanjutnya 7 4
5 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang
4 7
baik dan tersenyum
Jumlah 155 120
Prosentase 56% 44%
Sumber: Data primer Ruang Nifas 2019
69

c. Analisa Data
Hasil observasi pelaksanaan orientasi pasien baru di Ruang Nifas
berada pada kategori cukup (56%), beberapa hal yang sering tidak
dilakukan oleh petugas seperti, mengorientasikan tempat-tempat penting,
kamar mandi, ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang perawat, moshola,
pintu keluar dll. Hal ini menyebabkan pasien sering kebingungan untuk
mencari lokasi ketika akan menuju ke tempat tertentu seperti, apotek, pintu
keluar dsb. Hal ini dikarenakan banyaknya tindakan diruangan yang harus
atau segera dilakukan, serta waktu yang diperlukan untuk melakukan
orientasi ruang cukup lama sehingga orientasi ruang hanya dilakukan pada
tempat-tempat tertentu saja.

9. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan


a. Kajian Teori
1) Pengertian
Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan
pekerjaan dengan melalui orang lain (Handoko,2010). Standar
manajemen pelayanan keperawatan kebidanan adalah proses
pengelolaan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengatur tenaga,
pengarah, evaluasi, dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan
untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan
pfofesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan
empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
motivasi dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling terkait
serta saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan
teknis, hubungan antara manusia dan konseptual yang mendukung
tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan
berhasil guna kepada pasien. Dengan alasan tersebut manajemen
keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam
70

pengembangan keperawatan dimasa depan. Hal tersebut berkaitan


dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi
(Nursalam, 2014).
10. Proses manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Planning atau Perencaaan
1) Kajian Teori
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen yaitu
suatu tugas prinsip dari semua manajer dalam divisi
keperawatan. Elemen pertama dari manajemen menurut Fayol
adalah perencanaan. Fayol mendefinisikan hal ini sebagai
membuat rencana tindakan untuk memberikan pandangan ke
depan (Swanburg, 2000 dalam Julianto 2014).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibuat
untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada
semua pasien. Menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran
belanja, memutuskan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan,
membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan
efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur
operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan.
Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka
utama rencana strategi rumah sakit dengan mempertimbangkan
kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata dan ancaman
eksternal yang harus diantisipasi. Kerangka perencanaan terdiri
dari:
71

(a) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana


langkah-langkah dari profesi keperawatan dalam
melaksanakan visi yang telah ditetapkan.
(b) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
(c) Tujuan, berikan tujuan yang akan dicapai.
(d) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai
tujuan.
(5) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
(6) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal
yang
menyinggung.
b. Organizing
1) Kajian Teori
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen
organisasi yang kedua sesudah perencanaan.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas
untuk mencapai tujuan objektif, penugasan suatu kelompok
manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelompok dan
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat
dengan unit lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal
yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif
organisasi.Dalam pengorganisasian menentukan tentang
tenaga yang akan melaksanakan perencanaan, pembagian
tugas, wewenang, tanggung jawab dan mekanisme
pertanggungjawaban masing-masing kegiatan. Menurut
Nursalam (2014), fungsi pengorganisasian dari kepala ruang
rawat inap adalah sebagai berikut:
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara
jelas.
72

d) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2


ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan logistik unit.
f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
g) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di
tempat kepada ketua tim.
h) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
i) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya.
j) Identifikasi masalah dan cara penanganan.
Hoffart dan Woods (1996) mendefinisikan Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) sebagai suatu
sistem (struktur, proses, nilai nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung
pemberian asuhan keperawatarł MPKP terdiri dari beberapa
elemen sub system, diantaranya:
a) Nilai-nilai profesional (inti MAKP)
b) Pendekatan manajemen
c) Metode pemberian asuhan keperawatan
d) Hubungan professional
e) Sistem kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan kepevawatan ada
beberapa teort mengenai metode asuhan keperawatan.
Menurut Gilhes (1994) metode asuhan kepctawatan terdiri
dari metode kasus, metode fungsional, mctode tim, dan
metode primer.
a) Metode kasus (Total Care Method)
Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880)
dimana seorang klien dirawat Oleh seorang perawat
selama 8 jam perawatan. Setiap perawal ditugaskan
73

untuk melayani scluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.


Pasien akan dirawat Oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien satu perawat dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti di ruang rawat intensif.
Kelebihan dari metode ini adalah
(1) Sederhana dan langsung
(2) Garis pertanggungjawaban jelas
(3) Kebutuhan klien cepat terpenuhi
(4) Memudahkan perencanaan tugas
Kekurangan dari metode ini adalah :
(1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung
jawab
(2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama
(3) Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau
kurang pengalaman
(4) Mahal, perawat profesional termasuk melakukan
tugas non profesional
b) Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien.
Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas yang
berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang berbeda dan
tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya
fungsi menyuntik, membagi Obat, perawatan luka.
Metode ini merupakan manajemen klasik yang
menekankan pada efisiensi, pembagian tygas yang jelas
dan pengawasan yang lebih mudah. Semua prosedur
ditentukan untuk dipakai sebagai standar. Perawat senior
menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya sedangkan
74

asuhan keperawatan klien diserahkan kepada perawat


yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara
fungsi tidak memberikan kepuasan kepada klien dan
perawat karena asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien terfragmentasi menurut tugas atau perasat
yang dilakukan, Cara kerja yang diawasi membosankan
perawat karena berorientasi pada tugas dan sistem ini
baik dan berguna untuk situasi dimana rumah sakit
kekurangan tenaga perawat, namun disisi lain asuhan ini
tidak profesional dan tidak berdasar pada masalah klien.
Keuntungan dari metode ini adalah
(1) Lebih sedikit membutuhkan perawat
(2) Efisien
(3) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
(4) Para staffmudah menyesuaikan dengan
tugas
(5) Tugas cepat selesai
Kerugian dari metode ini adalah
(1) Tidak efektif
(2) Fragmentasi pelayanan
(3) Membosankan
(4) Komunikasi minimal
(5) Tidak holistik
(6) Tidak professional
(7) Tidak memberikan kepuasan kepada klien
dan perawat
c) Metode TIM
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbedabeda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok kliem Ketua tim
75

bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi


asuhan keperawatan untuk semua klien yang ada di
bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai
perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujuan
perawatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan
yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah staffyang
tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah
(1) Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien
(2) Kemampuan anggota tim dikenal dan
dimanfaatkan secara optimal
(3) Komprehensif dan holistik
(4) Produktif, kerjasama, komunl]casi dan moral
Kerugian dari metode ini adalah :
(1) Tidak pengaturan tidak baik
(2) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
(3) Membingungkan bila komposisi tim sering
diubah
(4) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh
perawat non professional
d) Metode Primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja
terbaik dalam suatu pelayanan dengan semua staff
keperawatan yang profesional. Pada metode ini setiap
KaTim memberikan tanggung jawab penuh secara
menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi keperawatan mulai dari pasien masuk sampai
keluar dari rumah sakit, mendorong praktek kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ditandai dengan adanya
76

keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan


perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
mengimplementasikan dan mengkoordinasikan asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
Penanggung jawab dilaksanakan oleh KaTim. Setiap
KATIM merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab
terhadap klien selama 24 jam dari klien masuk sampai
dengan pulang Terdapat kontinuitas asuhan keperawatan
yang bersifat komprehensif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup KATIM
mempunyai beberapa PP dan perawatan dilanjutkan oleh
PP.
Kelebihan dari model primer ini adalah model ini
bersifat kontinyu dan komprehensif dalam melakukan
proses keperawatan kepada klien dan KaTim
mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri. Keuntungan yang
dirasakan adalah pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu
asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan,
proteksi, informasi dan advokasi.
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya
dapat dilaksanakan oleh perawat yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan
kriteria asertif, mampu mengatur diri sendiri,
kemampuan pengambilan keputusan yang tepat,
penguasaan klinik, akuntabel dan mampu bekomunikasi
dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
77

Bagan 1 Skema mekanisme kerja fungsi-fungsi manajemen (Ricky W. Griffin)

Uraian tugas dari kepala ruang, KaTim, perawat pelaksana adalah


sebagai berikut
a) Tugas PJ Ruang Keperawatan yang mendukung pelaksanaan sistem
pemberian asuhan keperawatan dengan Metode Primer Modifikasi
(MPM):
(1) Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan
dan beban kerja
(2) Membuat jadwal koordinasi dengan PP
(3) Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan
dan beban kerja
(4) Mengikuti operan tugas perawat dari jaga malam
(5) Melakukan pertemuan pagi (meeting morning) dengan semua
staf ruangan,
(6) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas KATIM dan PP.
(7) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf
keperawatan untuk mencapai kinerja yang optimal
(8) Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga
sesuai dengan kebutuhan klien
78

(9) Mendelegasikan tugas kepada penanggung jawab jaga pada jaga


sore, malam, Iibur
(10) Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui daftar
hadir yang ada di ruangan
(11) Berperan seria sebagai konsultan dari Katim
b) Tugas Katim yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan
keperawatan dengan Metode Primer Modifikasi:
(1) tugas pada pagi hari
(2) Bersama PP menecima operan (ugas jaga dari PP yang tugas
jaga)
(3) Betsama PP metakukan kontirmasi/supervisi tentang kondisi
Pasien segera setelah setesai operan tugas jaga setiap pasien
(4) Bersama PP metakukan do'a bersama sebagai awa! dan akhir
tugas diiakukan setelah selesai operan tugas jaga malam
(5) Metakukan pre conference dengan semua PP yang ada dalam
grup Katimnya pada setiap awal dinas pagi
(6) Membagi tugas atau pasien kepada PP sesuai 'kemampuan dan
beban kerja
(7) Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau diagnosa dan
perencanaan keperawatan kepada semua pasien yang menjadi
tanggung jawab dan ada bukti di rekam keperawatan
(8) Memonitor dan membimbing tugas PP
(9) Membantu tugas PP untuk kelancaran pelaksanaan asuhan pasien
(10) Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh PP yang ada di bawah
tanggung jawabnya
(11) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan
yang ada dalam perencanaan asuhan keperawatan dan ada bukti
dalam rekam keperawatan
79

(12) Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan


menerima laporan akhir tugas jaga dari PP untuk persiapan
operan tugas jaga berikutnya
(13) Mendampingi PP dalam operan tugas jaga kepada PP yang tugas
jaga berikutnya
(14) Memperkenalkan PP yang ada dalam satu grup atau yang akan
merawat selama pasien dirawat atau kepada pasien/keluarga baru
(15) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference dengan dokter
atau tim kesehatan lain setiap seminggu sekali
(16) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference dalam
pertemuan rutin keperawatan di ruangan minimal sebulan sekali
(17) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conferenee sesuai prosedur
(18) Melaksanakan tugas Iain sesuai uraian tugas
(19) Menggantikan tugas kepala ruang pada pagi hari jika kepala
ruang tidak ada
(20) Mendelegasikan tugas kepada PP pada sore, malam, libur
(21) Memberikan bimbingan mahasiswa praktek yang ada dalam grup
KaTimya dalam rangka orientasi dan pelaksanaan praktek
keperawatan
(22) Menginformasikan peraturan dan tata tertib yang berlaku pada
pasien atau keluarga
(23) Melakukan Visite perkembangan pasien serta persiapan pasien
pulang
(24) Menerima konsultasi atau keluhan pasien dan berusaha
mengatasinya
(25) Membuat laporan tugas pada kepala ruang setiap akhir tugas
c) Tanggungjawab KATIM :
(1) Kebenaran data-data klien dalam proses keperawatan.
(2) Kebenaran kajian data keperawatan.
(3) Kebenaran diagnosis.
(4) Kebenaran rencana tindakan keperawatam
80

(5) Kebenaran layanan asuhan keperawatan.


