Anda di halaman 1dari 19

PEDOMAN PELAYANAN

GERIATRI

RSU MADANI MEDAN


TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan
berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta
pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain
ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin. Dampak keberhasilan pembangunan
kesehatan ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya tingkat
kematian bayi dan ibu melahirkan.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014, umur Harapan Hidup (UHH)
di\ Indonesia untuk wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69 tahun. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional memproyeksikan umur harapan hidup di
Indonesia pada tahun 2025 dapat mencapai 73,6 tahun. Upaya peningkatan
kesejahteraan pada lanjut usia diarahkan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan
masa produktif agar terwujud kemandirian dan kesejahteraan. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit. Dalam
upaya peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit yang berkualitas, merata
dan terjangkau maka pelayanan geriatri harus dilakukan secara terpadu melalui
pendekatan yang bersifat interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja
dalam tim terpadu geriatri. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan geriatri di rumah sakit dan untuk mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dibidang pelayanan geriatri, perlu disusun penyelenggaraan
pelayanan geriatri di rumah sakit.

B. PENGERTIAN
1. Gerontologi:cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses
penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusialanjut.
2. Pasien Geriatri:orang tua berusia diatas 60 tahun yang memiliki penyakit lebih
dari 2 (dua)/majemuk/multipatologi akibat gangguanfungsi jasmani dan rohani,
dan atau kondisi sosial yang bermasalah.
3. Konsep/pengertian secara bertingkat dari mundurnya kemandirianlansia yaitu :
a. Hambatan (impairment) adalah setiap kehilangan ataukelainan,baik
psikologik,fisiologik,maupun struktur atau fungsianatomik;
b. Disabilitas adalah semua restriksi atau kekurangan dalamkemampuan untuk
melakukan kegiatan yang dianggap dapatdilakukan oleh orang normal.
c. Handicap adalah ketidakmampuan seseorang sebagai akibat
impairment/disabilitas sehingga membatasinya untuk melaksanakan peranan
hidup secara normal (berhubungan eratdengan usia,jenis kelamin, dan
faktor-faktor sosial budaya);
4. Asesmen Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplinuntuk menilai
aspek medik, fungsional, psikososial, dan ekonomipenderita usia lanjut dalam
rangka menyusun program pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang
rasional.
5. Tim Geriatri adalah suatu tim multidisipliner yang bekerja secara
multidisipliner, interdisiplin untuk menaPngani masalah kesehatanusia
lanjut.Tim ini minimal terdiri atas dokter geriatris atau internis/dokter umum
yang dilatih juga dokter spesialis psikologis,perawat yang telah mendapatkan
pelatihan geriatri, fisioterapi,nutrisionis dan farmasi.
Telah diketahui bahwa penyakit dan kesehatan pada usia lanjut tidaklah sama
dengan penyakit dan kesehatan pada golongan populasi usia lainnya, yaitu dalam hal :
• Penyakit pada usia lanjut cenderung bersifat multiple, merupakan gabungan
antara penurunan fisiologik / alamiah dan berbagai proses patologik / penyakit.
• Penyakit biasanya berjalan kronis, menimbulkan kecacatan dan secara lambat
laun akan menyebabkan kematian.
• Usia lanjut juga sangat rentan terhadap berbagai penyakit akut, serta diperberat
dengan kondisi daya tahan yang menurun.
• Kesehatan usia lanjut juga sangat dipengaruhi oleh faktor psikis, sosial dan
ekonomi.
• Pada usia lanjut seringkali didapat penyakit iatrogenik (akibat banyak obat-
obatan yang dikonsumsi).
Mengingat sifat penyakit pada usia lanjut yang sangat khusus tersebut, maka dalam
ilmu geriatri terdapat beberapa tatacara khusus yang merupakan keharusan untuk
dilakukan agar upaya kesehatan bagi usia lanjut tersebut dapat dilaksanakan secara
optimal. Tatacara khusus tersebut adalah apa yang disebut sebagai asesmen geriatri dan
cara kerja tim geriatri.
Asesmen geriatri adalah suatu proses diagnostik multidisiplin (banyak disiplin ilmu
kesehatan) yang biasanya dilaksanakan secara interdisipliner (dengan satu tujuan) oleh
seorang dokter / geriatris dan atau suatu tim interdisiplin geriatrik untuk menentukan
masalah dan kapabilitas medis, psikososial dan fungsional guna merencanakan terapi
menyeluruh serta pemantauan kesehatan jangka panjang bagi seorang pasien usia
lanjut.
Prinsip pelayanan kesehatan usia lanjut yang menyeluruh yang diinginkan untuk
dilaksanakan di Indonesia dapat dibagi atas 3 bagian yang berkesinambungan satu sama
lain, yaitu :
• Pelayanan kesehatan usia lanjut berbasis rumah sakit (hospital based geriatric
services), karena pada dasarnya RS merupakan pusat / tempat rujukan dari
pelayanan kesehatan dasar usia lanjut. Oleh karenanya pelayanan di rumah sakit
ini seyogyanya menyelenggarakan / menyediakan semua jenis upaya pelayanan
kesehatan, mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dengan
sarana dan sumberdaya manusia yang lengkap. Tentu saja tergantung dari kelas
rumah sakit, berbagai pelayanan tersebut bisa dilaksanakan tergantung dari
kemampuan serta dana yang tersedia.
• Pelayanan kesehatan usia lanjut oleh masyarakat berbasis rumah sakit (hospital
based community geriatric services), dimana pusat-pusat pelayanan kesehatan
usia lanjut di RS bertindak sebagai konsultan terhadap pelayanan usia lanjut di
masyarakat, dan dengan penuh tanggung jawab mengikuti keadaan usia lanjut
yang sebelumnya dirawat atau mendapat pelayanan di RS tersebut. Termasuk
dalam upaya kesehatan usia lanjut ini adalah pelayanan diluar rumah sakit,
berupa pembinaan oleh institusi yang lebih tinggi terhadap institusi yang lebih
rendah di wilayah kerjanya dalam kegiatan rujukan timbal balik.
• Pelayanan kesehatan usia lanjut berbasis masyarakat (community based
geriatric services), yaitu pelayanan dari masyarakat untuk masyarakat, sehingga
masyarakat sendiri diikutsertakan dalam pelayanan kesehatan usia lanjut, tentu
saja setelah diberi tambahan pengetahuan secukupnya.

