Anda di halaman 1dari 52

PEDOMAN PELAYANAN

GERIATRI RUMAH
SAKIT UMUM
DHARMA YADNYA
Jln WR Supratman no 256 Denpasar

Disusun Oleh :
POKJA GERIATRI
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR

RSU DHARMA YADNYA Nomor :

Tentang

BUKU PANDUAN PELAYANAN GERIATRI


RSU DHARMA YADNYA

Menimbang : 1. bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat;
2. bahwa rumah sakit harus mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu, akuntabel dan transparan kepada
masyarakat, khususnya bagi jaminan keselamatan pasien
(patient safety);
3. bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan keperawatan
yang bermutu dan profesional perlu didukung ketersediaan
sumber daya pemberi pelayanan kesehatan di RSU Dharma
Yadnya;
4. bahwa rumah sakit sebagai institusi yang bergerak dibidang
pelayanan kesehatan harus didukung sumber daya pemberi
pelayanan kesehatan yang kompeten sesuai dengan bidang
tugasnya;
5. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud di
atas, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur
RSU Dharma Yadnya.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan;
2. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
3. Keputusan Dirjend Bina Upaya Kesehatan RI Nomor
HK.02.04/1/2.790/2011 tentang Standar Akreditasi Rumah
Sakit;
4. Surat Keputusan Pimpinan Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Nomor…… tentang Pengangkatan Direktur RSU Dharma
Yadnya.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RSU DHARMA YADNYA
TENTANG PANDUAN PELAYANAN GERIATRI RSU
DHARMA YADNYA;
Kedua : Panduan Pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud Diktum
Kesatu tercantum dalam lampiran keputusan ini;
Ketiga : Panduan Pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud Diktum
Kedua digunakan di RSU Dharma Yadnya dalam rangka
meningkatkan mutu layanan rumah sakit dan perlindungan dan
pemenuhan hak-hak para lansia;
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan;
Kelima : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan
ini, akan diadakan perbaikan dan penyesuaian sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada tanggal :

RSU Dharma Yadnya

Direktur RSU Dharma Yadnya

dr I Gusti Agung Ngurah Anom, MARS


NIP.

Tembusan :
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan
perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia
dan keluarga miskin. Dampak keberhasilan pembangunan kesehatan
ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya tingkat
kematian bayi dan ibu melahirkan.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014, umur Harapan Hidup
(UHH) di Indonesia untuk wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69
tahun. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memproyeksikan umur
harapan hidup di Indonesia pada tahun 2025 dapat mencapai 73,6 tahun.
Upaya peningkatan kesejahteraan pada lanjut usia diarahkan untuk
memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif agar terwujud
kemandirian dan kesejahteraan. Indonesia menempatkan para lanjut usia
(lansia) pada posisi yang dihormati, bukan saja karena nilai-nilai budaya yang
hidup dan berkembang di masyarakat, tetapi juga karena lansia tergolong
dalam kelompok yang rentan. Penghormatan tersebut dapat berupa pemberian
fasilitas dan pelayanan khusus dalam rangka perlindungan dan pemenuhan
hak-hak mereka sebagaimana diatur dalam Pasal 8 UU Nomor 39 Tahun
1999. Salah satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan pelayanan
kesehatan geriatri di rumah sakit. Dalam upaya peningkatan pelayanan
kesehatan geriatri di rumah sakit yang berkualitas, merata dan terjangkau
maka pelayanan geriatri harus dilakukan secara terpadu melalui pendekatan
yang bersifat interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja
dalam tim terpadu geriatri. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit dan untuk mengakomodasi
berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pelayanan
geriatri, perlu disusun penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit.

B. TUJUAN
Panduan Pelayanan Geriatri disusun agar ada standar pelayanan kesehatan
bagi lansia yang populasinya sudah semakin meningkat, yaitu :
1. Tujuan umum :
Terselenggaranya pelayanan lanjut usia/ geriatrik secara terpadu dan
nyaman di RSU Dharma Yadnya Denpasar.
2. Tujuan Khusus :
- Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang
setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
kesehatan;
- Memelihara kesehatan lansia melalui aktivitas fisik dan mental;
- Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat
mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila
dijumpai suatu kelainan;
- Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lansia yang
menderita penyakit atau gangguan kesehatan, dapat
mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal);
- Bila para lansia sudah sampai stadium terminal/penyakit atau
gangguan kesehatan sudah tidak dapat disembuhkan, ilmu ini
mengajarkan untuk tetap memberikan bantuan yang simpatik dan
perawatan dengan penuh pengertian, (dalam akhir hidupnya
memberikan bantuan moril dan perhatian yang maksimal, sehingga
kematiannya berlangsung dengan tenang);
- Memberdayakan kemandirian penderita dalam waktu lama dan
mencegah disabilitas-handicap diwaktu mendatang. Sifat dari
asesmen ini tidak sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin
dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan
kesehatan;
- Terselenggaranya pelayanan lanjut usia di rawat jalan;
- Terselenggaranya pelayanan lanjut usia kunjungan rumah ( home
care ).

C. PENGERTIAN

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 79 tahun 2014


yang dimaksud dengan:
1. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas.
2. Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari aspek
kesehatan dan kedokteran pada warga Lanjut Usia termasuk pelayanan
kesehatan kepada Lanjut Usia dengan mengkaji semua aspek kesehatan
berupa promosi, pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi.
3. Pasien Geriatri adalah pasien Lnjut Usia dengan multi penyakit dan/atau
gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi, dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu
dengan pendekatan Multidisiplin yang bekerja secara Interdisiplin.
4. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
5. Rehabilitasi Medik adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik
dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit ataupun
cedera melalui intervensi medic, keterapian fisik, rehabilitative, bio-psiko
sosial dan edukasional untuk mencapai kemampuan fungsional yang
optimal.
6. Status Fungsional adalah kemampuan untuk mempertahankan
kemandirian dan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
7. Multidisiplin adalah berbagai disiplin atau bidang ilmu yang secara
bersama-sama menangani penderita dengan berorientasi pada ilmunya
masing-masing.
8. Interdisiplin adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh berbagai
disiplin/bidang ilmu yang saling terkait dan bekerja sama dalam
penanganan pasien yang berorientasi pada kepentingan pasien.
9. Tim Terpadu Geriatri adalah suatu tim Multidisiplin yang bekerja secara
Interdisiplin untuk menangani masalah kesehatan Lanjut Usia dengan
prinsip tata kelola pelayanan terpadu dan paripurna dengan mendekatkan
pelayanan kepada pasien Lanjut Usia.
10. Asesmen Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk
menilai aspek medik, fungsional, psikososial, dan ekonomi penderita usia
lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan dan pemeliharaan
kesehatan yang rasional.

Konsep/pengertian secara bertingkat dari mundurnya kemandirian lansia yaitu :


a. Hambatan (impairment) adalah setiap kehilangan atau kelainan,baik
psikologik,fisiologik,maupun struktur atau fungsi anatomik.
b. Disabilitas adalah semua restriksi atau kekurangan dalam kemampuan
untuk melakukan kegiatan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang
normal.
c. Handicap adalah ketidakmampuan seseorang sebagai akibat
impairment/disabilitas sehingga membatasinya untuk melaksanakan
peranan hidup secara normal (berhubungan erat dengan usia,jenis
kelamin, dan faktor-faktor sosial budaya).
D. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Berdasarkan Permenkes RI no 79 thn 2014 pada Pasal 3 disebutkan :
1. Pelayanan Geriatri diberikan kepada pasien Lanjut Usia dengan kriteria :
a) Memiliki lebih dari satu penyakit fisik dan/atau psikis;
b) Memiliki satu penyakit dan mengalami gangguan akibat
penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
2. Selain pasien Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pelayanan geriatri juga diberikan kepada pasien dengan usia 70 tahun
keatas yang memiliki satu penyakit fisik dan/atau psikis.
3. Pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan secara terpadu dengan pendekatan Multidisiplin yang
bekerja secara Interdisiplin.

Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan Geriatri dibagi menjadi :


1. Tingkat Sederhana
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat
jalan dan kunjungan rumah (home care).
2. Tingkat Lengkap
Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas rawat
jalan, rawat inap akut, dan kunjungan rumah (home care).
3. Tingkat Sempurna
Jenis pelayananGeriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat
jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan
Siang.
4. Tingkat Paripurna
Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, Klinik
Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap Psikogeriatri,
penitipan Pasien Geriatri (respite care), kunjungan rumah (home care),
dan Hospice.
Tingkatan sebagaimana dimaksud tersebut ditetapkan berdasarkan :
1. Jenis pelayanan
2. Sarana dan prasarana
3. Peralatan
4. Ketenagaan.

Jenis pelayanan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Dharma


Yadnya berdasarkan tersedianya fasilitas sarana dan prasana, peralatan dan
ketenagaan adalah pelayanan tingkat sederhana.

.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di RSU Dharma Yadnya terdiri atas tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim
Terpadu Geriatri.
Tim Terpadu Geriatri merupakan bentuk kerjasama multidisiplin yang bekerja
secara interdisiplin dalam mencapai tujuan pelayanan geriatri. Pada tim
multidisiplin kerjasama terutama bersifat pada pembuatan dan penyerasian
konsep, sedangkan pada tim interdisiplin kerjasama meliputi pembuatan dan
penyerasian konsep serta penyerasian tindakan.
1. Tim Terpadu Geriatri terdiri atas ketua dan koordinator pelayanan yang
merangkap sebagai anggota, dan anggota.
2. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit.
3. Ketua Tim Terpadu Geriatri terdiri atas:
a. Dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat
sederhana.
b. Koordinator pelayanan dibentuk sesuai dengan masing-masing pelayanan
pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana.

Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit
terdiri atas:
1. Dokter spesialis penyakit dalam
2. Dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri
3. Dokter
4. Perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau pelatihan
keterampilan inteligensia
5. Apoteker
6. Tenaga gizi
7. Fisioterapis
8. Okupasi terapis
Dalam penyelenggaraan pelayanan, peran Tim Terpadu Geriatri adalah
memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna/komprehensif terhadap pasien
geriatri, berupa penegakkan diagnosis medic dan fungsional (melalui
assesmen/pengkajian paripurna pasien geriatri), pelayanan non-medikamentosa
dan ,medikamentosa serta rehabilitasi termasuk pelayanan psikoterapi dan
pelayanan sosial medik. Pelayanan medikamentosa pada pasien geriatri bersifat
menyeluruh, dengan memperhatikan aspek fisiologi dan nutrisi pasien.
Saat pasien masih dirawat, selain diberikan pendekatan kuratif dan
rehabilitative, upaya promotif dan preventif yang sesuai tetap diberikan. Setelah
upaya pelayanan terapi medikamentosa dan rehabilitasi diruang rawat inap
dilaksanakan, pelayanan dilanjutkan dengan upaya pelayanan di poliklinik rawat
jalan.
Pada pemulangan pasien, dibuatkan perencanaan pemulangan yang berisi
kegiatan yang dapat dilakukan di rumah seperti terlihat dalam formulir terlampir.
Perencanaan pulang dievaluasi dan akhirnya pasien dapat dipulangkan
sepenuhnya ke masyarakat dan mendapatkan pelayanan geriatri oleh masyarakat
melalui pelayanan rujukan.

TUGAS TIM TERPADU GERIATRI


1. Ketua Tim Terpadu Geriatri
Tugas Pokok :
a) Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan upaya pelayanan
Geriatri sesuai dengan tingkatan pelayanan.
b) Melaksanakan koordinasi pelaksanaan kerjasama lintas program
dan lintas sektoral dengan berbagai disiplin.
Uraian Tugas :
a) Merencanakan/membuat rencana kerja kebutuhan tim geriatri
setiap tahunnya.
b) Menyelenggarakan pelayanan geriatri berdasarkan rencana
kebutuhan ketenagaan, sesuai kebijaksanaan yang telah ditetapkan
oleh direktur Rumah Sakit.
c) Menyelenggarakan rujukan, baik di dalam maupun ke dan dari luar
rumah sakit.
d) Menyelenggarakan kerjasama dengan
tim/departemen/bagian/KSMF (Kelompok Staf Medik Fungsional)
lain di rumah sakit, serta hubungan lintas program,m dan lintas
sektoral melalui direktur rumah sakit.
e) Memberikan laporan berkala Tim Terpadu Geriatri kepada direktur
rumah sakit.
2. Koordinator Rawat Jalan
Tugas Pokok :
Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang lingkup
poliklinik, meliputi asesmen geriatri, tugas konsultatif kuratif
(sederhana) serta melaksanakan rujukan ked an dari
tim/departemen/KSMF lain bila perlu.
Uraian Tugas :
a) Merencanakan/membuat rencana kerja serta rencana kebutuhan
poliklinik geriatri setiap tahunnya.
b) Menyediakan kelengkapan pelayanan geriatri di poliklinik
berdasarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh ketua tim
geriatri.
c) Menyediakan kelengkapan tugas pendidikan, latihan, dan
penelitian serta pengembangan sesuai kebijakan tim geriatri.
d) Menyelenggarakan kerjasama dengan SMF di rumah sakit.
e) Bertanggung jawab kepada ketua tim geriatri atas penyelenggaraan
pelayanan geriatri di poliklinik.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

B. PERSYARATAN BANGUNAN
Pelayanan Geriatri dilakukan secara mandiri, terpisah dengan pelayanan lainnya
di Rumah Sakit.
Lokasi pelayanan Geriatri berdekatan dengan ruang perawatan dan ruang
Rehabilitasi Medik serta berdekatan dengan akses masuk Rumah Sakit. Selain
memenuhi persyaratan tersebut bangunan pelayanan Geriatri juga harus
memenuhi konstruksi bangunan yang sesuai dengan standar keamanan,
keselamatan, dan kesehatan pasien Geriatri.

1. Konstruksi Bangunan
a. Jalan
Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak licin serta
disediakan jalur khusus untuk pasien/pengunjung dengan kursi roda.
b. Pintu
Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan pasien/pengunjung lewat
dengan kursi roda atau tempat tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri
dari pintu 90 cm dan pintu 30 cm.
c. Listrik
Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat
memerlukan tambahan penerangan sehingga diperlukan stabilisator untuk
menjamin stabilitas tegangan, dilengkapi dengan generator listrik.
d. Penerangan
Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan.
Setiap lampu penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar
tidak menyilaukan.
e. Lantai
Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada undakan
atau tangga harus jelas terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk
mencegah jatuh.
f. Langit-langit
Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.
g. Dinding
Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat berwarna terang.
Agar memberi semangat dan di sepanjang dinding, terdapat pegangan
yang kuat sebaiknya terbuat dari kayu (hand rail).
h. Ventilasi
Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang menggunakan
pendingin/air condition harus dilengkapi cadangan ventilasi untuk
mengantisipasi apabila sewaktu-waktu terjadi kematian arus listrik.
i. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan pegangan di sebelah
kanan dan kirinya. Shower dilengkapi dengan tempat duduk dan
pegangan. Gagang shower harus diletakkan di tempat yang mudah
dijangkau oleh pasien dalam posisi duduk. Demikian pula tempat sabun
harus diletakkan sedemikian agar mudah dijangkau pasien. Tersedia bel
untuk meminta bantuan dan pintu membuka keluar.
j. Air
Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan
memenuhi persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus
mengacu kepada pedoman Pekerjaan Umum tentang standar teknis
eksesibilitas gedung dan lingkungan.
k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau
alumunium (leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada
saat berjalan serta untuk melindungi dinding dari benturan kursi roda.
l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian tertentu
untuk menghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma.
m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan dan
ruangan yang lain.

2. Kebutuhan Ruangan
Ruang pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas :
1. Ruang pendaftaran/administrasi
Ruang pendaftaran/administrasi sebagaimana dimaksud dapat bergabung
dengan ruang pendaftaran/administrasi lain di Rumah Sakit.
Ruang pendaftaran administrasi ini harus cukup luas untuk penempatan
meja tulis, lemari arsip untuk penyimpanan dokumen medik pasien.
Letaknya dekat dengan ruang tunggu, sehingga mudah dilihat oleh pasien
yang baru datang.
2. Ruang tunggu
Ruang tunggu harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman, baik untuk
pasien dari luar ataupun dari bangsal yang menggunakan kursi roda atau
tempat tidur.
3. Ruang periksa
Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi dengan
fasilitas dan alat-alat pemeriksaan.
Ruangan terdiri dari:
a. Ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk melakukan
anamnesis;
b. Ruang periksa dokter/tim geriatri;
c. WC dan kamar mandi
d. Ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan keluarga pasien
(family meeting).
4. Ruang Tim Terpadu Geriatri
Ruang tim terdiri dari :
a. Ruang ketua tim
b. Ruang anggota
c. 1 (satu) ruang pertemuan untuk tim
d. Ruang istirahat karyawan dan pantry
e. Kamar kecil untuk karyawan
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan dilakukan triase
apakah tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk pasien lanjut usia biasa akan
diteruskan ke dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Apabila tergolong
pasien geriatri (misalnya memiliki: penurunan status fungsional, ada sindrom
geriatri, gangguan kognitif- demensia, jatuh–osteoporosis dan inkontinensia)
akan dilakukan asesmen geriatri komprehensif oleh Tim Terpadu Geriatri.
Model 1.
Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri
Tingkat Sederhana
Pasien Lanjut usia
Rawat Jalan (Poliklinik) :
- Assesmen dan konsultasi
BAB V - Kuratif
Triase di setiap Poliklinik - Intervensi Psikososial
Departemen/IGD - Rehabilitasi

Assesmen Geriatri komprehensif


oleh tim terpadu poli geriatri

Masalah Geriatri :
- Kondisi Medis Umum
- Status Fungsional Rencana Tatalaksana
- Psikiatri : Status komprehensif oleh tim Home Care
Mental Fungsi terpadu poli geriatri
KKognitif
- Sosial dan Lingkungan

Rumah sakit dengan pelayanan geriatri sederhana boleh melakukan perawatan


inap namun karena belum terdapat ruang rawat khusus yakni ruang rawat akut
geriatri maka dapat dirawat di ruang rawat biasa.
LOGISTIK

Jumlah peralatan didasarkan pada:


a) kebutuhan pelayanan;
b) rata-rata jumlah kunjungan setiap hari.
c) Angka rata-rata pemakaian tempat tidur/Bed Occupancy
Rate (BOR) bagi pelayanan rawat inap
d) evaluasi kemampuan alat dan efisiensi penggunaan alat.
No Alat Sederhana
Ruang pemeriksaan
1 Tempat tidur pasien √
2 1 set alat pemeriksaan fisik √
3 EKG √
4 Light box √
5 Bioelectrical impedance -
6 Timbangan berat badan dan pengukur √
tinggi badan
7 Instrumen penilaian Kognitif, Psikologi, √
Psikiatri
No Alat Lengkap
Rawat inap
8 Tempat tidur pasien √
9 Oksigen √
10 Suction √
11 Komod √
12 Light box √
13 EKG √
14 Blue bag √
15 Chair scale √
16 Timbangan rumah tangga √
Ruang fisioterafi
17 Paralel bar √
18 Walker √
19 Stick √
20 Tripot √
21 Quadripot √
22 Kursi roda √
23 Tilting table √
24 Meja fisiotherafi √
25 Paralel bar √
26 Diatermi √
27 TENS √
PENGENDALIAN MUTU

