Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak bagi setiap orang karena tanpa kesehatan yang baik,
manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan).
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif),
pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh
pemerintah dan/atau masyarakat secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan
(UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan). Konsep upaya kesehatan ini menjadi
pedoman bagi semua fasilitas layanan kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit.
Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan tingkat lanjutan memiliki tugas dalam
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Dengan tugas yang
diberikan, maka rumah sakit memiliki fungsi dalam hal pengobatan, pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan perorangan, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia, hingga penelitian dan pengembangan (UU No. 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit).
Penyediaan rumah sakit pada era Sistem Kesehatan Nasional, berkaitan erat
dengan dukungan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai
penanggungjawab dalam menyediakan kebutuhan masyarakat khususnya di bidang
kesehatan. Keterjaminan pembiayaan, pembinaan dan pengawasan, serta penyediaan
tenaga kesehatan hingga alat kesehatan menjadi hal yang penting dalam mendukung
pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit (UU No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit).

2
Sehingga dengan adanya keterkaitan dalam penyediaan layanan kesehatan baik
dari rumah sakit hingga pemerintah sebagai regulator, diharapkan dapat saling
mendukung keberlangsungan pelayanan kesehatan yang adil dan merata bagi
masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

B. Tujuan
Dengan kegiatan yang terbimbing di Rumah Sakit, diharapkan peserta didik dapat
mencapai tujuan sebagai berikut
1. Mengetahui Manajemen Rumah Sakit, koordinasi antar sistem kesehatan, dan
sistem rujukan di RSUD Karanganyar
2. Mengetahui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi mengenai
infeksi nosokomial dan pengobatan irrasional di RSUD Karanganyar
3. Mengetahui pelaksanaan sistem jaminan kesehatan di RSUD Karanganyar
4. Mengetahui prosedur dan pengelolaan informed consent dan rekam medis di
RSUD Karanganyar
5. Mengetahui prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan RSUD
Karanganyar

3
BAB II
PROFIL RSUD KARANGANYAR

A. Sejarah RSUD Karanganyar

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar merupakan


rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar. Rumah sakit ini
pada hakekatnya berawal dari sebuah Rumah Bersalin (RB) bernama RB
Kartini yang didirikan pada tanggal 21 April 1960 oleh tokoh-tokoh
masyarakat di Karanganyar, yang pada waktu itu dipimpin oleh Bapak Narjo
Adirejo selaku Bupati Kepala Daerah Tk.II Kabupaten Karanganyar saat itu.
Tahun 1963 masyarakat Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar banyak
yang terserang wabah penyakit HO atau kekurangan asupan gizi. Pelayanan
kesehatan di Kabupaten Dati II Karanganyar pada saat itu hanya ada satu yaitu
BP (Balai Pengobatan). Oleh karena itu para penderita HO ini ditampung di Balai
Pengobatan (sekarang PUSKESMAS Karanganyar) untuk mendapatkan
perawatan. Namun lama-kelamaan timbul masalah yang cukup kompleks, yaitu
makin banyaknya penderita yang mencapai 150 200 orang, sementara tempat
untuk merawat penderita semakin tidak memungkinkan.
Pada tahun 1969 RSU diresmikan sebagai rumah sakit tipe D. Bulan Januari
1993 RSU Karanganyar dikukuhkan oleh Menteri Negeri PAN dan Menteri
Kesehatan menjadi RSUD kelas C, dan pada tahun 2001 berubah nama menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar.
Dengan meningkatnya jumlah pasien RSUD Kab. Karanganyar memerlukan
lokasi yang lebih luas. Mengingat pengembangan RSUD di Jalan Lawu tidak
memungkinkan maka pada tanggal 11 Maret 1995 RSUD pindah alamat di jl. Yos
Sudarso, Bejen, Karanganyar.
Prestasi yang sudah dicapai RSUD Kab. Karanganyar adalah tanggal 27 Juli
1998 telah lulus akreditasi 5 POKJA dan tahun 2003 telah terakreditasi 12
POKJA.

4
B. Visi, Misi dan Motto
1. Visi
Rumah sakit pilihan masyarakat berstandar nasional.
2. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang professional
b. Meningkatkan kompetensi dan komitmen Sumber Daya Manusia
c. Pemenuhan sarana prasarana sesuai kebutuhan masyarakat
d. Meningkatkan kemandirian, transparansi dan akuntable
e. Mengembengakan pelayanan unggulan
3. Motto
Sehat adalah keutamaan kami
C. Strategi
a) Strategi Internal
a. Semua komponen RSUD melaksanakan Visi dan Misi
b. Semua komponen RSUD membuat Kontrak Kinerja
c. Penyediaan sarana dan fasilitas pelayanan
d. Meningkatkan keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kesopanan
dan keramah tamahan
e. Pemberi insentif secara proporsional
f. Pelayanan cepat, akurat, aman, dan menyenangkan
g. Pelayanan pengaduan 24 jam
h. Pemberian layanan informasi 24 jam
i. Layanan apotik 24 jam
j. Layanan pembayaran pasien 24 jam
b) Strategi Eksternal
a. Promosi
b. Membuat website
c. Jejaring kemitraan
d. Bakti sosial

5
D. Struktur Organisasi

DIREKTUR
dr. Mariyadi
Pembina Tk. I (IV/b)

Ka. Bag Tata Usaha


Sri Herlina, SH., MHum

Ka. Sub. Bag. Umum dan RT Ka. Sub. Bag. Kepegawaian


Sutarto, SE Sutarto, S Sos., Msi
Penata Tk. I (III/d) Pembina (IV/a)

Ka. Sub. Bag. Hukum, Info dan Penanganan dan Pengaduan


Suranto, S.IP
Penata TK. I (III/d)

Ka. Bid. Pelayanan Medik, Keperawatan


Ka. Bid Pengelolaan Keuangan
Ka. Bid Penunjang Medik, non Medik
dr. ITA KUSUMAWATI, M.Kes Dra. IDA WIDJAJATI dr. KASYFI HARTATI, M. PH
Penata Tk. I (III/d) Pembina (IV/a) Pembina (IV/a)

Ka. Sie Perencanaan & Anggaran Ka. Sie Perbendaharaan, Akuntansi


THERESIA HERAWATI, S.SOS TITIK PUDYASTUTI, S. Sos
Penata Tk.I (III/d) Penata Tk.I (III/d)

Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional

E. Fasilitas Kamar

1. Fasilitas Kamar Kelas VIP


a. Tempat tidur bisa di stel
b. Kursi tunggu sofa
c. Almari pasien
d. Kulkas
e. TV 14 Inchi
f. Kamar mandi air panas dan dingin

6
g. AC
2. Fasilitas Kamar Kelas Utama
a. Tempat tidur bisa di stel
b. Kursi tunggu alas busa
c. Almari pasien
d. Meja kecil
e. TV 14 Inchi
f. Kamar mandi air panas dan dingin
g. Fan
3. Fasilitas Kamar Kelas I
a. Tempat tidur
b. Sekat Gorden
c. Kursi tunggu
d. Almari kecil
e. Kamar mandi air dingin
f. Fan
4. Fasilitas Kamar Kelas II
a. Tempat tidur
b. Sekat gorden
c. Almari kecil
d. Kamar mandi air dingin
5. Fasilitas Kamar Kelas III
a. Tempat tidur
b. Almari kecil
c. Kamar mandi air dingin

F. Fasilitas Umum

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar berdiri di atas tanah


seluas 51.680 m2, dengan luas bangunan 8.653 m2. Sedang untuk lahan parkir
seluas 5.000 m2. Guna mendukung operasionalnya, RSUD Karanganyar

7
memakai daya listrik 1.200 KVA, dan generator berdaya 250 KVA dan 80 KVA
sebagai cadangan. Untuk pengolahan limbah, RSUD memakai IPAL &
insenerator, sehingga dapat menghemat pemakaian sumber daya air. Sedang
untuk operasional diluar, RSUD Karanganyar dilengkapi 2 unit mobil ambulan,
dan 1 unit mobil jenazah.
Beberapa fasilitas umum yang ada di lingkungan RSUD Karanganyar antara
lain: Bank Jateng, Masjid Asy-Syifa, taman, dan minimarket

G. Instalasi

1. Instalasi Rawat Jalan

Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar terdiri


dari poliklinik-poliklinik yang buka setiap hari, kecuali hari minggu, jam buka
pendaftaran:
a. Hari Senin - Kamis : 07.30 - 11.00 WIB
b. Hari Jumat - Sabtu : 07.30 - 10.00 WIB
Dilayani oleh 17 dokter spesialis, 10 dokter umum, 11 perawat/ bidan dan
3 perawat gigi, yang bertugas di 9 Klinik Spesialis, 1 Klinik Gigi, 1 Klinik
Umum. Berikut ini adalah daftar poliklinik yang ada di RSUD Karanganyar :
a. Poli Umum
b. Poli Penyakit Dalam
c. Poli Syaraf
d. Poli THT
e. Poli Penyakit Kulit & Kelamin
f. Poli Anak
g. Poli Bedah
h. Poli Gigi
i. Poli Mata
j. Poli Kandungan / Obsgyn
k. Poli Orthopedi
l. Poli Jiwa

8
m. Poli Paru
n. Poli Gizi
o. Klinik VCT
2. Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar mememiliki total


kapasitas 150 tempat tidur untuk rawat inap, terbagi dalam beberapa kelas dan
kelompok sesuai fungsinya.