(6) Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan indakan keperawatan.
(7) Kebenaran evaluasi.
(8) Kebenaran kesimpulan.
(9) Kebenaran dan ketetapan pendidikan kesehatan pada pasien.
(10) Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi tim
(11) Kebenaran dan kelengkapan isian dokumen asuhan keperawatam
(12) Kebenaran bimbingan dan arahan kepada anggota tim primer
keperawatan dan siswa/mahasiswa.
(13) Kebenaran dan kelengkapan laporan dan dokumen asuhan
keperawatan.
d) Wewenang KATIM :
(1) Mengatur dan membimbing PP, siswa/mahasiswa dalam tim
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya.
(2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan asuhan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
(3) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan.
(4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan penanggung
jawab ruang,
(5) Melakukan asuhan dan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan
prima.
(6) Mendelegasikan tugas pada PP
e) Tugas KATIM yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian
asuhan keperawatan dengan Metode Primer Modifikasi (MPM):
(1) Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari
dan kepada PP yang ada dalam satu grup
(2) Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera
setelah selesai operan setiap pasien
(3) Melakukan do'a bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan
setelah selesai serah terima operan tugas jaga
(4) Mengikuti pre conference yang dilakukan KATIM setiap awal tugas
81

(5) Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi


tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
(6) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam
keperawatan
(7) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga kepada
KATIM
(8) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
(9) Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk
mengatasinya
(10) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya
(11) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya
(12) Mengikuti post conference yang diadakan oleh KATIM pada setiap
akhir tugas dan melaporkan kondisi dan perkembangan semua
pasien yang menjadi tanggung jawabnya kepada KATIM
(13) Bila tak ada KATIM wajib mengenalkan PP yang ada dalam grup
yang akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya
kepada pasiemkeluarga baru
(14) Melaksanakan pendelegasian tugas KATIM pada sore malam libur
(15) Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim keschatan Iain bila ada
masalah pasien pada sore malam libur
(16) Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan Iain setiap
seminggu sekali
(17) Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan
(18) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas PP
(19) Membantu melakukan bimbingan PKK kepada peserta didik
keperawatan.
f) Tanggungjawab KATIM :
82

(1) Kebenaran asuhan keperawatan meliputi kajian diagnosis,


rencana tindakan keperawatan.
(2) Kebenaran dan ketepatan pelayanan asuhan meliputi tindakan
dan evaluasi keperawatan.
(3) Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan.
(4) Kebersihan pasien dan alat-alat keperawatan
(5) Kebenaran isian rekam keperawatan.
(6) Kebenaran infomasi/bimbingan/penyuluhan kesehatan kepada
pasien/keluarga.
(7) Ketepatan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif.
(8) Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi
tim
(9) Kebenaran dan bimbingan dan arahan kepada anggota tim
primer keperawatan dan mahasiswa
g) Wewenang KATIM :
(1) Memeriksa kelengkapan peralatan ruang rawat,
(2) Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan tugas.
(3) Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa dan perencanaan
keperawatan bagi pasien baru pada saat KATIM tidak bertugas.
(4) Melakukan asuhan keperawatan pasien.
(5) Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke PJ tugas jaga dan Katim.
Tata cara hubungan professional antara staf keperawatan untuk menjamin
asuhan keperawatan yang berkesinambungan secara terus-menerus:
(1) Kepala keperawatan mengadakan pertemuan rutin dengan kepała
ruangan młnimal satu kali dałam seminggu
(2) Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh staf
minimal sebułan sekali
(3) Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan KATIM minimal
satu kali seminggu
83

(4) KATIM mengadakan pre dan post conferance pada setiap awal dan
akhir jaga pagi
(5) KATIM menerima serah terima PP dari tugas jaga sebelumnya
(6) KATIM mendampingi serah terima antar jaga PP pada tugas jaga
berikutnya
(7) PP melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga sebelumnya dan
kepada tugas jaga berikutnya
(8) KATIM melakukan dokumentasi asuhan keperawatan terutama
dałam pengkajian, menetapkan dignosa dan rencana keperawatan
(9) PP melakukan dokumentasi asuhan keperawatan terutama dałam hal
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
(10) KATIM membuat laporan tugas kepada kepala ruang setiap akhir
tugas terutama keadaan umum pasien dan permasalahan yang ada
(11) KATIM melakukan motivasi/bimbingan/reinforcement kepada PP
setiap hari
(12) PP menggantikan tugas KATIM bila KATIM tidak ada
(13) KATIM menggantikan tugas kepala ruang atau penanggung jawab
ruang pada tugas S/M/hari libur
Tata cara hubungan kemitraan professional antara staf keperawatan
dengan dokter/tim kesehatan lain :
(1) KATIM dan AN melakukan visite bersama dengan dokter/tim
kesehatan lain yang merawat
(2) KATIM melakukan diskusi kasus &dengan dokter/tim kesehatan
lain minimal satu kali seminggu
(3) hubungan professional[kemitraan dengan dokter/tim kesehatan lain
tercermin dalan dokumen rekam medik
(4) KATIM dan AN dapat segera memberikan data pasien yang akurat
dengan cepat dan tepat kepada dokter/tim kesehatan lain bila
diperlukan
(5) KATIM/AN menggunakan rekam medik sebagai sarana hubungan
profesinal datam rangka pelaksanaan program kolaborasi
84

(6) Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan sebagai


sarana hubungan professional dalam rangka program kolaborasi.
(7) Dokter/tim kesehatan lain mengetahui setiap pasien siapa KATIM-
nya.
(8) KATIM memfasilitasi pelaksaan konsultasi pasien/keluarga dengan
dokter/tim kesehalan lain.
(9) Tata Cara Hubungan Profesional antara staf keperawatan dengan
pasien:
(10) Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien yang ada di
ruangan setiap awal dinas.
(11) KATIM dan PP menspervisi seluruh pasien yang menjadi tanggung
jawabnya segera setelah menerima operan tugas setiap pasien.
(12) KATIM menginformasikan peraturan dan tata tertib RS yang
bertaku kepada setiap pasien atau keluaga baru.
(13) KATIM memperkenalkan perawat dalam satu grup yang akan
merawat selama pasien berada di rumah sakit.
(14) KATIM dan PP melakukan visite atau monitoring pasien untuk
mengetahui perkembangan atau kondisi pasien
(15) KATIM memberikan penjelasan setiap rencana tindakan atau
program tindakan pengobatans sesuai wewenang dan tanggung
jawabnya
(16) Setiap akan melakukan tindakan keperawatan KATIM dan PP
memberikan penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien dan keluarga
(17) Kesediaan KATIM dan PP untuk menerima konsultasi atau keluhan
pasien/keluarga dan berusaha untuk mengatasinya
(18) Pasien atau keluarga mengetahui siapa KATIM atau perawat yang
bertangungjawab selama ia dirawat dan ditulis pada papan nama
pasien
(19) KATIM dan PP memberitahu dan mempersiapkan pasien yang akan
pulang
85

Tata cara serah terima jaga (operan)


(1) Menyiapkan tempat untuk serah terima tugas jaga
(2) Serah terima tugas jaga diikuti KaRu, KATIM, PP
(3) Didahului dengan doa bersama
(4) Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima
tanggung jawab dilakukan didepan pintu dengan suara pelan dan
tidak ribut
(5) Menyebutkan identitas pasien dengan diagnosis medik, diagnosa
keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaannya.
(6) Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan
keperawatan yang belum dilakukan
(7) Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift
(8) Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan
(9) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
(10) Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift
(11) Menginformasikan kepada pasien atau keluarga nama perawat
shift berikutnya pada akhir tugas
(12) Memberi salam kepada pasien, menanyakan keluhan-keluhan
pasien
Tata cara Meeting Morning :
(1) KaRu menyiapkan tempat
(2) KaRu memberikan arahan kepada staf dengan materi yang telah
disiapkan sebelumnya
(3) KaRu melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan kepala
staf
(4) Memberikan kesempatan staf untuk mengungkapkan
permasalahan yang muncul diruangan
(5) Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang
dapat ditempuh
(6) KaRu memberi motivasi dan reinformasi kepada staf
86

(7) Meeting morning diikuti seluruh staff.


Tugas KATIM pada Pre Conference :
(1) Menyiapkan ruang/tempat
(2) Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi
tanggungjawabnya
(3) Menjelaskan tujuan dilakukan pre conference
(4) Memandu pelaksanaan pre Conference
(5) Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan rencana
keperawatan yang menjadi tanggung jawab
(6) Membagi tugas kepada PP sesuai kemampuan yang dimiliki dan
memperhatikan keseimbangan kerja
(7) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan
(8) Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian
masalah yang sedang didiskusikan
(9) Mengklarifikasi kesiapan PP untuk melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien
(10) Memberikan reinforcement positif pada PP
(11) Menyimpulkan hasil pre conference
Tugas KATIM pada Post Conference
(1) Menyiapkan ruangan
(2) Menyiapkan rekam medik pasien
(3) Menjelaskan tujuan post conference
(4) Menerima penjelasan dari Ka tentang hasil tindakan atau hasil
perawatan yang telah dilakukan
(5) Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam memberikan
Askeb pasien dan mencari upaya pemecahan masalahnya
(6) Memberikan reinforcement positif pada PP
(7) Menyimpulkan hasil pre conference
(8) Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas jaga
87

c. Kajian Data penerapan MAKP di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah


Delanggu
Penerapan MAKP di PKU Muhammadiyah Delanggu adalah
model keperawatan TIM. Model keperawatan Tim didadsarkan pada
beberapa alasan antara lain :
a) Keterbatasan kuantitas SDM
b) Jadwal visite dokter yang terlalu pagi
c) Jumlah pasien yang tidak menentu
Hal-hal yang penting duperhatikan dalam menentukan model yang akan
dipakai, yaitu :
a) Ketersediaan jenjang pendidikan ketenagaan
b) Kasus yang dihadapi
c) Ketersediaan fasilitas dan sarana
d) Ketersediaan dana (Nuryandari, 2004).
88

Tabel 2.19
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Tanggal 4-6 November 2019
Observasi
No. Uraian Tugas
SLL SR KD TDK
(3) (2) (1) (0)
1. Apakah kepala ruang melakukan meeting 1
morning secara rutin?
2. Apakah kepala ruang membagi tugas, kepada 1
PP dan PA setiap hari?
3. Apabila ada permasalahan diruang, apakah 1
kepala ruang dapat menyelesaikan dengan
baik bersama, dengan perawat ruangan?
4. Apakah kepala ruang memberikan motivasi 1
kerja kepada staf keperawatan ?
5. Apakah kepala ruang melakukan supervisi 1
keperawatan secara rutin?
6. Apakah kepala ruang mengevaluasi tugas- 1
tugas PP/PA secara rutin?.
7. Apakah kepala ruang dalam membuat jadwal 1
dinas disesuaikan dengan:
a.Harian
b.Bulanan
c.Jenis Kelamin
8. Apakah kepala ruangmengadakan rapat ruang 1
secara rutin
9. Setiap ada kasus keperawatan yang menarik 1
apakah kepala ruang mengadakan
pembahasan kasus?
10. Apakah kepala ruang membuat perencanaan 1
untuk pengembangan SDM?
11. Apakah kepala ruang membuat rencana kerja: 1
a.Harian
b. Mingguan
c. Bulanan
12 Apakah kepala ruang mengikuti operan tugas 1
perawat dari jaga malam secara rutin
13 Apakah kepala ruang melakukan pengawasan 1
kedisiplinan tugas staf melalui daftar hadir
yang ada di ruangan ?
14 Apakah kepala ruang menguasai 1
permasalahan yang ada di ruangan ?
15. Apakah kepala ruang bisa sebagai konsultan? 1
16. Apakah kepala ruang bisa berperan sebagai 1
role model ?
Jumlah 14 2
Prosentase 87,5% 12,5
%
Sumber: Data primer Ruang Nifas 2019
89

d. Analisa Data
Berdasarkan observasi selama 3 hari pada tanggal 4-6 November
2019, didapatkan data sebanyak 87,5% bahwa kepala ruang di ruang Nifas
melakukan tugasnya masuk dalam kategori baik. Hal yang kurang dari
poin ini antara lain kepala ruang belum melakukan meeting morning dan
supervisi secara rutin.