Ketiga sistem pelayanan kesehatan usia lanjut tersebut diatas haruslah


berkesinambungan serta saling mendukung, sehingga pada akhirnya setiap orang usia
lanjut dapat memperoleh pelayanan sesuai dengan jenis dan derajat penyakit yang
dideritanya.

C. VISI, MISI DAN MOTO

VISI
Melayani lansia dengan meningkatkan kualitas hidup

MISI
 Memberikan pelayanan komprehensif pada pasien lansia
 Meningkatkan kualiat hidup, sehingga lansia dapat melakukan aktivitas secara
mandiri

MOTO :
CARING WITH LOVE

D. Tujuan

1. Tujuan umum :
Terselenggaranya pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu dan nyamandi
RSU Madani.

2. Tujuan Khusus :
 Terselengaranya pelayanan lanjut usia di rawat jalan.
 Terselenggaranya pelayanan lanjut usia kunjungan rumah ( home care )
E. Ruang lingkup pelayanan
Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan Geriatri dibagi menjadi :

1. Tingkat Sederhana
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat jalan
dan kunjungan rumah (home care).

2. Tingkat Lengkap
Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas rawat jalan,
rawat inap akut, dan kunjungan rumah (home care).

3. Tingkat Sempurna
Jenis pelayananGeriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat jalan,
rawat inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan Siang.

4. Tingkat Paripurna
Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, Klinik
Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap Psikogeriatri,
penitipan Pasien Geriatri (respite care), kunjungan rumah (home care), dan
Hospice.