BANGSAL ANGGREK BANGSAL KANTHIL


Bangsal rawat inap penyakit umum, Bangsal perawatan untuk Penyakit
terdiri dari: Bedah
Anggrek I (Ruang Teladan)
Anggrek II (Ruang Utama)
BANGSAL CEMPAKA BANGSAL MAWAR 1 & 2
Bangsal untuk semua penyakit kecuali Bangsal untuk Penyakit Dalam, terdiri
kasus kebidanan dan kandungan, dari Mawar I untuk pria, dan Mawar II
terdiri dari ruang kelas I dan Kelas II. untuk wanita.
BANGSAL MELATI BANGSAL KENANGA
Bangsal perawatan untuk Penyakit Ruang Perawatan Kebidanan
Anak.
BANGSAL DAHLIA BANGSAL TERATAI
Ruang Perawatan Neonatus Resiko Ruang Perawatan Penyakit Kandungan
Tinggi (bayi bermasalah).
BANGSAL BERSALIN
Ruang untuk proses persalinan

9
3. Instalasi Gawat Darurat
Sesuai dengan visi RS untuk menjadi RS bertaraf Nasional yang
memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dengan menyediakan pelayanan
komprehensif bermutu tinggi, pelayanan Gawat Darurat hadir selama 24 jam
untuk melayani anda.< Semua fasilitas yang tersedia di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD Karanganyar dirancang khusus sesuai dengan fungsinya
untuk memenuhi kebutuhan anda akan pelayanan emergency.
Jenis pelayanan gawat darurat yang paling sering dilakukan :
a. Penanganan pasien sesak napas;
b. Penanganan serangan jantung/Payah Jantung;
c. Penanganan pasien tidak sadar
d. Penanganan pasien kecelakaan
e. Penanganan pasien cidera, Mis. cedera tulang, cidera kepala, dll.
f. Penanganan pasien dengan pendarahan
g. Penanganan kasus Stroke
h. Penanganan pasien kejang dan kejang demam pada anak
i. Penanganan pasien dengan luka-luka
j. Penanganan pasien keracunan
k. Penanganan pasien dengan sakit perut hebat
l. Penanganan medis korban bencana / disaster

1) Pemeriksaan :
a) Pada saat masuk IGD, Perawat akan mengantar pasien ke tempat
pemeriksaan dan menanyakan tentang gejala/gangguan yang
diderita,memeriksa nadi,tekanan darah, suhu tubuh, dll.
b) Petugas administrasi akan menanyakan mengenai data identitas,
nomor rekam medik dan kartu asuransi (bila ada)
c) Anda akan diperiksa Dokter Jaga. Berikan informasi yang sejelas-
jelasnya agar segera diketahui penyakit/gangguan yang dialami.

10
2) Penunjang Medis :
a) Dokter Jaga dapat meminta dilakukan pemeriksaan Laboratorium,
Foto Rontgen, USG, EKG dll, dalam rangka menegakkan diagnosa.
b) Beberapa pemeriksaan membutuhkan waktu 1 sampai 2 jam sehingga
pasien harus menunggu sebelum diberikan pengobatan.
3) Penanganan :
a) Penanganan emergency akan segera dilakukan Dokter Jaga
sedangkan penanganan definitif setelah diagnosis ditegakkan.
b) Bila pasien memerlukan perawatan lanjutan maka akan ditempatkan
pada Ruang Perawatan Umum atau Ruang Intensif tergantung
keadaan pasien
c) Pasien/keluarganya akan diminta persetujuan perawatan untuk kamar
perawatan dan Dokter yang akan merawat
d) Pasien yang tidak memerlukan perawatan akan dipulangkan setelah
mendapatkan pengobatan

4. Instalasi Rawat Intensif


Instalasi Rawat Intensif adalah instalasi khusus untuk pasien rawat inap
yang memerlukan pengawasan secara intensif. Instalasi perawatan intensif
terdiri dari 3 tempat tidur. Sesuai dengan ketentuan instalasi ini di layani oleh
dokter-dokter anestesi dan dokter lain sesuai dengan kompetensinya serta oleh
perawat yang sudah terlatih dalam bidang Intensive Care Unit.
Suatu unit pelayanan intensif yang memberikan penanganan dan
perawatan terhadap kasus-kasus dengan sakit kritis dengan satu atau lebih
gagal organ yang memerlukan pemantauan, tindakan dan terapi yang intensif
dengan tujuan menekan angka kematian (mortalitas) dan angka kecacatan
(morbiditas). Didukung oleh: spesialis anestesi konsultan Intensive
Care/Intensivist, spesialis anestesi, tim dokter spesialis terkait, dokter umum
dan perawat ICU 24 jam.

11
5. Instalasi Bedah Sentral
Instalasi Bedah Sentral merupakan instalasi yang melakukan pelayanan
pembedahan baik yang bersifa segera (Cito) ataupun terencana (elektif).
a. Bedah Umum seperti laparatomi, prostat, hernia, apendiksitis, dll.
b. Bedah Mata seperti katarak, glukoma, trauma, dll.
c. Bedah THT seperti operasi sinus, keunggulan kami dalam bidang ini adalah
kami telah dapat melakukan operasi tympanoplasty karena telah tersedia
peralatan pendukung tindakan tersebut.
d. Untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Karanganyar telah
dilengkapi dengan alat Endoskopi dan Laparaskopi. Sehingga dapat
melakukan pemeriksaan operasi dengan perlukaan yang minimal sehingga
dapat mengurangi risiko infeksi dan secara estetika bekas luka dapat
minimal atau hampir tidak terlihat.

6. Instalasi Rehabilitasi Medik


Instalasi Rehabilitasi Medik adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk
mengembangkan, memelihara, memulihan gerak dan fungsi tubuh. Bentuk
pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Karanganyar, antara lain:
a. Deteksi dini gangguan gerak dan fungsi.
b. General exercise untuk pasien rawat inap sebagai upaya preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif.
c. Pelayanan kuratif bagi mereka yang sudah mengalami gangguan pada
kapasitas fisik dan kemampuan fungsional.
Modalitas Fisioterapi yang tersedia di RSUD Kabupaten Karanganyar
antara lain:
a. Short/Micro Wave Diathermy
b. Ultrasound Therapy
c. Elektrik Stimulasi (dengan arus Interferensi, TENS, Muscle stimulation, dll)
d. Infrared

12
e. Traksi Lumbal dan Cervical
f. Exercise Therapy
g. Manipulasi Therapy
h. Parafin Bath
i. Perawatan Gymnasium

7. Unit Elektromedik
Instalasi ini didukung bermacam peralatan untuk melayani antara lain:
a. Densitometri, digunakan untuk mendeteksi keropos tulang (Osteoporosis)
lebih dini
b. Brain Mapping, merekam aktifitas otak. Digunakan antara lain untuk:
pemeriksaan kejang, nyeri kepala kronis, susah konsentrasi
c. Transcranial Doppler, untuk mendeteksi pembuluh darah otak
d. Electroencephalogram (EEG)
e. Audiometri
f. Treadmill
g. Electrocardiogram (EKG)

8. Instalasi Radiologi
Instalasi Radiologi merupakan instalasi ayng bertanggung jawab
memberikan pelayanan radiodiagnostik pasien RSUD Karanganyar. Instalasi
Radiologi selain melayani pemeriksaan pasien dalam instalasi ini juga
menerima pasien rujukan dari dokter praktek ataupun rumah sakit lain di
sekitar Kota Karanganyar.
Didukung dengan peralatan Pesawat X-Ray General, X-Ray Panoramic
dan alat USG Umum. Instalasi Radiologi dapat melakukan pelayanan:
a. Pemeriksaan Radiodiagnostik non kontras maupun dengan kontras.
b. Pemeriksaan gigi Panoramik.
Pemeriksaan USG Penyakit Dalam, Bedah, Kandungan, Anak dan Soft
Tissue.
9. Instalasi Laboratorium

13
Instalasi Laboratorium merupakan instalasi yang bertanggung jawab
memberikan pelayanan pemeriksaan laboratorium klinik pasien RSUD
Karanganyar. Instalasi Laboratorium selain melayani pemeriksaan pasien
rumah sakit, instalasi ini juga menerima pasien rujukan dari dokter praktek
ataupun rumah sakit lain di sekitar Kota Karanganyar.
Pelayanan yang dapat dilakukan di Instalasi Laboratorium adalah:
a. Pemeriksaan Darah Rutin
b. Pemeriksaan Kimia Darah
c. Pemeriksaan Serologi
d. Pemeriksaan Urin
e. Pemeriksaan Feses

10. Unit Bank Darah


Unit Bank Darah merupakan unit pelayanan di rumah sakit yang
bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman,
berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Unit ini dapat melakukan pemeriksaan:
a. Pemeriksaan golongan darah dan Rhesus
b. Pemeriksaan Blood Typing dan Tube-Test
c. Uji cocok serasi (Cross Matching)
d. Pemeriksaan direct Combs Test, Indirect Combs Test.

11. Instalasi Farmasi


Instalasi Farmasi adalah instalasi yang melaksanakan pelayanan
kefarmasian yang beroirientasi pada pelayanan pasien, menyediakan obat
yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik. Instalasi Farmasi melayani:
a. Obat
b. Alat Habis Pakai / Bahan Habis Pakai
c. Alat Kesehatan
d. Gas Medis
e. Reagen Laboratorium

14
f. Bahan Radiologi
g. Alat Fisioterapi
Instalasi Farmasi memberikan pelayanan selama 24 jam perhari kepada
pasien Rawat Jalan, pelayanan Rawat Inap dan IGD. Pelayanan yang ada di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar antara
lain:
a. Proses pengemasan kembali obat
b. Pelayanan informasi obat.
c. Pelayanan farmasi klinis.

12. Instalasi Rekam Medik


Instalasi Rekam Medik berperan dalam pengelolaan dokumen medik di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar baik dalam hal
penyusunan urutan dokumen (assembling), pemberian kode diagnosa maupun
penyimpanan dokumen. Dengan pengelolaan dokumen yang baik maka
dokumen mudah di cari kembali apabila diperlukan sehingga kelangsungan
terapi dapat terjamin. Selain pengelolaan dokumen medis instalasi ini
bertanggung jawab terhadap pengolahan data rekam medik serta pelaporan
secara berkala.