11. Pelaksanaan Tugas Katim dalam sistem Asuhan Keperawatan di


Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
a. Kajian Teori
Katim adalah seorang perawat yang bertugas yang mengepalai
sekelompok tenaga keperawatan di ruang rawat dan bertanggung jawab
langsung pada karu.
Tabel 2.20
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Tugas Katim
di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Tanggal 4-6 November 2019

Observasi
No Uraian Tugas Tidak
Selalu Kadang
Pernah
(2) (1)
(0)
1 Apakah Katim melakukan operan tugas jaga malam
1
bersama dengan PP
2 Apakah Katim melakukan konfirmasi atau supervisi
tentang kondisi pasien segera setelah operan tugas jaga 1
setiap pasien
3 Apakah Katim mengajak PP untuk melakukan doa
1
bersama pada waktu mengawali dan mengakiri tugas
4 Apakah Katim melakukan prekonfren dengan semua PP
1
yang ada dalam grupnya setiap awal dinas pagi
5 Apakah Katim membagi tugas atau pasien kepada PP
1
sesuai kemampuan dan beban kerja
6 Apakah Katim melakukan pengkajian menetapkan
masalah apa diagnose dan perencanaan keperawatan
1
kepada semua pasien yang menjadi tanggung jawab dan
pendokunentasikan kedalam RM pasien.
7 Apakah Katim memonitor tugas PP 1
8 Apakah Katim membantu tugas PP untuk kelancaran
1
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien
9 Apakah Katim telah melakukan koreksi, merevisi dan
melengkapi catatan asuhan keperawatan yang dilakukan 1
Katim yang ada dibawah tanggung jawabnya.
90

10 Apakah Katim melakukan evalusi hasil keperawatan


setiap sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan 1
keperawatan dan ada bukti dalam RM
11 Apakah Katim melakukan post konfrent pada akhir
1
dinas
12 Apakah Katim mendampingi PP dalam operan tugas
1
jaga
13 Apakah Katim memperkenalkan PP yang akan merawat
selama pasien dirawat, kepada pasien atau keluarga 1
baru.
14 Apakah Katim menyelenggarakan diskusi kasus
confront dengan dokter atau tim kesehatan lain setiap 1
seminggu sekali.
15 Apakah Katim menyelenggarakan diskusi kasus dalam
pertemuan rutin keperawatan diruangan minimal 1 bulan 1
sekali.
16 Apakah Katim menggantikan tugas kepala runag, bila
1
kepala ruang tidak ada
17 Apakah Katim mendelegasikan tugas PP pada dinas
siang atau malam atau hari libur. 1
18 Apakah Katim memberikan bimbingan praktek
keperawatan kepada mahasiswa yang ada dalam 1
grupnya.
19 Apakah Katim menginformasikan peraturan dan tata
tertib yang berlaku pada pasien dan keluarga. 1
20 Apakah Katim melakukan supervisi perkembangan
1
persiapan pulang
21 Apakah Katim menerima konsultasi atau keluhan pasien
1
dan berusaha mengatasinya
22 Setiap akhir tahun apakah Katim membuat laporan tugas
kepada kepala ruang 1
23 Apakah Katim bisa sebagai rol model 1
Jumlah 10 8 5
Prosentase 43,4% 34,78% 21,8%

b. Analisa Data
Berdasarkan observasi selama 3 hari pada tanggal 4-6 November 2019,
didapatkan data bahwa 43,4% item selalu dikerjaakan dengan baik,
34,78% kadang-kadang dilakukan dan 21,8% tidak dilakukan.
91

12. Pelaksanaan Tugas Perawat Pelaksana dalam sistem Asuhan


Keperawatan di Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
a. Kajian Teori
Perawat Pelaksana adalah seorang perawat yang diberi wewenang
dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung
kepada klien. Berikut uraian tugas PP.
1) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan
proses keperawatan dengan kasih sayang.
2) Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
3) Memerhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, metal, sosial dan
spiritual dari klien
4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan keperawatan dan pengobatan atau diagnosis.
5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
6) Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau skral maut
7) Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruang secara
administrative
8) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang diruang menurut
fungsinya supaya siap pakai
9) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan,
dan keindahan runagan
10) Melaksanakan tugas, pagi, sore, malam atau hari libur secara
bergantian sesuia jadwal tugas
11) Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyaitnya
(PKMRS)
12) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara
lisan maupun tulisan
13) Membuat laporan harian klien
92

Tabel 2.21
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Tugas Perawat Pelaksana di Ruang Nifas
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Tanggal 4-6 November 2019
Observasi
Tidak
No Uraian Tugas Selalu Kadang
pernah
(2) (1)
(0)
1 Apakah PP Melaksanakan operan tugas setiap awal dan
8 3
akhir jaga dari dan kepada PP yang ada dalam satu grup
2 Apakah PP Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang
8 3
kondisi pasien segera setelah selesai operan setiap Pasien
3 Apakah PP Melakukan do’a bersama setiap awal dan
akhir tugas yang dilakukan setelah selesai serah terima 8 3
operan tugas jaga
4 Apakah PP Mengikuti pre conference yang dilakukan
Katim setiap awal tugas 8 3
5 Apakah PP Melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di 8 3
rekam keperawatan
6 Apakah PP Melakukan monitoring respon pasien dan ada
7 4
bukti di rekam keperawatan
7 Apakah PP Melakukan konsultasi tentang masalah
8 3
pasien/keluarga kepada Katim
8 Apakah PP Membimbing dan melakukan pendidikan
kesehatan kepada pasien yang menjadi tanggung 8 3
jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
9 Apakah PP Menerima keluhan pasien/keluarga dan
8 3
berusaha untuk mengatasinya
10 Apakah PP Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada
8 3
semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
11 Apakah PP Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada
8 3
semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
12 Apakah PP Mengikuti post conferance yang diadakan
oleh Katim pada setiap akhir tugas dan melaporkan
7 4
kondisi dan perkembangan semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya kepada Katim
13 Apakah PP Melaksanakan pendelegasian tugas Katim
6 5
pada sore malam libur
14 Apakah PP Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim
kesehatan lain bila ada masalah pasien pada sore malam 7 4
libur
15 Apakah PP Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim
5 6
kesehatan lain setiap seminggu sekali
16 Apakah PP Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan
7 4
rutin keperawatan di ruangan
17 Apakah PP Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas
8 3
Katim
18 Apakah PP Membantu melakukan bimbingan PKK
8 3
kepada peserta didik keperawatan.
Jumlah 135 63
Prosentase 68% 32%
93

b. Analisa Data
Berdasarkan observasi selama 3 hari pada tanggal 4-6 November
2019, didapatkan data sebanyak 68% bahwa perawat associate di ruang
Nifas melakukan tugasnya masuk dalam kategori cukup. Hal yang
kurang dari poin ini antara lain tidak mengikuti engikuti diskusi kasus
dengan dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu sekali.

Tabel 2.22
Data Observasi Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan
Di Ruang Nifas Tanggal 4 s/d 6 November 2019
Observasi
Tidak
No Variabel yang Dinilai Selalu
Kadang Pernah

1 Penanggung Jawab Pelayanan mengadakan 1


pertemuan rutin Karu minimal 1x/minggu
2 Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan 1
seluruh staf kep minimal sebulan sekali
3 Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan 1
Katim minimal 1x/minggu
4 Katim mengadakan pre dan post conference pada 1
setiap awal dan akhir jaga pagi
5 Katim menerima serah terima dari PP yang tugas 1
jaga sebelumnya
6 Katim mendampingi serah terima tugas jaga antara 1
PP pada tugas jaga berikutnya.
7 Katim melaksanakan serah terima tugas jaga dari 1
jaga sebelum dan kepada tugas jaga berikutnya.
8 Katim melakukan dokumentasi askep terutama 1
dalam pengkajian, menetapkan diagnosa dan
penyusunan rencana keperawatan.
9 Katim melakukan dokumentasi askep terutama 1
dalam hal pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
10 Katim membuat laporan tugas pada Kepala Ruang 1
setiap akhir tugas terutama keadaan umum pasien
dan permasalahan yang ada.
11 Katim melakukan motivasi/bimbingan/ 1
reinforcement dengan PP setiap hari
12 PP menggantikan tugas Katim bila Katim tidak ada 1
13 apakah PP menggantikan tugas kepala ruang atau 1
Penanggung jawab ruang pada tugas siang,malam
atau hari libur.
Jumlah 8 4 1
Prosentase 62% 31% 8%
Sumber: Data primer Ruang Nifas 2019
94

Analisa Data
Berdasarkan observasi selama 3 hari pada tanggal 4-6 November 2019,
didapatkan data sebanyak 62% bahwa hubungan profesional antar staf keperawatan
dengan Pasien/keluarga di ruang Nifas melakukan tugasnya masuk dalam kategori
Cukup. Hal yang kurang dari poin ini antara lain kepala ruang dalam melakukan
pertemuan antara seluruh staf dalam sebulan 1x dan PP dalam satu minggu 1x
belum secara rutin .

Tabel 2.23
Data Observasi Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan dengan Pasien/keluarga
Di Ruang Nifas Obsgyn Tanggal 4 s/d 6 November 2019
Observasi
No Variabel yang Dinilai Tdk
Selalu Kadang
Pernah
3 2
1
1 Apakah Kepala ruang melakukan supervisi
seluruh pasien yang ada di ruangan setiap awal 0 1 0
tugas
2 Apakah Katim dan PP mensupervisi seluruh
pasien yang menjadi tanggung jawabnya segera 1 0 0
setelah menerima operan tugas setiap pasien.
3 Apakah Katim menginformasikan peraturan dan
tata tertib RS yang berlaku kepada setiap pasien 1 0 0
atau keluarga baru`
4 Apakah Katim memperkenalkan perawat dalam
satu grup yang akan merawat selama pasien 1 0 0
dirawat di RS
5 Apakah Katim atau PP melakukan visit atau
monitoring pasien untuk mengetahui 1 0 0
perkembangan atau kondisi Pasien
6 Apakah Katim memberikan penjelasan setiap
rencana tindakan atau program pengobatan sesuai 1 0 0
wewenang dan tanggung jawabnya.
7 Apakah Setiap akan melakukan tindakan
keperawatan Katim atau PP memberikan
1 0 0
penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien atau keluarga
8 Apakah Kesediaan Katim atau PP untuk
menerima konsultasi/keluhan pasien/keluarga dan 1 0 0
berupaya mengatasinya.
9 Pasien atau keluarga mengetahui siapa Katim atau 1 0 0
perawat yang bertanggung jawab selama di rawat
dan di tulis pada papan nama pasien
10 Katim atau PP memberitahu dan mempersiapkan 1 0 0
pasien yang akan pulang
Total 9 1 0
Presentase 90% 10% 0%
Sumber: Data primer Ruang Nifas 2019
95

Analisa Data
Berdasarkan observasi selama 3 hari pada tanggal 4-6 November 2019,
didapatkan data sebanyak 90% bahwa hubungan profesional antar staf keperawatan
dengan Pasien/keluarga di ruang Nifas melakukan tugasnya masuk dalam kategori
Baik. Hal yang kurang dari poin ini adalah Kepala ruang dalam melakukan supervisi
seluruh pasien yang ada di ruangan setiap awal tugas masih kadang-kadang.

Tabel 2.24
Data Observasi Hubungan Profesional Antara Staf Keperawatan dengan Dokter/Tim
Kesehatan Di Ruang Nifas Obsgyn Tanggal 4 s/d 6 November 2019
Observasi
No Variabel Yang Dinilai Tdk
Selalu Kadang
pernah
3 2
1
Apakah PP atau PA melakukan visite
1 bersama dengan dokter/tim kesehatan 1 0 0
lain yang merawat
Apakah PP melakukan diskusi kasus
2 dengan dokter/tim kesehatan minimal 0 0 1
1x/minggu.
Apakah Hubungan
profesional/kemitraan dengan
3 1 0 0
dokter/tim kesehatan lain tercermin
dalam dokumen rekam medik.
Apakah PP atau PA dapat segera
memberikan data pasien yang akurat
4 dengan cepat dan tepat kepada 1 0 0
dokter/tim kesehatan lain bila
dibutuhkan.
Apakah PP /PA menggunakan rekam
medik sebagai sarana hubungan
5 1 0 0
professional dalam rangka pelaksanaan
program kolaborasi.
Apakah Dokter/tim kesehatan lain
menggunakan rekam keperawatan
6 1 0 0
sebagai sarana hubungan professional
dalam rangka program kolaborasi
Apakah Dokter/Tim kesehatan yang lain
7 mengetahui setiap pasien siapa PP nya. 1 0 0

Apakah PP memfasilitasi pelaksanaan


8 konsultasi pasien/keluarga dengan 1 0 0
dokter/tim kesehatan lain.
Jumlah 7 0 1
Prosentase 88% 0% 13%
Sumber: Data primer Ruang Ruang Nifas 2019
96

Analisa Data
Berdasarkan observasi selama 3 hari pada tanggal 4-6 November 2019,
didapatkan data sebanyak 88% bahwa hubungan profesional antara staf
keperawatan dengan dokter/tim di ruang Nifas melakukan tugasnya masuk dalam
kategori Baik. Hal yang kurang dari poin ini antara lain perawat primer tidak
pernah melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan minimal dalam
1x/minggu.
Tabel 2.25
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Operan Jaga di Ruang Nifas
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu tanggal 4 November – 6 November 2019
Pelaksanaan
No Kegiatan Ya Tidak
N % N %
1 Serah terima didahului dengan doa bersama 9 9.09%
2 Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan
penerima tanggung jawab dilakukan di depan 9 9.09%
pintu dengan suara pelan atau tidak ribut
3 Menyebutkan identitas pasien, diagnose medis
diagnose keperawatan, tindakan keperawatan
9 9.09%
yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaannya dan evaluasinya
4 Menginformasikan jenis rencana dan waktu
rencana tindakan keperawatan yang belum 9 9.09%
dilaksanakan
5 Menyebutkan perkembangan pasien yang ada
9 9.09%
selama sift
6 Menginformasikan pendidikan kesehatan yang
9 9.09%
telah diberikan (bila ada)
7 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan 9 9.09%
8 Menyebutkan tindakan medis beserta waktunya
9 9.09%
yang dilakukan selama sift
9 Menyebutkan tindakan medis yang belum
9 9.09%
dilakukan selama sift
10 Menginformasikan info kepada pasien atau
keluraga nama perawat pada sift berikutnya pada 9 9.09%
setiap akhir tugas
11 Memberi salam kepada pasien keluarga serta
mengobservasi dan menginspeksi keadaan
9 9.09%
pasien, menanyakan keluhan pasien (dalam
rangka klarifikasi)
Jumlah 90 9
Rata-rata 90.91% 9.09%
Sumber : Data primer Ruang Ruang Nifas 2019
97

Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 4 November – 6
November 2019, didapatkan data sebanyak 90.91% perawat ruang di ruang
nifas dalam melakukan operan jaga termasuk dalam kriteria baik.

