Oleh :
Pembimbing :
dr. Yerizal Karani, Sp.PD, Sp.JP, FIHA
PADANG 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini yang bejudul
“Dengue Hemoragic fever”. Referat ini ditujukan sebagai slah ssatu syaat untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik dibagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP DR. M.
Djamil Padang.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Demam dengue merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi
virus dengue oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4
jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui perantara gigitan
vektor nyamuk Aedes aegypti (Stegomiya aegypti) atau Aedes albopictus (Stegomiya
albopictus). Demam berdarah dengue (DBD) merupakan bentuk klinis yang lebih
berat dari demam dengue dengan adanya demam tinggi, nyeri kepala, nyeri pada
mata, sendi dan bercak kemerahan pada kulit dan dapat berlanjut ke kondisi syok.
yang meluas ke berbagai negara baru dengan karakteristik geografis yang beragam
dari area pemukiman ke perkotaan. 9 Sekitar 70% populasi yang berada dalam resiko
terinfeksi dengue berada di kawasan asia tenggara dan pasifik bagian barat.
yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah
kasus pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 yang hanya 660 kasus. Menurut
data dari Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil selama bulan Desember 2015 ada
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
infeksi virus dengue oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan
mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui
perantara gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti (Stegomiya aegypti) atau Aedes
bentuk klinis yang lebih berat dari demam dengue dengan adanya demam tinggi,
nyeri kepala, nyeri pada mata, sendi dan bercak kemerahan pada kulit dan dapat
kapiler yang disertai perembesan plasma. Syok dengue pada umumnya terjadi di
sekitar penurunan suhu tubuh (fase kritis), yaitu pada hari sakit ke 4-5 (rentang hari
ke 3-7), dan sering kali didahului oleh tanda bahaya (warning signs).1,7,8
Syok dalam proses terjadinya terdapat beberapa istilah, yaitu: (1) Profound
shock, merupakan syok tidak terkompensasi, pada kondisi ini nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak terukur, sianosis makin jelas terlihat. (2) Prolonged shock, yaitu
syok yang tidak berhasil diatasi walaupun sudah dilakukan resusitasi cairan sebanyak
tiga kali, tekanan nadi sempit, asidosis, oliguri, organ disfunction. Prolonged shock
juga diartikan sebagai keadaan syok yang tidak mengalami perbaikan setelah
mendapat ≥ 60 mL/kgBB cairan intavena atau pasien masih dalam keadaan syok
1.2 Epidemiologi
paling cepat di dunia. Dalam 50 tahun terakhir kejadiannya meningkat 30 kali lipat
geografis yang beragam dari area pemukiman ke perkotaan.9 Sekitar 70% populasi
yang berada dalam resiko terinfeksi dengue berada di kawasan asia tenggara dan
pasifik bagian barat. Semenjak tahun 2000 angka kematian akibat dengue mencapai
rata rata 1% di area ini, namun di Indonesia, India dan myanmar angka kematian
muncul di musim pancaroba, khususnya bulan Januari di awal tahun seperti sekarang
ini. Karena itu, masyarakat perlu mengetahui penyebab penyakit DBD, mengenali
tanda dan gejalanya, sehingga mampu mencegah dan menanggulangi dengan baik.
Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34
provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang dan 641 diantaranya meninggal dunia.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013
dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal
kabupaten/kota yang ada di provinsi Sumatera Barat akibat demam berdarah dengue
(DBD) sejak Januari hingga Desember 2015. Kasus DBD di Kota Padang mengalami
peningkatan mencapai sekitar 1.000 kasus pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014
yang hanya 660 kasus. Menurut data dari Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil
1.3 Etiologi
famili Flaviviridae, genus Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe, yakni DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui perantara gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti
virus yang relatif labil terhadap suhu dan faktor kimiawi lain serta memiliki masa
viremia yang pendek. Virion virus dengue tersusun oleh genom RNA yang
dikelilingi oleh nukleokapsid, ditutupi oleh suatu selubung dari lipid yang
mengandung dua protein yaitu selubung protein E dan protein membran M.10
Jika seseorang terinfeksi pertama kali (primer) dengan satu serotipe maka
tersebut, tetapi pada infeksi sekunder dengan serotipe virus yang berbeda (secondary
syok yaitu serotipe virus dengue, umur, jenis kelamin, ras, genetik, daya tahan tubuh,
infeksi primer atau sekunder, penyakit lain yang menyertai, serta status nutrisi. 11
imunologi yaitu gizi baik meningkatkan respon antibodi. Hal ini sejalan pada
penelitian empat dekade terakhir yang telah membuktikan hasil observasi original
yang dilakukan pada tahun 1970-an bahwa pada DBD dan DSS memang memiliki
dasar imunologik. Hal ini yang mendasari teori imunologik pada pasien dengan
obesitas.12
Pada pasien dengan obesitas akan terjadi reaksi antigen dan antibodi yang
berlebihan dan menyebabkan infeksi dengue lebih berat. Hal ini berhubungan
dengan pelepasan sitokin pro-inflamasi oleh sel adiposit jaringan lemak pada pasien
obesitas. Sel adiposit jaringan lemak mensekresikan dan melepaskan sitokin pro-
inflamasi yaitu TNFα (tumour necrosis factor α) dan beberapa interleukin (IL) yaitu
IL-1β, IL-6, dan IL-8. Pada obesitas terjadi peningkatan ekspresi TNF α dan IL-6.
Salah satu efek TNF α adalah meningkatkan permeabilitas kapiler sedangkan pada
salah satu faktor risiko terjadinya syok pada DBD. Telah dilakukan penelitian di
RSUP M Djamil Padang pada tahun 2007 tentang faktor risiko syok pada DBD.
Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dari data rekam medik pasien
DBD (kriteria WHO 1997) yang dirawat di RS. M. Djamil Padang pada Januari-
Desember 2007. Dicatat umur, jenis kelamin, status gizi, suhu, manifestasi
masuk rumah sakit serta derajat DBD, dihubungkan dengan kejadian syok. Hasil
1.5 Klasifikasi
tidak terklasifikasikan, demam dengue, dan demam berdarah dengue (DBD). DBD
memiliki 4 derajat menurut keparahan penyakitnya, derajat 3 dan 4 merupakan
myalgia/atrhralgia. Ditambah
myalgia/atrhralgia. Ditambah
myalgia/atrhralgia. Ditambah
1997yang ditandai dengan semakin meningkatnya kasus dengue berat diklinis yang
tidak sesuai dengan kriteria WHO 1997 seperti ensefalopati. Hal ini
sakit sehinggapenanganan pasien menjadi lebih cepat dan terarah. Gambar dibawah
Pada tahun 2011 SEARO (South East Asia Regional Office) menambahkan
adanya kriteria expand karena pada beberapa penyakit tidak dapat diklasifikasikan ke
dengue tanpa adanya tanda-tanda syok, demam berdarah dengue diikuti syok,
1.6 Patofisiologi
membedakan antara demam dengue (DD) dengan demam berdarah dengue (DBD)
merembes selama perjalanan penyakit mulai dari awal masa demam dan mencapai
puncak pada masa syok. Pada kasus berat, syok terjadi secara akut,nilai hematokrit
darah. Bukti adanya kebocoran plasma ialah meningkatnya berat badan, ditemukan
cairan yang tertimbun dalam rongga serosa seperti peritoneum, pleura, dan
perikardium.19
1.6.2 Trombositopenia
Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai
terendah pada masa syok. Trombositopenia diduga disebabkan oleh depresi fungsi
disebabkan oleh virus dengue, komponen aktif sistem komplemen, kerusakan sel
endotel dan aktivasi sistem pembekuan darah secara bersamaan atau secara terpisah.
Lebih lanjut fungsi trombosit pada DBD terbukti menurun mungkin disebabkan
hipovolemik. Komplemen juga bereaksi dengan epitop virus pada sel endotel,
1.7 Patogenesis
(DSS) masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut
virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk
menderita DBD atau DSS. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan
mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan membentuk kompleks antigen
antibodi kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama
oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag (respon
antibodi anamnestik).8,19
Dalam waktu beberapa hari terjadi proliferasi dan transformasi limfosit
dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Terbentuknya virus
akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear.
Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang
plasma ini terbukti dengan adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar
natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Virus
mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk.
Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan
kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan
perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan
kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran
ADP (adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama iain. Hal ini
sehingga terjadi trombositopenia. Kadar trombopoetin dalam darah pada saat terjadi
pembekuan.8,19
sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Di
sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman sehingga
yang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif pada DBD
Manifestasi klinis demam berdarah dengue (DBD) terdiri atas tiga fase yaitu
fase demam, fase kritis atau syok dan fase konvalesen. Fase kritis terjadi pada saat
demam turun, pada saat ini terjadi puncak kebocoran plasma sehingga pasien
terjadinya syok yaitu dengan mengenal tanda dan gejala yang mendahului syok
(warning signs). Warning signs umumnya terjadi menjelang akhir fase demam.
Muntah terus menerus, nyeri perut dan nyeri tekan abdomen, letargi atau gelisah,
perdarahan mukosa, pembesaran hati, akumulasi cairan, oliguri, peningkatan
hematokrit dan penurunan jumlah trombosit dengan cepat merupakan warning signs
pada DBD.1
terkompensasi), namun apabila mekanisme tersebut tidak berhasil pasien akan jatuh
ke dalam syok dekompensasi yang dapat berupa syok hipotensif dan profound shock
1. Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan
hidung sedangkan kuku menjadi biru. Hal ini disebabkan oleh sirkulasi yang
2. Anak yang semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya
menurun menjadi apatis, stupor dan koma. Hal ini disebabkan kegagalan
sirkulasi serebral.
3. Perubahan nadi, nadi menjadi cepat dan lembut sampai tidak dapat diraba
6. Oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri
renalis.
1. Takikardi
2. Takipnea
5. Kulit dingin
7. Anak gelisah
1.8.2Syok Dekompensasi
1. Takikardi
2. Hipotensi
4. Pernafasan kusmaull
5. Sianosis
7. Profound shock: nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur
1.9 Diagnosis
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan adanya ditemukan tanda dan gejala syok
Dijumpai kasus DBD dilingkungan penderita (sekolah, rumah, atau di sekitar rumah)
Hepatomegali
- Peningkatan nilai hematokrit, >20% dari pemeriksaan awal atau dari data populasi
menurut umur
- Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
Trombositopenia <100.000/mm3
Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis, ditambah bukti perembesan plasma
Uji Torniquette yang biasa disebut juga uji Rumple Leed atau uji bendungan
lengan atas dilakukan dengan cara menentukan tekanan darah pasien dan diikuti
mencari angka tengahnya (sistol + diastol lalu dibagi 2). Kembangkan manset dan
pertahankan tekanan manset pada angka tengah selama 5 menit. Setelah 5 menit
manset dilepas, ditunggu 2 menit, kemudian hitung jumlah petekie di volar tangan
dengan luas 1 inci2 (sama dengan lingkaran berdiamete 2,8 cm). Uji ini positif jika
diagnosis infeksi dengue. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah : (1) isolasi
transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), (3) deteksi antigen virus dengan
pemeriksaan NS-1 antigen virus dengue, (4) deteksi respon imun serum berupa uji
HI, CFT, uji neutralisasi, atau pemeriksaan serologi IgG dan IgM anti dengue, (5)
apabila diagnosis klinis diperkuat oleh hasil pemeriksaan serologi anti dengue, dan
(2) Confirmed dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat dengan deteksi genome
virus Dengue dengan pemerikaan RT-PCR, antigen dengue pada pemeriksaan NS1,
atau apabila didapatkan serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM (dari negatif
1.11 Tatalaksana
Prinsip utama tatalaksana DSS adalah pemberian cairan yang cepat dengan
jumlah yang adekuat. Diagnosis dini syok terkompensasi disertai dengan pengobatan
yang cepat dan tepat mempunyai prognosis yang jauh lebih baik dibanding apabila
pasien sudah jatuh ke dalam fase syok dekompensasi. Selain itu bila ditemukan
faktor ko-morbid dan penyulit seperti hipoglikemia dan gangguan asam basa,
- Resusitasi cairan intravena ringer laktat 10-20 mL/kgBB dalam waktu 1 jam.
