Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Urolitiasis
Oleh :
Preseptor :
dr. Sufriadi, Sp.U
BAGIAN BEDAH
RSUD ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan nikmat dan
Universitas Andalas.
Penyusunan Case Report Session ini merupakan salah satu syarat dalam
senior ini beserta seluruh jajarannya dan semua pihak yang telah membantu dalam
Penulis menyadari bahwa Case Report Session ini jauh dari sempurna,
maka dari itu sangat diperlukan saran dan kritik untuk kesempurnaan Case Report
Session ini. Penulis berharap agar Case Report Session ini bermanfaat dalam
dokter muda yang tengah menjalani kepaniteraan klinik. Akhir kata, semoga Case
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang
jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang dapat mempengaruhi daya larut
substansi1. Urolitiasis meupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi,
Urolitiasis pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak daripada wanita. Hal ini
mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu
pada wanita lebih rendah dari pada laki-laki dan kadar sitrat air kemih sebagai
bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi dari pada
laki-laki. Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-
60 tahun dengan rerata umur 42 tahun (pria rerata 43 dan wanita 40 tahun). Umur
berbagai cara. Sekitar 97% batu pada saluran kemih ditemukan pada ginjal dan
ureter. Ukuran diameter batu saluran kemih dimulai dari ukuran mikrometer
sampai beberapa centimeter. Berdasarkan komposisi batu pada batu saluran kemih
amonium fosfat (5%), dan asam urat (13%). Di Jerman kejadian batu saluran
kemih meningkat (dari 0,54% sampai 1,47%) sedangkan, prevalensi di USA
ginjal), ureterolitiasis (batu pada ureter), vesikolitiasis (batu pada vesika urinaria),
dan uretrolitiasis (batu pada uretra). Batu saluran kemih terbentuk karena berbagai
komplikasi urolitiasis.
LAPORAN KASUS
1. Identitas
Nama : Tn. A
Umur : 77 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
2. Anamnesis
a. Keluhan utama
Nyeri perut kanan bawah sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit
Nyeri perut kanan bawah sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
Pasien tidak ada keluhan saat buang air kecil (BAK), riwayat kencing
berdarah tidak ada, riwayat kencing berpasir tidak ada, warna urin
kuning.
Pasien tidak ada keluhan saat buang air besar (BAB). BAB berdarah
tidak ada, BAB hitam tidak ada, BAB encer tidak ada. Pasien dapat
buang angin.
d. Riwayat pengobatan
Pasien pernah mengkonsumsi obat selama 9 bulan pada 5 tahun yang lalu
f. Riwayat alergi
obat-obatan tertentu
3. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
Nadi : 94x/menit
Nafas : 24x/menit
VAS :7
Suhu : 36,80C
b. Status generalisata
Kepala : normocephal
Toraks :
Paru
Perkusi : sonor
gallop (-)
Abdomen
Punggung
tidak lurus
Status lokalis
Diagnosis kerja
Diagnosis banding
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium darah
Hb : 12,2 g/dl
Trombosit : 224.000
b. Kimia Urin
Warna : Kuning, jernih
Kimia Urin
Protein : (-)
Glukosa : (-)
Bilirubin : (-)
Urobilinogen : (-)
PH : 6,0
Nitrit : (-)
Leukosit : (-)
• Sedimen
Eritrosit : (-)
Leukosit : (-)
Epitel : (-)
Kristal : (-)
Bakteri : (-)
Jamur : (-)
c. BNO
Ekspertise
d. USG Abdomen
Hasil expertise:
halus, intensitas gema normal, tak tampak vena porta dan vena hepatica
tak melebar
serta batas terhadap sentral sinus komplek. System pelvikalises dan ureter
e. Pemeriksaan anjuran
CT-SCAN abdomen
f. Diagnosa
g. Tatalaksana
Medikamentosa
o IVFD RL 8 jam/kolf
Operatif
oLitotripsi
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Urolitiasis atau batu saluran kemih dapat terbagi sesuai lokasi batunya,
Batu di
ginjal
Batu di
ginjal
Batu di
vesica Batu di
urinaria ureter
2.2 Epidemiologi
Urolitiasis pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak daripada wanita. Hal ini
mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu
pada wanita lebih rendah dari pada laki-laki dan kadar sitrat air kemih sebagai
bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi dari pada
laki-laki. Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-
60 tahun dengan rerata umur 42 tahun (pria rerata 43 dan wanita 40 tahun). Umur
berbagai cara. Sekitar 97% batu pada saluran kemih ditemukan pada ginjal dan
ureter. Ukuran diameter batu saluran kemih dimulai dari ukuran mikrometer
sampai beberapa centimeter. Berdasarkan komposisi batu pada batu saluran kemih
amonium fosfat (5%), dan asam urat (13%). Di Jerman kejadian batu saluran
Jenis batu saluran kemih terbanyak adalah jenis kalsium oksalat seperti di
oksalat 72%, kalsium fosfat 8%, Struvit 9%, urat 7,6%, dan sisanya batu
campuran1.
Jumlah penderita batu saluran kemih di sub bagian urologi bagian bedah
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo periode Januari 1994 – Desember 2005 yaitu
sebsar 1028 pasien, dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 694 (67%), dan 334
saluran kemih. Data rekam medis RS Dr. Kariadi diketahui bahwa kasus batu
saluran kemih menunjukkan peningkatan dari 32,8% pada tahun 2003 menjadi
35,4% pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 39,1% pada tahun 20051.
2.3 Etiologi
hambatan aliran urin (statis urin) antara lain yaitu sistem kalises ginjal atau buli-
ialah faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri atas faktor
demografi (umur, jenis kelamin dan RAS), faktor anatomi dan genetik serta
faktor ekstrinsik terdiri faktor geografi, gaya hidup seperti kebiasaan pola makan.
Beberapa dekade terakhir, batu ginjal pada pria maupun wanita meningkat pada
negara-negara industri. Hal ini karena sebagian besar juga dipengaruhi oleh gaya
- Idiopatik
o Fimosis
o Striktur meatus
o Hipertrofi prostat
o Ureterokele
- Gangguan metabolisme
o Hiperparatiroidisme
o Hiperuresemia
o Hiperkalsiuria
(Proteus mirabilis)
- Dehidrasi
- Benda asing
- Multifaktor
o Penderita multitrauma
2.4 Patofisiologi
(stasis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya
kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel,
tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak
belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal
menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari
sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu
dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, laju aliran
urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran
kalsium oksalat dan kalsium fosfat sedangkan sisanya berasal dari batu asam
urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu
Batu struvit
Batu struvit, disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Batu dapat tumbuh menjadi
lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks
ginjal. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea
atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine
menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperti
adalah matriks struvit-karbonat-apatit atau disebut juga batu struvit atau batu
triple phosphate, batu fosfat, batu infeksi, atau batu urease, walaupun dapat
pula terbentuk dari campuran antara kalsium oksalat dan kalsium fosfat.1
Karena terdiri atas 3 kation Ca++ Mg++ dan NH4+) batu jenis ini dikenal
infeksi saluran kemih, namun kuman ini bukan termasuk bakteri pemecah
urea.5
Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80%
dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalium
besar dari 250-300 mg/24 jam. Menurut Pak (1976) terdapat tiga
2. Hiperoksaluri
3. hiperurikosuri
4. hipositraturia
5. hipomagnesiuria
Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batu berasal dari inti batu yang
pada epitel ginjal di tempat cedera jaringan ginjal yang mungkin disebabkan
karena patogen infeksius atau kristal itu sendiri dan setelah melekat pada epitel
ginjal tersebut, tempat tersebut akan menjadi sebagai fokus untuk pembentukan
Teori ini menjelaskan bahwa sistem limfatik ginjal menguras pelvis ginjal
dan mencegah akumulasi dan agregasi garam yang mengendap di ginjal. Tetapi
dalam kasus kerusakan atau penghancuran limfatik ginjal ini, endapan garam
cenderung tumbuh dan lebih besar selama aliran melalui pembuluh limfa dan
terobstruksi di calyces, dan kemudian tumbuh menjadi batu ginjal yang lebih
besar dengan selalu berhubungan dengan garam dan zat organik lainnya dalam
urin.
Batu saluran kemih terjadi akibat tidak adanya atau berkurangnya faktor
dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta salah satunya adalah mencegah
umum, yaitu hematuria baik hematuria nyata ataupun mikroskopik. Selain itu bila
disertai infeksi saluran kemih, dapat juga ditemukan kelainan endapan urin,
Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala
berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran
Nyeri didaerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri
Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai
Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau nyeri ketok pada daerah arkus kosta pada
sisi ginjal yang terkena. Batu ginjal yang terletak di pelvisdapat menyebabkan
gejala fisik5.
Batu ureter
memungkinkan atu ureter terhenti. Karena peristalsis, akan terjadi gejala kolik,
yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah
Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus
aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai
dengan nyeri. Pada anak, nyeri menyeabkan anak yang bersangkutan menarik
penisnya sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak panjang.Bila pada saat
sakit tersebut penderita berubah posisi, suatu saat air kemih akan dapat keluar
karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi yang sekunder,
selain nyeri, sewaktu miksi juga akan terdapat nyeri menetap suprapubik5.
Batu uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau
kandung kemih yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi
menyangkut di tempat yang agak lebar, yaitu pars prostatika, bagian permulaan
2.6 Diagnosis
obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik, batu
dapat radioopak atau radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis
batu sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi.7
Batu kalsium akan memberikan bayangan opak, batu magnesium amonium
fosfat akan memberikan bayangan semiopak, sedangkan batu asam urat murni
sulfat atau campuran antara kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga akan
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan
terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini
dipakai untuk memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup
sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit. Pemeriksaan
ultrasonografi dapat untuk melihat semua jenis batu, menentukan ruang dan lumen
saluran kemih, serta dapat digunakan untuk menentukan posisi batu selama
adanya batu radio opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan
kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara batu lain,
sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen). Urutan radioopasitas
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain
itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang
tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum dapat menjelaskan
keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai
3. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu
pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun,
dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu
ginjal.
alkali serum.7
2.7 Tatalaksana
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi
untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu
telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena suatu indikasi
sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter
atau hidronefrosis dan batu yang sudah menimbulkan infeksi saluran kemih, harus
segera dikeluarkan.
Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti diatas,
namun diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang
diderita oleh seorang pilot pesawat terbang) memiliki resiko tinggi dapat
menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih.
1. Terapi Konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm. Seperti disebutkan
sebelumnya, batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Terapi bertujuan untuk
berupa :
b. α - blocker
c. NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat
lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi
dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi bukan
merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-
pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi
ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera
dilakukan intervensi. 10
2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Berbagai tipe mesin ESWL bisa didapatkan saat ini. Walau prinsip kerjanya
semua sama, terdapat perbedaan yang nyata antara mesin generasi lama dan baru,
dalam terapi batu ureter. Pada generasi baru titik fokusnya lebih sempit dan sudah
target/posisi tembak untuk batu ureter. Hal ini yang tidak terdapat pada mesin
generasi lama, sehingga pemanfaatannya untuk terapi batu ureter sangat terbatas.
Meskipun demikian mesin generasi baru ini juga punya kelemahan yaitu kekuatan
tembaknya tidak sekuat yang lama, sehingga untuk batu yang keras perlu
(http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/02/gelombang-kejut-penghancur-batu-ginjal/)
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya diberi obat
penangkal nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan
terakhir pasien bisa dioperasi dari ruangan terpisah. Jadi, begitu lokasi ginjal
sudah ditemukan, dokter hanya menekan tombol dan ESWL di ruang operasi akan
bergerak. Posisi pasien sendiri bisa telentang atau telungkup sesuai posisi batu
ginjal. Batu ginjal yang sudah pecah akan keluar bersama air seni. Biasanya
Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam ESWL ada tiga jenis yaitu
mempunyai cara kerja yang berbeda, tapi sama-sama menggunakan air atau
gelatin sebagai medium untuk merambatkan gelombang kejut. Air dan gelatin
mempunyai sifat akustik paling mendekati sifat akustik tubuh sehingga tidak akan
gelombang kejut antara 15-22 kilowatt. Meskipun hampir semua jenis dan ukuran
batu ginjal dapat dipecahkan oleh ESWL, masih harus ditinjau efektivitas dan
efisiensi dari alat ini. ESWL hanya sesuai untuk menghancurkan batu ginjal
dengan ukuran kurang dari 3 cm serta terletak di ginjal atau saluran kemih antara
ginjal dan kandung kemih (kecuali yang terhalang oleh tulang panggul). Hal laim
yang perlu diperhatikan adalah jenis batu apakah bisa dipecahkan oleh ESWL atau
tidak. Batu yang keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat) sulit pecah dan
perlu beberapa kali tindakan. ESWL tidak boleh digunakan oleh penderita darah
tinggi, kencing manis, gangguan pembekuan darah dan fungsi ginjal, wanita hamil
Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak-anak
kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada data yang valid, untuk wanita di
batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi
laser.
sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
sebagian besar telah diambil alih oleh URS dan ESWL. Meskipun
demikian untuk batu ureter proksimal yang besar dan melekat masih ada
tempat untuk PNL. Prinsip dari PNL adalah membuat akses ke kalik atau
Keuntungan dari PNL, bila batu kelihatan, hampir pasti dapat diambil atau
untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga perlu alat
4. Bedah Terbuka
masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain
adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal,
dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani
berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau
dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau anterior. Meskipun demikian dewasa
ini operasi terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama
pada penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu ureter yang
besar.
5. Pemasangan Stent
pemakaian stent sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat (impacted).
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak
kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50%
dalam 10 tahun.
2.8 Pencegahan
menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya
4. Pemberian medikamentosa.
2. Rendah oksalat.
3. Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya
hiperkalsiuri.
4. Rendah purin.
Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderita
2.9 Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk
terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan
bebas dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada
sisa fragmen batu dalam saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan
PNL, 80% dinyatakan bebas dari batu, namun hasil yang baik ditentukan pula
DISKUSI
Seorang laki-laki usia 77 tahun datang dengan keluhan nyeri pada perut
kanan bawah sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan nyeri
menjalar sampai ke punggung kanan. Nyeri dirasakan pasien hilang timbul. Pasien
pasien beristirahat, nyeri sedikit berkurang. Nyeri juga semakin terasa apabila
pasien batuk. Keluhan saat buat air kecil disangkal, spserti susah buang air kecil,
mengeluhkan demam. Pasien tidak ada keluhan saat buang air besar (BAB). BAB
berdarah tidak ada, BAB hitam tidak ada, BAB encer tidak ada. Pasien dapat
buang angin. Pasien mengaku terdapat penurunan berat badan tapi tidak diketahui
berapa. Pasien juga merasakan nafsu makan yang berkurang. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan nyeri tekan dan nyeri lepas saat palpasi pada area lumbal kanan,
saluran kemih dapat berupa nyeri. Pasien mengeluhkan nyeri perut kanan bawah
yang menjalar kepunggung kanan. Nyeri merupakan keluhan yang menonjol pada
gawat abdomen. Nyeri tersebut dapat berupa nyeri viseral atau somatik. Nyeri
dirasakan di perut kanan dan saat pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada
area lumbal kanan. Berdasarkan regio abdomen, kita dapat menentukan organ-
organ apa saja yang memungkinkan berhubungan dengan keluhan pasien. Di area
lumbal kanan terdapat beberapa organ yaitu, ginjal, ureter, kolon asenden,
punggung kanan, hal ini karena adanya sifat nyeri berupa nyeri alih (referred
pain) yang terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah.
Nyeri alih dari ginjal (area putus-putus) dan ureter (area arsir).
Nyeri dirasakan hilang timbul, hal ini disebut nyeri kolik yang merupakan
nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya disebabkan
pemeriksaan urinalisa kimia urin didapatkan hasil dalam batas normal. Dari
terhadap pasien dapat dilakukan CT-scan tanpa kontras untuk area abdomen dan
pelvis. Foto polos ginjal, ureter, dan vesica urinaria, yang dapat menggambarkan
batu radiopak. Batu asam urat murni dan ammonium urat bersifat radiolusen tetapi
terapi konservatif yaitu terapi simptomatis untuk mengurangi rasa nyeri yang
indikasi. Indikasi operasi dari klinis pasien apabila dengan terapi konservatif tidak
DR. Kariadi, RS Roemani, dan RSI Sultan Agung Semarang). Thesis. 2008.
5. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi :3. Jakarta : EGC.
2008. 872-879.
7. Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. Edisi ke-16. New York