Tabel 2.26
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning Kepala Ruang di Ruang Nifas
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu tanggal 4 November – 6 November 2019
Pelaksanaan
No Kegiatan Ya Tidak
N % N %
1 Karu menyiapkan tempat meeting morning 3
2 Karu memberikan pengarahan pada staf dengan 3
materi yang telah disediakan sebelumnya
3 Karu melakukan klarifikasi apa yang telah 3
disamapikan kepada staf
4 Memberikan kesempatan pada staf untuk 3
mengungkapkan permasalahan yang muncul di
ruangan
5 Bersama staf mendiskusikan pemecahan masalah 3
yang dapat ditempuh
6 Karu memberikan motivasi dan reinforsement 3
pada staf
Jumlah 12 6
Rata-rata 66.67 33.3
% 3%
Sumber : Data primer Ruang Ruang Nifas 2019

Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 4 November
– 6 November 2019, didapatkan data bahwa kepala ruang melakukan
66.67% dari seluruh kegiatan meeting morning, hal tersebut menyatakan
meeting morning yang dilakukan di ruang nifas termasuk dalam kriteria
cukup baik.
98

Tabel 2.27
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Nifas
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu tanggal 4 November – 6 November 2019
Pelaksanaan
No Kegiatan Ya Tidak
N % N %
1 Menyiapkan ruangan atau tempat 9
2 Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi 9
tanggung jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference 9
4 Membantu pelaksanaan prekonfrens 9
5 Menjelaskan masalah keperawatan pasien, 9
keperawatan dan rencana keperawatan yang
menjadi tanggung jawabnya
6 Membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan 9
yang dimiliki dengan memperhatikan
keseimbangan kerja
7 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaaan 9
asuhan pasien atau tindakan
8 Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan 9
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
9 Mengklarifikasi kesiapan AN untuk 9
melaksanakan asuhan keperawatankepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
10 Memberi reinforsement pada AN 9
11 Menyimpulkan hasil pre conference 9
Jumlah 90 9
Rata-rata 90.91% 9.09%
Sumber : Data primer Ruang Ruang Nifas 2019

Analisa Data

Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 4 November – 6


November 2019, didapatkan data sebanyak 90.91% perawat ruang di ruang nifas
dalam melakukan pre conference termasuk dalam kriteria baik.
99

Tabel 2.28
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Post Conference di Ruang Nifas
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu tanggal 4 November – 6 November 2019
Pelaksanaan
No Kegiatan Ya Tidak
N % N %
1 Menyiapkan tempat atau ruang 9
2 Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi 9
tanggung jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya post 9
conference
4 Menerima penjelasan dari PP tentang hasil 9
tindakan atau hasil suhan keperawatan yang telah
dilakukan PP
5 Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam 9
memberikan asuhan keperawatan pasien dan
mencari upaya penyelesaian masalah nya
6 Memberika reinforsement pada PP 9
7 Menyimpulkan hasil post conference 9
8 Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan 9
operan tugas jaga sift jaga berikutnya
Jumlah 72
Rata-rata 100%
Sumber : Data primer Ruang Ruang Nifas 2019

Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 4 November – 6
November 2019, didapatkan data bahwa 100% pelaksanaan post conference
belum terlaksanakan di ruang nifas sehingga pelaksanaan post conference
termasuk dalam kriteria tidak baik. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu
dan tenaga.
100

Tabel 2.29
Hasil Rekapitulasi Item Proses Ruang Di Ruang Nifas
Tanggal 4 s/d 6 November 2019
No Variable yang dilakukan Jumlah (%) Kategori
1 Universal precaution 80 Baik
2 Pengelolaan sampah 75 Cukup
3 6 sasaran keselamatan pasien 98 Baik
4 Komunikasi terapeutik 72 Cukup
5 Cuci tangan 89 Baik
6 Discharge planning 69 Cukup
7 Orientasi pasien baru 53 Kurang
8 Tugas kepala ruang 87,5 Baik
9 Tugas Katim 43,4 Kurang
10 Tugas PP 68 Cukup
11 Hubungan professional antar staf 62 Cukup
keperawatan
12 Hubungan professional antar staf 88 Baik
keperawatan dengan dokter
13 Hubungan professional antar staf 90 Baik
keperawatan dengan pasien
14 Serah terima operan jaga 90 Baik
15 Meeting morning 66 Cukup
16 Pre conference 90 Baik
17 Post conference 0 Tidak baik
18 Five moment cuci tangan 73 Cukup

Ket:
a. Kriteria Baik (76-100%)
b. Kriteria Cukup (56-75%)
c. Kriteria kurang (40-55%)
d. Kriteria tidak baik (Kurang dari 40%)
101

G. Unsur Output
1. Efisiensi Ruang Rawat
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari
2 segi yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis
dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana
yang ada. Grafik Barber Johnson adalah grafik yang secara visual
menggambarkan bagaimana pemakaian empat parameter.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit.
Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap.
Berdasarkan laporan indikator pelayanan RSU PKU Muhammadiyah
Klaten, data triwulan dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober
2019, yaitu:
a. BOR (Bed Occupancy Ratio) atau angka penggunaan tempat tidur
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service
days to inpatient bed count days in a period under consideration”.
sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertenu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%
(Depkes RI, 2005).
Rumus:
Jumlah hari perawatan rumah sakit
BOR   100%
Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode
Analisis data :
Nilai BOR pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2019
dengan perhitungan:
BOR =

= 43,58%
102

Artinya, angka penggunaan tempat tidur pada bulan Agustus


sampai dengan bulan Oktober 2019 adalah 43,58%, sehingga termasuk
dalam kategori kurang.

b. AVLOS (Average Length of Stay) atau rata-rata lamanya pasien dirawat


AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The avarage
hospitalization stay of inpatient discharged during the period under
consideration”. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlku pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang
ideal antara 3-12 hari (Sudra, 2010).
Rumus :
jumlah lama dirawat
AVLOS 
jumlah pasien keluar keluar (hidup/mati)
Analisa data:
Nilai AVLOS observasi pada bulan Agustus sampai dengan bulan
Oktober 2019 dengan perhitungan:
1243
AVLOS 
756
 1,64 hari ≈ 2 hari

Artinya, rata-rata lama pasien dirawat di ruang nifas adalah 2 hari,


sehingga termasuk dalam kategori kurang.

c. BTO (Bed Turn Over) atau angka perputaran tempat tidur


BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect og changed
in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005)
adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam
satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
103

Rumus:
jumlah pasien keluar
BTO 
jumlah tempat tidur
Analisa data:
Nilai BTO dengan observasi pada bulan Agustus sampai dengan
bulan Oktober 2019 dengan perhitungan:
756
BTO  = 24,38 kali ≈ 24 kali
31
Artinya, angka perputaran tempat tidur adalah 24 kali dalam
kurun waktu 3 bulan sehingga termasuk dalam kategori kurang.

d. TOI (Turn Over Interval) atau tenggang perputaran


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus:
(jumlah tempat tidur  periode) - hari perawatan
TOI 
jumlah pasien keluar (hidup/mati)
Analisa data:
Nilai TOI dengan observasi pada Agustus sampai dengan bulan
Oktober 2019 dengan perhitungan:
(31 92) - 1243
TOI 
756
 2,21 hari ≈ 2 hari
Artinya, tenggang perputaran tempat tidur adalah 2 hari sehingga
termasuk dalam kategori ideal.
104

2. Hasil Penerapan SAK Instrumen ABC


Asuhan keperawatan professional merupakan dasar bagi
terselenggaranya pelayanan prima. Asuhan keperwatan tersebut diberikan
oleh tenaga keperawatan yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang
telah ditetapkan oleh profesi.
Ciri mutu asuhan keperawatan menurut Depkes RI, 2005 adalah:
a. Memenuhi standarprofesi yang diterapkan
b. Sumber daya untuk pelayanan askep di manfaatkan secara wajar,efisien
dan efektif
c. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa
pelayanan
d. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta
e. Aspek sosial, ekonnomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati.
Oleh karena hal tersebut pemberian asuhan keperawatan yang
professional dan sesuai standar diharapkan mampu menjawab kompetisi di
era global, sehingga pasien dapat mendapatkan kepuasan dalam pelayanan
keperawatan. Mutu asuhan keperawatan yang prima akan terwujud apabila:
a. Asuhan keperawatan diberikan berdasarkan standar dan kode etik
profesi keperawatan
b. Dilakukan evaluasi secara periodic dan terus menerus
c. Ada upaya tindak lanjut untuk perbaikan
d. Komitmen yang tinggi dari seluruh staf keperawatan
Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan
keperawatan adalah dengan menggunakan instrumen A,B dan C. Adapun
rentang nilai untuk instrumen ABC adalah:
a. Kriteria baik (76-100%)
b. Kriteria cukup (56-75%)
c. Kriteria kurang (40-55%)
d. Kriteria tidak baik (<40%)
105

Adapun instrument A, B, C meliputi:


a. Instrumen A
1) Kajian teori
Instrument A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian
asuhan keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap
dokumentasi asuhan keperawatan pasien yang dirawat minimal 3
hari.
Dokumentasi keperawatan adalah system pencatatan kegiatan
asuhan keperawatan sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan
keperawatan sehingga terwujud data yang lengkap, nyata, dan tercatat
tingkat kesakitan pasien maupun jenis, kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dalam
membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek: keakuratan
data, breavity (ringkas),legibility (mudah dibaca).
Komponen dokumentasi keperawatan (Nursalam, 2013)
meliputi:
a) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan
pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data
harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen
pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokan data dan
perumusan masalah. Pengumpulan data dari hasil wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan penunjang.
b) Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan menggambarkan masalah pasien
baik actual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data.
Diagnose dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,
dianalisa, dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien.
Kriteria diagnose dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai
106

dengan wewenang perawat, dengan komponn terdiri atas masalah,


penyebab dan tanda gejala (PES) atau terdiri dari masalah atau
penyebab (PE) yang bersifat actual apabila masalah kesehatan
sudah nyata terjadi dan bersifat potensial apabila masalah
kesehatan kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi
oleh perawat.
c) Rencana keperawatan
Disusun berdasarkan diagnose keperawatan dengan
komponen rencana perawatan meliputi prioritas masalah, tujuan
implementasi dan rencana tindakan. Prioritas masalah ditentukan
dengan memberi prioritas utama masalah yang mengancam
kehidupan dan prioritas selanjutnya masalah yang mengancam
masalah kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah masalah yang
mempengaruhi perilaku.
d) Implementasi
Merupakan pelaksanaan rencana tindakan dengan maksud
agar kebutuhan pasien terpenuhi, mencakup aspek peningkatan,
pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarga, tindakan keperawatan,
aktivitas keperawatan.
e) Evaluasi
Dilaksanakan secara periodic, sistematis dan berencana
untuk menilai perkembangan keadaan pasien. Evaluasi
dilaksanakan engan memeriksa kembali hasil pengkajian awal
dan intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan rencana
keperawatan pasien termasuk strategi keperawatan yang telah
diberikan untuk memecahkan masalah pasien. Evaluasi
melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain dan dilakukan
sesuai dengan standar.
f) Catatan asuhan keperawatan
107

Merupakan data tertulis tentang kesehatan dan


perkembangan pasien selama pemberian asuhan. Pencatatan
dilakukan selama pasien dirawat inap dan dirawat jalan, dapat
digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan laporan,
dilakukan setelah tindakan dilaksanakan. Penulisan harus jelas
dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan. Setiap pencatatan harus
mencantumkan paraf dan nama perawat yang melaksanakan
tindakan dan waktu pelaksanaan dan menggunakan formulir yang
telah ada dan disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2) Kajian data
Evaluasi ini dilakukan dengan meggunakan instrument A yang
sudah dibakukan oleh Depkes (2005). Studi dokumentasi dilakukan
pada 30 dokumentasi pasien di ruang nifas.
Tabel 2.30
Hasil evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di ruang nifas RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu tanggal 4-6 November 2019
Kode Pasien
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
A PENGKAJIAN 30 0
1. Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman
pengkajian.
2. Pengkajian meliputi bio-psiko-sosial-spiritual. 25 5
3. Data dikaji lengkap dalam waktu 24 jam sejak pasien 30 0
masuk
4. Data sejak pasien masuk sampai pulang 30 0
5. Pengkajian yang dilakukan, disertai nama dan tanda 30 0
tangan perawat yang mengkaji