Periksa hematokrit.
jam.
- Bila keadaaan sirkulasi tetap stabil, jumlah cairan dikurangi secara bertahap
- Bila syok tidak teratasi, periksa analisi gas darah, hematokrit, kalsium, dan
Pemeriksaan
Singkatan Keterangan
Laboratorium
A – Acidosis Analisis gas darah Indikasi apabila terjadi prolonged shock
mL
S – Blood sugar Gula darah, dextrosit Kasus DBD berat, nafsu makan menghilang
- Apabila hematokrit masih tetap tinggi atau meningkat, berikan bolus kedua.
dalam waktu 10-20 menit, apabila tidak ada dapat diberikan larutan kristaloid
segar (fresh whole blood) dengan dosis 10 mL/kgBB atau fresh packed red
2 jam, setelah itu jenis cairan diganti dengan larutan kristaloid dengan jumlah
umumnya dalam waktu 24-48 jam setelah syok teratasi pemberian cairan
intravena sudah tidak diperlukan lagi. Namun apabila tidak teratasi, pasien
1.12 Pencegahan
Letargi, gelisah
Perdarahan mukosa
Pembesaran hati
Akumulasi cairan
Oliguria
Laboratorium Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunancepat
jumlah trombosit
Menurut buku Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue
pada Anak (2014), kriteria pulang pada pasien yang dirawat adalah sebagai berikut:
Tidak tampak distress pernafasan yang disebabkan efusi pleura atau asites
Jumlah trombosit >50.000/mm3. Apabila masih rendah namun klinis baik,
normal). Pada umumnya apabila tidak ada penyulit atau penyakit lain
dapat dengan sangat cepat dapat jatuh ke kematian. Tingkat kematian akibat syok
kematian DSS pada anak. Hasil penelitian di RS Dr Sarjito pada tahun 2014,
DSS. Dhoria dkk pada tahun 2008 menunjukkan bahwa refractory shock dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadinegoro SR, Moedjito I, Chairulfatah A. Pedoman diagnosis dan tata
laksana infeksi virus dengue pada anak. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit
73.
demam berdarah dengue (dbd) dengan kejadian dengue syok sindrom (dss)
6. Pudjiadi AH, dkk. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak indonesia
jilid 1. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2010.
10. Suhendro, dkk. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
12. Cardosa MJ, Guzman MG, Pang T. Of cascades and perfect storms: the
13. Elmy S, dkk. obesitas sebagai faktor risiko sindrom syok dengue. Sari
Cataloguing; 1997
15. Centers for Disease Control and Prevention. Dengue Homepage. 2013.
19. Soedarmo S., Gama H., Hadinegoro SR. 2008. Buku Ajar Infeksi dan
20. Rajapakse S. Dengue Shock in J Emerg Trauma Shock 2011 Jan-Mar; 4(1):
120-
22. Dhoria GS, Bhat D, Bains HS. Clinical profile and outcome in children of
dengue hemorrhagic fever in North India. Iran J Pediatr 2008; 18: 222-8.
23. Suharti C, Setiati TE, Gorp ECMV, Djokomoeljanto RJ, Trastotenojo MS,
Meer JWMV. Risk factors for mortality in dengue shock syndrome. M Med