Tingkatan sebagaimana dimaksud tersebut ditetapkan berdasarkan :


1. Jenis pelayanan
2. Sarana dan prasarana
3. Peralatan
4. Ketenagaan.

Jenis pelayanan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Madani berdasarkan


tersedianya fasilitas sarana dan prasana, peralatan dan ketenagaanadalah pelayanan
tingkat sederhana.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di RSU Madani terdiri atas tenaga kesehatan
dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim Terpadu Geriatri.
1. Tim Terpadu Geriatri terdiri atas ketua dan koordinator pelayanan yang
merangkap
sebagai anggota, dan anggota.
2. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit.
3. Ketua Tim Terpadu Geriatri terdiri atas:
a. Dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat sederhana.
b. Koordinator pelayanan dibentuk sesuai dengan masing-masing pelayanan
pada
pelayanan Geriatri tingkat sederhana.

Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri
atas:
1. Dokter spesialis penyakit dalam
2. Dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri
3. Dokter
4. Perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau pelatihan
keterampilan inteligensia
5. Apoteker
6. Tenaga gizi
7. Fisioterapis
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah ruang
B. Standar fasilitas
Ruang pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas :

1. Ruang pendaftaran/administrasi
Ruang pendaftaran/administrasi sebagaimana dimaksud dapat bergabungdengan
ruang pendaftaran/administrasi lain di Rumah Sakit. Ruang pendaftaran
administrasi ini harus cukup luas untuk penempatan meja tulis, lemari arsip
untuk penyimpanan dokumen medik pasien. Letaknya dekat dengan ruang
tunggu, sehingga mudah dilihat oleh pasien yang baru datang.

2. Ruang tunggu
Ruang tunggu harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman, baik untukpasien
dari luar ataupun dari bangsal yang menggunakan kursi roda atau tempat tidur.

3. Ruang periksa
Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi dengan fasilitas
dan alat-alat pemeriksaan.
Ruangan terdiri dari:
a. Ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk melakukananamnesis;
b. Ruang periksa dokter/tim geriatri;
c. WC dan kamar mandi
d. Ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan keluarga pasien (familyn
meeting).

4. Ruang Tim Terpadu Geriatri


Ruang tim terdiri dari :
a. Ruang ketua tim
b. Ruang anggota
c. 1 (satu) ruang pertemuan untuk tim
d. Ruang istirahat karyawan dan pantry
e. Kamar kecil untuk karyawan

PERSYARATAN BANGUNAN
1. Konstruksi bangunan
a. Jalan
Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak licin serta
disediakan jalur khusus untuk pasien/pengunjung dengan kursi roda.
b. Pintu
Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan pasien/pengunjung lewat
dengankursi roda atau tempat tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri dari
pintu 90cm dan pintu 30 cm.
c. Listrik
Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat
memerlukantambahan penerangan sehingga diperlukan stabilisator untuk
menjamin stabilitas tegangan, dilengkapi dengan generator listrik.
d. Penerangan
Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan. Setiap
lampu penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar
tidakmenyilaukan.
e. Lantai
Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada undakan
atautangga harus jelas terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk
mencegah jatuh.
f. Langit-langit
Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.
g. Dinding
Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat berwarna terang.
Agarmemberi semangat dan di sepanjang dinding, terdapat pegangan yang
kuat sebaiknya terbuat dari kayu (hand rail).
h. Ventilasi
Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang
menggunakanpendingin/air condition harus dilengkapi cadangan ventilasi
untuk mengantisipasi apabila sewaktu-waktu terjadi kematian arus listrik.
i. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan pegangan di sebelah
kanandan kirinya. Shower dilengkapi dengan tempat duduk dan pegangan.
Gagang shower harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh
pasien dalam posisi duduk. Demikian pula tempat sabun harus diletakkan
sedemikian agar mudah dijangkau pasien. Tersedia bel untuk meminta
bantuan dan pintu membuka keluar.
j. Air
Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan
memenuhipersyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus
mengacu kepada pedoman Pekerjaan Umum tentang standar teknis
eksesibilitas gedung dan lingkungan.
k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau
alumunium(leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada saat
berjalan sertauntuk melindungi dinding dari benturan kursi roda.
l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian tertentu
untukmenghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma.
m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan dan
ruanganyang lain
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Alur Pelayanan Geriatri


Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan dilakukan triase
apakah tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk pasien lanjut usia biasa akan
diteruskan ke dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Apabila tergolong
pasien geriatri (misalnya memiliki: penurunan status fungsional, ada sindrom geriatri,
gangguan kognitif- demensia, jatuh–osteoporosis dan inkontinensia) akan dilakukan
asesmen geriatri komprehensif oleh Tim Terpadu Geriatri.
Model 1.

Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri


Tingkat Sederhana

Pasien Lanjut usia

Rawat Jalan (Poliklinik) :


- Assesmen dan konsultasi
Triase di setiap Poliklinik
- Kuratif
- Intervensi Psikososial
- Rehabilitasi
Assesmen Geriatri komprehensif

Masalah Geriatri :

- Kondisi Medis Umum

- Status Fungsional

- Psikiatri :

Status Mental Rencana Tatalaksana


Home Care
komprehensif oleh tim
Fungsi Kognitif terpadu poli geriatri
- Sosial dan Lingkungan
Alur Geriatri

Pasien Datang

Pendaftaran

Askes Umum

Surat jaminan
Pemeriksaan dokter
pelayanan

Pemeriksaan
Konsul poli lain Pulang / apotik Rawat inap
penunjang

Rumah sakit dengan pelayanan geriatri sederhana boleh melakukan perawatan


inap namun karena belum terdapat ruang rawat khusus yakni ruang rawat akut geriatri
maka dapat dirawat di ruang rawat biasa.

B. Geriatri Giants
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan usia muda.
Harus dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi berkenaan dengan
bertambahnya usia atau memang ada suatu proses patologi sebagai
penyebabnya. Beberapa problema klinik dari penyakit pada lansia yang sering
dijumpai disebut “GERIATRIC GIANTS”.
1. Jatuh (The True Geriatric Giant) Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan
penderita atau saksi mata yang melihat kejadian seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuh pada lansia:
a. Faktor Intrinsik;
 Kondisi fisik dan neuropsikiatrik;
 Penurunan visus dan pendengaran;
 Perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan reflek postural karena
proses menua.
b. Faktor Ekstrinsik
 Obat-obatan yang diminum;
 Alat-alat bantu berjalan;
 Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya).

Penyebab-penyebab jatuh pada lansia :


a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama;
b. Nyeri kepala dan atau vertigo;
c. Hipotensi orthostatic;
d. Obat-obatan;
e. Proses penyakit yang spesifik;
f. Idiopatik;
g. Sinkope

Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada


lansia :
a. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua,tidak stabil, atau
tergeletak di bawah;
b. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok;
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang;
 Lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menurun;
 Karpet yang tidak dilem dengan baik,keset yang tebal/menekuk
pinggirnya,dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser;
 Lantai yang licin atau basah;
 Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan);
 Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran,berat,maupun cara penggunaannya

Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh antara lain :


a. Aktivitas;
- Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti
berjalan, naik atau turun tangga, dan mengganti posisi.
b. Lingkungan;
- Sekitar 70% lansia jatuh di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan kejadian
jatuh saat turun tangga lebih banyak dibandingkan saat naik tangga.
c. Penyakit Akut

Pencegahan Jatuh
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini,antara lain :
a. Identifikasi Faktor Risiko; Perlu dilakukan asesmen keadaan
sensorik,neurologik,muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering
mendasari/menyebabkan jatuh, juga keadaan lingkungan,obat-obatan dan alat
bantu jalan.
b. Penilaian keseimbangan gaya berjalan; Setiap lansia harus dievaluasi
keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat,pindah
posisi,juga gaya berjalan dan kekuatan otot ekremitas bawah lansia.
c. Mengatur/mengatasi faktor situasional
Faktor situasional yang bersifat serangan akut dapat dicegah dengan
pemeriksaan rutin kesehatan lansia,bahaya lingkungan dapat dicegah dengan
perbaikan lingkungan. Aktivitas fisik dapat dibatasi sesuai kondisi kesehatan
lansia
BAB V

LOGISTIK
Jumlah peralatan didasarkan pada:
a. kebutuhan pelayanan;
b. rata-rata jumlah kunjungan setiap hari.
c. Angka rata-rata pemakaian tempat tidur/Bed Occupancy Rate(BOR) bagi
pelayanan rawat inap
d. evaluasi kemampuan alat dan efisiensi penggunaan alat.
No Alat Sederhana
Ruang Pemeriksaan
1 Tempat tidur pasien √
2 1 set alat pemeriksaan fisik √
3 EKG √
4 Light box √
5 Bioelectrical impedance
6 Timbangan berat badan dan pengukur √
tinggi badan
7 Instrumen penilaian Kognitif, Psikologi, √
Psikiatri
Rawat Inap
8 Tempat tidur pasien -
9 Oksigen -
10 Suction -
11 Komod -
12 Light box -
13 EKG -
14 Blue bag -
15 Chair scale -
16 Timbangan rumah tangga -
Ruang Fisioterafi
17 Paralel bar -
18 Walker -
19 Stick -
20 Tripot -
21 Quadripot -
22 Kursi roda -
23 Tilting table -
24 Meja fisiotherafi -
25 Paralel bar -
26 Diatermi -
27 TENS -
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman
bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat  diduga dan tidak
diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan
tentram.

I. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk


melindungi diri dari bahaya kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status mobilisasi,
gangguan sensori persepsi, tingkat kesadaran, status emosional, kemampuan
komunikasi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, dan faktor lingkungan. Perawat perlu
mengkaji faktor-faktor tersebut saat merencanakan perawatan atau mengajarkan klien
cara untuk melindungi diri sendiri.

1. Usia.
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk
mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan
tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.

2. Gaya Hidup.
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan
tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya
akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.

3. Status mobilisasi.
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.

4. Gangguan sensori persepsi.


Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi
keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium,
dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.

5. Tingkat kesadaran.
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi
tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang
mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak
sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-obatan
tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
6. Status emosional.
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima
bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan
konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan
depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.

7. Kemampuan komunikasi.
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan
informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan
bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol
tanda bahaya.

8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan


Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien
yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan
yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah
terjadinya cedera.

9. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi
penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.

II. Beberapa bahaya yang sering mengancam klien baik yang berada di tempat
pelayanan kesehatan, rumah, maupun komunitas diantaranya:

1. Api /kebakaran
Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit. Penyebab
kebakaran yang paling sering adalah rokok dan hubungan pendek arus listrik.
Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga elemen sebagai berikut: panas yang
cukup, bahanbahan yang mudah terbakar, dan oksigen yang cukup.

2. Luka bakar (Scalds and burns).


Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas, seperti
uap air panas. Burn adalah luka bakar diakibatkan terpapar oleh panas tinggi,
bahan kimia, listrik, atau agen radioaktif. Klien dirumah sakit yang berisiko
terhadap luka bakar adalah klien yang mengalami penurunan sensasi suhu
dipermukaan kulit.

3. Jatuh.
Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat terjadi
akibat lantai licin dan berair, alat-alat yang berantakkan, lingkungan dengan
pencahayaan yang kurang.
4. Keracunan.
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh melalui
aktivitas kimianya jika dihisap, disuntikkan, digunakan, atau diserap dalam
jumlah yang cukup sedikit. Pada lansia biasanya akibat salah makan obat
(karena penurunan pengelihatan) atau akibat overdosis obat (karena penurunan
daya ingat).