Jumlah 145 5
Persentase 97% 3%
B DIAGNOSA 21 9
1. Diagnosa keperawatan ditulis sesuai prioritas masalah
pasien
2. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan benar (PE 24 6
/ PES)
3. Merumuskan diagnosa keperawatan actual/ resiko/ 22 8
potensial

Jumlah 67 23
108

Persentase 74% 26%


C PERENCANAAN 27 3
1. Rencana Askep berdasarkan diagnose keperawatan
2. Rencana Askep disusun oleh perawat yang 27 3
bertanggung jawab
3. Rumusan tujuan mengandung komponen SMART 25 5
4. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas 27 3
5. Rencana tindakan mencakup tindakan observasi 27 3
keperawatan
6. Rencana tindakan mencakup tindakan terapi 25 5
keperawatan
7. Rencana tindakan mencakup tindakan pendidikan 26 4
kesehatan
8. Rencana tindakan mencakup tindakan kolaborasi 26 4
9. Rencana tindakan mencakup tindakan yang 23 7
menggambarkan keterlibatan klien/keluarga

Jumlah 233 37
Persentase 86% 14%
D TINDAKAN/IMPLEMENTASI 27 3
1. Tindakan observasi keperawatan yang dilakukan
didokumentasi-kan
2. Tindakan terapi keperawatan yang dilakukan 27 3
didokumentasi-kan
3. Tindakan pendidikan kesehatan yang dilakukan 26 4
didokumentasi-kan
4. Tindakan kolaborasi yang dilakukan didokumentasi- 27 3
kan
5. Tindakan yang dilakukan dengan melibatkan klien/ 27 3
keluarga didokumentasi-kan
6. Respon klien terhadap tindakan keperawatan 26 4
didokumentasi-kan
Jumlah 160 20
Persentase 89% 11%
E EVALUASI 26 4
1. Diagnosa keperawatan di evaluasi setiap hari sesuai
dengan SOAP
2. Diagnosa keperawatan yang sudah teratasi terlihat 26 4
dalam dokumentasi
Jumlah 52 8
Persentase 87% 13%

F DOKUMENTASI 27 3
1. Menulis pada format yang baku
2. Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang 27 3
dilakukan
3. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang 26 4
109

baku dan benar


4. Setiap melakukan tindakan, perawat mencantumkan 27 3
paraf, nama, tanggal dan jam dilakukan
5. Berkas catatan perawatan disimpan sesuai dengan 27 3
aturan yang berlaku
Jumlah 134 16
Persentase 89% 11%

b. Instrumen B
Instrument B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu
asuhan keperawatan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien
yang memenuhi kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal 3 hari,
bersedia mengisi kuesioner.
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari
persepsi klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk
megevaluasi hal ini perlu suatu instrument yang baku. RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu menggunakan format standar asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit untuk mengevaluasi
persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan.
a) Kajian Teori
Standar pelayanan kebidanan adalah rumusan tentang penampilan
atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter
yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi
tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan
untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan
kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2001.
Philip Kotler dalam bukunya “Marketing
Management”, memberikan definisi tentang kepuasan pelanggan
(customer satisfaction): “Kepuasan adalah tingkat keadaan yang
dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan
pemampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya
denagn harapan seseorang”.
110

Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara


penampilan yang dirasakan dan harapan. Ada 3 tingkat kepuasan :
(1)Bila penampilan kurang dari harapan pelanggan tidak dipuaskan
(2)Bila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas
(3)Apabila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau
senang
Kepuasan pelanggan pengguna jasa pelayanan kesehatan (pasien/
klien) dipengaruhi oleh beberapa faktor :
(1)Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan
diterimanya, dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan
penting.
(2)Empati (sikap peduli) yang ditunjukan oleh para petugas kesehatan,
kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan
memahami kebutuhan para pelanggan. Sikap ini akan menyentuh
emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan
pasien (compliance)
(3)Biaya (cost), tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai
sumber moral hazard pasien dan keluarganya, “yang penting sembuh”
sehingga menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan dan
teknologi yang ditawarkan petugas kesehatan. Akibatnya, biaya
perawatan menjadi mahal. Informasi terbatas yang dimiliki pasien dan
keluarganya tentang perawatan yang diterima dapat menjadi sumber
keluhan pasien. Sistem asuransi kesehatan dapat mengatasi masalah
biaya kesehatan.
(4)Bukti langsung penampilan fisik (tangibility); meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi
(5)Jaminan keamamnan yang ditunjukkan petugas kesehatan
(assurance); kemampuan kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang
dimiliki para staf; bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan,
ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter dsb
111

(6)Kehandalan (reliability); merupakan kemampuan memberikan


pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan
(7)Daya tanggap/ kecepatan petugas dalam memberi tanggapan terhadap
keluhan pasien (responsiveness); keinginan para staf untuk membantu
para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap
b) Kajian Data
Tabel 2.31
Evaluasi Mutu Pelayanan Asuhan Kebidanan di Ruang Nifas dengan sasaran
observasi bidan (n=9) Tanggal 4-6 Nopember 2019

Evaluasi Pengkajian

No Kriteria (n:10)
Y % T %
1. Apakah bidan selalu memperkenalkan 9 100
diri?
2. Apakah bidan selalu menanyakan 9 100
bagaimana nafsu makan pasien?
3. Apakah bidan memperhatikan berapa 9 100
jumlah diet yang dimakan oleh pasien?
4. Bila pasien tidak mampu makan sendiri, 9 100
apakah bidan membantu menyuapi?
5. Pada saat pasien dipasang infus, apakah 9 100
bidan selalu memeriksa cairan atau
tetesan dan area sekitar pemasangan
infuse?
6. Pada saat bidan membantu pasien 9 100
BAK/BAB, apakah bidan memasang
sampiran/selimut, menutup
pintu/jendela, mempersilakan
pengunjung keluar ruangan?
7. Apakah ruangan tidur pasien selalu 9 100
dijaga kebersihannya?
8. Apakah lantai kamar mandi/WC selalu 9 100
bersih, tidak licin, tidak berbau, cukup
terang?
9. Selama pasien belum mampu mandi, 9 100
apakah dimandikan oleh bidan?
10. Apakah pasien dibantu oleh bidan, bila 9 100
tidak mampu menggosok gigi,
membersihkan mulut atau mengganti
pakaian atau menyisir rambut?
11. Apakah alat – alat tenun seperti selimut, 7 77.8
sprei dll diganti setiap kotor? Sisanya
2
Orang
112

tidak
mengisi
Angket
12. Pada saat pasien masuk ruangan, apakah 9 100
bidan menjelaskan tentang fasilitas yang
tersedia dan cara penggunaannya,
peraturan/tata tertib yang berlaku di RS?
13. Selama pasien dalam perawatan, 9 100
apakah bidan memanggil nama pasien
dengan benar?
14. Selama pasien dalam bidanan, apakah 9 100
bidan mengawasi keadaan pasien
secara teratur pada pagi, sore maupun
malam hari?
15. Selama pasien dalam perawatan, 9 100
apakah bidan segera memberi bantuan
bila diperlukan?
16. Apakah bidan bersikap sopan dan 9 100
ramah?
17. Apakah pasien/keluarga mengetahui 9 100
bidan yang bertanggung jawab setiap
kali pergantian dinas?
18. Apakah bidan selalu memberikan 9 100
penjelasan sebelum melakukan tindakan
bidanan/pengobatan?
19. Apakah bidan selalu bersedia 9 100
mendengarkan dan memperhatikan
setiap keluhan pasien?
20. Dalam hal memberikan obat, apakah 2 22.2 7 77.8
bidan membantu menyiapkan/
meminumkan obat?
21. Selama pasien dirawat, apakah 9 100
diberikan penjelasan tentang perawatan/
pengobatan/ pemeriksaan lanjutan
setelah pasien diperbolehkan pulang?
22. Apakah bidan selalu memberikan 9 100
penjelasan sebelum melakukan tindakan
bidanan atau pengobatan
Total 78,7%
Sumber : Data Primer Ruang Nifas RS PKU Muhammadiyah
Delanggu
c) Analisa Data
Dari hasil kuesioner tentang kepuasaaan pasien pada asuhan
kebidanan yang di lakukan di bangsal Nifas RS PKU
Muhammadiyah Delanggu didapatkan hasil rata-rata tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan asuhan Kebidanan yang diberikan sebesar
113

78.7 % (kategori baik). Dari hasil presentasi didapatkan bahwa


kepuasan pasien terhadap pelayanan asuhan keperawatan pada item
3,4,10,11,20. Belum mendapatkan nilai 100 % pada jawaban ya.
(1)Item 3 : Apakah bidan memperhatikan berapa jumlah diet yang
dimakan oleh pasien?
Dari pertanyaan di atas jawaban pasien yang mengatakan bahwa
bidan menanyakan nafsu makan, dan bidan hanya mengkaji makan
pasien jika pasien memiliki riwayat penyakit tertentu atau riwayat
alergi
(2)Item 4 : Bila pasien tidak mampu makan sendiri, apakah bidan
membantu menyuapi?
Dari pertanyaan diatas jawaban pasien adalah bidan menyuapi jika
pasien tidak dapat makan, karna keluarga pasien sudah bersedia
memberikan bantuan untuk kebutuhan makan pasien dan selama
perawatan tidak ada keluhan susah makan
(3)Item 10 : Apakah pasien dibantu oleh bidan, bila tidak mampu
menggosok gigi, membersihkan mulut atau mengganti pakaian atau
menyisir rambut?
Jawaban dari pasien sebesar 100 % menawab tidak pernah
membantu membersihkan mulut atau membantu sikat gigi, karna
sudah memantu selama perawatan jika diperlukan termasuk
membersihkan bagian tubuh dan merasa malu jika ada orang lain
yang membantu sekalipun bidan penanggungjwb.
(4)Item 11 : Apakah alat – alat tenun seperti selimut, sprei dll diganti
setiap kotor?
Jawaban dari pasien 75 % tidak, karna selama perawatan 2-3 hari
sprei yang di gunakan tidak kotor dan tiak ada informasi bahwa
jika kotor boleh di ganti. Sementara 25 % pasien tidak menjawab.
(5)Item 20 : Dalam hal memberikan obat, apakah bidan membantu
menyiapkan/ meminumkan obat?
114

Dari pertanyaan diatas jawaban pasien adalah 25 % mejawab iya


di siapkan, tetapi 75 % pasien menjawab tidak di minum kan.
c. Instrumen C
1) Pelaksanaan Kepatuhan terhadap SPO
a) Kajian Teori
WHO menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan keselamatan pasien, yaitu:
Organisational/managerial (budaya keselamatan, kepemimpinan,
komunikasi), workgroup/team (struktur/proses kerja tim,
pengawas), individual worker (kesadaran situasi, pengambilan
keputusan, stres, kelelahan), work environment (lingkungan kerja
yang berbahaya) . Leape dkk menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap terjadinya kejadian keselamatan pasien
meliputi faktor karakteristik individu, sifat dasar pekerjaan,
lingkungan fisik, interaksi antara sistem dan manusia, lingkungan
organisasi dan sosial, manajemen, dan lingkungan eksternal.
Keselamatan Pasien sebagai langkah awal dalam rangka
perlindungan terhadap keselamatan pasien sekaligus sebagai
antisipasi terhadap makin meningkatnya harapan pelanggaran
terhadap pelayanan bermutu.
Kepatuhan menurut Kamus Bahasa Indonesia (Depdikbud,
2000) adalah suka menurut perintah taat pada perintah atau aturan.
Kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin.
Patuh adalah sikap positif yang ditujukan dengan adanya
perubahan secara berarti sesuai tujuan organisasi. (Carpenito,
2013).
Protap atau SOP (Standart Operating Procedure) adalah tata
cara tahapan yang harus dilalui oleh suatu proses kerja tertentu
sehingga proses itu dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.
(SOP Penyusunan SOP, 2004)
115

SOP Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu


sehingga dapat meminimalkan kesalahan, menggunakan sumber
daya yang efektif dan efisien serta melindungi pihak rumah sakit
atau petugas dari dugaan kesalahan yang bersifat malpraktek
maupun kesalahan administrasi. (Hidayat, 2014).
b) Kajian Data
Tabel 2.32
Data Observasi Kepatuhan terhadap SPO di Ruang Nifas
Tanggal 4-6 Nopember 2019 (n : 9)
n F
Butir Butir ke
No Kegiatan (%) Keterangan
dalam patuhan
SOP
1 Pemerian obat 13 11 84.61 1. Validasi 2 Identitas,
melalui Infus
2. Buat Kontak dan
Kesepakatan untuk
pelaksanaan tindakan
2 Meeting 7 5 71.42 2. Memberi arahan dan sudah
Morning menyiapkan sebelumnya
3. Memberi motivasi