15
BAB III

LAPORAN KEGIATAN DAN RINGKASAN MATERI

A. Kegiatan dan Materi Hari Pertama


Kegiatan dokter muda hari pertama di RSUD Karanganyar dilaksanakan
pada hari Kamis, 6 Oktober 2016 pukul 08.00 WIB. Kegiatan pertama adalah
diskusi dan bimbingan oleh dr. Kasyfi Hartati dengan materi Rekam Medis dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Materi pada hari pertama akan dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:

1. Rekam Medis
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien. Isi rekam medis berbeda-beda sesuai
dengan pelayanan kesehatan/kondisi pasien saat datang ke rumah sakit, yaitu
rekam medis untuk pasien rawat jalan (RJ), rawat inap (RI), kegawatdaruratan
dan bencana. Isi rekam medis pasien rawat jalan dan rawat inap memiliki
kesamaan yaitu memuat identitas pasien, tanggal dan waktu, hasil anamnesis,
hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis, diagnosis, rencana
penatalaksanaan, pengobatan dan/atau tindakan, pasien dengan kasus gigi
dilengkapi dengan odontogram klinik. Rekam medis pasien rawat inap
ditambahkan data tentang persetujuan tindakan, catatan observasi klinis dan
hasil pengobatan, ringkasan pulang.

a. Yang berkewajiban membuat rekam medis adalah tenaga kesehatan:

1) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi

2) Tenaga medis meliputi perawat dan bidan

3) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten


apoteker

16
4) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiologi kesehatan,
entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan,
administrator kesehatan dan sanitarian

5) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietsien

6) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapi dan terapis


wicara

7) Tenaga keteknisan medis


Pada setiap pencatatan, rekam medis wajib dibubuhi nama, waktu dan
tanda tangan dokter/tenaga kesehatan lain. Jika terjadi kesahalan saat
melakukan pencatatan dapat dilakukan pembetulan tanpa menghilangkan
catatan yang dibetulkan sehingga masih bisa tebaca dan dibubui tanda tangan
dokter/tenaga kesehatan lain.

b. Kerahasiaan rekam medis


Berkas rekam medis merupakan milik sarana pelayanan kesehatan.
Sedangkan isi rekam medis milik pasien. Apabila pasien meminta isi rekam
medis maka dapat diberikan dalam bentuk ringkasan. Data atau informasi
yang tercantum dalam rekam medis bersifat rahasia dan wajib dijaga
kerahasiannya oleh dokter/atau tenaga kesehatan lain. Dalam beberapa
keadaan tertentu, informasi rekam medis dapat dibuka namun tetap harus
melalui prosedur perijinan pimpinan rumah sakit. Keadaan tertentu tersebut
antara lain jika adanya permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum atas perintah pengadilan atau dalam rangka penelitian dan
audit medis selama tidak menyebutkan identitas pasien.
UU No. 29 tahun 2004 pasal 48 (2) rekam medis dapat dibuka dalam
hal:
1) Rujukan, konsultasi dokter ahli, asuransi kesehatan
2) Keperluan hukum
3) Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri

17
4) Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-
undangan
5) Penelitian, pendidikan dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan
identitas pasien

c. Kegunaan Rekam Medik Secara Umum


1) Sebagai alat komunikasi antara dokter dan nakes lain dalam
memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien.
2) Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus
diberikan kepada seorang pasien.
3) Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan
penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di Rumah
Sakit.
4) Sebagai bahan analisa yang berguna untukk analisa, penelitian, dan
evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.
5) Melindungi kepentingan hukum bagi pasien RS maupun dokter dan
nakes lainnya.
6) Menyediakan data khusus yang sangat berguna untuk keperluan
penelitian dan pendidikan.
7) Sebagai dasar dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik
pasien.
8) Menjadi sumber yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan
peranggungjawaban dan laporan.

d. Syarat Pencatatan Rekam Medik


1) Correct

Benar, mencatat sebenarnya sesuai dengan apa yang dilihat,


diamati maupun diperiksa Sahih atau valid, diberikan oleh ahlinya atau
mereka yang berwenang, memberikan informasi yang relevan dengan
keadaan yang sebenarnya.

18
2) Complete

Lengkap dalam ketentuan administratif, data-data yang tidak diisi


harus ada keterangannya, semua data entry harus dicatat tanggal dan jam
serta diberi paraf dan nama terang. Lengkap dalam uraian segala
tindakan diagnostik sampai dengan terapi, baik terapi medik maupun
bedah.

3) Clear

Catatan harus jelas, mudah dibaca, Uraian harus jelas, dan mudah
dimengerti.

4) Recent (Up Date)

Harus segera dibuat dan segera dilaporkan, karena Rekam medik


harus segera diserahkan paling lambat 2x24 jam setelah pasien pulang.

5) Bentuk Catatan

a) Catatan yang bersifat kolektif

b) Catatan yang bersifat indifidual

6) Isi Rekam Medik Dasar

a) Ringkasan masuk dan keluar

b) Anamnesa dan pemeriksaan fisik

c) Lembaran grafik

d) Perjalanan penyakit, perintah dokter, dan pengobatan

e) Catatan perawat dan bidan

f) Hasil pemeriksaan penunjang (lab/Ro)

g) Resume keluar

19
h) Lembaran kontrol istimewa

i) Laporan anastesi dan laporan operasi

j) Riwayat kehamilan, catatan dan laporan persalinan

k) Identitas bayi

l) Persetujuan pengobatan/tindakan medis

7) Pengolahan Data Medis

a) Coding

yaitu membuat code diagnosis berdasarkan klasifikasi penyakit


yang berlaku (ICD X), tindakan (ICD 9CM) agar mempermudah
pengelompokan penyakit, tindakan yang dituangkan dalam bentuk
kode.

b) Indexing

Index RJ, Index RI, Index Diagnosis, Index Operasi, Index


Dokter

8) Penyimpanan Rekam Medik


Sistem penyimpanan catatan medik ada 2 cara:

a) Sentralisasi

Penyimpanan RM seorang pasien dalam satu kesatuan RJ & RI

Kebaikan:

- Mengurangi duplikasi pemeliharaan dan penyimpanan

- Efisiensi biaya untuk peralatan dan ruangan

- Tata kerja dan peraturan mengenai pencatatan medis mudah


distandarisasi

20
- Mudah menerapkan sistim unit record

Keburukan:

- Petugas menjadi lebih sibuk (RI & RJ)

- penerimaan harus 24 jam

b) Desentralisasi

Rekam Medik dibedakan antara RI & RJ. Rekam medik RI


disimpan terpisah dari RJ

Kebaikan:

- Efisiensi waktu, pelayanan lebih cepat.

- Beban kerja pegawai lebih ringan.

Keburukan :

- Duplikasi pembuatan RM

- Biaya dan ruangan lebih banyak

Rekam medis memiliki batas waktu masa penyimpanan yaitu 5


tahun terhitung dari hari terakhir pasien berobat di rumah sakit. Di
RSUD Karanganyar, terdapat 3 tempat penyimpanan rekam medis dan
batas waktu penyimpanan rekam medis selama 5 tahun ditambah 2
tahun di tempat yang berbeda untuk memastikan rekam medis tersebut
tidak digunakan kembali. Jika masa 2 tahun tersebut pasien kembali,
rekam medis akan kembali ke penyimpanan awal dan mengikuti siklus
5+2 tahun lagi sampai waktunya dimusnahkan. Namun jika selama
waktu 2 tahun tersebut tidak ada pengobatan/kedatangan pasien terkait
maka rekam medis akan dimusnahkan. Sebelum dimusnahkan, terlebih
dahulu rekam medis dicatat ulang dalam bentuk resume/ringkasan
medik. Pemusnahan yang dilakukan di RSUD Karanganyar dengan

21
dilakukan pencacahan dokumen dengan saksi berita acara pemusnahan
dokumen.

2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Jaminan Kesehatan Nasional merupakan bagian dari Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN), bersifat wajib berdasarkan Undang-Undang No. 40
Tahun 2004 tentang SJSN. Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional yaitu agar
semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga
pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak tercapai.
Kelebihan sistem asuransi sosial JKN dibandingkan dengan asuransi
komersial antara lain:
Asuransi Sosial Asuransi Komersial
1. Kepesertaan bersifat wajib (untuk 1. Kepesertaan bersifat sukarela
semua penduduk)*
2. Non profit 2. Profit
3. Manfaat komprehensif 3. Manfaat sesuai dengan premi
yang dibayarkan
* berpotensi mencakup 100% penduduk (universal coverage) dan relative
dapat menekan peningkatan biaya pelayanan kesehatan.

a. Prinsip-Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional


Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-
prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
1) Prinsip kegotongroyongan
2) Prinsip nirlaba
3) Priinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektivitas
4) Prinsip portabilitas
5) Prinsip kepesertaan bersifat wajib
6) Prinsip dana amanat
7) Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial

b. Kepesertaan

22
Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN
dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu yang terdiri atas:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pegawai Negeri Sipil;
b) Anggota TNI;
c) Anggota Polri;
d) Pejabat Negara;
e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f) Pegawai Swasta; dan
g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f
yang menerima Upah
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan
b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima
Upah,
c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk
warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6
(enam) bulan.
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:
a) Investor;
b) Pemberi Kerja;
c) Penerima Pensiun;
d) Veteran;
e) Perintis Kemerdekaan; dan
f) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan
huruf e yang mampu membayar Iuran.

23
4) Penerima pensiun terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b) Anggota TNI dan Anggota Polti yang berhenti dengan hak
pensiun;
c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
d) Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan
e) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d
yang mendapat hak pensiun.
5) Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
1) Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan
2) Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari
Peserta, dengan kriteria:
1. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri; dan
2. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum
berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan
pendidikan formal.
6) Sedangkan Peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan
anggota keluarga yang lain.
7) WNI di Luar Negeri
Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar
negeri diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tersendiri.
c. Syarat pendaftaran
Syarat pendaftaran akan diatur kemudian dalam peraturan BPJS.
d. Lokasi pendaftaran
Pendaftaran Peserta dilakukan di kantor BPJS terdekat/setempat.
e. Prosedur pendaftaran Peserta
1) Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai Peserta kepada BPJS

24
Kesehatan.
2) Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat
mendaftarkan diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
3) Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan
keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan
f. Hak dan kewajiban Peserta
1) Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak
mendapatkan a) identitas Peserta dan b) manfaat pelayanan kesehatan
di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
2) Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan
berkewajiban untuk: a. membayar iuran dan b. melaporkan data
kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan dengan menunjukkan
identitas Peserta pada saat pindah domisili dan atau pindah kerja.
g. Masa berlaku kepesertaan
1) Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang
bersangkutan membayar Iuran sesuai dengan kelompok peserta
2) Status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran
atau meninggal dunia
3) Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur oleh
Peraturan BPJS.
h. Pentahapan kepesertaan
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara bertahap,
yaitu tahap pertama mulai 1 Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit
meliputi: PBI Jaminan Kesehatan; Anggota TNI/PNS di lingkungan
Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya; Anggota Polri/PNS di
lingkungan Polri dan anggota keluarganya; peserta asuransi kesehatan PT
Askes (Persero) beserta anggota keluarganya, serta peserta jaminan
pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan anggota keluarganya. Selanjutnya
tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai
Peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.

25
B. Kegiatan dan Materi Hari Kedua
Kegiatan dokter muda pada hari kedua di RSUD Karanganyar
dilaksanakan pada hari Jumat, 7 Oktober 2016 pukul 08.00 WIB. Kegiatan diisi
bimbingan oleh dr. Ambar dengan materi Pengobatan Irasional.
Materi pada hari kedua akan dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:

1. Pengobatan Irrasional
Penggunaan obat disebut irrasional jika kemungkinan dampak negatif
yang diterima pasien lebih besar daripada manfaatnya.Penggunaan obat
dikatakan rasional jika dilakukan secara tepat baik tepat diagnosis, tepat
indikasi penyakit, tepat pemilihan jenis obat, tepat dosis, tepat cara pemberian,
tepat interval waktu pemberian, tepat lama pemberian, tepat informasi
penggunaan, tepat penilaian kondisi pasien, dan tepat tindak lanjut.
Kategori penggunaan obat irrasional yaitu:
a. Peresepan berlebih (overprescribing)
Jika memberikan obat yang sebenarnya kurang diperlukan untuk
penyakit yang bersangkutan dan pemberian obat dengan dosis dan jumlah
yang lebih besar daripada yang dianjurkan untuk pengobatan penyakit.

b. Peresepan kurang (underprescribing)


Jika pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan, baik
dalam dosis, jumlah maupun lama pemberian dan juga tidak meresepkan
obat yang diperlukan untuk penyakit penderita.

c. Peresepan majemuk (multiple prescribing)


Jika memberikan beberapa obat yang memiliki efek pengobatan yang
sama untuk satu indikasi penyakit seperti pemberian lebih dari satu obat
untuk penyakit yang sebenarnya dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.

d. Peresepan salah (incorrect prescribing)

26
Jika pemberian obat yang tidak sesuai atau indikasinya keliru, untuk
kondisi yang kontraindikasi pemberian obat, yang memberikan risiko efek
samping lebih besar, dan apabila pemberian informasi mengenai obat
kepada penderita tidak tepat.

e. Dispensing
Jika pemberian obat tidak mempertimbangkan kondisi medis pasien,
faktor genetik dan lingkungan sekitar pasien

f. Extravagant-prescribing
Jika meresepkan obat yang harganya mahal sementara tersedia obat
sejenis yang lebih murah dengan kualitas sama dan jika lebih memilih
mengobati pasien berdasarkan tiap gejala daripada memberikan pengobatan
berdasarkan satu penyakit yang kemungkinan menyebabkan munculnya
gejala-gejala.

Dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional yaitu dampak


pada mutu pengobatan dan pelayanan karena meningkatnya angka morbiditas
dan mortalitas penyakit. Kemudian dampak terhadap biaya pengobatan karena
terjadi pemborosan anggaran yang seharusnya dapat dicegah dan dialokasikan
pada prioritas lain untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja obat
sebagai salah satu upaya cost effective medical intervention.Selanjutnya
dampak pada meningkatnya risiko terjadinya efek samping dan efek lain yang
tidak diharapkan pada pasien dan masyarakat seperti resistensi kuman. Selain
itu adanya dampak terhadap mutu ketersediaan obat dimana obat yang tersedia
tidak mencukupi dikarenakan peresepan yang berlebihan dan tidak sesuai.

27
Upaya untuk mengatasi penggunaan obat irrasional dapat dilakukan
langkah sebagai berikut:
a. Upaya manajerial
Dilakukan pengendalian kecukupan obat melalui sistem informasi
manajemen obat sehingga setiap penggunaan dan permintaan obat oleh unit
pelayanan kesehatan dapat terpantau dan kecukupan obat dapat
dikendalikan dengan baik
b. Perbaikan sistem suplai
Dibentuknya formularium rumah sakit dimana obat yang paling
dibutuhkan oleh sebagian besar pasien dapat tersedia setiap saat dengan
harga yang terjangkau.
c. Pembatasan sistem peresepan dan dispensing obat
Disediakan buku pedoman pengobatan dan formulir resep dengan
jumlah R/ yang terbatas
d. Pembentukan dan pemberdayaan Komite Farmasi dan Terapi (KFT) di
Rumah Sakit
Memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan dan menerapkan
penggunaan obat yang rasional di Rumah Sakit.
e. Informasi harga

Memberikan dampak sadar biaya terhadap provider dan pasien.

C. Kegiatan dan Materi Hari Ketiga


Kegiatan dokter muda pada hari ketiga di RSUD Karanganyar
dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Oktober 2016 pukul 08.00 WIB. Kegiatan diisi
dengan presentasi oleh dokter muda yang dibagi menjadi 3 kelompok dan
masing- masing membawakan materi berbeda tentang Infeksi Nosokomial,
K3RS, dan Patient Safety yang di pandu oleh dr. Ambar serta dilanjutkan
bimbingan oleh dr G. Maryadi selaku Direktur RSUD Karanganyar dengan
materi Manajemen Rumah Sakit, Penanggulangan Bencana Rumah Sakit, dan
Sistem Rujukan.
Materi pada hari ketiga akan dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
1. Infeksi Nosokomial

28
a. Definisi infeksi nosokomial
Kejadian infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul
pada waktu pasien dirawat di rumah sakit (hospital acquired infection).
Bagi pasien di rumah sakit ia merupakan persoalan serius yang dapat
menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien.
Infeksi ini dapat berasal dari: dokter, perawat, dan penderita lain sebagai
carrier, penderita sendiri sebagai flora normal tubuh, dan lingkungan yang
tercemar.
b. Kriteria infeksi nosokomial
Kriteria suatu infeksi dapat digolongkan menjadi infeksi nosokomial
apabila memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Tidak ada tanda klinis saaat masuk rumah sakit


2) Tidak dalam masa inkubasi saat masuk rumah sakit
3) Infeksi didapat di rumah sakit
4) Tanda klinis timbul 3 x 24 jam sejak perawatan pasien rawat inap
5) Bukan residu infeksi sebelumnya
6) Infeksi pada lokasi yang sama tapi oleh mikroorganisme berbeda
7)Infeksi didapat ketika dirawat sebelumnya dan belum dilaporkan
sebagai infeksi nosokomial
c. Faktor-faktor yang menentukan terjadinya Infeksi nosokomial:
1) Faktor Endogen
a) Kurangnnya kekebalan tubuh pasien
b) Usia pasien (neonatus dan geriatri lebih mudah terkena infeksi)
c) Pemakaian obat imunosupresan
d) Status nutrisi pasien (gizi buruk dan obesitas cenderung lebih
mudah terkena infeksi)
e) Kerusakan jaringan pada pasien (luka bakar / prosedur invasif)
f) Terapi antibiotika yang lama menyebabkan flora normal berkurang

29
2) Faktor Eksogen
a) Kontak langsung antar pasien
b) Melalui udara / air
c) Petugas kesehatan (carrier)
d) Objek yang terkontaminasi
e) Lama pasien dirawat di rumah sakit
d. Cara penularan infeksi nosokomial:
Penularan infeksi silang (cross infection)

a) Airborne
Penularan penyakit melalui udara, baik yang berupa bintik
percikan di udara (airborne droplet nuclei, ukuran 5 pm atau lebih
kecil) atau partikel debu yang berisi agen infeksi. Organisme yang
ditularkan dengan cara ini dapat menyebar secara luas bersama
dengan aliran udara. Penyakit yang masuk kategori ini antara lain
tuberkulosis, varisela, campak.
Penanganan penularan penyakit melalui udara:

Ventilasi seperti pada isolasi BTA (Basil Tahan Asam)


Pasien ditempatkan dalam ruang tersendiri dengan aliran udara
negatif (negative airflow) dengan minimal 6 kali pergantian
udara per jam
Udara langsung dibuang keluar melalu penyaring (filter)
Pintu ruangan harus selalu ditutup
Pasien meninggalkan ruangan bila ada kepentingan mendesak
Bila pasien akan diangkut keluar harus dipakaikan masker
Petugas rumah sakit mengenakan APD
b) Droplet
Penularan droplet dari kuman pathogen yang infeksius.
Penularan droplet terjadi bila partitel percikan yang besar (diameter
>5 mikrometer) dari orang yang terinfeksi mengenai lapisan

30
mukosa hidung, mulut atau konjungtiva mata dari orang yang
rentan. Droplet (percikan besar) dapat terjadi pada waktu seseorang
berbicara, batuk, bersin, ataupun pada waktu pemeriksaan jalan
napas seperti intubasi atau bronkoskopi.
Penularan melalui droplet berbeda dengan transmisi airborne
karena pada transmisi droplet memerlukan kontak yang dekat
antara sumber dan penerima penularan, karena patogen tidak dapat
bertahan lama diudara.
Contoh penyakit yang ditularkan melalui droplet adalah
meningococcal meningitis, meningitis atau pneumonia
pneumokokkal, pertussis, influenza, dsb. Pasien harus ditempatkan
di kamar tersendiri, bila tidak tersedia pasien dengan penyebab
mikroorganisme infeksi yang sama dapat dirawat di ruang yang
sama atau cohort (bangsal umum).

c) Kontak langsung
Penyakit yang secara epidemiologis penting dan ditularkan
melalui kontak langsung (misalnya kontak tangan atau kulit ke
kulit) yang terjadi selama perawatan rutin atau kontak tak langsung
(persinggungan) dengan benda di lingkungan pasien.
Contoh penyakit / keadaan yang rnemerlukan kewaspdaan
kontak adalah infeksi atau kolonisasi bakteri yang multidrug
resistens colitis Clostridium, infeksi kulit, scabies, impetigo, dsb.
Sebagai pencegahan sarung tangan harus dipakai terhadap kontak
tubuh dan bahan dari tubuh.

e. Contoh infeksi nosokomial di rumah sakit


1) Infeksi Aliran Darah Primer
Infeksi aliran darah primer (IADP) adalah infeksi aliran darah
yang timbul tanpa ada organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai
sumber infeksi. Faktor risiko IADP adalah sterilitas saat pemasangan
kateter IV, lama pemasangan kateter IV, dan kerentanan pasien

31
terhadap infeksi. Tanda dan gejala dari IADP adalah demam >38C,
hipotensi, serta menggigil. Diagnosis IADP menggunakan 2 kali kultur
darah pada waktu yang berbeda.
Hasil dari pantauan di RSUD Karanganyar kejadian paling sering
adalah phlebitis pada pemasangan IV kateter di perifer.

2) Infeksi saluran kemih


Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat kolonisasi
kuman pada saluran kemih. Tanda dan gejala ISK dapat berupa salah
satu dari deman (>38C), nikuria, polakisuria, dysuria, nyeri
suprapubik, atau biakan urin midstream >105. Gold standart
pemeriksaan pada ISK adalah pemeriksaan kultur atau biakan urin.
Faktor risiko dari ISK adalah kateterisasi menetap, kerentanan pasien,
dan ibu pasca persalinan.
Hasil pantauan di RSUD Karanganyar ISK merupakan
kejadian yang paling tinggi untuk infeksi nosokomial. Pemeriksaan
penunjang yang digunakan di RSUD Karanganyar masih
menggunakan dipstick.

3) Infeksi daerah pasca operasi


Infeksi daerah pasca operasi (IDO) adalah infeksi pada daerah
luka operasi yang terjadi 30 hari setelah operasi. Tanda dan gejala
berupa salah satu dari tanda inflamasi yaitu rubor, calor, dolor, tumor,
dan funsiolesa. Faktor risiko IDO adalah tingkat kontaminasi luka,
kerentanan pasien, lokasi luka, suplai darah yang buruk, lama
perawatan, lama operasi, sterilitas tim operasi dan alat operasi, dsb.
Hasil pantauan di RSUD Karanganyar untuk pencatatan IDO
masih belum dapat berjalan maksimal, hal ini dikarenakan salah
satunya kurangnya kepatuhan pasien untuk kontrol.

4) Hospital acquired pneumonia

32
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan bawah. Tanda
dan gejala pneumonia dapat berupa salah satu dari ronki basah,
munculnya sputum purulen, isolasi kuman positif pada biakan darah,
adanya infiltrat, efusi pleura, dsb. Faktor risiko pneumonia adalah
instrumentasi sistem saluran nafas (endotrakeal tube, ventilasi
mekanis, trakeostomi), tindakan operasi bagian thorax, intubasi lama,
dan penyakit paru obstruksi menahun. Infeksi saluran nafas yang
terjadi dua hari setelah penggunaan ventilator disebut ventilator
associated pneumonia (VAP).
Hasil pantauan di RSUD Karanganyar untuk VAP tergolong
rendah, hal ini dikarenakan penggunaan ventilator masih jarang.
Pencegahan VAP bisa dilakukan dengan cuci tangan, penggunaan
APD, desinfeksi alat nebulasi dan bantuan pernafasan tiap 24 jam, dan
posisi semi-recumbent (45) pada pasien.

5) Infeksi saluran cerna


6) Infeksi kulit dan jaringan lunak
f. Pencegahan infeksi nosokomial
1) Surveilans
Kegiatan surveilans epidemiologi merupakan komponen
penunjang penting dalam setiap program pengendalian infeksi
nosokomial. Informasi epidemiologi yang dihasiikan oleh kegiatan
surveilans berguna untuk mengarahkan strategi program baik pada
tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap evaluasi. Dengan
kegiatan surveilans yang baik dan benar dapat dibuktikan bahwa
program dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Tujuan program surveilans adalah untuk memperoleh data
dasar tingkat endemisitas infeksi di suatu rumah sakit, sebagai sistem
kewaspadaan dini dalam mengidentifikasi KLB, memenuhi standar
mutu asuhan keperawatan dan pelayanan medis yang dapat dipakai
sebagai sarana mengidentifikasi terjadinya malpraktek, dan mengukur

33
keberhasilan suatu program pengendalian infeksi nosokomial,
meyakinkan para klinisi tentang masalah yang memerlukan
penganggulangan, memenuhi standar pelayanan rumah sakit.
Pengukuran yang dilakukan pada program surveilans berupa:

a) Rate : Mengukur kemungkinan munculnya suatu kejadian pada


populasi tertentu, misalnya infeksi nosokomial di ruang bedah.
b) Ratio : Perbandingan suatu frekuensi kejadian dibandingkan
dengan kejadian yang lain, misalnya insidens rate ILO di ruang
Perawatan Bedah disbanding insidens rate ILO di ruang Kebidanan
dan Kandungan.
c) Proporsi : Presentase suatu kejadian dari seluruh jumlah kejadian
dari suatu seri data.
2) Kontrol personal
Tindakan untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial,
misalnya saat sebelum operasi dilakukan beberapa tindakan antara
lain: pasien mandi dengan sabun antiseptik, cukur rambut < 24 jam pre
operasi, bowel sterilization, pemberian antibiotik profilaksis
perioperatif, pemberian antiseptik pada daerah operasi secara benar.
Bagi petugas, minimal melakukan hand hygiene, memakai alat
pelindung diri, dan memberi edukasi pada penderita dan pengunjung.

3) Kontrol lingkungan
g. Tatalaksana umum infeksi nosokomial
1) Evakuasi faktor risiko penyebab infeksi
2) Isolasi
3) Pemberian antibiotik: profilaksis, empirik, definitif

2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit


Rumah Sakit berperan menyediakan fasilitas kesehatan yang aman,
fungsional, dan suportif bagi pasien, keluarganya, staff, dan pengunjung.

34
Oleh karena itu fasilitas fisik, medis, peralatan lainnya, dan sumber daya
manusia harus dikelola secara efektif. Manajemen Rumah Sakit harus
berusaha untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko,
mencegah kecelakaan dan cedera, memelihara kondisi yang aman.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya untuk


memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan
para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan, dan rehabilitasi. Keselamatan kerja di Rumah Sakit meliputi
keselamatan pasien dan pengunjung, keselamatan dan kesehatan petugas
kesehatan, keselamatan bangunan, keselamatan lingkungan. Sedangkan
keselamatan pasien merupakan suatu proses pelayanan pasien yang aman
terdiri dari : asesmen risiko, identifikasi dan manajemen risiko, pelaporan
dan analisis insiden, serta tindak lanjut dan solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko.

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Tenaga Kerja

Beban kerja : fisik, mental

Lingkungan kerja: fisik, kimia

Biologi : ergonomi, psikologi

Kapasitas kerja: keterampilan kesegaran jasmani dan rohani, status


kesehatan/gizi, usia, jenis kelamin, dan ukuran tubuh
B. Lingkup Kerja K3 di Rumah Sakit Karanganyar

1. Penyediaan air bersih

Pemantauan air bersih dilakukan dengan cara:

a. Memeriksakan dan menjamin ketersediaan air bersih yang


dilakukan setiap hari pada penampungan air bersih.

35
b. Mengirimkan sampel air bersih ke Laboratorium Dinas
Kesehatan Kabupaten Karanganyar dengan frekuensi
pengiriman sebanyak 12 kali setahun.

2. Pengelolaan limbah cair

Pengelolaan terhadap semua air buangan hasil kegiatan


operasional Rumah Sakit sehingga memenuhi persyaratan
penetapan daan baku mutu limbah cair. Pemantauan pengelolaan
air limbah dilakukan dengan cara :

a. Pemeriksaan Harian :
- Pemeriksaan parameter fisik, bau, dan fungsi mesin.

- Pencatatan flowmeter limbah cair.

b. Pemeriksaan Bulanan :
Mengirimkan sampel air limbah inlet dan outlet IPAL
ke BTKL Yogyakarta sebanyak 12 kali

3. Pengelolaan sampah

a. Pengelolaan sampah Non Medis :

- Sampah ditampung dalam tempat sampah dengan


kantong plastik berwarna hitam

- Sampah dari tempat sampah diambil oleh petugas dan


dikumpulkan di container.

- Pengelolaan container bekerja sama dengan DKP


Kabupaten Karanganyar.

b. Pengelolaan sampah Medis :

- Sampah ditampung dalam tempat sampah dengan


kantong plastik berwarna kuning.

36
- Spuite ditampung di safety box

- Sampah medis dikumpulkan di TPS infeksius

- Pengelolaan sampah medis dari TPS infeksius diserahkan


kepada Pihak Ketiga (yang sudah berijin).

4. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu

Kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan populasi


serangga, tikus, kucing, cacing, rayap atau hewan yang menjadi
perantara menularkan penyakit tertentu. Pemantauan pengendalian
serangga dan binatang pengganggu dilakukan dengan cara:

a. Melakukan pemantauan terhadap kebersihan baik dalam


gedung maupun luar gedung setiap hari dengan alat bantu
cheklist.

b. Melakukan uji samping kepadatan lalat, kecoa, dan nyamuk


setiap 3 bulan sekali dengan parameter : lalat adalah 8
ekor/flygrill (100x100 cm) per menit, parameter kecoa adalah
2 ekor/plate (20 x 20 cm) per 24 jam. Parameter nyamuk
adalah angka Container Index 5 %.

c. Pemantauan tingkat kepadatan tikus dengan parameter tingkat


kepadatan tikus mendekati angka 0 setiap 3 bulan sekali.

d. Melakukan pengendalian binatang pengganggu bekerja sama


dengan Pihak Ketiga.

5. Sanitasi makanan

Pemantauan terhadap sanitasi makanan dilakukan dengan cara:

a. Pemantauan hygienesanitasi makanan dengan mengisilembar


kontrol yang tersedia setiap bulan.

37
b. Pemeriksaan usap alat makan.

c. Pemeriksaan usap tangan petugas.

d. Pemeriksaan sampel air bersih di dapur.

e. Pengukuran suhu dan kelembaban ruang dapur setiap 1 bulan


sekali, segera di evaluasi dan ditindaklanjuti.

f. Pemantauan pengisian checklist pengukuran suhu dalam


freezer.

6. Penyehatan ruang loundry

a. Pemantauan proses penimbangan sampai dengan


pendistribusian.

b. Pemantauan kebersihan ruang laundry.

c. Pemantauan petugas laundry terhadap penggunaan APD di


ruang laundry.

d. Pemeriksaan usap Linen.

e. Pengukuran suhu dan kelembaban setiap bulan dan dilakukan


evaluasi serta tindak lanjut dari hasil pengukuran.

7. Infeksi nosokomial

8. Pemantauan hasil sterilisasi alat

Dilakukan dengan cara:


Usap peralatan medis/ instrumen setiap 3 bualn sekali oleh DKK
Karanganyar yang hasilnya di evaluasi dan ditindaklanjuti.

9. Penyuluhan kesehatan lingkungan

10. Pemantauan pencahayaan ruangan (1 tahun sekali)

38
11. Pemantauan penyehatan udara

a. Mengukur tingkat suhu dan kelembaban setiap hari dengan


parameter yang telah ditentukan.

b. Pemeriksaan angka kuman udara oleh DKK Karanganyar.

12. Pemantauan kebisingan ruang

a. Ruang perawatan, isolasi, radiologi, operasi maksimal 45


dBA.

b. Poliklinik/poli gigi maksimum 80 dBA.

c. Laboratorium maksimal 68 dBA.

d. Ruang cuci, dapur, maksimum 78 dBA

13. Pemantauann kebisingan dan udara ambient

Dilakukan setiap enam bulan sekali bekerja sama dengan BTKL


Yogyakarta

14. Pengujian kalibrasi alat kesehatan

Dilakukan 1 tahun sekali bekerja sama dengan BPFK

15. Instalasi listrik

16. Instalasi pemadam kebakaran

a. Pemantauan terhadap fungsi APAR setiap 4 bulan sekali

b. Melakukan simulasi terjadinya ancaman dini bahaya


kebakaran setiap 6 bulan sekali.

17. Fasilitas toilet

a. Pemeriksaan terhadap kebersihan fasilitas toilet dengan


frekuensi sebanyak 3 kali dalam 24 jam.

39
b. Pemeriksaan terhadap fungsi peralatan bantu yang terdapat
dalam fasilitas toilet yang dilakukan setiap hari.

c. Pemeriksaan terhadap fungsi saluran pembuangan dalam


fasilitas toilet setiap 3 bulan sekali.

18. Ketenagaan

a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja

b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap pekerja

c. Pemeriksaan kesehatan khusus

d. Pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

19. Alat pelindung diri

20. Penetapan tempat-tempat berisiko

21. Fasilitas perlengkapan

C. HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment , Determining Control)

Langkah HIRADC:

1. Identifikasi bahaya

2. Penilaian risiko

3. Pengendalian risiko

Menilai risiko:

Risiko = kemungkinan x keparahan

o Kemungkinan (probability

Skala Kriteria Penjelasan

40
Suatu kejadian akan terjadi pada semua
Hampir pasti akan
5 kondisi/setiap kegiatan yang akan
terjadi
dilakukan
Suatu kejadian mungkin akan terjadi
Cenderung untuk pada hampir semua kondisi
4
dapat terjadi

Mungkin dapat Suatu kejadian akan terjadi pada


3 beberapa kondisi tertentu
terjadi
Suatu kejadian mungkin terjadi pada
Kecil kemungkinan beberapa kondisi tertentu, namun kecil
2
terjadi kemungkinan terjadi
Suatu kejadian mungkin dapat terjadi
Sangat jarang pada suatu kondisi yang khusus/luar
1
terjadi biasa/setelah bertahun-tahun

o Keparahan (Severity)

Skala Kriteria Penjelasan

Tidak Tidak ada cedera, tidak ada gangguan kesehatan, kerugian


1
Siqnifikan material kecil.

Cedera ringan, memerlukan perawatan P3K, ada


2 Minor gangguan kesehatan ringan, langsung dapat ditangani,
kerugian material sedang.
Memerlukan perawatan medis, dan dapat ditangani
3 Sedang dengan bantuan pihak luar, hilang hari kerja, kerugian
material cukup besar.

Cedera yang mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh


4 Mayor secara total, memerlukan perawatan medis/penanganan
khusus, kerugian material besar.
Menyebabkan kematian / fatal, bahan toksik dan efeknya
5 Bencana merusak, menyebabkan ketergantungan perawatan medis
yang intensif & khusus, kerugian material sangat besar.
o Matriks Penilaian Risiko Bahaya

PROBA SEVERITY

41
BILITY 1 2 3 4 5

5 MEDIUM HIGH HIGH EXTRIM EXTRIM

4 MEDIUM MEDIUM HIGH HIGH EXTRIM

3 LOW MEDIUM MEDIUM HIGH HIGH

2 LOW LOW MEDIUM MEDIUM MEDIUM

1 LOW LOW LOW MEDIUM MEDIUM

Keterangan :
E : Extrim Risk, memerlukan penanganan /tindakan segera
H : High Risk, memerlukan perhatian pihak senior manajemen
M : Medium, harus ditentukan tanggung jawab manajemen
terkait
L : Low Risk, Kendalikan dengan prosedur rutin & inspeksi K3

3. Patient Safety

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Permenkes,
2011).
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat
asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut meliputi : Assesment Risiko, Identifikasi dan Pengelolaan Risiko
(Laporan dan Analisa), Pelaporan dan analisis insiden, Belajar dari Insiden
(Tindak Lanjut dan Implementasi Solusi).

42
Standar keselamatan pasien rumah sakit ini mengacu pada Hospital
Patient Safety Standarts yang dikeluarkan oleh Joint Commision on
Accreditation of Health Organizations, USA tahun 2002, yang meliputi :
1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi


dan program peningktan keselamatan pasien

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

A. Tujuan Patient Safety

1. Terciptanya budaya keselamtan pasien di Rumah Sakit.

2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.

3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Rumah Sakit.

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi


pengulangan kejadian tidak diharapkan.

5. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung.

6. Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien.

B. Manfaat Patient Safety

1. Budaya keamanan meningkat dan berkembang.

2. Komunikasi dengan pasien berkembang.

3. Kejadian tidak diharapakn (KTD) menurun.

43
4. Risiko klinis menurun.

5. Keluhan berkurang.

6. Mutu pelayan Rumah Sakit meningkat.

7. Citra Rumah Sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat, diikuti dengan


kepercayaan diri yang meningkat.

C. Sasaran Keselamatan Pasien

1. Ketepatatan identifikasi pasien

Pasien diidentifikasi dengan meminta pasien menyebut nama dan


tanggal lahir, dengan pertanyaan terbuka kemudian mencocokkan
kebenaran data tersebut dan nomor rekam medis yang ada di gelang
identitas pasien dengan data di status rekam medis/form permintaan
pemeriksaan/wadah sampel lab. Pasien yang diidentifikasi adalah semua
pasien IGD, semua pasien rawat inap, semua pasien rawat jalan yang
memerlukan tindakan invasif.
Ketepatan identifikasi pasien dengan pemakaian gelang identifikasi
yang memuat 3 hal, yaitu nama, tanggal lahir, dan nomor rekam medis.

a. Gelang identitas warna pink untuk pasien wanita dan biru


untuk pasien laki-laki.

b. Gelang kuning untuk pasien dengan risiko jatuh sedang dan


tinggi.

c. Gelang merah untuk pasien dengan riwayat alergi

d. Gelang ungu untuk pasien DNR (Do Not Resusitation)

2. Peningkatan komunikasi yang efektif

44
Komunikasi langsung menggunakan prosedur SBAR saat operan jaga,
serah terima pasien di ruangan termasuk alih rawat oleh dokter maupun
petugas lain.

Situation

Background

Assesment

Recommendation

Untuk kondisi emergensi atau tindakan dalam pelayanan di ruang


operasi memakai prosedur repeat back dimana perintah harus diulang oleh
penerima perintah, diverifikasi secara lisan oleh pemberi perintah baru
tindakan bisa dikerjakan. Untuk komunikasi lewat telepon mengenai
pemberian perintah dan pemberitahuan hasil pemeriksaan cito dipakai
prosedur read back, yaitu penerima menulis perintah, dibaca ulang, tunggu
diverifikasi lisan oleh pemberi perintah dan pemberi perintah harus
memverifikasi secara tertulis dalam 1 x 24 jam.

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

5 macam obat HAM (High-alert medication) :

a. Obat elektrolit konsentrat tinggi

b. Obat LASA (Look alike Sound alike)

c. Obat narkotika

d. Obat kemoterapi

e. Obat golongan lain, seperti obat DM, psikotropika

45
Resep narkotika dan elektrolit pekat ditulis oleh dokter akan
digarisbawah tinta merah oleh farmasis untuk memastikan obat diawasi
dengan benar sesuai aturan yang berlaku.

4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi

Kesalahan dalam proses persiapan operasi bisa berakibat pada kesalahan


yang fatal bagi pasien, unuk menghindari kesalahan tersebut digunakan
prosedur site marking dan time out. Site marking berupa garis lurus dan
inisial operator, ditambahkan huruf (i) jika ada prosedur pemasangan implan
menetap.

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Risiko infeksi dalam perawatan rumah sakit harus diupayakan seminimal


mungkin, yaitu salah satunya dengan mencuci tangan

6. Pengurangan risiko pasien jatuh.

Semua pasien yang datang ke RS memiliki risiko jatuh, hanya tingkatannya


berbeda. Pengkajiannya memakai :

- Humpty Dumpty untuk pasien anak

- Morse untuk pasien dewasa

- Edmonson untuk pasien dengan kelainan jiwa

- Time get up and go modifikasi untuk pasien rawat jalan.

4. Manajemen Rumah Sakit


Rumah Sakit (RS) merupakan suatu organisasi yang memiliki fungsi
untuk menjalankan pelayanan kesehatan dengan paling sedikit terdiri atas
kepala rumah sakit/direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan
internal, serta administrasi umum dan keuangan. Seluruh RS harus

46
menyelenggarakan Tata Kelola RS dan Tata Kelola Klinik yang baik. Tata
Kelola RS yang baik dikatakan dari Manajemen yang dilaksanakan oleh RS
berdasarkan pada prinsip-prinsip transparasi, akuntabilitas, independen,
responsibilitas, serta kesetaraan dan kewajaran. Sedangkan Tata Kelola Klinik
yang baik didasarkan pada penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi
kepemimpinan klinis, data klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan
kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan,
pengembangan profesional dan akreditasi rumah sakit.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karanganyar merupakan rumah
sakit daerah milik pemerintah Kabupaten Karanganyar dengan
pertanggungjawaban pelaporan ke bupati Karanganyar melalui sekretaris
daerah kabupaten Karanganyar. Sistem pengelolaan di RSUD Karanganyar
sudah menerapkan sistem Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Sesuai
amanat Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang
mengatakan bahwa rumah sakit daerah dikelola dengan menerapkan PPK-
BLUD. BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah yang
memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan, dalam hal ini segala upaya
pengambilan keputusan diselenggarakan oleh instansi tersebut sehingga
pemberian layanan kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif.
Penerapan BLUD ini memiliki fleksibilitas dalam penyelenggaraan RS
dalam hal :
1 Merencanakan dan menetapkan kebutuhan sumberdaya yang
dibutuhkan
2 Pengelolaan belanja BLUD diselenggarakan secara fleksibel
berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan
jumlah pengeluaran
3 Pengelolaan kas BLUD
4 Pengadaan barang/jasa oleh BLUD (prinsip efisiensi dan ekonomis)
5 Sistem informasi manajemen keuangan
Dalam BLUD diberikan kesempatan untuk mempekerjakan tenaga
profesional non PNS sebagai tenaga honorer yang kemudian bisa diangkat
sebagai pegawai tetap. BLUD juga memiliki kesempatan untuk memberi
imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya. Berbeda dengan RS

47
Non-BLUD yang mana pegawainya harus PNS ataupun non-PNS yang sudah
terdaftar sebagai pegawai di Pemda setempat.
Perbedaan lain dari segi pengelolaan keuangan, RS BLUD dapat
mengatur sendiri pendapatan dan pengeluarannya, sedangkan RS Non-BLUD
dalam hal penentuan tarif merupakan hasil keputusan yang tercantum dalam
Perda setempat (atas usulan RS tersebut), kemudian seluruh pendapatan yang
didapatkan oleh RS Non-BLUD harus disetorkan ke dalam Penghasilan Asli
Daerah (PAD) yang kemudian seluruh dana tersebut dihimpun dan digabung
dengan pendapatan sektor-sektor lain. Terakhir dana tersebut diberikan lagi
kepada RS sesuai jumlah yang diajukan oleh Rumah Sakit.
Dalam hal pelaporan pertanggung jawaban keuangan RS, bukan berarti
BLUD tidak melakukan pelaporan keuangan kepada Pemda setempat.
Pengawasan operasional BLUD RSUD dilakukan oleh pengawas internal
(internal auditor yang berkedudukan langsung di bawah direktur). Sedangkan
evaluasi dan penilaian kinerja BLUD RSUD dilakukan setiap tahun oleh dewan
pengawas dan kemudian akan dilaporkan kepada bupati. Evaluasi dilakukan
terhadap aspek keuangan dan non keuangan yang bertujuan untuk mengukur
tingkat pencapaian hasil pengeloaan BLUD. Dalam pertanggung-jawabannya
kepada Pemda, RS harus mampu menghitung dan menyajikan anggaran yang
digunakannya dalam kaitannya dengan layanan yang telah direalisasikan, agar
tetap dapat dievaluasi bahwa pelayanan yang diberikan telah sesuai mutu dan
standar.
Dewan Pengawas Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Dewan
Pengawas adalah unit nonstruktural pada rumah sakit yang melakukan
pembinaan dan pengawasan rumah sakit secara internal yang bersifat nonteknis
perumahsakitan yang melibatkan unsur masyarakat. Dewan Pengawas
merupakan unit nonstruktural yang bersifat independen, dibentuk dan
bertanggung jawab kepada pemilik Rumah Sakit.
Keanggotaan Dewan Pengawas terdiri dari unsur pemilik Rumah Sakit,
organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh masyarakat. Unsur
pemilik Rumah Sakit ditunjuk oleh pemilik Rumah Sakit. Unsur organisasi

48
profesi ditetapkan oleh pemilik Rumah Sakit setelah berkoordinasi dengan
organisasi profesi tenaga kesehatan. Unsur asosiasi perumahsakitan ditetapkan
oleh pemilik Rumah Sakit setelah berkoordinasi dengan asosiasi
perumahsakitan. Unsur tokoh masyarakat) merupakan tenaga ahli di bidang
perumahsakitan.
Keanggotaan Dewan Pengawas berjumlah maksimal 5 (lima) orang terdiri
dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota dan 4 (empat) orang anggota.
Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pengawas dapat membentuk komite
audit atau Tim Ad-hoc.
5. Penanggulangan Bencana Rumah Sakit
Undang-Undang No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
mengemukakan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. RSUD Karanganyar
dalam proses penanggulangan bencana melakukan pelayanan kesehatan di
dalam rumah sakit, tidak langsung terjun ke lapangan. Hal ini dilakukan sebagai
bentuk integrasi pelayanan bersama institusi-institusi dan organisasi yang turun
langsung ke lapangan.
a. Penerapan Rencana Penatalaksanaan Korban Bencana Massal Rumah Sakit
Mengacu pada Pedoman Teknis Penganggulangan Krisis Kesehatan
Akibat Bencana yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun
2007, proses penerapan rencana penatalaksanaan korban bencana massal rumah
sakit meliputi penerimaan di rumah sakit dan pengobatan; penerimaan pasien;
hubungan dengan perugas lapangan; dan tempat perawatan di rumah sakit.
1. Penerimaan di Rumah Sakit dan Pengobatan
Di rumah sakit, struktur perintah yang jelas diperlukan dan
pelaksanaan triase harus menjadi tanggung jawab dari klinisi yang
berpengalaman.

49
a. Proses Penyiagaan
Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung
kepada Unit Gawat Darurat (melalui telepon atau radio).Kepala
penanganan korban massal yang ditunjuk di rumah sakit harus
mengaktifkan rencana penanganan korban massal dan memberi
instruksi kepada tenaga penolong yang dibutuhkan.

b. Mobilisasi
Tim Siaga Penanggulana Bencana di Rumah Sakit akan segera
diberangkatkan ke lokasi kejadian bila bencana terjadi di lokasi dalam
radius 20 menit dari rumah sakit. Jika lebih dari itu, tim hanya akan
diberangkatkan berdasarkan permintaan Tim Kesehatan
Daerah.Klausula di atas tidak berlaku ktika bencana yang terjadi
cenderung menimbulkan banyak korban (kecelakan pesawat terbang,
kebakaran di atas kapal).Tim harus segera diberangkatkan ke lokasi
kecelakaan tersebut.

c. Pengosongan Fasilitas Penerima Korban


Rumah sakit harus mengusahakan penyediaan tempat tidur untuk
menampung korban bencana massal yang akan dibawa ke rumah sakit
tersebut. Para penderita rawat inap yang kondisinya telah
memungkinkan untuk dipindahkan segera dipindahkan oleh Pos
Komando Rumah Sakit untuk menampung korban selanjutnya.

d. Perkiraan Kapasitas Rumah Sakit


Permasalahan yang muncul dalam penanganan korban adalah
kapasitas perawatan Bedah dan Unit Perawatan Intensif.Jumlah kamar
operasi efektif (mencakup jumlah kamar operasi, dokter bedah, ahli
anestesi dan peralatan yang dapat berjalan secara simultan) merupakan
penentu kapasiswa perawatan bedah dan kapasitas rumah sakit dalam
melakukan perawatan pada korban.

50
2. Penerimaan pasien
a. Lokasi
Tempat penerimaan korban di rumah sakit adalah tempat di mana
triase dilakukan. Perihal tersebut dibutuhkan:

1. Akses langsung dengan tempat diaman ambulan menurunkan kroban


2. Merupakan tempat tertutup
3. Dilengkapi dengan penerangan yang cukup
4. Akses yang mudah ke tempat perawatan utama seperi Unit Gawat
Darurat, Kamar Operasi, dan Unit Perawatan Intensif
Penatalaksanaan pra rumah sakit yang dilakukan secara efisien akan
mengontrol jumlah korban yang dikirim ke rumah sakit sehingga setelah
triase, korban dapat segera dikirim ke unit perawatan, sesuai dengan
kondisi mereka.
b. Tenaga Pelaksana
Petugas triase di rumah sakit memeriksa setiap korban sebagai
bentuk konfirmasi triase yang sebelumnya telah dilakukan.Hal ini juga
bertujuan untuk mengkategorisasikan ulang status penderita.Jika
penatalaksanaan pra Rumah Sakit cukup adekuat, triase di Rumah
Sakit dapat dilakukan oleh perawat berpengalaman di Unit Gawat
Darurat.Jika penanganan pra-rumah sakit tidak efektif sebaiknya triase
di Rumah Sakit dilakukan oleh dokter Unit Gawat Darurat atau ahli
anestesi yang berpengalaman.
3. Hubungan dengan Petugas Lapangan
Diperlukan adanya aliran informasi yang konstan dalam lingkungan
rumah sakit antara tempat triase, unit-unit perawatan utama dan pos
komando rumah sakit. Ambulans harus menghubungi tempat triase di
rumah sakit lima menit sebelum ketibaannya di rumah sakit.

4. Tempat Perawatan di Rumah Sakit

51
Tempat perawatan di rumah sakit berkaitan dengan triase. Triase
adalah tindakan pemilahan korban sesuai dengan kondisi penyakitnya,
perlukaannya, untuk mendapat label tertentu dan dikelompokkan untuk
mendapatkan pertolongan sesuai dengan kebutuhan dan kegawatannya.
Prinsip dasarnya adalah melakukan yang terbaik untuk sebanyak-
banyaknya korban.Perhatian dititikberatkan pada pasien atau korban
dengan kondisi medis paling urgent dan paling besar kemungkinannya
untuk diselamatkan.

a. Tempat Perawatan Merah


Label Merah (segera/ immediate) adalah pasien gawat darurat,
perlu tindakan cepat. Tempat perawatan ini dikelola oleh ahli anestersi
dan sebaiknya bertempat di Unit Gawat Darurat yang telah dilengkapi
dengan peralatan yang memaai dan disipakan untuk menerima
penderita gawat darurat.

b. Tempat Perawatan Kuning


Label Kuning (tunda/ delayed) adalah pasien darurat, tidak gawat.
Tempat perawatan ini dikelola oleh seorang dokter.Perawatan
dialkukan dengan usaha moitoring secara terus menerus, pemeriksaan
ulang kondisi korban dan segala usaha untuk mempertahankan
kestabilannya.Jika kondisi korban memburuk, segera dipindahkan ke
tempat merah.

c. Tempat Perawatan Hijau


Label Hijau adalah pasien tidak gawat dan tidak darurat. Korban
dengan kondisi ini sebaiknya cukup dirawat di puskesmas atau klinik-
klinik, mengingat kebutuhan efisiensi kapasitas rumah sakit.

d. Tempat Korban dengan Hasil Akhir / Prognosis Jelek


Label Biru adalah pasien sangat gawat, harapan hidup kecil.
Korban-korban seperti ini, yang hanya membutuhkan perawatan

52
suportif, sebaiknya ditempatkan di perawatan / bangsal yang telah
dipersiapkan untuk menerima korban kecelakaan massal.

e. Tempat Korban Meninggal


Label Hitam (expectant 0) adalah pasien dengan ancaman
meninggal dunia, dilakukan resusitasi pun tidak akan menyelamatkan
pasien. Sebagai bagian dari rencana penatalaksanaan korban bencana
massal di Rumah Sakit harus disiapkan suatu ruang yang dapat
menampung sedikitnya sepuluh korban yang telah meninggal dunia.

5. Evakuasi Sekunder
Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tampung Rumah
Sakit terlampaui, atau korban membutuhkan perawatan khusus (seperti
bedah saraf), korban harus dipindahkan ke Rumah Sakit lain yang
menyediakan fasilitas yang diperlukan penderita. Pemindahan seperti
ini dapat dilakukan ke Rumah Sakit lain dalam satu wilayah, ke daerah
atau provinsi lain, atau bahkan ke negara lain.
Pelayanan medis spesialistik, seperti bedah saraf, mungkin
tersedia pada rumah sakit di luar area bencana.Namun, evakuasi medis
semacam ini harus dengan hati-hati dikontrol dan terbatas bagi pasien
yang memerlukan penanganan spesialistik yang tidak tersedia pada
area bencana. Kebijakan mengenai evakuasi harus distandardisasi
diantara tenaga kesehatan yang memberikan bantuan pemulihan di
area bencana, dan kepada rumah sakit yang akan menerima pasien.
Rumah sakit darurat yang dilengkapi petugas dan mandiri, dari
pihak pemerintah, militer, palang merah atau pihak swasta didalam
negeri atau dari negara tetangga yang memiliki kultur dan bahasa yang
sama, dapat dipertimbangkan penggunaannya dalam kasus yang
ekstrim tetapi lihat masalah yang potensial. Rumah sakit didaftarkan
sesuai dengan lokasi geografiknya, dimulai dari yang terdekat dengan
lokasi bencana.

53
Rumah Sakit memiliki tim / organisasi penanggulangan
bencana (Hospital Disaster Plan) yang terdiri dari IGD, pimpinan
disaster, tim evakuasi, tim pengamanan, tim logistik, tim penunjang
serta tim khusus. Tugas dari masing-masing tim adalah sebagai
berikut:
1. IGD bertugas untuk memberikan pertolongan medis pertama,
menentukan status kegawatdaruratan, menetukan penanganan
selanjutnya dan keputusan rujukan
2. Pimpinan disaster bertugas untuk mengoordinasikan semua bagian
rumah sakit dan berkoordinasi dngan pihak luar rumah sakit
sebagai bentuk upaya penanggulangan bencana yang integratif
3. Tim evakuasi bertugas untuk membawa pasien keluar dari gedung
rumah sakit untuk menyelamatkan diri serta menyelamatkan harta
benda pasien maupun rumah sakit ketika terjadi bencana di dalam
rumah sakit
4. Tim pengamanan bertugas untuk memberikan pengamanan jalur
trasnportasi dalam rumah sakit, lalu lintas ambulans dan
pengamanan lokasi bencana dari pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab.
5. Tim logistik yang terdiri dari petugas dapur dan laundry bertugas
untuk memenuhi kebutuhan logistik petugas kesehatan dan pasien
6. Tim penunjang terdiri atas penunjang medik dan umum. Tim
penunjang medik bertugas untuk memberikan bantuan medis dan
tim penunjang umum bertugas untuk memberikan bantuan yang
bersifat sifat umum seperti pemenuhan kebutuhan listrik atau
komunikasi
7. Tim khusus yang terdiri atas perawat kamar operasi bertugas untuk
mempersiapkan segala bentuk kebutuhan operasi, seperti kamar
operasi dan tenaga medis.

54
6. Sistem Rujukan
Sistem Rujukan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan
secara timbal balik baik vertikal (antar unit yang berbeda tingkatan,dari
tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke yang lebih tinggi atau
sebaliknya)maupun horizontal (antar unit yang setingkat
kemampuannya).Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai
kebutuhan medis dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.Pelayanan
kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan dasar yang diberikan
oleh dokter dan dokter gigi di puskesmas, puskesmas perawatan, tempat
praktik perorangan, klinik pratama, klinik umum di balai/lembaga pelayanan
kesehatan, dan rumah sakit pratama.
Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan
dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.Pelayanan kesehatan tingkat kedua
adalah pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis
atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan spesialistik.Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat
diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat
pertama.Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan sub
spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub
spesialistik. Penerapan dari sistem rujukan ini misalnya penderita yang sakit
memeriksakan diri ke puskesmas atau praktik dokter umum kemudian jika
tidak dapat tertangani dirujuk ke rumah sakit tipe C atau D, dan jika masih
belum dapat ditangani dirujuk ke rumah sakit tipe B atau A.Ketentuan pada
pelayanan kesehatan pertama, kedua, dan ketiga tersebut dapat dikecualikan
pada keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan permasalahan kesehatan
pasien, dan pertimbangan geografis.
Menurut jenisnya rujukan dibagi menjadi dua:
1. Rujukan Kesehatan

55
Rujukan ini adalah rujukan yang berkaitan dengan masalah
kesehatan dalam upaya pencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan derajat kesehatan (promotif). Sehingga rujukan ini berlaku
untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Rujukan kesehatan mencakup
rujukan teknologi, sarana dan operasional dalam hubungan
pengiriman, pemeriksaan bahan atau spesimen ke fasilitas yang lebih
mampu dan lengkap.
2. Rujukan Medik
Rujukan ini adalah rujukan yang berkaitan denganupaya
penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Sehinggarujukan
ini berlaku untuk pelayanan kedokteran. Rujukan medik dibedakan
menjadi tiga jenis:
a. Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan,
tindakan operatif, dan lain-lain.

b. Transfer of specimen
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.

c. Transfer of knowledge / personal


Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan setempat.

56
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1 RSUD Karanganyar merupakan rumah sakit daerah milik pemerintah


Kabupaten Karanganyar yang sudah menerapkan sistem Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD).
2 RSUD Karanganyar sudah menjalankan pelaksanaan K3 RS dan sudah
terdapat tim khusus untuk K3, pengelolaan patient safety di RSUD
Karanganyar juga sudah berjalan dengan baik, sebagai contoh bagian
gudang Farmasi yang sudah menyimpan obat- obatan LASA dan
narkotika sesuai standarnya.
3 Sistem jaminan kesehatan di RSUD Karanganyar yang saat ini berjalan
diantaranya melayani Jamkesda, Jamkesmas, dan BPJS.
4 Pengelolaan Rekam Medis RSUD Karanganyar sudah berjalan dengan
baik hanya saja terkendala masalah keterbatasan tempat untuk
penyimpanan Rekam Medis.
5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Rumah Sakit RSUD
Karanganyar sudah dilaksanakan, hal ini dilihat dari adanya tim khusus
untuk K3 dan tim/organisasi penanggulangan bencana (Hospital Disaster
Plan).

B. Saran

RSUD Karanganyar masih perlu meningkatkan sarana dan prasarana


penunjang K3 RS, sehingga dalam pelaksanaannya akan berjalan dengan
maksimal dalam melindungi pasien dan petugas Rumah Sakit.

57
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Pedoman Pengendalian Infeksi


Nosokomial Di Rumah Sakit. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman Pelaksanaan


Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Jakarta

Depkes RI, 2008. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety).

http://rsudkaranganyar.com/index.php/home (diakses Kamis, 13 Oktober 2016)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Pegangan Sosialisasi; Jaminan


Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008
tentang Rekam Medis. Depkes RI: Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087 Tahun 2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Depkes RI:
Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 Tahun 2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Depkes RI: Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan.

58
LAMPIRAN

59

Anda mungkin juga menyukai