III. Pencegahan kecelakanaan

1) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari


kecelakaan.
2) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur.
3) Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik,
menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.
4) Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda.
5) Menghindari kecelakaan :

a. Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.


b. Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien
yang gelisah.
c. Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.
d. Meja yang mudah dijangkau.
e. Kereta dorong ada penghalangnya.
6) Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya 
suction, kipas angin, dan lain-lain.
7) Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak
seperti tabung oksigen dan termos.
8) Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.
9) Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti
penempatan klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi.
10) Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat.
11) Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan.
12) Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi.
13) Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu
menggunakannya.
14) Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.
BAB VII

PENGENDALIAN MUTU

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna


mewujudkan
keberhasilan program pelayanan kesehatan bagi pasien geriatri. Pemantauan
danevaluasi harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang
potensialberpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif. Pemantauan
dan evaluasimutu dilakukan dalam bentuk kegiatan pencatatan dan pelaporan.
Diperlukan sejumlahindikator dalam pencatatan, diantaranya sebagai berikut:
1. Lama rawat
Lama rawat pasien geriatri di ruang rawat inap akut tergantung dari
kemampuanTTG serta dukungan sarana dan prasarana. Makin terampil dan
lengkap, lama rawatakan semakin singkat. Rata-rata lama rawat pasien geriatri
yang masuk karenamengalami geriatric giants dan dirawat inap dengan
menerapkan pengkajianparipurna pasien geriatri adalah 12 hari.
2. Status fungsional
Status fungsional pasien diukur sejak pasien masuk rumah sakit sampai
saatpemulangan. Diukur rata-rata kenaikan skor status fungsional pasien geriatri
dengankarakteristik seperti di atas adalah 4/20 jika menggunakan instrumen
ADL Barthel.
3. Kualitas hidup
Penilaian kualitas hidup harus menggunakan instrumen yang mampu menilai
kualitashidup terkait kesehatan (health related quality of life = HRQoL). Salah
satuinstrumen yang sering digunakan adalah EQ5D (Euro-Quality of Life
FiveDimension) yang mengukur lima dimensi atau aspek yang memengaruhi
kesehatan.Standar nilai EQ5D ≥ 0,71 dengan EQ5D-VAS minimal 79%.
4. Rawat inap ulang (rehospitalisasi)
Rehospitalisasi adalah perawatan kembali setelah pulang ke rumah dari rumah
sakit.Perawatan yang terjadi kembali dalam 30 hari pertama pascarawat
menggambarkanadanya permasalahan kesehatan yang sesungguhnya belum
optimal ditatalaksana dirumah sakit. Persentase maksimal rehospitalisasi pasien
geriatri pascarawat inap akutadalah 15%. Rehospitalisasi ini dapat dipengaruhi
oleh kesiapan tim terpadu geriatriserta dukungan yang ada di rumah sakit.
Rehospitalisasi juga tak terlepas daripengaruh kemampuan puskesmas dan
community based geriatric service.
5. Kepuasan pasien
Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara
sahihdapat mengukur kepuasan pasien. Salah satu instrumen yang sering
digunakan adalahPatients’s Satisfaction Questionair (PSQ) yang telah diuji
kesahihan (Spearmancorrelation coefficient: 0,383 – 0,607 ; p < 0,01) dan
keandalannya (Cronbach’salpha: 0,684). Instrumen ini memiliki nilai standar
minimal 190.
BAB IX

PENUTUP

Pedoman Pelayanan Geriatri ini diharapkan menjadi panduan penyelenggaraan


pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu dan nyaman di RSU Madani.
Pelaksanaan pelayanan geriatri di RSU Madani harus disesuaikan dengan SDM yang
tersedia, peralatan, sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,
selain itu perlu adanya kerjasama tim terpadu geriatri yang secara bersama-sama
menangani pasien geriatri sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing sehingga
terwujud pelayanan geriatri yang terpadu.
Pedoman petunjuk teknis pelayanan ini selanjutnya perlu dijabarkan dalam
prosedur tetap guna kelancaran pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai