PELAYANAN GERIYATRI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia menempatkan para lanjut usia (lansia) pada posisi yang
dihormati,bukan saja karena nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang
dimasyarakat, tetapi juga karena lansia tergolongdalamkelompokyang
rentan.Penghormatan tersebut dapat berupa pemberian fasilitas dan
pelayanankhusus dalamrangka perlindungan dan pemenuhan hak-hak
merekasebagaimana diatur dalamPasal8 UU Nomor 39 Tahun 1999.Salah
satuwujudnyaadalah tersedianya fasilitas Danpelayanan khusus di
rumahsakitberupa kursi roda, lift khusus, toilet, jalan/akses bagi lansia
yangbertongkat, tangga, fasilitas lain, dan layanan khusus berupa
“PelayananGeriatri”
Data menunjukkan, jumlah lansia di Indonesia, baik itu di pedesaan maupundi
perkotaanterus meningkat.Berdasarkan jenis kelaminnya, jumlahlansiaperempuan
± 9,5 juta lebih banyak dibanding lansia laki-laki ± 8,2juta.Penyebabnya adalah angka
harapan hidup perempuan lebih tinggi jikadibanding dengan angka harapan hidup laki-
laki.
Keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan, pendidikan,
kesehatan,dan program-program terkait, berdampakpadamenurunnyaangkakelahiran
danmeningkatnya usia harapan hidup. Peningkatan usia lanjut
seringdisertaidengan meningkatnya berbagai penyakit dan
ketidakmampuan(disability), sehingga diperlukan perawatan dan pengobatan dengan
waktuyang cukup lama, sedangkan fasilitasdanpelayanankesehatanbagilansia
dirumah sakit masih sangat kurang.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dankemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
yangsetinggi-tingginya dapat terwujud Pembangunan kesehatan diselenggarakan
berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata,serta
pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentanantara lain
ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin dampak keberhasilan pembangunan
kesehatan ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup,menurunnya tingkat
kematian bayi dan ibu melahirkan
B. TUJUAN PEDOMAN
Pedoman Pelayanan Geriatri disusun agar adastandar pelayanan kesehatanbagi
lansia yang populasinya sudah semakin meningkat, yaitu:
a. Mempertahankan derajat kesehatan para lansiapada taraf yang setinggi-
tingginya, sehingga terhindar dari penyakitatau gangguan kesehatan;
b. Memelihara kesehatan melaluiaktivitas fisik dan mental
c. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk
dapatmengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila
dijumpaisuatu kelainan
d. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lansia yang menderitapenyakit
atau gangguan kesehatan, dapat mempertahankan kebebasanyang
maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandiriansecara
maksimal)
e. Bila para lansia sudah sampai stadium terminal/penyakit atau
gangguankesehatan sudah tidak dapat disembuhkan, ilmu ini mengajarkan
untuktetap memberikan bantuan yang simpatik dan perawatan dengan
penuhpengertian, (dalam akhir hidupnya memberikan bantuan moril
danperhatian yang maksimal, sehingga kematiannya berlangsung
dengantenang)
f. Memberdayakan kemandirian penderita dalam waktu lama dan
mencegahdisabilitas-handicap diwaktu mendatang. Sifat dari asesmen
ini tidaksekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin dengan koordinasi
serasiantar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan.
D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional dalam Pedoman Pelayanan Kesehatan Lansia adalah
proses pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien di unit pelayanan kesehatan
lansia, mulai pengkajian, perencanaan layanan, pemberian layanan dan evaluasi
pemberian layanan.
E. LANDASAN HUKUM
a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 190,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3796);
b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
d. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4451);
f. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
g. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 229/Menkes/SK/VII/2012
tentang Pedoman Pelayanan Psikogeriatri;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
1221)
BAB II
STANDART KETENAGAAN
Ketenagaan dalam pelayanan dalam pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Rumah Sakit
terdiri tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan kesehatan yang bekerja bersama
sama sebagai Tim Terpadu Geriatri.
Tim Terpadu Geriatriterdiri atas ketua dan koordinator pelayanan yang merangkap
sebagai anggota
Ketua Tim Terpadu Geriatri terdiri atas :dokter spesialis penyakit dalam konsultan
Geriatri , untuk pelayanan Geriatri tingkat paripurna ; atau dokter spesialis penyakit
dalam tingkat sederhana , lengkap , dan sempurna .
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas:
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Hari kerja di perusahaan adalah 6 (enam) hari kerja seminggu dan jam
kerja standarperusahaan adalah 40 jam seminggu. Rumah Sakit Duta Indah
merupakan rumah sakityang dibuka selama 24 jam sehari untuk melayani
masyarakat umum dan disesuaikandengan ketentuan jam kerja standar perusahaan.