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna


mewujudkan keberhasilan program pelayanan kesehatan bagi pasien geriatri.
Pemantauan dan evaluasi harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor
yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif.
Pemantauan dan evaluasi mutu dilakukan dalam bentuk kegiatan pencatatan dan
pelaporan. Diperlukan sejumlah indikator dalam pencatatan, diantaranya sebagai
berikut:
1. Lama rawat
Lama rawat pasien geriatri di ruang rawat inap akut tergantung dari
kemampuan TTG serta dukungan sarana dan prasarana. Makin terampil dan
lengkap, lama rawat akan semakin singkat. Rata-rata lama rawat pasien geriatri
yang masuk karena mengalami geriatric giants dan dirawat inap dengan
menerapkan pengkajian paripurna pasien geriatri adalah 12 hari.
2. Status fungsional
Status fungsional pasien diukur sejak pasien masuk rumah sakit sampai saat
pemulangan. Diukur rata-rata kenaikan skor status fungsional pasien geriatri
dengan karakteristik seperti di atas adalah 4/20 jika menggunakan instrumen
ADL Barthel.
3. Kualitas hidup
Penilaian kualitas hidup harus menggunakan instrumen yang mampu menilai
kualitas hidup terkait kesehatan (health related quality of life = HRQoL). Salah
satu instrumen yang sering digunakan adalah EQ5D (Euro-Quality of Life Five
Dimension) yang mengukur lima dimensi atau aspek yang memengaruhi
kesehatan. Standar nilai EQ5D ≥ 0,71 dengan EQ5D-VAS minimal 79%.
4. Rawat inap ulang (rehospitalisasi)
Rehospitalisasi adalah perawatan kembali setelah pulang ke rumah dari rumah
sakit. Perawatan yang terjadi kembali dalam 30 hari pertama pascarawat
menggambarkan adanya permasalahan kesehatan yang sesungguhnya belum
optimal ditatalaksana di rumah sakit. Persentase maksimal rehospitalisasi
pasien geriatri pascarawat inap akut adalah 15%. Rehospitalisasi ini dapat
dipengaruhi oleh kesiapan tim terpadu geriatri serta dukungan yang ada di
rumah sakit. Rehospitalisasi juga tak terlepas dari pengaruh kemampuan
puskesmas dan community based geriatric service.
5. Kepuasan pasien
Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara sahih
dapat mengukur kepuasan pasien. Salah satu instrumen yang sering digunakan
adalah Patients’s Satisfaction Questionair (PSQ) yang telah diuji kesahihan
(Spearman correlation coefficient: 0,383 – 0,607 ; p < 0,01) dan keandalannya
(Cronbach’s alpha: 0,684). Instrumen ini memiliki nilai standar minimal 190.

 Pencatatan ditandatangani oleh Ketua Tim Terpadu Geriatri dan dilaporkan


secara berkala paling lambat satu (1) tahun sekali kepada Kepala/Direktur
Rumah Sakit.
BAB VII
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Geriatri ini diharapkan menjadi panduan


penyelenggaraan pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu dan nyaman di
RSU Dharma Yadnya. Pelaksanaan pelayanan geriatri di RSU Dharma Yadnya
harus disesuaikan dengan SDM yang tersedia, peralatan, sarana dan prasarana
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, selain itu perlu adanya kerjasama tim
terpadu geriatri yang secara bersama-sama menangani pasien geriatri sesuai
dengan bidang ilmunya masing-masing sehingga terwujud pelayanan geriatri yang
terpadu.
Pedoman petunjuk teknis pelayanan ini selanjutnya perlu dijabarkan
dalam prosedur tetap guna kelancaran pelaksanaannya.

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DHARMA YADNYA

dr I Gusti Agung Ngurah Anom, MARS


1. Pelayanan Pasien Geriatri di RSUD Pesanggrahan
a. Apabila pasien masuk dengan usia ≥ 60 tahun dan saat masuk
pasien hanya didapatkan 1 (satu) diagnosa, maka pasien
tersebut dirawat sesuai dengan DPJP nya.
b. Setelah dirawat dan didapatkan diagnosa lebih dari 2 (dua),
maka pasien dikonsultasikan/diraberkan kepada Tim Geriatri
sesuai dengan permasalahan (diagnosanya) dan dilakukan
pengisian asesmen geriatri oleh salah satu dari Tim Geriatri
sesuai dengan jadwal atau sesuai yang ditunjuk oleh DPJP
Utama.
2. Jenis Pelayanan Geriatri
a. Poliklinik Geriatri;
Tempat ini memberikan jasa pengadaan asesmen, tindakan
kuratif sederhana dan konsultasi bagi penderita rawat jalan,
baik dari masyarakat, puskesmas, maupun antar
poliklinik.Tenaga minimal yang dibutuhkan adalah dokter
umum/internis yang telah mendapat kursus geriatri atau dokter
spesialis geriatri/geriatrism, seorang perawat, dan seorang
petugas sosial medik.

b. Rehabilitasi Medik;
Rehabilitasi medik adalah pelayanan terpadu dengan
pendekatan medik,psikososial,edukasional, dan vokasional
untuk mencapai kemampun fungsional semaksimal mungkin.
Penyakit pada usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi
kecacatan,sehingga oleh WHO selalu diharapkan penegakan
diagnosis pasien usia lanjut dalam aspek impairment,disabilitas
dan handikap,sehingga rehabilitasi medik merupakan aspek
penting dalam pelayanan lansia dan harus dilaksanakan
secepat mugkin sejakpasien masuk sampai pulang sesuai
kebutuhannya.
Untuk memulai program rehabilitasi medik pada lansia,tenaga
profesional harus mengetahui kondisi lansia saat itu juga,baik
penyakit yang menyertai maupun kemampuan fungsional yang
mampu dilakukan.Banyak instrument untuk menilai
kemampuan seorang lansia,salah satu diantaranya adalah
Index Katz yang cukup sederhana dan mudah diterapkan untuk
menilai kemampuan fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan
Sehari-hari) dan juga untuk meramalkan prognosis dari
berbagai macam penyakit pada golongan lansia.
Adapun aktivitas yang dinilai adalah :
1) Bathing
- Mandiri : memerlukan bantuan hanya pada satu bagian
tubuh atau dapat melakukan sendiri secara menyeluruh.
- Tergantung : memerlukan bantuan mandi lebih dari satu
bagian tubuh atau tidak dapat mandi sendiri.
2) Dressing
- Mandiri:menaruh,mengambil,memakai dan
menanggalkan pakaian sendiri serta menalikan sepatu
sendiri.
- Tergantung : tidak dapat berpakaian sebagian.
3) Toiletting
- Mandiri : pergi ke toilet,duduk sendiri di kloset,memakai
pakaian dalam,membersihkan kotoran.
- Tergantung : mendapat bantuan orang lain.
4) Transfering
- Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur,dari dan ke
tempat duduk (memakai/tidak memakai alat bantu).
- Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri/dengan
bantuan.
5) Continence
- Mandiri : dapat mengontrol buang air besar dan kecil.
- Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagian atau
seluruhnya dengan bantuan manual atau kateter.
6) Feeding
- Mandiri : mengambil makanan dari piring atau yang
lainnya dan memasukkan ke dalam mulut (tidak
termasuk kemampuan memotong daging daging dan
menyiapkan makanan seperti mengoleskan mentega
pada roti).
- Tergantung : memerlukan bantuan untuk makan atau
tidak dapat makan sendiri secara parenteral.
Dari kemampuan melaksanakan 6 (enam) aktivitas dasar
tersebut di atas,kemudian diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh)
tahapan yangdisebut sesuai dengan aktivitas yang dikerjakan
sendiri,atau disebut juga Index Katzyang secara berurutan
adalah sebagai berikut :
1) Index Katz A: mandiri untuk 6 (enam) aktivitas;
2) Index Katz B: mandiri untuk 5 (lima) aktivitas;
3) Index Katz C: mandiri,kecuali “bathing” dan 1 (satu) fungsi
lain;
4) Index Katz D : mandiri,kecuali “bathing,dressing” dan 1
(satu) fungsi lain;
5) Index Katz E : mandiri,kecuali “bathing,dressing,toileting”
dan 1 (satu) fungsi lain;
6) Index Katz F : mandiri,kecuali
“bathing,dressing,toileting,transfering”, dan 1 (satu) fungsi
lain;
7) Index Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 enam)
aktivitas.
c. Bangsal Geriatri Kronis;
Bangsal ini diperlukan untuk merawat pasien usia lanjut dengan
penyakitkronis yang memerlukan rawat inap dalam jangka
waktu lama dan memerlukan biaya sangat tinggi mengingat
turn over ratenya yang sangat rendah (sementara ini rumah
sakit memfasilitasi di bangsal internis).
d. Pendidikan dan Riset.
Hal ini merupakan suatu bagian inplisit dari suatu pemberian
pelayanan geriatri, antara lain : dilaksanakan untuk pendidikan
tenaga paramedis,medis,terapis rehabilitasi, dan berbagai riset
yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan dan
pengembangan ilmu geriatri.
3. Assesment Geriatri;
Assesment Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin
untuk menilai aspek medik,fungsional,psikososial dan ekonomi
penderita usia lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan
dan pemeliharaan kesehatan yang rasional. Asesmen ini bersifat
tidak sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin dengan
koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan.
4. Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri :
- Menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif
dengan atau tanpadisertai penyakit akut;
- Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami
jatuh (falls), atau imobilisasi (bedridden);
- Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care).
seperti kesulitan makan atau berpakaian;
- Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan
tingkah laku (behavior) dini;
- Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit
parkinson, arthritis, gangguan berkemih (inkontinensia urine),
atau gangguan buang air besar.
5. Prinsip-Prinsip Pelayanan Geriatri adalah sebagai berikut :
- Pendekatan menyeluruh (biopsikososialspiritual);
- Orientasi terhadap kebutuhan klien;
- Diagnosis secara terpadu;
- Team work (koordinasi);
- Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
6. Kriteria Pelayanan Lansia;
- Komprehensif: adanya dukungan finansial yang adekuat,
perawatan sehari-hari, pelayanan kesehatan yang memadai,
pendidikan kesehatan, perawatan keluarga, kebutuhan rekreasi
dan aktifitas fisik dan pelayanan transportas;
- Adanya kerjasama/terkoordinasi lintas program/sektoral;
- Mudah dijangkau;
- Memperhatikan kualitas pelayanan.
7. Tata Laksana Assesment Lansia;
Assesment Lansia adalah suatu rangkaian kegiatan proses
keperawatan yang:

- Ditujukan kepada usia lanjut;


- Meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatikan
kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual;
- Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis
keperawatan;
- Membuat perencanaan;
- Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi.
8. Tujuan Assesment Usia Lanjut;
a. Menegakkan :
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat fisiologik;
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat patologik;
- Dan melakukan terapi atas kelainan tersebut.
b. Menegakkan adanya gangguan organ/sistem
(impairment),ketidakmampuan (disabilitas) dan
ketidakmampuan sosial (handicap) untuk dapat dilakukan terapi
dan/atau rehabilitasi.
c. Untuk mengetahui sumber daya sosial ekonomi dan lingkungan
yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan penderita
tersebut.
9. Proses Assesment Usia Lanjut;
a. Pengkajian
Nama :
Alamat :
Jenis kelamin :
Umur : th
Status : (1) Menikah(2)Tidak menikah(3)Janda
(4) Duda
Agama : (1) Islam(2) Protentas(3) Hindu(4) Katolik
(5) Budha
Suku : (1)Jawa(2)Madura(3)lain-lain,sebutkan....
Tingkat pendidikan : (1) Tidak tamat SD(2) Tamat SD(3) SMP
(4)SMU(5) PT(6)Buta huruf
Sumber pendapatan : (1) PNS(2) Wiraswasta(3)Lain-
lain.............
Keluarga yang dapat dihubungi :
Jumlah Anak Pekerjaan Tempat Tinggal
1.
2.

Kondisi Lingkungan/Rumah :

 Lantai licin/tidak;
 Penerangan cukup/tidak;
 Jarak kamar mandi dengan kamar pasien.
Riwayat Pekerjaan : ……………………………………………

b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini :
(1) Nyeri dada(2) Pusing(3) Batuk(4) Panas(5) Sesak(6)
Gatal(7) Diare (8) Jantung berdebar(9) Nyeri
sendi(10)Penglihatan kabur(11) Lain-
lain....................................................
Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir :
(1) Nyeri dada (2) Pusin (3) Batuk (4) Panas (5) Sesak (6)
Gatal(7) Diare (8) Jantung berdebar (9) Nyeri sendi (10)
Penglihatan kabur
Penyakit saat ini :
(1) Sesak nafas/PPOM(2) Nyeri Sendi/Rematik(3)Diare
(4)Penyakit kulit(5) Jantung (6) Mata (7) DM (8) Hipertensi
(9)Lain-lain......................................
Kejadian Penyakit 3 bulan terakhir :
(1) Sesak nafas/PPOM(2) Nyeri Sendi/Rematik(3) Diare
(4) Penyakit kulit(5) Jantung (6) Mata (7) DM (8) Hipertensi
(9) Lain-lain ..................................
Status Gizi :

- Sehari makan berapa kali.....


- Habis berapa porsi.....
- Makan sendiri/dengan bantuan.....
c. Status Fisiologis
Postur Tulang Belakang Lansia :
(1) Tegap (2) Membungkuk (3) Kifosis(4) Skoliosis(5) Lordosis
Tanda-tanda vital
(1) Suhu(2) Tekanan darah(3) Nadi(4) Respirasi(5) Berat badan
(6) Tinggi badan (7) IMT
Status Gizi :

- Sehari makan berapa kali.....


- Habis berapa porsi.....
- Makan sendiri/dengan bantuan.....
d. Pengkajian Head To Toe
1) Kepala
Kebersihan : kotor/bersih
Kerontokan rambut : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : ……………………………………..

2) Mata
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
Strabismus : ya/tidak
Penglihatan : Kabur/tidak
Peradangan : Ya/tidak
Riwayat katarak : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : ………………………………………
Penggunaan kacamata : ya/tidak

3) Hidung
Bentuk : simetris/tidak
Peradangan : ya/tidak
Penciuman : terganggu/tidak
Jika ya, jelaskan : ……………………………………….

4) Mulut dan Tenggorokan Kebersihan


: baik/tidak Mukosa :
kering/lembab Peradangan/stomatitis
: ya/tidak
Gigi geligi : karies/tidak,ompong/tidak
Radang gusi : ya/tidak
Kesulitan mengunyah: ya/tidak
Kesulitan menelan : ya/tidak

5) Telinga
Kebersihan : bersih/tidak
Peradangan : ya/tidak
Pendengaran : terganggu/tidak
Jika terganggu, jelaskan :……………………………………..
Keluhan lain : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : ……………………………………….

6) Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : ya/tidak
JVD : ya/tidak
Kaku kuduk : ya/tidak

7) Dada
Bentuk dada : normal chest/barrel
chest/pigeon chest/lainnya
Retraksi : ya/tidak
Wheezing : ya/tidak
Ronchi : ya/tidak
Suara jantung tambahan : ada/tidak
Ictus cordis : …………………
8) Abdomen
Bentuk : distend/flat/lainnya
Nyeri tekan : ya/tidak
Kembung : ya/tidak
Supel : ya/tidak
Bising usus : ada/tidak, frekwensi: ….. kali/menit
Massa : ya/tidak, regio

9) Genetalia
Kebersihan : baik/tidak
Haemoroid: ya/tidak
Hernia : ya/tidak

10)Ekstremitas
Kekuatan otot : (skala 1 – 5 )
0 : lumpuh
1 : ada kontraksi
2 : Melawan grafitasi dengan sokongan
3 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
4 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
5 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh
Rentang gerak : maksimal/terbatas
Deformitas : ya/tidak, jelaskan
…………………………......
Tremor : ya/tidak
Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak
Alat bantu : ya/tidak,jenis : ………………………………
No. Aspek Penilaian Keterangan Nilai

1. Berdiri dengan postur


normal

2. Berdiri dengan postur


No. Aspek Penilaian Keterangan Nilai

normal (mata tertutup)

3. Berdiri dengan saru kaki Kanan :

Kiri :

4. Berdiri, fleksi trunk, dan


berdiri ke posisi netral

5. Berdiri, lateral dan fleksi


trunk

6. Berjalan, tempatkan
salah satu tumit
didepanjari kaki yang
lain

7. Berjalan sepanjang garis


lurus

8. Berjalan mengikuti tanda


gambar pada lantai

9. Berjalan mundur

10. Berjalan mengikuti


lingkaran

11. Berjalan dengan tumit

12. Berjalan dengan ujung


kaki

Jumlah
Keterangan :
Refleks + : normal
Refleks - : menurun/meningkat

11)Integumen
Kebersihan : baik/tidak
Warna : pucat/tidak
Kelembaban : Kering/lembab
Gangguan pada kulit : ya/tidak, jelaskan
……………………….

12)Test Koordinasi / Keseimbangan


Intepretasi : ……………
Kriteria Penilaian : Keterangan :
4 : Melakukan aktifitas 42-54 : Melakukan aktifitas
dengan lengkap dengan lengkap
3 : Sedikit bantuan (untuk 28-41 : Sedikit bantuan
keseimbangan) (untuk
keseimbangan)
2 : Dengan bantuan 14-27 : Dengan bantuan
sedang s/d maksimal sedang s/d
maksimal
1 : Tidak mampu < 14 : Tidak mampu
melakukan aktifitas melakukan aktifitas

13)FrekwensiKunjungan Keluarga :
1 kali/bulan;2 kali/bulan; Tidak pernah

14)Pengkajian Masalah Emosional


Pertanyaan Tahap I : - Apakah klien mengalami susah
tidur ?
- Ada masalah atau banyak pikiran ?
- Apakah klien murung atau menangis
sendiri ?
- Apakah klien sering was-was ?
Lanjutkan Pertanyaan Tahap IIjika jawaban “ya” 1 atau
lebih;
Pertanyaan Tahap II: - Keluhan lebih dari 3 bulan ?
- Lebih dari 1 bulan ?
- 1 kali dalam satu bulan ?
- Ada masalah atau banyak pikiran ?
- Ada gangguan/masalah dengan orang
lain?
- Menggunakan obat tidur atau
penenang atas anjuran dokter ?
- Cenderung mengurung diri ?
Jika jawaban ”ya” lebih dari 1 atau sama dengan 1, maka
masalah emosional ada atau ada gangguan emosional.
Kesimpulan :
……………………………………………………....

15)Identifikasi Aspek Kognitif


Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)
Interpretasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :
……………………………………………………....

16)Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan


Kebiasaan Merokok : >3 batang sehari
< 3 batang sehari
Tidak merokok
Kebiasaan Minum Alkohol :(1) Tidak pernah(2) Sering
Minum Kopi : (1) Tidak(2) Ya : 1 gelas/hari
2 gelas/ hari
lebih 3 gelas/hari

17)Pengetahuan Tentang Kesehatan Usia Lanjut


Apakah anda sudah mengerti tentang makanan yang sehat
:
- Sudah tahu dan jelas
- Sudah tahu tapi kurang jelas
- Belum tahu
Anda sudah mengerti tentang penyakit yang anda derita :
- Sudah tahu dan jelas
- Tahu tapi kurang jelas
- Belum tahu
Apakah anda sudah mengerti tentang pencegahan penyakit-
penyakit pada usia lanjut :
- Sudah tahu dan jelas
- Sudah tahu tapi kurang jelas
- Belum tahu
Apakah anda sudah mengerti tentang latihan-latihan fisik
untuk usia lanjut :
- Sudah tahu dan jelas
- Sudah tahu tapi kurang jelas
- Tidak tahu

18)Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari :


Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Frekwensi makan: 1 kali sehari
2 kali sehari
3 kali sehari
Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan : 1 porsi
dihabiskan
½ porsi yang dihabiskan
< ½ porsi yang dihabiskan
Makanan tambahan : - Dihabiskan
- Tidak dihabiskan
- Kadang-kadang dihabiskan
Pola Pemenuhan Cairan
Frekwensi minum: < 3 gelas sehari
> 3 gelang sehari
Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan :
-Takut kencing malang hari
-Tidak haus
-Persediaan air minum terbatas
-Kebiasaan minum sedikit
Jenis Minuman : - Air putih
- Teh
- Kopi
- Susu
- Lainnya, ……………..
Pola Kebiasaan Tidur
Jumlah Waktu Tidur : < 4 jam
4-6 jam
> 6 jam
Gangguan Tidur berupa : - Insomnia
- Sering terbangun
- Sulit mengawali
- Tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur :
- Santai
- Diam Saja
- Ketrampilan
- Kegiatan Keagamaan
Pola Eliminasi BAB
Frekwensi BAB : 1 kali sehari
2 kali sehari
Lainnya, ………………….
Konsisitensi : - Encer
- Keras
- Lembek
Gangguan BAB : - Inkontinensia alvi
- Konstipasi
- Diare
- Tidak ada
Pola BAK
Frekwensi BAK : 1-3 kali sehari
4-6 kali sehari
> 6 kali sehari
Warna Urine : - Kuning
- Jernih
- Putih Jernih
- Kuning Keruh
Gangguan BAK : - Inkontinensia Urine
- Retensi Urine
Pola Aktifitas
Kegiatan Produktif Lansia yang sering dilakukan :
- Membantu kegiatan dapur
- Berkebun
- Pekerjaan rumah tangga
- Ketrampilan tangan
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri
Mandi : 1 kali sehari
2 kali sehari
3 kali sehari
< 1 kali sehari
Memakai Sabun:(1) ya(2) tidak
Sikat Gigi : 1 kali sehari
2 kali sehari
Tidak pernah, alasan …………………………
Menggunakan pasta gigi:(1) ya(2) tidak
Kebiasaan berganti pakaian bersih : 1 kali sehari
> 1 kali sehari
Tidak ganti
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-
hari(Indeks Barthel)
Skor
Dengan
No. Kriteria Mandiri yang Keterangan
Bantuan
Didapat

1. Makan 5 10 Frekuensi

Jumlah

Jenis

2. Minum 5 10 Frekuensi

Jumlah

Jenis

3. Berpindah dari kursi 5-10 15


roda ke tempat tidur,
atau sebaliknya

4. Personal toilet (cuci 0 5 Frekuensi


muka, menyisir rambut,
gosok gigi)

5. Keluar masuk toilet 5 10


(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)

6. Mandi 5 15 Frekuensi

7. Jalan di permukaan 0 5
datar

8. Naik turun tangga 5 10

9. Mengenakan pakaian 5 10

10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi:

Konsistensi:
Skor
Dengan
No. Kriteria Mandiri yang Keterangan
Bantuan
Didapat

11. Kontrol Bladder (BAK) 5 10 Frekuensi :

Warna :

12. Olah raga/latihan 5 10 Jenis :

Frekuensi :

13. Rekreasi/pemanfaatan 5 10 Jenis :


waktu luang
Frekuensi :

Jumlah :

Interpretasi :
: Ketergantungan Total
65-125 : Ketergantungan Sebagian
130 : Mandiri
Kesimpulan :
……………………………………………………

A. GERIATRIC GIANTS
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan
usia muda. Harus dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi
berkenaan dengan bertambahnya usia atau memang ada suatu
proses patologi sebagai penyebabnya. Beberapa problema klinik dari
penyakit pada lansia yang sering dijumpai disebut “GERIATRIC
GIANTS”, yang terdiri dari :
1. Sindroma Serebral;
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada
usia lanjut, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua
sangat rentan terhadap perubahan-perubahan, baik perubahan
posisi tubuh maupun faktor lain, misalnya yang berkaitan dengan
tekanan darah seperti fungsi jantung, bahkan fungsi otak yang
berkaitan dengan pengaturan tekanan darah (sistem otonom).
2. Konfusio dan Dimentia
Konfusio akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi
kognitif yang ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat
kesadaran dan kewaspadaan dan terganggunya proses berfikir
yang berakibat terjadinya disorientasi.
Gambaran klasik penderita konfusio yaitu :
a. Derajat kesadaran menurun,misalnya sulit untuk tetap bangun
saat diperiksa;
b. Gangguan persepsi,antara lain ilusi,delusi,halusinasi, dan mis
intrepretasi;
c. Terganggunya siklus bangun tidur dengan terjadinya insomnia,
tetapi siang hari tertidur;
d. Aktivitas spikomotor meningkat atau menurun;
e. Disorientasi waktu,tempat, dan orang;
f. Gangguan memori.
Dimentia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya
fungsi intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga
menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
Secara garis besar, dementia pada usia lanjut dapat dikategorikan
dalam 4 (empat) golongan,yaitu :
a. Dementia degeneratif primer 50-60%;
b. Dementia multi-infark 10-20%;
c. Dementia yang reversibel atau sebagian reversibel 20-
30%;
d. Gangguan lain (terutama neurologik) 5-10%.
Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental (PPSM=MMSE=
Mini Mental State Examination)
Daftar Pertanyaan Penilaian
1. Tanggal berapakah hari ini ? 0 – 2 kesalahan = baik
(bulan, tahun); 3 – 4 kesalahan =
2. Hari apakah hari ini? gangguan intelek
3. Apakah nama tempat ini? ringan
4. Berapa nomor telepon 5 – 7 kesalahan =
Bapak/Ibu? (bila tidak ada gangguan intelek
Daftar Pertanyaan Penilaian
telepon, jalan apakah rumah sedang
Bapak/Ibu?) 8 – 10 kesalahan =
5. Berapa umur Bapak/Ibu? gangguan intelektual
6. Kapan Bapak/Ibu lahir? (tanggal, berat
bulan tahun)
7. Siapakah nama gubernur kita?
(walikota/lurah/camat)
8. Siapakah nama gubernur Bila penderita tidak pernah
sebelum ini? sekolah, nilai kesalahan
(walikota/lurah/camat) diperbolehkan + 1 dari nilai
9. Siapakah nama gadis Ibu anda? di atas.
10. Hitung mundur 3-3, dimulai dari Bila penderita sekolah lebih
20 dari SMA kesalahan yang
diperbolehkan -1 dari atas.
Dari : Folstein,1990
3. Gangguan Otonom
Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya
gangguan syaraf otonom pada usia lanjut adalah :
- Dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan
pada neurotransmisi pada ganglion otonom, berupa penurunan
asetil kolin terutama disebabkan oleh penurunan enzim utama,
yaitu kolin asetilase.Hal ini cenderung menurunkan fungsi
otonom.
4. Inkontinensia
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan utama pada
penderita lansia.Inkontinensia adalah pengeluaran urine (atau
feses) tanpa disadari, dalam jumlah dan frekwensi yang cukup
sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau
sosial.
Inkontinensia dapat disebabkan oleh “DRIP”.
D = Delirium;
R = Retriksi mobilitas, retensi;
I = Infeksi, inflamasi, impaks feses;
P = Pharmasi (obat-obatan), poliuri.
5. Jatuh (The True Geriatric Giant)
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuh pada lansia :
a. Faktor Intrinsik;
- Kondisi fisik dan neuropsikiatrik;
- Penurunan visus dan pendengaran;
- Perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan reflek
postural karena proses menua.
b. Faktor Ekstrinsik
- Obat-obatan yang diminum;
- Alat-alat bantu berjalan;
- Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya).
Penyebab-penyebab jatuh pada lansia :
a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama;
b. Nyeri kepala dan atau vertigo;
c. Hipotensi orthostatic;
d. Obat-obatan;
e. Proses penyakit yang spesifik;
f. Idiopatik;
g. Sinkope.
Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan
kecelakaan pada lansia :
a. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua,tidak
stabil, atau tergeletak di bawah;
b. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok;
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang;
- Lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menurun;
- Karpet yang tidak dilem dengan baik,keset yang
tebal/menekuk pinggirnya,dan benda-benda alas lantai yang
licin atau mudah tergeser;
- Lantai yang licin atau basah;
- Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan);
- Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran,berat,maupun cara
penggunaannya.
Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh antara
lain :
a. Aktivitas;
- Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan
aktivitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, dan
mengganti posisi.
b. Lingkungan;
- Sekitar 70% lansia jatuh di rumah, 10% terjadi di tangga,
dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak
dibandingkan saat naik tangga.
c. Penyakit Akut.
Pencegahan Jatuh :
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini,antara lain :
a. Identifikasi Faktor Risiko;
Perlu dilakukan asesmen keadaan
sensorik,neurologik,muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang
sering mendasari/menyebabkan jatuh, juga keadaan
lingkungan,obat-obatan dan alat bantu jalan.
b. Penilaian keseimbangan gaya berjalan;
Setiap lansia harus dievaluasi keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat,pindah posisi,juga gaya
berjalan dan kekuatan otot ekremitas bawah lansia.
c. Mengatur/mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut dapat dicegah
dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia,bahaya lingkungan
dapat dicegah dengan perbaikan lingkungan. Aaktivitas fisik
dapat dibatasi sesuai kondisi kesehatan lansia.
6. Kelainan pada Tulang Belakang
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari
sindroma geriatrik. Dengan bertambahnya usia terdapat
peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang tulang ini lebih
nyata pada wanita dibanding pria.
7. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di
bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai
tulangakibat adanya penekanan pada suatu area secara terus
menerus, sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah
setempat.
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan
tulang dan tidak dilindungi cukup dengan lemak subkutan,
misalnya : daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina
ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai
berikut:
 Derajat I : Reaksi peradangan masih terbatas pada
epidermis,kemerahan/eritema indurasi atau lecet;
 Derajat II : Reaksi yang lebih mencapai seluruh dermis hingga
lapisan lemak subkutan.Tampak sebagai ulkus yang
dangkal,dengan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen
kulit;
 Derajat III : Ulkus menjadi lebih dalam,meliputi jaringan lemak
subkutan dan menggaung,berbatasan dengan fascia dari oto-
otot.Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang
berbau.
 Derajat IV : Perluasan ulkus menembus otot,sehingga tampak
tulang di daerah ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada
tulang atau sendi.
Faktor-faktor penyebab dekubitus :
a. Faktor Intrinsik (dari tubuh sendiri);
- Status gizi;
- Anemia;
- Hipoalbuminemia;
- Penyakit-penyakit neurologik;
- Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
b. Faktor Ekstrinsik.
- Kebersihan tempat tidur;
- Alat-alat tenun yang kusut dan kotor;
- Peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi
pada suatu sikap tertentu.
Pengelolaan Dekubitus :
a. Dekubitus Derajat I;
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis :
kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat
dan sabun, diberi lotion, kemudian dimassage 2-3 kali/hari.
b. Dekubitus Derajat II;
Terjadi ulkus yang dangkal : perawatan luka harus
memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah
bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara
hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan
salep topikal, mungkin juga merangsang tumbuhnya jaringan
muda/granulasi. Pergantian balut dan salep ini jangan terlalu
sering karena malah dapat merusakkan pertumbuhan jaringan
yang diharapkan.
c. Dekubitus Derajat III;
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat, diusahakan dapat
mengalir keluar.Balut jangan terlalu tebal dan sebaiknya
transparan sehingga permeabel untuk masuknya udara/oksigen
dan penguapan.
d. Dekubitus Derajat IV.
Semua langkah-langkah di atas tetap dikerjakan dan jaringan
nekrotik yang ada harus dibersihkan,sebab akan menghalangi
pertumbuhan jaringan/epitelisasi.Beberapa preparat enzim
coba diberikan untuk usaha ini,dengan tujuan mengurangi
perdarahan.Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka
bersih,penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan
oksigenasi pada daerah luka,tindakan dengan ultrasono untuk
membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan sampai
transplantasi kulit setempat.
Skor Norton untuk mengukur resiko dekubitus
Tanggal
Nama Penderita Skor
Kondisi Fisik Umum :
- Baik 4
- Lumayan 3
- Buruk 2
- Sangat Buruk 1
Kesadaran :
- Komposmentis 4
- Apatis 3
- Konfus/soporus 2
- Stupor/koma 1
Aktivitas :
- Ambulan 4
- Ambulan dengan 3
bantuan 2
- Hanya bisa duduk 1
- Tiduran
Mobilitas :
- Bergerak Bebas 4
- Sedikit Terbatas 3
- Sangat Terbatas 2
Tanggal
Nama Penderita Skor
- Tidak Bis Bergerak 1
Inkontinensia :
- Tidak 4
- Kadang-kadang 3
- Sering 2
Inkontinensia Urine 1
- Inkontinensia Alvi
dan Urine
Skor Total
Skor Total ≤ 14
BAB IV

DOKUMENTASI

1. Asesmen Medis Geriatri


2. SPO Pelayanan Pasien Geriatri

Anda mungkin juga menyukai