3 Memandikan 7 7 100
Pasien
4 Memandikan 13 10 76.92 1. Mengukur suhu sebelum
Bayi mandi
2. Memersihkan mata
3. Memersihkan telinga
5 Perawatan 13 10 76.92 Pelaksanaan Brastcare tidak sesuai
Payudara SOP dan SOP tidak menggunakan
standar Depkes
1. Pada tahap pelaksanaan sudah
di lakukan pemakaian BH
Kembali
2. Tidak disebutkan massase
yang distandarkan oleg
depkes, seperti pengurutan
menggunakan sisi telapak
bagian minggi mengarah ke
putting
3. Tidak melakukan massase
menggunakan 2-3 dari dari
pangkal ke putting
Rata-rata 81.97

Sumber : Data Primer Ruang Nifas RS PKU Muhammadiyah


Delanggu

c) Analisa Data
Berdasarkan data kajian diatas yang dinilai dan di observasi
selama 3 hari berturut-turut dalam tindakan kebidanan yang di
116

lakukan di bangsal nifas berdasarkan instruksi kerja RS PKU


Muhammadiyah Delanggu dalam kategori Baik (81.97 %).
.
2) Pelaksanaan Evaluasi Kepuasan Pelayanan Kebidanan
a) Kajian Teori
Kepuasan pelanggan merupakan faktor terpenting dalam
berbagai kegiatan bisnis. Kepuasan pelanggan adalah tanggapan
konsumen terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara
harapan yang sebelumnya dengan kinerja produk yang dirasakan.
Dengan terpuaskannya keinginan dan kebutuhan para pelanggan,
maka hal tersebut memiliki dampak yang positif bagi perusahaan.
Apabila konsumen merasa puas akan suatu produk tentunya
konsumen tersebut akan selalu menggunakan atau mengkonsumsi
produk tersebut secara terus menerus. Dengan begitu produk dari
perusahaan tersebut dinyatakan laku di pasaran, sehingga
perusahaan akan dapat memperoleh laba dan akhirnya perusahaan
akan tetap survive atau dapat bertahan bahkan kemungkinan akan
berkembang.
Menurut Willie (dalam Tjiptono, 1997:24) mendefinisikan
bahwa kepuasan pelanggan sebagai “Suatu tanggapan emosional
pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau
jasa”. Sebagai tanggapan dari pengalaman yang dirasakan oleh
pelanggan setelah mengkonsumsi suatu produk atau jasa.
Karakteristik suatu indikator adalah:
Indikator mutu pelayanan kebidanan klinik sebagai berikut:
(1)Keselamatan pasien (patient safety)
(2)Perawatan diri
(3)Kepuasan pasien
(4)Kecemasan
(5)Kenyamanan
(6)Pengetahuan
117

b) Kajian data
Tabel 2.33
Hasil Evaluasi Kepuasan Pelayanan Kebidanan Di Ruang Nifas dengan
sasaran obsevasi Pasien (n=9)
Tanggal 4 sampai tanggal 6 November 2019
Evaluasi Pengkajian Pretest
Kadang Tidak
Selalu Sering
No Pernyataan kadang pernah
(4) (3)
(2) (1)
1 Apakah dokter mengunjungi anda
9 0 0 0
setiap hari?
2 Apakah dokter yang memeriksa Anda
9 0 0 0
bersikap ramah ?
3 Apakah dokter manjelaskan penyakit
9 0 0 0
anda dan tindakanya?
4 Apakah dokter meluangkan waktu
9 0 0 0
untuk konsultasi?
5 Apakah bidan mengenalkan diri
9 0 0 0
kepada pasien/keluarga?
6 Apakah bidan yg merawat anda
9 0 0 0
bersikap ramah?
7 Apakah bidan memperhatikan dan
9 0 0 0
menanggapi keluhan anda?
8 Apakah anda/keluarga merasa
dibimbing oleh bidan untuk merawat
9 0 0 0
diri anda (contoh : di sibin,
menggunakan pispot, dll) ?
9 Menurut anda apakah bidan bekerja
7 2 0 0
dengan terampil?
10 Bila anda membutuhkan pertolongan
9 0 0 0
apakah dilayani dengan cepat?
11 Apakah bidan menjelaskan dimana
tempat- tempat penting untuk
9 0 0 0
kelancaran bidanan? (kamar mandi,
ruang tata usaha
12 Apakah anda mendapat pelayanan
7 2 0 0
administrasi dengan baik dan cepat?
13 Apakah rekening yang anda dapatkan
9 0 0 0
tepat hitung?
14 Apakah anda diberi penjelasan tentang
0 0 0 9
biaya diawal?
15 Apakah ruangan selalu dalam
0 9 0 0
keadaan bersih?
16 Apakah sprei, selimut dan sarung
bantal dalam kondisi baik, selalu 0 9 0 0
bersih, dan diganti setiap kotor?
17 Apakah kamar mandi selalu
dibersihkan, tidak berbau, dan tidak 0 9 0 0
licin?
18 Apakah makanan disajikan tepat
0 9 0 0
waktu?
19 Apakah makanan yang disajikan
0 7 2 0
bervariasi dan cukup enak ?
20 Apakah petugas penyaji makanan
0 9 0 0
bersikap ramah
Sumber : Data Primer Ruang Nifas RS PKU Muhammadiyah Delanggu

c) Analisa Data
Dari hasil pengkajian pada Tanggal 4-6 Nopember 2019,
mutu asuhan kebidanan berdasarkan persepsi pasien memiliki nilai
118

selalu dalam pelayanan dengan rata-rata 78.7 %. Hal ini


menunjukkan bahwa terjadi peningkatan mutu pelayanan dari tahun
sebelumnya. Sedangkan berdasarkan pengumpulan data yang
dilakukan, diperoleh bahwa 100 % pasien mengatakan bahwa bidan
memperkenalkan diri pada pasien.
Dalam melayani pasien, bidan selalu bersikap sopan dan
ramah. Saat menerima pasien baru, bidan selalu menjelaskan
peraturan dan tata tertib Rumah Sakit, fasilitas yang tersedia di
Rumah Sakit, dan tempat-tempat mana yang paling penting untuk
kelancaran kebidanan seperti kamar mandi, ruang bidan,
administrasi. Bidan juga selalu menjelaskan tujuan perawatan yang
akan dilakukan pada pasien, sehingga pasien/keluarga dapat
mengerti mengenai tindakan yang akan diberikan. Kepala ruang
maupun bidan pelaksana lainnya wajib memberikan informasi
kepada pasien tentang bidan yang bertanggung jawab terhadap
pasien. 100 % pasien mengatakan bahwa bidan memperhatikan
keluhan pasien dan selanjutnya menanggapi keluhan yang
dirasakan oleh pasien.
Di samping itu juga, bidan memberikan keterangan tentang
masalah yang dihadapi oleh pasien. Saat melaksanakan tindakan
kebidanan, pasien mengatakan bahwa bidan selalu memberikan
penjelasan sebelum tindakan kebidanan diberikan. Selanjutnya
bidan meminta persetujuan kepada pasien/keluarga sebelum
melakukan tindakan. Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan sebelum
tindakan kebidanan diberikan berupa prosedur tindakan, risiko atau
bahaya dari suatu tindakan, dan lain-lain. Semua itu menurut
pernyataan pasien melalui angket, telah dijelaskan oleh bidan
dengan lengkap dan jelas. Bidan selalu memantau atau
mengobservasi keadaan pasien secara rutin, berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien. Menurut pernyataan pasien dalam angket,
selain cleaning service bidan juga turut membantu dalam hal
119

kebersihan dan kerapihan Rumah Sakit. 100 % pasien mengatakan


bahwa bidan melakukan tindakan kebidanan dengan terampil dan
percaya diri, serta berhati-hati. Pasien juga menyatakan bahwa
setelah melakukan tindakan kebidanan, bidan selalu menilai
keadaan dari pasien, misalnya perasaan pasien setelah diberikan
tindakan, reaksi pasien setelah tindakan, dan perubahan-perubahan
lainnya. Setelah tindakan diberikan, bidan wajib mencatat atau
mendokumentasikan dalam buku laporan, status pasien, atau list
pasien.

3) Pelaksanaan Evaluasi Kepuasan Kerja Karyawan


a) Kajian Teori
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibanding
dengan harapan (Wolo, 2015). Menurut Luthans (2006), kepuasan
kerja adalah hasil presepsi para pegawai tentang seberapa baik
pekerjaan seseorang memberi segala sesuatau yang dipandang
sebagai sesuatu yang penting melalui hasil kerjanya. Kepuasan
dipengaruhi oleh sumber daya pendidikan, pengetahuan, sikap,
gaya hidup, demografi, budaya, sosial ekonomi, keluarga dan
stimulasi yang dihadapi. Kepuasan kerja (job satisfication) dapat
menentukan sikap karyawan terhadap pekerjaannya. Robbins dan
Judge (2008:99) berpendapat bahwa “Seseorang dengan tingkat
kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif
tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas
memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan
tersebut”. Kreitner dan Kinicki (2005:272) berpendapat bahwa
“Kepuasan berasal dari presepsi seseorang bahwa output pekerjaan,
relatif sama dengan inputnya, perbandingan yang mendukung
output atau input lainnya yang signifikan”.
120

Sutrisni (2009:79) menyatakan bahwa karyawan yang tidak


memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kepuasan
psikologis dan akhirnya akan timbul sikap atau tingkah laku negatif
dan pada gilirannya dapat menimbulkan frustasi, sebaliknya
karyawan yang terpuaskana akan bekerja dengan baik, penuh
semangat, aktif dan dapat berprestasi lebih baik dari karyawan yang
tidak memperoleh kepuasan kerja.
Peningkatan suasana kerja yang kondusif serta pemberi
dukungan dari perawat yang mempunyai posisi lebih tinggi,
peningkatan hubungan interpersonal dapat meningkatkan kepuasan
kerja dan meningkatkan Turn Over perawat sehingga diperlukan
tentang dukungan yang kontinyu bagi perawat sejak bekerja di unit
rawat atau tatanan pelayanan kesehatan yang lain.
Kepuasan kerja dapat mempengaruhi disiplin kerja karyawan
ke arah yang lebih baik, hal ini disebabkan karena karyawan telah
mencapai kepuasan psikologis yang memunculkan sikap positif
dari karyawan. “Disiplin yang baik mencerminkan besarnya
tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan
kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, serta masyarakat pada
umumnya (Rivai dan Sagala, 2010:824).
Singodimedjo dalam Sutrisno (2009:91) mengatakan,
“Disiplin berasal dari sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk
mematuhi dan mentaati norma-norma peraturan yang berlaku di
sekitarnya”. kepuasan kerja yang dicapai karyawan akan
mempengaruhi kesediaan dan kerelaan karyawan dalam berdisiplin.
Kesediaan dan kerelaan yang diperoleh karyawan akan berdampak
pada tingginya disiplin kerja karyawan di instansi.
Kepuasan kerja juga berpengaruh kepada komitmen
organisasional. Menurut pendapat Mowday dalam Sopiah
(2008:163) pada fase awal (initial commitment) faktor yang
121

mempengaruhi komitmen karyawan pada instansi adalah


karakteristik individu,harapan karyawan pada organisasi dan
karakteristik pekerjaan. Tercapainya harapan karyawan pada
instansi menimbulkan kepuasaan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi komitmen karyawan terhadap instansi.
Menurut Strauss dan Sayles, kepuasaan kerja penting untuk
aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja
tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis dan pada
gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan seperti ini akan sering
melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah dan
bosan, emosinya tidak stabil, sering absent, dan melakukan
kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang
harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mempunyai kepuasan
kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan perputaran yang
lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan dan
kadang-kadang berprestasi kerja lebih baik daripada karyawan
yang tidak memperoleh kepuasan kerja (Karim, 2011).
Robbins dan Judge (2014) mengemukakan tiga dimensi
penting dalam kepuasan kerja, yaitu:
(1)Kepuasan kerja merupakan tanggapan emosional terhadap
situasi kerja, ini tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat diduga.
(2)Kepuasan kerja sering ditentukan oleh sejauh mana hasil kerja
melebihi atau memenuhi harapan seseorang. Sebagai contoh,
bila anggota organisasi merasa bekerja lebih berat dari para
anggota lainnya dalam suatu departemen, tetapi mereka
memperoleh penghargaan yang lebih sedikit dari yang mereka
harapkan, mereka mungkin akan bersikap negatif terhadap
pekerjaan, atasan dan rekan kerja mereka. Dilain pihak bila
mereka merasa diperlakukan dengan baik dan usaha yang telah
mereka curahkan dihargai dengan adil, maka mereka akan
122

bersifat positif terhadap kerja. Mereka akan merasa lingkungan


kerja telah memberikan kepuasan kerja.
(3)Kepuasan kerja mencerminkan hubungan dengan berbagai sifat
lainnya dari para pekerja
Tingkat kepuasan kerja seorang sangat tergantung pada jarak
antara harapan, keinginan atau kebutuhan pegawai dengan
kenyataan-kenyataan yang dirasakan pegawai apabila kenyataan
yang dirasakan pegawai lebih rendah dari apa yang diinginkan,
maka akan timbul ketidakpuasan. Makin jauh jarak antara harapan
dan keinginan, maka ketidakpuasan akan semakin besar. Situasi ini
disebut negative discrepancy. Positive discrepancy akan terjadi
apabila kenyataan yang diterima melebihi dari apa yang diinginkan
ddan situasi inilah yang akan menimbulkan kepuasan kerja (Locke
dalam Ahmad, et al. 2003). Teori kepuasan kerja yang
dikemukakan Mangkunegara (2005:120-123) meliputi:
(1)Teori keseimbangan (equality theory)
Teori ini dikembangkan oleh Adams, Wexley dan Yukl
dalam mengemukakan komponen utama dari teori ini adalah:
(a) Input, yaitu suatu nilai yang diberikan karyawan saat
melaksanakan pekerjaannya.
(b) Outcome, yaitu semua nilai yang diperoleh karyawan dari
pekerjaannya.
(c) Comparison Person, yaitu seorang pegawai yang berada
dalam organisasi yang ssama ataupun diluar organisasi atau
dirinya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya.
(d) Equity-inequity, yaitu suatu dirasakan karyawan adil atau
tidak adil.
(2)Teori perbedaan (discrepancy theory)
Teori ini pertama kali ditemukan oleh Porter. Ia
berpendapat bahwa mengukur kepuasan kerja dapat dilakukan
dengan cara menghitung selisih antara apa yang seharusnya
123

dengan kenyataan yang dirasakan pegawai. Kepuasan kerja


pegawai bergantung pada perbedaan antara apa yang didapat
dan apa yang diharapkan oleh pegawai.
(3)Teori pemenuhan kebutuhan (need fulfillment theory)
Menurut teori ini kepuasan kerja pegawai bergantung pada
terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai.
(4)Teori pandangan kelompok (social referencegroup theory)
Pada teori ini kepuasan kerja karyawan bukanlah bergantung
pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi juga bergantung pada
pandangan dan pendapat kelompok yang dianggap sebagai
kelompok acuan.
(5)Teori dua faktor dari Herzbeg
Berdasarkan teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu
terpisah dan berbeda. Teori ini merumuskan dua faktor yaitu
satisfies atau motivators dan dissatisfied atau hygienefactors.
(6)Teori pengharapan (expectancy theory)
Vroom menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu produk
dari bagaimana seseorang menginginkan sesuatu dan penaksiran
seseorang memungkinkan aksi tertentu yang menuntunnya.
Faktor-faktor yang terlibat dalam kepuasan kerja adalah
kemajuan, pengakuan, tanggung jawab, perkembangan karir, dan
pekerjaan itu sendiri. Faktor-faktor yang disebut pemuas (satisfier
factors) jika dapat dioptimalkan akan membantu perbaikan prestasi,
menurunkan, mutasi, menunjang sikap toleran dan kesehatan
mental. Kepuasan kerja yang dirasakan karyawan dari
pekerjaannya diperoleh dari beberapa dimensi (Ivancevich et al.
2007:90) yaitu imbalan, pekerjaan itu sendiri, peluang promosi,
supervisi, rekan kerja, kondisi pekerjaan dan keamanan pekerjaan.
Jika faktor ini tidak atau kurang memadai akan menyebabkan
ketidakpuasan diantara para karyawan. Imbalan merupakan hasil
yang mereka terima dari pekerjaan. Imbalan yang diterima
124

karyawan haruslan sesuai dengan beban kerja, jabatan maupun


kebutuhan karyawan. Karyawan juga akan membandingkan
imbalan yang mereka terima baik dengan rekan kerja maupun
dengan orang lain di perusahaan lain. Perbandingan lainnya yang
dijadikan dasar penilaian karyawan juga mengacu pada peraturan
pemerintah dan kesanggupan instansi dalam memberikan imbalan
(Ivancevich et al, 2007).
Pekerjaan yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik
pula. Sistem penggajian pegawai RS haruslah:
(1)Memenuhi ketentuan upah minimum
(2)Sesuai dengan kemampuan anggaran RS
(3)Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara
imbalan jasa dengan pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan
prestasi kerja, untuk itu harus ada gaji dasar.
(4)Mampu mempertahankan tenaga yang baik
(5)Mampu menarik tenaga yang baik dari luar
(6)Sumber daya manusia/tenaga kerja adalah unsur terpenting
dalam institusi RS. Mutu pengelolaan dan pelayanan RS dapat
dipastikan akan rendah apabila mutu tenaga kerja rendah. Cara
meningkatkan mutu dapat dipempuh dengan cara:
(a) Penempatan tenaga yang sesuai
(b) Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi
kerja
(c) Hubungan kerja yang manusiawi
(d) Adanya usaha untuk meningkatan mutu SDM
(e) Kejelasan sebagai atasan fungsional ataupun atasan struktural
125

b) Kajian Data
Tabel 2.34
Hasil Evaluasi Kepuasan Pelayanan Kebidanan Di Ruang Nifas
dengan sasaran obsevasi Pasien (n=11) Tanggal 4 - 6 November 2019
Observasi
No Variabel yang dinilai STP TP CP P SP
n n n n n
1. Jumlah gaji yang diterima
sebanding dengan pekerjaan 0 0 8 2 1
yang saudara yang dilakukan
2. Sistem penggajian yang
dilakukan institusi tempat 0 0 4 6 1
saudara bekerja.
3. Jumlah gaji yang diterima
dibandingkan pendidikan 0 1 4 5 1
saudara
4. Pemberian insentif tambahan
atas suatu prestasi atau kerja 0 4 1 5 1
ekstra
5. Tersedianya peralatan dan
kelengkapan yang mendukung 0 3 2 6 0
pekerjaan
6. Tersedianya fasilitas penunjang
seperti kamar mandi, tempat 0 0 5 5 1
parkir, kantin.
7. Kondisi ruangan kerja terutama
berkaitan dengan ventilasi
0 2 4 4 1
udara, kebersihan dan
kebisingan.
8. Adanya jaminan atas kesehatan
0 1 2 7 1
atau keselamatan kerja.
9. Perhatian institusi rumah sakit
0 3 3 3 2
terhadap saudara
10. Hubungan antar karyawan
0 0 2 5 4
dalam kelompok kerja.
11. Kemampuan dalam bekerjasama
0 0 1 9 1
antar karyawan.
12. Sikap teman-teman sekerja
0 0 2 8 1
terhadap saudara.
13. Kesesusaian antara pekerjaan
dan latar belakang pendidikan 0 0 1 9 1
saudara.
14. Kemampuan dalam
menggunakan waktu bekerja 0 0 5 5 1
dan penugasan yang diberikan.
15. Kemampuan supervisi atau
pengawas dalam membuat 0 4 3 4 0
keputusan.
16. Perlakuan atasan selama saya
0 0 4 6 1
bekerja disini.
17. Kebebasan melakukan suatu
metode sendiri dalam 0 0 2 8 1
menyelesaikan pekerjaan.
18. Kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan kerja
0 1 3 5 2
melalui pelatihan atau
pendidikan tambahan.
19. Kesempatan untuk mendapat
0 1 6 3 1
posisi yang lebih tinggi.
20. Kesempatan untuk membuat
prestasi dan mendapatkan 0 2 4 4 1
kenaikan pangkat.
Jumlah 0 23 66 109 23
Presentase 0% 10,4% 29,9% 49,3% 10,4%
Sumber: Data primer Ruang Nifas RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
126

Keterangan:
n : jumlah perawat
STP : Sangat Tidak Puas
TP : Tidak Puas
CP : Cukup Puas
P : Puas
SP : Sangat Puas

c) Analisa Data
Berdasarkan kajian data yang didapatkan dari hasil pengisian
kuosioner ataupun wawancara kepada pegawai di ruang nifas
didapatkan gambaran bahwa sebagian pegawai menyatakan puas
49,3% dan cukup puas 29,9%.

4) Mutu Klinik
a) Kejadian Infeksi Plebitis di Ruang nifas
(1)Kajian Teori
Adalah salah satu komplikasi dari pemberian terapi intra
vena, yang bersifat komplikasi sistemik dan local.Dapat
didiagnosa atau inilai melalui visual yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Score (visual infusion phlebitis score) oleh,( Andrew
Jackson 2010). Faktor penyebab phlebitis disebabkan ada 4
kategori yaitu kimia, mekanik, agen, infeksi, dan post infuse
(INS, 2006).
Tabel 2.35
Penilaian Score Plebitis
Skala Tanda Tindakan Keterangan
0 Letak IV terlihat baik Observasi kanula Tidak ada plebitis
Sedikit nyeri didekat letak IV Observasi Kanula Tanda awal
1 atau sedikit kemerahan di dekat plebitis
IV
Satu dari tanda berikut : Ganti/pindah tempat Tahap awal
a. Nyeri di letak IV pemasangan plebitis
2
b. Kemerahan
c. Bengkak
Ditemukan semua tanda Pindah lokasi Tahap menengah
a. Nyeri sepanjang bagian pemasangan IV plebitis
3 kanula berikan pengobatan
b. kemerahan
c. indurasi
Terdapat tanda seperti no 3, Pindahkan pemasangan Tahap lanjut
4 ditambah (a) vena teraba keras, IV plebitis atau awal
(b) ulkus Berkan pengobatan tromboplebitis
Terdapat tanda seperti no 4 Pindahkan pemasangan Tahap akhir
5
ditambah panas tinggi IV trombhoplebitis
127

standart < 5 0 /0
Jumlah kejadian plebitis X 1000/0
Jumlah pasien yang terpasang infus
(2)Kajian Data
Tabel 2.39
Jumlah Kejadian Plebitis Ruang Nifas
Agustus September Oktober

Jumlah IVL/infuse 207 214 234


Plebitis 0 0 0
Sumber: Data primer RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Agustus-
Oktober 2019

Jumlah kejadian plebitis =

= 0%
(3)Analisa Data
Berdasarkan kajian data pada bulan Agustus-Oktober 2019
dapat diketahui kejadian Plebitis di ruang nifas 0%.
b) Kejadian Infeksi ISK/infeksi Saluran Kemih di Ruang nifas
(1)Kajian Teori
ISK merupakan istilah umum yang menunjukan
keberadaan mikroorganisme dalam urin.yang di sebut bacteria,
biasanya di sertai gejala menggigil,sakit pinggang,nyeri tekan
bagian suprapubik. Pada umumnya pasien memerluka rawat
inap untuk menjaga status hidrasi dan terapi antibiotika
parenteral paling sedikit selama 48 jam. (Yulianto,2009)
(a) Ketidak mampuaan atau kegagalan kandung kemih untuk
mengosongkan isianya secara sempurna.
(b) Kateter yang di pasang atas dasar tindakan medis
(c) Kateter yang di pasang atas prosedur sistoskopis

Rumus :
Jumlah kejadian ISK yang dipasang cateter X 1000/0
Jumlah Pasien yang terpasang cateter
128

Standart < 5 %

(2)Kajian Data
Tabel 2.36
Jumlah Kejadian ISK Ruang Nifas
Agustus September Oktober
Jumlah UC 73 58 99
ISK 0 0 0
Sumber: Data primer RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Agustus-
Oktober 2019

Kejadian ISK =

= 0%
(3)Analisa Data
Berdasarkan kajian data pada bulan Agustus-Oktober 2019
dapat diketahui kejadian ISK di ruang nifas 0%.

c) Kejadian Infeksi Luka Operasi


(1)Tinjauan Teori
Luka merupakan kejadian yang sering ditemui di
kehidupan sehari-hari yang menyebabkan hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ. Luka merupakan kerusakan secara
seluler maupun anatomis. Dan menimbulkan efek.
Menurut Potter dan Pery (2010) bahwa infeksi luka adalah
infeksi yang sering di temukan yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan atau nosokomial yang terjadi dalam waktu
2-30 hari pasca oprasi.
(a) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
(b) Respon stress simpatis
(c) Perdarhan dan pembekuan darah
(d) Kontaminasi bakteri
(e) Kematian sel.
Rumus :
129

Jumlah kejadian infeksi luka operasi X 100 %


Jumlah pasien yang dilakukan tindakan operasi
Standart : < 5 %

(2)Kajian Data
Tabel 2.37
Jumlah kejadian IDO Ruang Nifas
Agustus September Oktober
Jumlah Pasien Operasi 73 58 99
IDO 0 0 0
Sumber: Data primer RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Agustus-
Oktober 2019

Kejadian IDO =

= 0%

(3)Analisa Data
Berdasarkan kajian data pada bulan Agustus-Oktober 2019
dapat diketahui kejadian IDO di ruang nifas 0%.

d) Reaksi Transfusi
(1)Tinjauan Teori
(a) Reaksin hemolitik akut
(b) Reaksi alergi
(c) Transfusion-related acute lung injury
(d) febrile nonhemolytic transfusion reactions
Rumus : Jumlah pasien dengan reaksi transfusi X 100 %
Jumlah pemberian transfusi
Standar 0 %
130

(2)Kajian Data
Tabel 2.38
Jumlah Reaksi Transfusi Ruang Nifas
Agustus September Oktober
Jumlah Pemberian Transfusi 31 45 21
Jumlah Reaksi Transfusi 0 0 0
Sumber: Data primer RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Agustus-
Oktober 2019

Jumlah reaksi transfuse =

= 0%

(3)Analisa Data
Berdasarkan kajian data pada bulan Agustus-Oktober 2019
dapat diketahui kejadian Reaksi Transfusi di ruang nifas 0%.

e) Kejadian Dekubitus
(1)Kajian Teori
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi
kulit normal akibat dari tekanan ekstenal yang berhubungan
dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan
waktu biasa ( Potter,2006). Terdapat factor resiko dekubitus
antara lain adalah:
(a) Gangguan input sensorik
(b) Gangguan input motorik
(c) Perubahan tingkat kesadaran
(d) Gips, traksi atau mobilisasi
Rumus :
Jumlah kejadian dekubitus X 100 %
Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus
Standar < 1,5 %
131

(2)Kajian Data
Tabel 2.39
Jumlah Kejadian Dekubitus Ruang Nifas
Agustus September Oktober
Jumlah pasien beresiko
207 214 236
terjadi dekubitus
Jumlah kejadian dekubitus 0 0 0
Sumber: Data primer RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Agustus-
Oktober 2019

Kejadian dekubitus =

= 0%
(3)Analisa Data
Berdasarkan kajian data pada bulan Agustus-Oktober 2019
dapat diketahui kejadian dekubitus di ruang nifas 0%.

f) Kejadian Jatuh
(1)Kajian Teori
Indikator Keselamatan pasien bermanfaat untuk
meningkatan mutu dari suatu pelayanan untuk dapat menjadi
bahan indentifikasi dimana area-area yang kurang memenuhi
standar mutu pelayanan (Nursalam 2010).
Masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang
perlu segera di tangani di rumah sakit, maka di buat lah standar
keselamatan pasien terdiri dari hak pasien, mendidik pasien dan
keluarga, keselamatan pasien, keseimbangan pelayanan,
penggunaan peningkat kinerja untuk evaluasi, peran setra
pemimpin dalam mutu keselamatan pasien (Elizabeth, 2013).
Kejadian jatuh atau cidera dalam rumah sakit merupakan
bagian dari system rumah sakit untuk memberikan
kenyamana,keamanan dan keselatan pada pasien.

(a) Indentifikasi faktor resiko


132

(b) Indentifikas penanganan pengobatan yang berhubungan


dengan pasien
(c) Melaporkan analisa kejadian inside
Pengukuran Resiko jatuh dengan Skala Morse, interpretasi
nilainya :
Score Tingkat RISIKO
0 – 24 RISIKO rendah
25 – 44 RISIKO sedang
> 45 RISIKO tinggi

Rumus :
Jumlah Pasien Jatuh X 100 %
Jumlah pasien yang beresiko jatuh
Standar < 0 %

(2)Kajian Data
Tabel 2.40
Jumlah Kejadian Jatuh Ruang Nifas
Agustus September Oktober
Jumlah pasien beresiko 207 214 236
jatuh
Jumlah kejadian jatuh 0 0 0
Sumber: Data primer RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Agustus-
Oktober 2019

Jumlah kejadian jatuh :

: 0%
(3)Analisa Data
Berdasarkan kajian data pada bulan Agustus-Oktober 2019
dapat diketahui kejadian jatuh di ruang nifas 0%.

g) Kematian pasien ≥ 48 jam


(1)Tinjauan Teori
133

Kerjadian kematian atau hilangnya nyawa pasien dalam


proses perawatan atau penanganan medis, di saat pasien
menjalanin proses rawat inap di rumah sakit (Bagas,2008).
Indikator kematian untuk melihat kualitas kesehatan
(a) Proses pelayanan yang sesuai dengan prosedur
(b) Kualitas petugas kesehatan memiliki kompetensi yang sesuai
(c) Tidak bertentangan dengan kode etik
Rumus :
Jumlah Pasien meninggal ≥48jam X 100 %
Jumlah pasien
Standar ≤ 0,24 %.

(2)Kajian Data
Tabel 2.41
Jumlah Kejadian kematian ≥ 48 jam Ruang Nifas
Agustus September Oktober
Jumlah pasien 207 214 236
Jumlah kematian ≥48 jam 0 0 0
Sumber: Data primer RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Agustus-
Oktober 2019

Jumlah kematian =

= 0%
(3)Analisa Data
Berdasarkan kajian data pada bulan Agustus-Oktober 2019
dapat diketahui kejadian Kejadian kematian ≥ 48 jam di ruang
nifas 0%.

h) Kejadian Pulang Paksa


(1)Tinjauan Teori
134

Pulang atas permintaan sendiri/pulang paksa yaitu pasien


yang menurud pernyataan dokter masih memerlukan perawatan
dan belum di perbolehkan pulang, tetapi atas permintaan sendiri
atau keluarga memutuskan untuk pulang dan menghentikan
rawat inap di rumah sakit. Tanggung jawab pasien atas pulang
paksa merupakan tanggung jawab pasien itu sendiri atau
keluarga pasien.
Pada dasarnya pulang atas permintaan sendiri merupakan
pemutusan kontrak kesepakatan antar provider dan klien sesuia
dengan Undang-Undang Nomer 29/2004.
Rumus :
Jumlah pasien pulang paksa X 100 %
Jumlah pasien
Standar ≤5 %

(2)Kajian Data
Tabel 2.42
Jumlah kejadian pasien pulang paksa ruang nifas
Agustus September Oktober
Jumlah pasien 207 214 236
Jumlah kejadian 1 1 1
pulang paksa
Sumber: Data primer RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Agustus-
Oktober2019

Jumlah kejadian pulang paksa =

= 0.4 %

(3)Analisa Data
Berdasarkan kajian data pada bulan Agustus-Oktober 2019
dapat diketahui kejadian pasien pulang paksa di ruang nifas
0,4%. Dengan keterangan 1 pasien di bulan agustus meminta
pulang paksa dan menolak tindakan fototerapi dengan keadaan
umum bayi pasien demam, 1 pasien di bulan September
135

meminta pulang paksa dengan kondisi pasien hari ke 2 dengan


post sc riwayat PEB, 1 pasien di bulan oktober meminta pulang
paksa dengan riwayat post partum normal 9 jam atas alasan
tidak ada yang menunggui anaknya yang masih kecil dirumah.

i) Ketepatan Identifikasi Pasien


(1)Kajian Teori
Ketepatan identifikasi pasien meliputi beberapa standar yaitu:
(a) Pasien diidentifikasikan menggunakan dua identitas pasien
yaitu nama dan nomor RM
(b) Pasien diidentifikasikan sebelum pemberian obat, darah atau
produk darah
(c) Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan
specimen lain untuk pemeriksaan klinis
(d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur
(e) Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi (Kemenkes, 2011
dan JCI Acreditation).

Rumus :

Standar 100%
(2)Kajian Data
Tabel 2.43
Jumlah Ketepatan Identifikasi Pasien Ruang Nifas
Agustus September Oktober
Jumlah pasien 244 244 251
Jumlah pasien yang 244 244 251
di identifikasi
Sumber : Data Primer RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Agustus
– Oktober 2019
Ketepatan Identifikasi :
136

244  244  251


: x 100%
244  244  251
739
: x100%
739
:100%

(3)Analisis Data
Berdasarkan kajian data pada bulan Agustus-Oktober 2019
dapat diketahui pelaksanaan identifikasi pasien di ruang nifas
termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 100% pasien
teridentifikasi.

j) Kepatuhan terhadap hand hygiene di ruang rawat inap


(1)Kajian Teori
Hand hygiene adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
perawat untuk mencuci tangan pada situasi meliputi sebelum
menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur bersih/aseptik,
setelah kontak dengan cairan tubuh pasien, setelah menyentuh
pasien, dan setelah menyentuh peralatan di sekitar pasien
sebagai salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah infeksi
nosokomial (Nurjannah, 2015:1). Standar kepatuhan hand
hygiene sebesar 80%.
(2)Kajian Data
Tabel 2.44
Kepatuhan Hand Hygiene Ruang Nifas
Agustus September Oktober
Sebelum kontak dengan pasien 75% 75% 100%
Sebelum tindakan aseptik 91,7% 66,7% 100%
Setelah terkena cairan tubuh 100% 100% 100%
pasien
Setelah kontak dengan pasien 83,3% 100% 100%
Setelah kontak dengan 100% 100% 100%
lingkungan pasien
Rata-rata 90% 88,34% 100%
Sumber : Data Primer RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Agustus
– Oktober 2019

Kepatuhan hand hygiene :


137

: 92.78%
(3)Analisis Data
Berdasarkan kajian data pada bulan Agustus-Oktober 2019
di ruang nifas didapatkan hasil kepatuhan hand hygiene sebesar
92.78%, hal tersebut menyatakan bahwa kepatuhan hand
hygiene perawat di ruang nifas termasuk dalam kategori baik.

k) Penandaan obat yang harus diwaspadai


(1)Kajian Teori
Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert Medications)
adalah sejumlah obat-obatan yang memiliki risiko tinggi
menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak
digunakan secara tepat (drugs that bear a heightened risk of
causing significant patient harm when they are used in error)
(ISMP - Institute for Safe Medication Practices) serta
menyebabkan terjadinya kesalahan / error dan / atau kejadian
sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) termasuk
obat-obat yang tampak mirip (nama Obat, rupa dan ucapan
mirip / NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/LASA), termasuk
pula elektrolit konsentrasi tinggi. Standar dalam penandaan obat
yang harus diwaspadai sebesar 100%.
Tujuan dari penandaan obat yang harus diwaspadai
meliputi :
(a) Memberikan pedoman dalam manajemen dan pemberian obat
yang perlu diwaspadai (high-alert medications) sesuai
standar pelayanan farmasi dan keselamatan pasien rumah
sakit.
(b) Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit.
(c) Mencegah terjadinya sentinel event atau adverse outcome.
138

(d) Mencegah terjadinya kesalahan / error dalam pelayanan obat


yang perlu diwaspadai kepada pasien.
(e) Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

(2)Kajian Data
Tabel 2.45
Penandaan Obat yang harus diwaspadai di Ruang Nifas RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu
Agustus September Oktober
Jumlah penandaan obat 73 73 73
Jumlah penandaan obat 73 73 73
yang harus diwaspadai
Sumber : Data Primer RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Agustus
– Oktober 2019
Penandaan obat yang harus diwaspadai

: 100%
(3)Analisis Data
Berdasarkan kajian data pada bulan Agustus-Oktober 2019
didapatkan hasil untuk penandaan obat yang harus diwaspadai
sebesar 100%, nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam
penandaan obat yang harus diwaspadai termasuk dalam kategori
baik.
l) Pengembalian Rekam Medis Lengkap 1x24 Jam
(1)Kajian Teori
Pengembalian file rekam medis adalah pengembalian file
rekam medis pasien yang sudah dirawat (pulang/meninggal)
atau yang suah mendapatkan pengobatan rawat jalan ke petugas
rekam medis.
139

Tujuan pengembalian rekam medis merupakan langkah


untuk tercapainya tertib administrasi. Pengembalian rekam
medis pasien rawat jalan paling lambat 1 jam sebelum berakhir
jam kerja dan untuk pasien rawat inap paling lambat 2 hari
setelah pasien pulang/meninggal.

(2)Kajian Data
Tabel 2.46
Pengembalian Rekam Medis Lengkap Ruang Nifas
Agustus September Oktober
Jumlah pengembalian 207 214 236
rekam medis lengkap
Jumlah pasien pulang 207 214 236
Sumber : Data Primer RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Agustus
– Oktober 2019
Pengembalian rekam medis :

: 100%

(3)Analisis Data
Berdasarkan kajian data pada bulan Agustus-Oktober 2019
didapatkan hasil untuk pengembalian rekam medis lengkap
dalam 1 x 24 jam sebesar 100%, nilai tersebut menunjukkan
bahwa dalam pengembalian rekam medis termasuk dalam
kategori baik.

Anda mungkin juga menyukai