Bagi karyawan yang bekerja secara shift, maka waktu kerjanya akan diatur
tersendiri olehperusahaan dan tetap mengacu pada jam kerja standar 40 jam/6 hari
kerja seminggu.Untuk karyawan yang waktu kerjanya melebihi jam kerja standar,
maka kelebihan waktukerjanya akan diperhitungkan sebagai lembur.
Adapun untuk tata tertib jam kerja sebagai berikut
1. Karyawan harus sudah berada di tempat kerja 15 menit sebelum jam kerja
dimulai.-
2. Apabila keterlambatan terjadi 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) minggu,
akan diberikanevaluasi disiplin berupa pemberian informasi dari atasan
langsung.-
3. Apabila terjadi keterlambatan 5 (lima) kali dalam 1 (satu) bulan maka akan
diberikanSurat Teguran.
C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan tenaga kerja di RS. Kamar medika mojokrto ini berdasarkan berdasarkan
shift dan nonshift
1. Jam kerja back office
Senin-Jumat : 07.00-14.00 wib
2. Jam kerja berdasarkan shift yaitu:
a. Shift pagi 07.00-14.00 wib
b. Shift siang 14.00-21.00 wib
c. Shift malam 21.00-07.00 wib
BAB III
STANDART FASILITAS
A. DENAH RUANG
Bangunan pelayanan Geriatri pelayanan Geriatri pelayanan Geriatri tingkat
lengkap paling sedikit terdiri lengkap paling sedikit terdiri lengkap paling sedikit terdiri
lengkap paling sedikit terdiri lengkap paling sedikit terdiri lengkap paling sedikit terdiri
lengkap paling sedikit terdiri atas:
a. ruang pendaftaran/administrasi;
b. ruang tunggu;
c. ruang periksa;
d. ruang bangsal Geriatri akut; dan
e. Tim Terpadu Geriatri.
Bangunan pelayanan Geriatri pelayanan Geriatri tingkat sempurna dan Geriatri tingkat
tingkat paripurna paling sedikit terdiri atas:
a. ruang pendaftaran/administrasi;
b. ruang tunggu;
c. ruang periksa;
d. ruang bangsal Geriatri akut;
e. ruang Klinik Asuhan Siang ;
f. ruang bangsal Geriatri kronis;
g. ruang penitipan Pasien Geriatri (respite care respite carerespite carerespite care
respite carerespite care );
h. ruang Hospice Hospice Hospice carecarecare ; dan ; dan
i. ruang Tim Terpadu Geriatri
B. STANDART FASILITAS
Peralatan pada pelayanan Peralatan pelayanan Geriatri meliputi peralatan untuk
meliputi peralatan untuk pemeriksaan, terapi, dan latihan.
Jumlah peralatan sebagaimana dimaksud didasarkan pada:
a. kebutuhan pelayanan
b. rata -rata jumlah kunjungan setiap hari ;
c. angka rata angka rata -rata pemakaian tempat tidur/ Bed Occupancy Rate
(BOR ) bagi pelayanan rawat inap; dan
d. evaluasi kemampuan alat dan efisiensi penggunaan alat.
PERSYARATAN BANGUNAN
1. Konstruksi bangunan
a. Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak
licin serta disediakan jalur khusus untuk pasien/pengunjung
dengan kursi roda.
b. Pintu Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan
pasien/pengunjung lewat dengan kursi roda atau tempat tidur. Lebar
pintu sebaiknya 120 cm terdiri dari pintu 90 cm dan pintu 30 cm.
c. Listrik, Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu
saat memerlukan tambahan penerangan sehingga diperlukan stabilisator
untuk menjamin stabilitas tegangan, dilengkapi dengan generator listrik.
d. Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan.
Setiap lampu penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar
tidak menyilaukan.
e. Lantai Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada
undakan atau tangga harus jelas terlihat dengan warna ubin yang
berbeda untuk mencegah jatuh.
f. Langit-langit Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.
g. Dinding Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat
berwarna terang. Khusus untuk dinding ruang latihan, sebaiknya
dipilih warna yang bersifat memberi semangat dan di sepanjang
dinding, terdapat pegangan yang kuat sebaiknya terbuat dari kayu
(hand rail).
h. Ventilasi Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang
menggunakan pendingin/air conditionharus dilengkapi cadangan
ventilasi untuk mengantisipasi apabila sewaktu-waktu terjadi kematian
arus listrik.
i. Kamar mandi dan WC Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan
pegangan di sebelah kanan dan kirinya. Showerdilengkapi dengan
tempat duduk dan pegangan. Gagang shower harus diletakkan di
tempat yang mudah dijangkau oleh pasien dalam posisi duduk.
Demikian pula tempat sabun harus diletakkan sedemikian agar
mudah dijangkau pasien. Tersedia bel untuk meminta bantuan dan
pintu membuka keluar.
j. Air Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup
dan memenuhi persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan
harus mengacu kepada pedoman Pekerjaan Umum tentang standar
teknis eksesibilitas gedung dan lingkungan.
k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau
alumunium (leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien
pada saat berjalan serta untuk melindungi dinding dari benturan kursi
roda.
l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian
tertentu untuk menghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma.
m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan
dan ruangan yang lain.
2. Kebutuhan Ruangan
a. Ruang pendaftaran administrasi
Ruangan ini harus cukup luas untuk penempatan meja tulis, lemari arsip
untuk penyimpanan dokumen medik pasien. Letaknya dekat dengan
ruang tunggu, sehingga mudah dilihat oleh pasien yang baru datang.
b. Ruang tunggu
Harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman, baik untuk pasien dari
luar ataupun dari bangsal yang menggunakan kursi roda atau tempat
tidur.
c. Ruang periksa
Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi
dengan fasilitas dan alat-alat pemeriksaan. Ruangan terdiri dari
ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk
melakukan anamnesis;
ruang periksa dokter/tim geriatri;
WC dan kamar mandi; dan
ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan
keluarga pasien (family meeting)
d. Ruang bangsal geriatri akut Ruang ini harus cukup luas dan
setidaknya harus mempunyai fasilitas:
bangsal perawatan terbagi atas laki-laki dan perempuan dengan
bel terpasang disetiap dinding tempat tidur;
ruang semi intensif dengan minimal 1 (satu) tempat tidur, terbagi
atas laki-laki dan perempuan (disesuaikan dengan kemampuan dan
perkembangan);
ruang dokter;
ruang rehabilitasi akut;
ruang perawat, dengan lokasi yang memungkinkan untuk perawat
melihat semua pasien yang sedang dalam perawatan;
kamar mandi dan WC yang jumlahnya sesuai dan
dilengkapi dengan fasilitas dan persyaratan untuk pasien lanjut
usia;
kamar mandi/WC khusus untuk perawat dan
pengunjung;
ruang rapat kecil; dan
gudang.
e. Ruang asuhan siang(day care) Ruang ini harus luas serta dilengkapi
dengan pembagian ruangan, masing-masing untuk:
ruang istirahat dengan tempat tidur dan kursi
bersandaran tinggi dilengkapi penyangga kaki;
ruang tindakan/periksa bila dibutuhkan;
ruang untuk latihan/gimnasium/olahraga ringan;
ruang simulasi aktivitas sehari-hari (dapur kecil dengan
perlengkapannya, kamar kecil dan lain-lain);
ruang untuk rekreasi/hobi, merangkap ruang makan bersama;
WC/kamar mandi yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah
pengunjung dan staf;
ruangan assessment dan sosialisasi;
ruang terapi okupasi; dan
ruang tamu, mebel dan pantry set.
f. Ruang bangsal geriatri kronis
Ruang ini harus cukup luas dan pada dasarnya perlu dilengkapi
dengan fasilitas dan perlengkapan seperti pada bangsal akut.
Ukuran/kapasitas ruang lebih besar dari bangsal akut, masing-
masing untuk laki-laki dan perempuan. Perlengkapan sarana dan
prasarana rehabilitasi medis sesuai dengan perlengkapan untuk day care.
Sebaiknya ruang ini mempunyai taman yang cukup luas dengan area
tempat berjemur pasien serta dilengkapi kolam dengan air mengalir.
g. Ruang tempat penitipan pasien geriatri (respite care)
Ruang ini mirip dengan ruang rawat kronis namun terdiri atas
kamar/kamar mirip paviliun yang bertujuan untuk memberikan privacy
bagi pasien lanjut usia dengan fasilitas seperti perpustakaan, ruang
bersosialisasi dan taman untuk latihan berjalan (taman mobilisasi).
Sebaiknya juga terdapat ruang untuk pertemuan dengan keluarga
pasien yang bergabung dengan ruang assessment/ruang rapat.
h. Ruang hospice care
Hospice caremerupakan ruang perawatan bagi pasien paliatif di rumah
sakit. Perlengkapan sarana dan prasarana rehabilitasi medis hospice
care sesuai dengan perlengkapan untuk day care. Sebaiknya ruang ini
mempunyai taman yang cukup luas dengan area tempat berjemur
pasien serta dilengkapi kolam dengan air mengalir.
i. Ruang tenaga staf dan ruang pertemuan, terdiri dari: 1)
ruang ketua tim;
ruang anggota;
1 (satu) ruang pertemuan untuk tim;
ruang istirahat karyawan dan pantry; dan
kamar kecil untuk karyawan.
BAB IV
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat
jalan dan kunjungan rumah (home care).
Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atasrawat jalan,
rawat inap akut, dan kunjungan rumah (home care).
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat
jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan Siang.
Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, Klinik
Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap Psikogeriatri, penitipan
Pasien Geriatri (respite care), kunjungan rumah (home care), dan Hospice.
Pada pelayanan ini, rumah sakit yang telah melakukan layanan geriatri
bertugas membina warga lanjut usia yang berada di wilayahnya, baik secara langsung
atau tidak langsung melalui pembinaan pada Puskesmas yang berada di wilayah
kerjanya. “Transfer of knowledge” berupa lokakarya, simposium, ceramah-
ceramah baik kepada tenaga kesehatan ataupun kepada awam perlu
dilaksanakan. Di lain pihak, rumah sakit harus selalu bersedia bertindak sebagai
rujukan dari layanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Pada layanan ini, pelayanan kesehatan geriatri yang dilaksanakan di
rumah sakit dilakukan secara terpadu. Rumah sakit menyediakan berbagai layanan
bagi para lanjut usia, mulai dari layanan sederhana berupa poliklinik lanjut usia, sampai
pada layanan yang lebih maju, misalnya bangsal akut, klinik siang terpadu (day hospital),
bangsal kronis dan/atau panti rawat wredha (nursing home). Disamping itu, rumah
sakit jiwa juga menyediakan layanan kesehatan jiwa bagi pasien lanjut usia dengan pola
yang sama. Pada tingkat ini, sebaiknya dilaksanakan suatu layanan terkait (con-
joint care) antara unit geriatri rumah sakit umum dengan unit psikogeriatri suatu
rumah sakit jiwa, terutama untuk menangani penderita gangguan fisik dengan
komponen gangguan psikis berat atau sebaliknya.
BAB V
LOGISTIK
KESELAMATAN PASIEN
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.
c. Menurunnya KTD di RS
a. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication
names)
b. Pastikan identifikasi pasien.
c. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
h. Gunakan alat injeksi sekali pakai
i. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
1. Hak pasien
Standarnya adalah:
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana &
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah :
Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah:
Kriterianya adalah:
Standarnya adalah RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada,
memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP
Kriterianya adalah :
• Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
• Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
• Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
• Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standarnya adalah :
Kriterianya adalah :
Standarnya adalah :
Kriterianya adalah :
• Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
• Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
• Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standarnya adalah :
• RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal & eksternal.
• Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat
Kriterianya adalah :
KESELAMATAN KERJA
Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Ston Manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengenda dari anggota organisasi serta
penggunaan sumua yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu
gerbang bagi keamanan tenaga kerja Keselamatan kerja menyangkut segenap proses
produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa (Suma’mur, 1996).
2. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaannya.
4. Keselamatan Kerja adalah Tindakan aktif setiap orang untuk menjaga keselamatan
dirinya dari hal-hal yang tidak diiginkan.
5. Keselamatan kerja adalah system perlindungan diri terhadap segala kemungkinan yang
dapat menyebabkan kecelakaan
Bagi seorang pekerja dan perusahaan, keselamatan kerja menjadi hal utama.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 ini juga diatur dalam Undang-undang
Ketenagakerjaan. Perusahaan dan pekerja sama-sama harus mengetahui tentang keselamatan
kerja sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya dengan menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) yang sesuai dengan standarisasi.
APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
APD ini terdiri dari kelengkapan wajib yang digunakan oleh pekerja sesuai dengan bahaya
dan risiko kerja yang digunakan untuk menjaga keselamatan pekerja sekaligus orang di
sekelilingnya. Kewajiban ini tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Dan pengusaha wajib
untuk menyediakan APD sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi pekerjanya.
Jenis-jenis APD
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi kepala
dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang
melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan
kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim. Jenis alat pelindung kepala
terdiri dari helm pengaman (safety helmet ), topiatau tudung kepala, penutup atau
pengaman rambut, dan lain-lain.
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-partikel yang
melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas,
radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupunyang tidak mengion, pancaran
cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles),
goggles, tameng muka (face shield ), masker selam, tameng muka dan kacamata
pengaman dalam kesatuan (full face masker ).
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi alat
pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.
Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear
muff).
Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari masker, respirator,
katrit, kanister.
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin,radiasi
elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan,pukulan dan
tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik. Jenis pelindung tangan
terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain
berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan
dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap
panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik,
tergelincir. Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan,
pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya
peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad
renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.
g. Pakaian pelindung.
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh bagian badan
dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan apidan benda-benda
panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan
(impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-
organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,
bakteri dan jamur
h. Cuci tangan:
• Membasahi tangan dan pergelangan tangan , pertahankan tangan lebih rendah dari
siku utnuk menghindari kontaminasi
• Jika anda menggunakan sabun padat, cuci sabun setelah anda memakainya
PENGENDALIAN MUTU
PENUTUP