Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN PELAYANAN GERIATRI

TAHUN 2019

RUMAH SAKIT UMUM BETHESDA GUNUNGSITOLI

TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia menempatkan para lanjut usia (lansia) pada posisi yang dihormati, bukan saja karena
nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat, tetapi juga karena lansia
tergolongdalamkelompokyang rentan.Penghormatan tersebut dapat berupa pemberian fasilitas dan
pelayanan khusus dalamrangka perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka sebagaimana diatur
dalam pasal8 UU Nomor 39 Tahun 1999.Salah satu wujudnyaadalah tersedianya fasilitas
danpelayanan khusus di rumah sakitberupa kursi roda, lift khusus, toilet, jalan/akses bagi lansia
yang bertongkat, tangga, fasilitas lain, dan layanan khusus berupa “Pelayanan Geriatri”.
Data menunjukkan, jumlah lansia di Indonesia, baik itu di pedesaan maupun di perkotaanterus
meningkat.Berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah lansiaperempuan ± 9,5 juta lebih banyak
dibanding lansia laki-laki ± 8,2 juta.Penyebabnya adalah angka harapan hidup perempuan lebih
tinggi jika dibanding dengan angka harapan hidup laki-laki.
Keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan, dan program-
program terkait, berdampakpadamenurunnyaangkakelahiran dan meningkatnya usia harapan
hidup. Peningkatan usia lanjut sering disertaidengan meningkatnya berbagai penyakit dan
ketidakmampuan (disability), sehingga diperlukan perawatan dan pengobatan dengan waktu yang
cukup lama, sedangkan fasilitasdanpelayanankesehatanbagilansia di rumah sakit masih sangat
kurang.

B. TUJUAN
Panduan Pelayanan Geriatri disusun agar adastandar pelayanan kesehatan bagi lansia yang
populasinya sudah semakin meningkat, yaitu :
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansiapada taraf yang setinggi-tingginya, sehingga
terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan;
2. Memelihara kesehatan melalui aktivitas fisik dan mental;
3. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosa yang tepat dan dini, bila dijumpai suatu kelainan;
4. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lansia yang menderita penyakit atau gangguan
kesehatan, dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan
(memelihara kemandirian secara maksimal);
5. Bila para lansia sudah sampai stadium terminal/penyakit atau gangguan kesehatan sudah tidak
dapat disembuhkan, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberikan bantuan yang simpatik dan
perawatan dengan penuh pengertian, (dalam akhir hidupnya memberikan bantuan moril dan
perhatian yang maksimal, sehingga kematiannya berlangsung dengan tenang);
6. Memberdayakan kemandirian penderita dalam waktu lama dan mencegah disabilitas-handicap
diwaktu mendatang. Sifat dari asesmen ini tidak sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin
dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan.

C. PENGERTIAN
1. Gerontologi:cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang
timbul pada orang yang berusia lanjut.
2. Pasien Geriatri:orang tua berusia diatas 60 tahun yang memiliki penyakit lebih dari 2
(dua)/majemuk/multipatologi akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani, dan atau kondisi
sosial yang bermasalah.
3. Konsep/pengertian secara bertingkat dari mundurnya kemandirian lansia yaitu :
a. Hambatan (impairment) adalah setiap kehilangan atau kelainan,baik
psikologik,fisiologik,maupun struktur atau fungsi anatomik;
b. Disabilitas adalah semua restriksi atau kekurangan dalam kemampuan untuk melakukan
kegiatan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang normal.
c. Handicap adalah ketidakmampuan seseorang sebagai akibat impairment/disabilitas
sehingga membatasinya untuk melaksanakan peranan hidup secara normal (berhubungan
erat dengan usia,jenis kelamin, dan faktor-faktor sosial budaya);
4. Asesmen Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk menilai aspek medik,
fungsional, psikososial, dan ekonomi penderita usia lanjut dalam rangka menyusun program
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang rasional.
5. Tim Geriatri adalah suatu tim multidisipliner yang bekerja secara multidisipliner, interdisiplin
untuk menangani masalah kesehatan usia lanjut.Tim ini minimal terdiri atas dokter geriatris
atau internis/dokter umum yang dilatih juga dokter spesialis psikologis,perawat yang telah
mendapatkan pelatihan geriatri, fisioterapi,nutrisionis dan farmasi.
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua meliputi :
1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam
2. Dokter Spesialis Penyakit Bedah
3. Dokter Spesialis penyakit Mata
4. Dokter Spesialis Penyakit Syaraf
5. Dokter Spesialis Penyakit THT
6. Dokter Spesialis Penyakit Mata
7. Dokter Spesialis Anastesi
8. Unit Rawat Inap
9. Unit Rawat Jalan
10. Unit Gawat Darurat (UGD)
11. Unit Pendaftaran/Administrasi
12. Unit Kamar Operasi
BAB III
TATALAKSANA

A. PELAYANAN GERIATRI
1. Batasan Pelayanan
Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan pendekatan interdisiplin
yang mencakup aspek medik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta aspek sosial dan
psikologik pada pasien usia lanjut.
a. Pelayanan Geriatri Sederhanaadalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang mempunyai
kegiatan hanya berupa pelayanan poliklinik. Pelayanan tersebut diberikan oleh Tim Geriatri
yang minimal terdiri dari :
- Dokter Umum yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Perawat yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Tim Rehabilitasi Medik, minimal fisioterapis.
b. Pelayanan Geriatri Sedangadalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang mempunyai
kegiatan poliklinik, day hospital sesuai dengan kemampuan rumah sakit. Pelayanan
tersebut diberikan oleh Tim Geriatri yang minimal terdiri dari :
- Dokter Spsesialis Penyakit Dalam yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Tim Rehabilitasi Medik yang ada.
c. Pelayanan Geriatri Lengkapadalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang mempunyai
kegiatan pelayanan poliklinik, day hospital, ruang geriatri akut dan pelatihan-pelatihan.
Pelayanan tersebut diberikan oleh :
- Konsultan geriatri/dokter spesialis kesehatan usia lanjut;
- Tim Rehabilitasi Medik, yaitu dokter spesialis rehabilitasi medik/dokter umum yang
dilatih rehabilitasi medik, fisoterapis, okupasi terapis, ortotisprostetis, terapi wicara,
psikologi dan pekerja sosial;
- Perawat yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Nutrisionis;
- Asisten farmasi;
- Disyaratkan pula harus memiliki akses ke Instalasi Rehabilitasi Medik yang lengkap di
rumah sakit yang sama;
d. Pelayanan Geriatri Sangat Lengkapatau Paripurnaadalah suatu bentuk pelayanan
geriatri yang memberikan pelayanan poliklinik, day hospital, ruang geriatri akut dan kronis,
pendidikan, serta penelitian dan pengembangan;
Tenaga Tim Geriatri Paripurna sama dengan Tim Geriatri Lengkap, akan tetapi ditambah
tenaga untuk penelitan, pengembangan, dan konsultasi hukum.
Seperti pada Pelayanan Geriatri Lengkap, pada Pelayanan Geriatri Paripurna disyaratkan
pula untuk mempunyai akses ke Instalasi Rehabilitasi Medik yang lengkap.
Yang diwajibkan untuk melakukan penelitian adalah tingkat pelayanan sangat lengkap saja,
sedangkan tujuan penelitian adalah untuik pengembangan ilmu geriatri. Tingkat pelayanan
dibawahnya boleh dilaksanakan penelitian yang lebih sederhana.
2. Alur Pelayanan Geriatri
a. Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri Tingkat Sederhana berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Geriatri Rumah Sakit

Rumah sakit dengan pelayanan geriatri sederhana boleh melakukan perawatan inap namun
karena belum terdapat ruang rawat khusus yakni ruang rawat akut geriatri maka dapat dirawat
di ruang rawat biasa.
a. Bagan Alur Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Sembiring Deli Tua;

3. Pelayanan Pasien Geriatri di RSU Sembiring Deli Tua


a. Apabila pasien masuk dengan usia ≥ 60 tahun dan saat masuk pasien hanya didapatkan 1
(satu) diagnosa, maka pasien tersebut dirawat sesuai dengan DPJP nya.
b. Setelah dirawat dan didapatkan diagnosa lebih dari 2 (dua), maka pasien
dikonsultasikan/diraberkan kepada Tim Geriatri sesuai dengan permasalahan
(diagnosanya) dan dilakukan pengisian asesmen geriatri oleh salah satu dari Tim Geriatri
sesuai dengan jadwal atau sesuai yang ditunjuk oleh DPJP Utama.
4. Jenis Pelayanan Geriatri
a. Poliklinik Geriatri;
Tempat ini memberikan jasa pengadaan asesmen,tindakan kuratif sederhana dan konsultasi
bagi penderita rawat jalan,baik dari masyarakat,puskesmas,maupunantar poliklinik.Tenaga
minimal yang dibutuhkan adalah dokter umum/internis yang telah mendapat kursus geriatri
atau dokter spesialis geriatri/geriatrism, seorang perawat, dan seorang petugas sosial medik.
b. Bangsal Geriatri Akut;
Bangsal Geriatri merawat pasien usia lanjut yang menderita penyakit akut atau semi akut,
antara lain : stroke akut,pneumonia,asidosis,penyakit jantung kongestif, dan lain-
lain.Pasien lansia dilakukan asesment,tindakan kuratif dan rehabilitasi oleh Tim Geriatri.
Ketenagaan di bangsal ini tergantung dari jumlah tempat tidur dan kompleknya pelayanan
yang diberikan,minimal ada tenaga geriatris atau internis yang mendapat kursus
geristri,perawat1 (satu) TT minimal 1 (satu) perawat,tenaga rehabilitasi
(FT,OT,TW,PSM). Bisa ditambahkan ke dalam tim tersebut psikolog,nutrision,tenaga
farmasi, dan tenaga lain sesuai kebutuhan rumah sakit.
Tenaga di bangsal akut ini melayani konsultasi dari bangsal lain yang membutuhkan.
Adapun aktivitas yang dinilai adalah :
1) Bathing
- Mandiri : memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau dapat melakukan
sendiri secara menyeluruh.
- Tergantung : memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh atau tidak
dapat mandi sendiri.
2) Dressing
- Mandiri:menaruh,mengambil,memakai dan menanggalkan pakaian sendiri serta
menalikan sepatu sendiri.
- Tergantung : tidak dapat berpakaian sebagian.
3) Toiletting
- Mandiri : pergi ke toilet,duduk sendiri di kloset,memakai pakaian
dalam,membersihkan kotoran.
- Tergantung : mendapat bantuan orang lain.
4) Transfering
- Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur,dari dan ke tempat duduk
(memakai/tidak memakai alat bantu).
- Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri/dengan bantuan.
5) Continence
- Mandiri : dapat mengontrol buang air besar dan kecil.
- Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya dengan bantuan
manual atau kateter.
6) Feeding
- Mandiri : mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan memasukkan ke
dalam mulut (tidak termasuk kemampuan memotong daging daging dan
menyiapkan makanan seperti mengoleskan mentega pada roti).
- Tergantung : memerlukan bantuan untuk makan atau tidak dapat makan sendiri
secara parenteral.
Dari kemampuan melaksanakan 6 (enam) aktivitas dasar tersebut di atas,kemudian
diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) tahapan yangdisebut sesuai dengan aktivitas yang
dikerjakan sendiri,atau disebut juga Index Katzyang secara berurutan adalah sebagai berikut
:
1) Index Katz A: mandiri untuk 6 (enam) aktivitas;
2) Index Katz B: mandiri untuk 5 (lima) aktivitas;
3) Index Katz C: mandiri,kecuali “bathing” dan 1 (satu) fungsi lain;
4) Index Katz D : mandiri,kecuali “bathing,dressing” dan 1 (satu) fungsi lain;
5) Index Katz E : mandiri,kecuali “bathing,dressing,toileting” dan 1 (satu) fungsi lain;
6) Index Katz F : mandiri,kecuali “bathing,dressingtoileting,transfering”, dan 1 (satu)
fungsi lain;
7) Index Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 enam) aktivitas.
c. Bangsal Geriatri Kronis;
Bangsal ini diperlukan untuk merawat pasien usia lanjut dengan penyakitkronis yang
memerlukan rawat inap dalam jangka waktu lama dan memerlukan biaya sangat tinggi
mengingat turn over ratenya yang sangat rendah (sementara ini rumah sakit memfasilitasi
di bangsal internis).
d. Pendidikan dan Riset.
Hal ini merupakan suatu bagian inplisit dari suatu pemberian pelayanan geriatri, antara
lain : dilaksanakan untuk pendidikan tenaga paramedis,medis, dan berbagai riset yang
diperlukan untuk meningkatkan pelayanan dan pengembangan ilmu geriatri.
5. Assesment Geriatri;
Assesment Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk menilai aspek
medik,fungsional,psikososial dan ekonomi penderita usia lanjut dalam rangka menyusun
program pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang rasional. Asesmen ini bersifat tidak
sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas
pelayanan kesehatan.
6. Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri :
- Menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif dengan atau tanpadisertai
penyakit akut;
- Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami jatuh (falls), atau imobilisasi
(bedridden);
- Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care). seperti kesulitan makan atau
berpakaian;
- Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan tingkah laku (behavior)
dini;
- Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit parkinson, arthritis, gangguan
berkemih (inkontinensia urine), atau gangguan buang air besar.
7. Prinsip-Prinsip Pelayanan Geriatri adalah sebagai berikut :
- Pendekatan menyeluruh (biopsikososialspiritual);
- Orientasi terhadap kebutuhan klien;
- Diagnosis secara terpadu;
- Team work (koordinasi);
- Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
8. Kriteria Pelayanan Lansia;
- Komprehensif: adanya dukungan finansial yang adekuat, perawatan sehari-hari, pelayanan
kesehatan yang memadai, pendidikan kesehatan, perawatan keluarga, kebutuhan rekreasi
dan aktifitas fisik dan pelayanan transportas;
- Adanya kerjasama/terkoordinasi lintas program/sektoral;
- Mudah dijangkau;
- Memperhatikan kualitas pelayanan.
9. Tata Laksana Assesment Lansia;
Assesment Lansia adalah suatu rangkaian kegiatan proses keperawatan yang:
- Ditujukan kepada usia lanjut;
- Meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis, sosial
dan spiritual;
- Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan;
- Membuat perencanaan;
- Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi.
10. Tujuan Assesment Usia Lanjut;
a. Menegakkan :
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat fisiologik;
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat patologik;
- Dan melakukan terapi atas kelainan tersebut.
b. Menegakkan adanya gangguan organ/sistem (impairment),ketidakmampuan (disabilitas)
dan ketidakmampuan sosial (handicap) untuk dapat dilakukan terapi dan/atau rehabilitasi.
c. Untuk mengetahui sumber daya sosial ekonomi dan lingkungan yang dapat digunakan
untuk penatalaksanaan penderita tersebut.
11. Proses Assesment Usia Lanjut;
a. Pengkajian
Nama :
Alamat :
Jenis kelamin :
Umur :              th
Status : (1) Menikah(2)Tidak menikah(3)Janda
(4) Duda
Agama : (1) Islam(2) Protentas(3) Hindu(4) Katolik
(5) Budha
Suku : (1)Jawa(2)Madura(3)lain-lain,sebutkan....
Tingkat pendidikan : (1) Tidak tamat SD(2) Tamat SD(3) SMP
(4)SMA(5) PT(6)Buta huruf
Sumber pendapatan : (1) PNS(2) Wiraswasta(3)Lain-lain.............
Keluarga yang dapat dihubungi :
Jumlah Anak Pekerjaan Tempat Tinggal
1.
2.

Kondisi Lingkungan/Rumah :
 Lantai licin/tidak;
 Penerangan cukup/tidak;
 Jarak kamar mandi dengan kamar pasien.
Riwayat Pekerjaan  : ……………………………………………
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini :
(1) Nyeri dada(2) Pusing(3) Batuk(4) Panas(5) Sesak(6) Gatal(7) Diare  (8) Jantung
berdebar(9) Nyeri sendi(10)Penglihatan kabur(11) Lain-
lain....................................................
Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir :
(1) Nyeri dada   (2) Pusin  (3) Batuk (4) Panas   (5) Sesak (6) Gatal(7) Diare  (8) Jantung
berdebar    (9) Nyeri sendi   (10) Penglihatan kabur
Penyakit saat ini :
(1) Sesak nafas/PPOM(2) Nyeri Sendi/Rematik(3)Diare
(4)Penyakit kulit(5) Jantung  (6) Mata  (7) DM  (8) Hipertensi
(9)Lain-lain......................................
Kejadian Penyakit 3 bulan terakhir :
(1) Sesak nafas/PPOM(2) Nyeri Sendi/Rematik(3) Diare
(4) Penyakit kulit(5) Jantung (6) Mata (7) DM (8) Hipertensi
(9) Lain-lain ..................................
Status Gizi :
- Sehari makan berapa kali.....
- Habis berapa porsi.....
- Makan sendiri/dengan bantuan.....
c. Status Fisiologis
Postur Tulang Belakang Lansia :
(1) Tegap  (2) Membungkuk  (3) Kifosis(4) Skoliosis(5) Lordosis
Tanda-tanda vital
(1) Suhu(2) Tekanan darah(3) Nadi(4) Respirasi(5) Berat badan
(6) Tinggi badan (7) IMT
Status Gizi :
Sehari makan berapa kali.....
Habis berapa porsi.....
Makan sendiri/dengan bantuan.....
d. Pengkajian Head To Toe
1) Kepala                
Kebersihan : kotor/bersih
Kerontokan rambut : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : ……………………………………..
2) Mata
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
Strabismus : ya/tidak
Penglihatan : Kabur/tidak
Peradangan : Ya/tidak
Riwayat katarak : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : ………………………………………
Penggunaan kacamata : ya/tidak
3) Hidung
Bentuk : simetris/tidak
Peradangan : ya/tidak
Penciuman : terganggu/tidak
Jika ya, jelaskan : ……………………………………….
4) Mulut dan Tenggorokan
Kebersihan : baik/tidak
Mukosa : kering/lembab
Peradangan/stomatitis : ya/tidak
Gigi geligi : karies/tidak,ompong/tidak
Radang gusi : ya/tidak
Kesulitan mengunyah : ya/tidak
Kesulitan menelan : ya/tidak
5) Telinga
Kebersihan : bersih/tidak
Peradangan : ya/tidak
Pendengaran : terganggu/tidak
Jika terganggu, jelaskan : ……………………………………..
Keluhan lain : ya/tidak
Jika ya, jelaskan : ……………………………………….
6) Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : ya/tidak
JVD : ya/tidak
Kaku kuduk : ya/tidak
7) Dada
Bentuk dada : normal chest/barrel chest/pigeon chest/lainnya
Retraksi : ya/tidak
Wheezing : ya/tidak
Ronchi : ya/tidak
Suara jantung tambahan : ada/tidak
Ictus cordis : …………………
8) Abdomen
Bentuk : distend/flat/lainnya
Nyeri tekan : ya/tidak
Kembung : ya/tidak
Supel : ya/tidak
Bising usus : ada/tidak, frekwensi : ….. kali/menit
Massa : ya/tidak, regio
9) Genetalia
Kebersihan : baik/tidak
Haemoroid : ya/tidak
Hernia : ya/tidak
10) Ekstremitas
Kekuatan otot : (skala 1 – 5 )
0 : lumpuh
1 : ada kontraksi
2 : Melawan grafitasi dengan sokongan
3 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
4 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
5 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh
Rentang gerak : maksimal/terbatas
Deformitas : ya/tidak, jelaskan …………………………......
Tremor : ya/tidak
Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak
Alat bantu : ya/tidak,jenis : ………………………………

No. Aspek Penilaian Keterangan Nilai


1. Berdiri dengan postur normal
2. Berdiri dengan postur normal
(mata tertutup)
3. Berdiri dengan saru kaki Kanan :
Kiri :
4. Berdiri, fleksi trunk, dan
berdiri ke posisi netral
5. Berdiri, lateral dan fleksi
trunk
6. Berjalan, tempatkan salah
satu tumit didepanjari kaki
yang lain
7. Berjalan sepanjang garis
lurus
8. Berjalan mengikuti tanda
gambar pada lantai
9. Berjalan mundur
10. Berjalan mengikuti lingkaran
11. Berjalan dengan tumit
12. Berjalan dengan ujung kaki
Jumlah
Keterangan :
Refleks + : normal
Refleks - : menurun/meningkat
11) Integumen
Kebersihan : baik/tidak
Warna : pucat/tidak
Kelembaban : Kering/lembab
Gangguan pada kulit : ya/tidak, jelaskan ……………………….
12) Test Koordinasi / Keseimbangan
Intepretasi : ……………
Kriteria Penilaian : Keterangan :
4 : Melakukan aktifitas dengan a 42-54 : Melakukan aktifitas dengan
lengkap lengkap
3 : Sedikit bantuan (untuk a 28-41 : Sedikit bantuan (untuk
keseimbangan) keseimbangan)
2 : Dengan bantuan sedang s/d a 14-27 : Dengan bantuan sedang s/d
maksimal maksimal
1 : Tidak mampu melakukan aktifitas a < 14 : Tidak mampu melakukan aktifitas

13) FrekwensiKunjungan Keluarga :


1 kali/bulan;2 kali/bulan; Tidak pernah
14) Pengkajian Masalah Emosional
Pertanyaan Tahap I : - Apakah klien mengalami susah tidur ?
- Ada masalah atau banyak pikiran ?
- Apakah klien murung atau menangis sendiri ?
- Apakah klien sering was-was ?
Lanjutkan Pertanyaan Tahap IIjika jawaban “ya” 1 atau lebih;
Pertanyaan Tahap II : - Keluhan lebih dari 3 bulan ?
- Lebih dari 1 bulan ?
- 1 kali dalam satu bulan ?
- Ada masalah atau banyak pikiran ?
- Ada gangguan/masalah dengan orang lain?
- Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ?
- Cenderung mengurung diri ?
Jika jawaban ”ya” lebih dari 1 atau sama dengan 1, maka masalah emosional ada atau
ada gangguan emosional.
Kesimpulan : ……………………………………………………....
15) Identifikasi Aspek Kognitif
Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)
Interpretasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : ……………………………………………………....
16) Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan
Kebiasaan Merokok : >3 batang sehari
< 3 batang sehari
Tidak merokok
Kebiasaan Minum Alkohol :(1) Tidak pernah(2) Sering
Minum Kopi : (1) Tidak(2) Ya : 1 gelas/hari
2 gelas/ hari
lebih 3 gelas/hari
17) Pengetahuan Tentang Kesehatan Usia Lanjut
Apakah anda sudah mengerti tentang makanan yang sehat  :
- Sudah tahu dan jelas
- Sudah tahu tapi kurang jelas
- Belum tahu
Anda sudah mengerti tentang penyakit yang anda derita :
- Sudah tahu dan jelas
- Tahu tapi kurang jelas
- Belum tahu
Apakah anda sudah mengerti tentang pencegahan penyakit-penyakit pada usia lanjut :
- Sudah tahu dan jelas
- Sudah tahu tapi kurang jelas
- Belum tahu
Apakah anda sudah mengerti tentang latihan-latihan fisik untuk usia lanjut :
- Sudah tahu dan jelas                             
- Sudah tahu tapi kurang jelas
- Tidak tahu
18) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari :
Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Frekwensi makan : 1 kali sehari
2 kali sehari
3 kali sehari
Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan : 1 porsi dihabiskan
½ porsi yang dihabiskan
< ½ porsi yang dihabiskan
Makanan tambahan : - Dihabiskan
- Tidak dihabiskan
- Kadang-kadang dihabiskan
Pola Pemenuhan Cairan
Frekwensi minum: < 3 gelas sehari
> 3 gelang sehari
Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan:
-Takut kencing malang hari
-Tidak haus
-Persediaan air minum terbatas
-Kebiasaan minum sedikit
Jenis Minuman : - Air putih
- Teh
- Kopi
- Susu
- Lainnya, ……………..
Pola Kebiasaan Tidur
Jumlah Waktu Tidur : < 4 jam
4-6 jam
> 6 jam
Gangguan Tidur berupa : - Insomnia
- Sering terbangun
- Sulit mengawali
- Tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur :
- Santai
- Diam Saja    
- Ketrampilan
- Kegiatan Keagamaan
Pola Eliminasi BAB
Frekwensi BAB : 1 kali sehari
2 kali sehari
Lainnya, ………………….
Konsisitensi: - Encer
- Keras
- Lembek
Gangguan BAB : - Inkontinensia alvi
- Konstipasi
- Diare
- Tidak ada
Pola BAK
Frekwensi BAK : 1-3 kali sehari
4-6 kali sehari
> 6 kali sehari
Warna Urine : - Kuning
- Jernih
- Putih Jernih
- Kuning Keruh
Gangguan BAK : - Inkontinensia Urine
- Retensi Urine
Pola Aktifitas
Kegiatan Produktif Lansia yang sering dilakukan :
- Membantu kegiatan dapur
- Berkebun
- Pekerjaan rumah tangga
- Ketrampilan tangan
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri
Mandi : 1 kali sehari
2 kali sehari
3 kali sehari
< 1 kali sehari
Memakai Sabun:(1) ya(2) tidak
Sikat Gigi : 1 kali sehari
2 kali sehari
Tidak pernah, alasan …………………………
Menggunakan pasta gigi:(1) ya(2) tidak
Kebiasaan berganti pakaian bersih: 1 kali sehari
> 1 kali sehari
Tidak ganti
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari(Indeks Barthel)
Dengan Skor yang
No. Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan Didapat
1. Makan 5 10 Frekuensi
Jumlah
Jenis
2. Minum 5 10 Frekuensi
Jumlah
Jenis
3. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau 5-10 15
sebaliknya
4. Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, 0 5 Frekuensi
gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, 5 10
menyeka tubuh, menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi
7. Jalan di permukaan datar 0 5
8. Naik turun tangga 5 10
9. Mengenakan pakaian 5 10
10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi:
Konsistensi:
11. Kontrol Bladder (BAK) 5 10 Frekuensi :
Warna :
12. Olah raga/latihan 5 10 Jenis :
Frekuensi :
13. Rekreasi/pemanfaatan waktu luang 5 10 Jenis :
Frekuensi :
Jumlah :
Interpretasi :
: Ketergantungan Total
65-125 : Ketergantungan Sebagian
130 : Mandiri
Kesimpulan : ……………………………………………………
B. GERIATRIC GIANTS
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan usia muda. Harus dapat
dibedakan, apakah kelainan yang terjadi berkenaan dengan bertambahnya usia atau memang ada
suatu proses patologi sebagai penyebabnya. Beberapa problema klinik dari penyakit pada lansia
yang sering dijumpai disebut “GERIATRIC GIANTS”, yang terdiri dari :
1. Sindroma Serebral;
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut, dapat dimengerti
bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap perubahan-perubahan, baik
perubahan posisi tubuh maupun faktor lain, misalnya yang berkaitan dengan tekanan darah
seperti fungsi jantung, bahkan fungsi otak yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah
(sistem otonom).

2. Konfusio dan Dimentia


Konfusio akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif yang ditandai oleh
memburuknya secara mendadak derajat kesadaran dan kewaspadaan dan terganggunya proses
berfikir yang berakibat terjadinya disorientasi.
Gambaran klasik penderita konfusio yaitu :
a. Derajat kesadaran menurun,misalnya sulit untuk tetap bangun saat diperiksa;
b. Gangguan persepsi,antara lain ilusi,delusi,halusinasi, dan mis intrepretasi;
c. Terganggunya siklus bangun tidur dengan terjadinya insomnia, tetapi siang hari tertidur;
d. Aktivitas spikomotor meningkat atau menurun;
e. Disorientasi waktu,tempat, dan orang;
f. Gangguan memori.
Dimentia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
Secara garis besar, dementia pada usia lanjut dapat dikategorikan dalam 4 (empat)
golongan,yaitu :
a. Dementia degeneratif primer 50-60%;
b. Dementia multi-infark 10-20%;
c. Dementia yang reversibel atau sebagian reversibel 20-30%;
d. Gangguan lain (terutama neurologik) 5-10%.
Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental (PPSM=MMSE= Mini Mental State
Examination)
Daftar Pertanyaan Penilaian
1. Tanggal berapakah hari ini ? (bulan, tahun); 0 – 2 kesalahan = baik
2. Hari apakah hari ini? 3 – 4 kesalahan = gangguan intelek
3. Apakah nama tempat ini? ringan
4. Berapa nomor telepon Bapak/Ibu? (bila tidak 5 – 7 kesalahan = gangguan intelek
ada telepon, jalan apakah rumah Bapak/Ibu?) sedang
5. Berapa umur Bapak/Ibu? 8 – 10 kesalahan = gangguan intelektual
6. Kapan Bapak/Ibu lahir? (tanggal, bulan tahun) berat
7. Siapakah nama gubernur kita?
(walikota/lurah/camat)
8. Siapakah nama gubernur sebelum ini?
(walikota/lurah/camat) Bila penderita tidak pernah sekolah, nilai
9. Siapakah nama gadis Ibu anda? kesalahan diperbolehkan + 1 dari nilai di
10. Hitung mundur 3-3, dimulai dari 20 atas.
Bila penderita sekolah lebih dari SMA
kesalahan yang diperbolehkan -1 dari
atas.
Dari : Folstein,1990
3. Gangguan Otonom
Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya gangguan syaraf otonom pada usia
lanjut adalah :
- Dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan pada neurotransmisi pada
ganglion otonom, berupa penurunan asetil kolin terutama disebabkan oleh penurunan
enzim utama, yaitu kolin asetilase.Hal ini cenderung menurunkan fungsi otonom.
4. Inkontinensia
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lansia.Inkontinensia
adalah pengeluaran urine (atau feses) tanpa disadari, dalam jumlah dan frekwensi yang cukup
sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau sosial.
Inkontinensia dapat disebabkan oleh “DRIP”.
D = Delirium;
R = Retriksi mobilitas, retensi;
I = Infeksi, inflamasi, impaks feses;
P = Pharmasi (obat-obatan), poliuri.
5. Jatuh (The True Geriatric Giant)
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian
seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuh pada lansia :
a. Faktor Intrinsik;
- Kondisi fisik dan neuropsikiatrik;
- Penurunan visus dan pendengaran;
- Perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan reflek postural karena proses menua.
b. Faktor Ekstrinsik
- Obat-obatan yang diminum;
- Alat-alat bantu berjalan;
- Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya).
Penyebab-penyebab jatuh pada lansia :
a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama;
b. Nyeri kepala dan atau vertigo;
c. Hipotensi orthostatic;
d. Obat-obatan;
e. Proses penyakit yang spesifik;
f. Idiopatik;
g. Sinkope.
Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada lansia :
a. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua,tidak stabil, atau tergeletak di
bawah;
b. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok;
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang;
- Lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menurun;
- Karpet yang tidak dilem dengan baik,keset yang tebal/menekuk pinggirnya,dan benda-
benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser;
- Lantai yang licin atau basah;
- Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan);
- Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran,berat,maupun cara penggunaannya.
Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh antara lain :
a. Aktivitas;
- Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti berjalan,
naik atau turun tangga, dan mengganti posisi.
b. Lingkungan;
- Sekitar 70% lansia jatuh di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh saat
turun tangga lebih banyak dibandingkan saat naik tangga.
c. Penyakit Akut.
Pencegahan Jatuh :
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini,antara lain :
a. Identifikasi Faktor Risiko;
Perlu dilakukan asesmen keadaan sensorik,neurologik,muskuloskeletal dan penyakit
sistemik yang sering mendasari/menyebabkan jatuh, juga keadaan lingkungan,obat-obatan
dan alat bantu jalan.
b. Penilaian keseimbangan gaya berjalan;
Setiap lansia harus dievaluasi keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah
tempat,pindah posisi,juga gaya berjalan dan kekuatan otot ekremitas bawah lansia.
c. Mengatur/mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin
kesehatan lansia,bahaya lingkungan dapat dicegah dengan perbaikan lingkungan.
Aaktivitas fisik dapat dibatasi sesuai kondisi kesehatan lansia.
6. Kelainan pada Tulang Belakang
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindroma geriatrik. Dengan
bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang tulang ini lebih
nyata pada wanita dibanding pria.
7. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus
otot sampai mengenai tulangakibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus,
sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan tulang dan tidak dilindungi
cukup dengan lemak subkutan, misalnya : daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina
ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut:
 Derajat I : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis,kemerahan/eritema indurasi
atau lecet;
 Derajat II : Reaksi yang lebih mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemak
subkutan.Tampak sebagai ulkus yang dangkal,dengan tepi yang jelas dan perubahan warna
pigmen kulit;
 Derajat III : Ulkus menjadi lebih dalam,meliputi jaringan lemak subkutan dan
menggaung,berbatasan dengan fascia dari oto-otot.Sudah mulai didapat infeksi dengan
jaringan nekrotik yang berbau.
 Derajat IV : Perluasan ulkus menembus otot,sehingga tampak tulang di daerah ulkus yang
dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.
Faktor-faktor penyebab dekubitus :
a. Faktor Intrinsik (dari tubuh sendiri);
- Status gizi;
- Anemia;
- Hipoalbuminemia;
- Penyakit-penyakit neurologik;
- Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
b. Faktor Ekstrinsik.
- Kebersihan tempat tidur;
- Alat-alat tenun yang kusut dan kotor;
- Peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu.
Pengelolaan Dekubitus :
a. Dekubitus Derajat I;
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis : kulit yang kemerahan
dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian dimassage 2-3
kali/hari.
b. Dekubitus Derajat II;
Terjadi ulkus yang dangkal : perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptik
dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat
bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga
merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Pergantian balut dan salep ini jangan
terlalu sering karena malah dapat merusakkan pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
c. Dekubitus Derajat III;
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat, diusahakan dapat mengalir keluar.Balut jangan
terlalu tebal dan sebaiknya transparan sehingga permeabel untuk masuknya udara/oksigen
dan penguapan.
d. Dekubitus Derajat IV.
Semua langkah-langkah di atas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus
dibersihkan,sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi.Beberapa preparat
enzim coba diberikan untuk usaha ini,dengan tujuan mengurangi perdarahan.Setelah
jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih,penyembuhan luka secara alami dapat
diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan oksigenasi pada daerah
luka,tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan
sampai transplantasi kulit setempat.
Skor Norton untuk mengukur resiko dekubitus
Tanggal
Nama Penderita Skor
Kondisi Fisik Umum : Aaaaaaa Aaaaaaa Aaaaaaa
- Baik 4
- Lumayan 3
- Buruk 2
- Sangat Buruk 1
Tanggal
Nama Penderita Skor
Kesadaran :
- Komposmentis 4
- Apatis 3
- Konfus/soporus 2
- Stupor/koma 1
Aktivitas :
- Ambulan 4
- Ambulan dengan bantuan 3
- Hanya bisa duduk 2
- Tiduran 1
Mobilitas :
- Bergerak Bebas 4
- Sedikit Terbatas 3
- Sangat Terbatas 2
- Tidak Bis Bergerak 1
Inkontinensia :
- Tidak 4
- Kadang-kadang 3
- Sering Inkontinensia Urine 2
- Inkontinensia Alvi dan Urine 1
Skor Total
Skor Total ≤ 14

Gunungsitoli, 24 Januari 2019


Diketahui
Direktur RSU Bethesda Gunungsitoli, Ketua Tim Geriatri
RSU Bethesda Gunungsitoli ,

dr. Idaman Zega, MM dr. Kanserina E. Dachi, Sp.PD., Finasim


DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A., & Spradley. B.W.(2005). Community health nursing promoting and protecting the
public health. (6 th ed), Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Anderson, E.T., & Mc. Farland, J. (2000). Community as partner teory and practice in nursing. (3
th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Ervin, N.F. (2002). Advance community health nursing practice: population focused care. New
Jersey: Prentice Hall
Stanhoppe, M. & Lancaster. (2005). Community and public health nursing. ( 5rd ed.) St. Louis:
Mosby-Year Book Inc.
Darmojo R.Boedhi dan Martono. (2004).Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).(edisi ke
3).Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai