Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia menempatkan para lanjut usia (lansia) pada posisi yang dihormati,bukan karena
nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang di masayarakat,tetapi juga karena lansia tergolong
dalam kelompok yang rentan. Penghormatan tersebut dapat berupa pemberian fasilitas dan pelayanan
khusus dalam rangka perlindungan dan pemenuhan hak- hak mereka sebagaimana diatur dalam
Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 79 Tahun 2014 . Salah satu wujudnya adalah tersedianya fasilitas
dan pelayanan khusus di rumah sakit berupa “ PELAYANAN GERIATRI SEDERHANA” terdiri
dari rawat jalan dan home care.

Data menunjukkan,jumlah lansia di Indonesia,baik itu dipedesaan maupun diperkotaan terus


meningkat.Berdasarkan jenis kelaminnya,jumlah lansia perempuan ± 9,5 juta lebih banyak dibanding
lansia laki-laki ± 8,2 juta.Penyebabnya adalah angka harapan hidup perempuan lebih tinggi jika
dibanding dengan angka harapan hidup laki-laki.

Keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan,pendidikan,kesehatan,dan program –


program terkait, berdampak pada menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya usia harapan
hidup.Peningkatan usia lanjut sering disertai dengan meningkatnya berbagai penyakit dan
ketidakmampuan (disability), sehingga diperlukan perawatan dan pengobatan dengan waktu yang
cukup lama, sedangkan fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi lansia di rumah sakit masih sangat
kurang.

B. TUJUAN
Panduan Pelayanan Geriatri disusun agar ada standar pelayanan kesehatan bagi lansia sudah yang
populasinya sudah semakin meningkat,yaitu :

1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi- tingginya,sehingga
terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan
2. Memelihara kesehatan malalui aktivitas fisik dan mental
3. Merangsang para petugas kesehatan ( dokter,perawat) untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnose yang tepat dan dini,bila dijumpai suatu kelainan.
4. Mencari upaya semaksimal mungkin,agar para lansia yang menderita penyakit atau gangguan
kesehatan,dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan
(memeliha kemandiarian secara maksimal)

1
5. Bila para lansia sudah sudah sampai stadium terminal/ penyakit atau gangguan kesehatan sudah
tidak dapat disembuhkan, ilmu ini menganjarkan untuk tetap memberikan bantuan yang simpatik
dan perawatan dengan penuh pengertian, (dalam akhir hidupnya memberikan bantuan moril dan
perhatian yang maksimal,sehingga kematiannya berlangsungnya dengan tenang
6. Memberdayakan kemandirian penderita dalam waktu lama dan mencegah disabilitas- handicap
diwaktu mendatang.Sifat dari asesmen ini tidak sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin
dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan.

C. PENGERTIAN
1. Gerontologi : cabang ilmu yang membahas / menangani tentang proses penuaan / masalah
yang timbul pada orang yang berusia lanjut
2. Pasien Geriatri : orang tua berusia diatas 60 tahun yang memiliki lebih dari satu
/multipatologi akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani,dan atau kondisi sosial yang
bermasalah atau berusia 70 th dengan satu penyakit atau lebih.
3. Konsep/pengertian secara bertingkat dari mundurnya kemandirian lansia yaitu :
a. Hambatan (impairment) adalah setiap kehilangan atau kelainan,baik
psikologik,fisiologik, maupun struktur atau fungsi anatomic
b. Disabilitas adalah semua retriksi atau kekurangan dalam kemampuan untuk melakukan
kegiatan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang normal
c. Handicap adalah ketidakmampuan seseorang sebagai akibat impairment/ disabilitas
sehingga membatasinya untuk melaksanakan peranan hidup secara normal
(berhubungan erat dengan usia,jenis kelamin, dan factor- factor social budaya
4. Asesmen Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk menilai aspek
medik,Fungsional,psikososial,dan ekonomi penderita usia lanjut dalam rangka menyusun
program pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang rasional.
5. Tim Geriatri adalah suatu tim multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin untuk
menangani masalah kesehatan usia lanjut.Tim ini tediri dari atas dokter geriatris,dokter
umum ygang dilatih,dokter spesialis psikologis,perawat yang telah mendapatkan pelatihan
geriatric,fisioterapi,nitrisionis dan farmasi.

2
D. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup Pelayanan Geriatri di RSU Kasih IBU meliputi :
1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam
2. Dokter Spesialis Penyakit Bedah
3. Dokter Spesialis Penytakit mata
4. Dokter Spesialis Penyakit Syaraf
5. Dokter Spesialis Penyakit THT
6. Dokter Spesialis obgyn
7. Dokter Spesialis Gizi
8. Dokter Spesialis Rehab Medis
9. Ruang Rawat Inap
10. Instalasi Rawat Jalan
11. Instalansi Gawat Darurat (IGD)
12. Unit Pendaftaran/Admin
13. Fisioterapi
14. Gizi.
15. Labolatorium
16. Radiologi

Berdasarkan Kemampuan Pelayanan di RSU Kasih Ibu maka pelayanan geriatri dilakukan pada
tikat sederhana dimana pelayanan geriatric terdiri dari pelayanan rawat jalan dan kunjungan rumah
( Home Care )

Tingkatan sebagaimana dimaksud sebelumnya ditetapkan berdasarkan Jenis Pelayanan, Sarana


dan Prasarana, Peralatan, Ketenagaan

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di RSU Kasih Ibu Denpasar terdiri atas tenaga kesehatan
dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri
di RSU Kasih Ibu Denpasar.

Pelayanan Geriatri di RSU Kasih Ibu dilakukan pada tingkat sederhana yang terdiri dari
Pelayanan Poliklinik Rawat Jalan dan Home Care. Dimana tim pelayanan pasien geriatric terdiri dari:

1. Tim Terpadu Geriatri terdiri atas ketua dan koordinator pelayanan dan anggota.
2. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit.
3. Ketua Tim Terpadu Geriatri terdiri atas:
a. Dokter spesialis penyakit / Dokter spesialis penyait dalam konsultan geriatrist untuk
pelayanan Geriatri tingkat sederhana.
b. Koordinator pelayanan dibentuk sesuai dengan masing-masing pelayanan pada
pelayanan Geriatri tingkat sederhana.

Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas:

1. Dokter spesialis penyakit dalam


2. Dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri
3. Dokter umum dan atau dokter umum yang telah mengikuti pelatihan geriatric
4. Perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau pelatihan
keterampilan inteligensia
5. Apoteker
6. Tenaga gizi
7. Fisioterapis
8. Okupasi terapis

4
BAB III
STANDAR FASILITAS
Ruang pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas :
1. Ruang pendaftaran/administrasi
Ruang pendaftaran/administrasi sebagaimana dimaksud dapat bergabung dengan ruang
pendaftaran/administrasi lain di Rumah Sakit. Ruang pendaftaran administrasi ini harus cukup
luas untuk penempatan meja tulis, lemari arsip untuk penyimpanan dokumen medik pasien.
Letaknya dekat dengan ruang tunggu, sehingga mudah dilihat oleh pasien yang baru datang.
2. Ruang tunggu Ruang tunggu harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman, baik untuk pasien
dari luar ataupun dari bangsal yang menggunakan kursi roda atau tempat tidur.
3. Ruang periksa Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi dengan fasilitas dan
alat-alat pemeriksaan. Ruangan terdiri dari:
a. Ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk melakukan anamnesis;
b. Ruang periksa dokter/tim geriatri;
c. WC dan kamar mandi
d. Ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan keluarga pasien (family meeting)
4. Ruang Tim Terpadu Geriatri Ruang tim terdiri dari :
a. Ruang ketua tim
b. Ruang anggota
c. (satu) ruang pertemuan untuk tim
d. Ruang istirahat karyawan dan pantry
e. Kamar kecil untuk karyawan

5
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. PELAYANAN GERIATRI
1. Batasan Pelayanan
Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan pendekatan interdisplin
yang mencakup aspek medik promotive,preventif,kuratif dan rehabilitative serta aspek social
dan psikologik pada usia lanjut.Rumah Sakit Kasih Ibu menyediakan Pelayanan Geriatri
Sederhana.Yang dimaksud pelayanan geriatri sederhana adalah suatu bentuk pelayanan
geriatric yang mempunyai kegiatan hanya berupa pelayanan poliklinik dan home
care.Pelayanan tersebut diberikan oleh Tim Geriatri yang terdiri dari :
- Dokter Spesialis Geriatri
- Dokter Umun yang telah mendapat pelatihan geriatric
- Tim Rehabilitasi Medik,minimal fisioterapis
- Ahli Gizi
2. Alur Pelayanan Geriatri

Pasien Usia Lanjut

Triase Di Setiap
Poliklinik / IGD
Rawat Jalan (Poliklinik)
- Assesmen dan
konsultasi
Assessment geriatric - Kuratif
komprehensif oleh tim - Intervensi
terpadu poli geriatri Psikososial
- Rehabilitasi

Masalah Geriatri:

- Kondisi Medis Umum


- Status Fungsional Rencana Tatalaksana
- Psikiatri: Homecare
Komprehensif oleh Tim
o Status Mental Terpadu poli Geriatri
o Fungsi Kognitif
- Sosial dan Lingkungan

6
3. Pelayanan Pasien Geriatri di RSU Kasih Ibu
a. Apabila pasien masuk dengan usia > 60 th dan saat masuk pasien hanya didapatkan satu
diagnose penyulit maka pasien tersebut dirawat oleh DPJP
b. Setelah dirawat dan didapatkan diagnose lebih dari satu maka pasien dikonsultasikan
kepada Tim Geriatri sesuai dengan permasalahan ( diagnosa) dan dilakukan pengisian
assement geriatric oleh salah satu Tim Geriatri sesuai dengan jadual atau sesuai yang
ditunjuk oleh DPJP Utama.
4. Jenis Pelayanan Geriatri di RSU Kasih Ibu
a. Poliklinik Geriatri
Tempat ini memberikan jasa pengadaan assement , tindakan kuratif sederhana dan
konsultasi bagi penderita rawat jalan, baik dari masyarakat, puskesmas,maupun antar
poliklinik.Tenaga minimal yang dibutuhkan adalah dokter spesialis
geriatric/geriatrism,seorang perawat
b. Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi medik adalah pelayanan terpadu dengan pendekatan medik, psikososial,
edukasional untuk mencapai kemampuan fungsional semaksmal mungkin. Penyakit pada
usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi kecacatan, sehingga oleh WHO selalu
diharapkan penegakan diagnosis pasien usia lanjut dalam aspek impairment, disabilitas
dan handicap, sehingga rehabilitasi medik merupakan aspek penting dalam pelayanan
lansia dan harus dilaksanakan secepat mungkn sejak pasien masuk sampai pulang sesuai
kebutuhannya.
Untuk memulai program rehabilatasi medik pada lansia, tenaga professional harus
mengetahui kondisi lansia saat itu juga, baik penyakit yang menyertai maupun
kemampuan fungsional yang mampu dilakukan. Banyak instrument untuk menilai
kemampuan seorang lansia, salah satu diantaranya adalah index katz yang cukup
sederhana dan mudah diterapkan untuk menilai kemampuan fungsional AKS (Aktivitas
Kehidupan Sehari-hari) dan juga untuk meramalkan prognosis dari berbagai macam
penyakitr pada golongan lansia. Adapun aktivitas yang dinilai dengan menggunakan
BARTHEL INDEX

7
Instrument pengkajian ADL dengan Indeks barthel
Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi mengukur
kemadirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga
digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien
yang mengalami gangguan keseimbangan.
Menggunakan 10 indikator yaitu
Tabel 1. Instrument pengkajian dengan Indeks Barthel

No Item yang dinilai Skor Nilai


1. Makan (Feeding) 0 = tidak mampu
1=butuh bantuanmemotong,mengoles
mentega dll
2 = mandiri
2. Mandi (Bathing) 0= Tergantung orang lain
1= Mandiri
3. Perawatan Diri 0= Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1= Mandiri dalam perawatan muka,
rambut,gigi dan bercukur
4. Berpakaian (Dressing) 0= Tergantung orang lain
1= Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
2= Mandiri
5. Buang air kecil (Bowel) 0= Inkontinensia atau pakai kateter dan
tidak terkontrol
1= Kadang inkontinensia (maks
1x24jam)
2= Kontinensia (teratur untuk lebih
dari 7hari)
6. Buang air besar 0= Inkontinensia (tidak teratur atau
(Bladder) perlu enema)
1= Kadang inkontinensia (sekali
seminggu)
2= Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0= Tergantung bantuan orang lain
1= Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2= Mandiri
8. Transfer 0= Tidak mampu
1= Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2= Bantuan kecil (1 orang)
3= Mandiri
9. Mobilitas 0= Immobile(tidak mampu)
1= Menggunakan kursi roda
2= Berjalan dengan bantuan satu orang
3= Mandiri (meskipun menggunakan

8
alat bantu seperti tongkat )

10. Naik turun tangga 0= Tidak mampu


1= Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2= Mandiri

Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total

5. Assesment Geriatri:
Assesment Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk menilai aspek medik,
fungsional, psikososial dan ekonomi penderita usia lanjut dalam rangka menyusun program
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang rasional. Assesment ini bersifat tidak sekedar
multidisiplin tetapi juga interdisiplin dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas
pelayanan kesehatan.

6. Yang Perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri:


Pasien usia > 60 tahun menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degenerative dengan
atau tanpa disertai penyakit akut atau pasien usia >75 tahun dengan satu penyakit kronis
ataupun penyakit akut diantarannya:
- Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami jatuh (falls) atau imobilisasi
(bedridden);
- Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri ( self care). Seperti kesulitan makan atau
berpakaian;
- Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan tingkah laku (behavior)
dini;
- Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit Parkinson, arthritis, gangguan
berkemih (inkontinensia urine), atau gangguan buang air besar.

7. Prinsip – Prinsip Pelayanan Geriatri adalah sebagai berikut:


- Pendekatan menyeluruh (biopsikososialspiritual);

9
- Orientasi terhadap kebutuhan klien;
- Diagnosis secara terpadu;
- Team work (koordinasi);
- Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.

8. Kriteria Pelayanan Lansia;


- Kooprehensif: adanya dukungan finansial yang adekuat, perawatan sehari-hari, pelayanan
kesehatan yang memadai, pendidikan kesehatan, perawatan keluarga, kebutuhan rekreasi
dan aktivitas fisik dan pelayan transfortasi;
- Adanya kerjasama/terkoordinasi lintas program/sectoral;
- Mudah dijangkau;
- Memperhatikan kualitas pelayanan.

9. Tata Laksana Assesment Lansia


Assesment lansia adalah suatu rangkaian kegiatan proses keperawatan yang:
- Ditujukan kepada usia lanjut;
- Meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis, sosial
dan spiritual;
- Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan;
- Membuat perencanaan;
- Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi.

10. Tujuan Assesment Usia Lanjut;


a. Menegakkan:
- Diagnosis kelainan fisik/ psikis yang bersifat fisiologik;
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat patologik;
- Dan melakukan terapi atas kelainan tersebut.
b. Menegakkan adanya gangguan organ/sistem (impairment), ketidakmampuan (disabilitas)
dan ketidakmampuan sosial (handicap) untuk dapat dilakukan terapi dan/ atau rehabilitasi.
c. Untuk mengetahui sumber daya sosial ekonomi dan lingkungan yang dapat digunakan
untuk penatalaksaan penderita tersebut.

10
BAB V

LOGISTIK

Jumlah peralatan didasarkan pada:

1. kebutuhan pelayanan
2. rata-rata jumlah kunjungan setiap hari.
3. Angka rata-rata pemakaian tempat tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) bagi pelayanan rawat inap
4. evaluasi kemampuan alat dan efisiensi penggunaan alat.

Adapun alat yang disediakan pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana di RSU Kasih Ibu Denpasar:

a. Tempat tidur pasien


b. 1 set alat pemeriksaan fisik
c. EKG
d. X-ray Viewer
e. Timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan
f. Instrumen penilaian Kognitif, Psikologi, Psikiatrii

11
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan pasien / Patient Safety adalah suatu sistem di mana Rumah Sakit membuat atau
memberikan pelayanan kesehatan dan asuhan pasien yang lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
assessment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisa insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

1. IKP ( insiden keselamatan pasien ) adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cidera yang seharusnya tidak terjadi. IKP terdiri dari :
2. KPC adalah suatu insiden yang berpotensi / beresiko menimbulkan cidera pada pasien akibat suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan seharusnya
3. KNC adalah suatu insiden yang hampir menyebabkan cidera pada pasien akibat suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya
4. KTC adalah suatu insiden yang tidak menimbulkan cidera
5. KTD adalah suatu insiden yang menyebabkan cidera pada pasien
6. Sentinel Event adalah suatu KTD yang menimbulkan kematian atau cidera serius

B. Tata Laksana

Kegiatan keselamatan pasien Rumah Sakit Kasih Ibu Denpasar mengacu kepada Tujuh Standar
Keselamatan pasien.

1. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (Mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” Yang
Dikeluarkan Oleh Joint Commision On Accreditation Of Health Organization,Illinois, Usa, Tahun
2002)
a. Hak Pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga

12
c. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
d. Penggunaan metode metode peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi dan
meningkatkan keselamatan pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik staf dalam keselamatan pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
2. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Panduan bagi staf rumah sakit Kasih Ibu
a. Bangun budaya akan nilai keselamatan pasien (ciptakan kepemimpinan dan budaya yang
terbuka dan adil)
b. Pimpin dan dukung staf anda, bangun komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang
KP di RS anda
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko, ”kembangkan system dan proses pengelolaan
resiko, serta lakukan identifikasi dan assasmen hal yang potensial bermasalah”
d. Kembangkan system pelaporan, ”pastikan staf anda agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pola pelaporan kepada KPP-RS”
e. Libatkan dan komunikasi dengan pasien, ”kembangkan cara cara komunikasi yang
terbuka dengan pasien”
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien,”dorong staf anda untuk
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu
timbul”
g. Cegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien,’gunakan informasi yang
ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada system pelayanan”

Kegiatan Keselamatan Pasien Rumah Sakit tertuang ke dalam program kerja Keselamatan pasien
Rumah Sakit Kasih Ibu Denpasar. Dimana program keselamatan pasien di rumah sakit Kasih Ibu
Denpasar meliputi :

1. Enam Sasaran Keselamatan Pasien yaitu :


a. Identifikasi pasien secara benar
b. Meningkatkan komunikasi efektif
c. Meningkatkan keselamatan penggunaan obat-obat high alert
d. Menerapkan keselamatan operasi
e. Menurunkan resiko infeksi nosocomial
f. Menurunkan resiko cedera karena jatuh
2. Terlaksananya pencatatan dan pelaporan insiden di rumah sakit.

13
3. Terlaksananya pendidikan dan pelatihan keselamatan pasien kepada seluruh staf di RSU Kasih Ibu
Denpasar.
4. Tersosialisasinya rekomendasi dan hasil analisis laporan insiden di RSU Kasih Ibu Denpasar.

14
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi:
1. Pencegahan dan Pengendalian PPI
2. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas

B. Keselamatan dan Kesehatan Karyawan


Melakukan pemeriksaan kesehatan meliputi :
1. Pemeriksaan kesehatan prakerja
2. Pemeriksaan kesehatan berkala
3. Pemeriksaan kesehatan khusus diunit beresiko yaitu kamar operasi, ICU, laboratorium,
radiologi, sanitasi gizi dan linen
4. Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum bekas).
5. Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja
6. Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya
7. Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi petugas
8. Monitoring penggunaan bahan desinfeksi

C. Pengelolaan Bahan dan Barang Berbahaya


1. Monitoring kerjasama pengendalian hama.
2. Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya.
3. Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3

D. Kesehatan Lingkungan Kerja


Kesehatan lingkungan kerja dilakukan dengan memonitoring kegiatan berikut:
1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
2. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
3. Penyehatan air
4. Pengelolaan limbah
5. Pengelolaan tempat pencucian
15
6. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
7. Disinfeksi dan sterilisasi
8. Kawasan tanpa rokok

E. Sanitasi Rumah Sakit


Melakukan monitoring terhadap kegiatan berikut
1. Penatalaksanaan ergonomi
2. Pencahayaan
3. Pengawaan dan pengaturan udara
4. Suhu dan kelembaban
5. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
6. Penyehatan air
7. Penyehatan tempat pencucian

F. Sertifikasi/ Kalibrasi Sarana, Prasarana dan Peralatan


Melakukan pemantauan terhadap hal-hal berikut:
1. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan nonmedis
2. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis

G. Pengelolaan Limbah Padat, Cair dan Gas


1. Limbah padat, yang meliputi
a. Limbah infeksius
b. Limbah non infeksius
2. Limbah cair
3. Limbah gas

H. Pendidikan dan Pelatihan


1. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal, meliputi :
a. Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.
b. Pelatihan penanggulangan bencana.
c. Simulasi penanggulangan bencana

16
d. Pelatihan penggunaan APD
e. Pelatihan surveilens
f. Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
g. Pelatihan pemadaman api dengan APAR.
h. Pelatihan bagi regu pemadam
i. Pelatihan ( training of trainer ) spesialis penanggulangan kebakaran
j. Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3
k. Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu

2. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau Intansi lain bagi
personil K3.

3. Upaya promotif dan edukasi


a. Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit pelayanan.
b. Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
c. Kepatuhan kebersihan tangan.

4. Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan


Meliputi :
a. Mengagendakan laporan dan rencana kerja Pelayanan Geriatri
b. Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk.
c. Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan Pelayanan geriatri
d. Mendokumentasikan setiap kegiatan
e. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan Pelayanan Geriatri kepada Direksi baik
diminta atau tidak.

17
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan keberhasilan


program pelayanan kesehatan bagi pasien geriatri. Pemantauan dan evaluasi harus ditindaklanjuti untuk
menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif.
Pemantauan dan evaluasi mutu dilakukan dalam bentuk kegiatan pencatatan dan pelaporan. Ada beberapa
indikator dalam pencatatan dan pengendalian mutu pelayanan geriatri, diantaranya sebagai berikut:

1. Lama rawat
Lama rawat pasien geriatri di ruang rawat inap akut tergantung dari kemampuan TTG serta
dukungan sarana dan prasarana. Makin terampil dan lengkap, lama rawat akan semakin singkat.
Rata-rata lama rawat pasien geriatri yang masuk karena mengalami geriatric giants dan dirawat
inap dengan menerapkan pengkajian paripurna pasien geriatri adalah 12 hari.
2. Status fungsional
Status fungsional pasien diukur sejak pasien masuk rumah sakit sampai saat pemulangan. Diukur
rata-rata kenaikan skor status fungsional pasien geriatri dengan karakteristik seperti di atas adalah
4/20 jika menggunakan instrumen ADL Barthel.
3. Kualitas hidup
Penilaian kualitas hidup harus menggunakan instrumen yang mampu menilai kualitas hidup
terkait kesehatan (health related quality of life = HRQoL). Salah satu instrumen yang sering
digunakan adalah EQ5D (Euro-Quality of Life Five Dimension) yang mengukur lima dimensi
atau aspek yang memengaruhi kesehatan. Standar nilai EQ5D ≥ 0,71 dengan EQ5D-VAS
minimal 79%.
4. Rawat inap ulang (rehospitalisasi)
Rehospitalisasi adalah perawatan kembali setelah pulang ke rumah dari rumah sakit. Perawatan
yang terjadi kembali dalam 30 hari pertama pascarawat menggambarkan adanya permasalahan
kesehatan yang sesungguhnya belum optimal ditatalaksana di rumah sakit. Persentase maksimal
rehospitalisasi pasien geriatri pascarawat inap akut adalah 15%. Rehospitalisasi ini dapat
dipengaruhi oleh kesiapan tim terpadu geriatri serta dukungan yang ada di rumah sakit.
Rehospitalisasi juga tak terlepas dari pengaruh kemampuan puskesmas dan community based
geriatric service.
5. Kepuasan pasien
Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara sahih dapat mengukur
kepuasan pasien. Salah satu instrumen yang sering digunakan adalah Patients’s Satisfaction

18
Questionair (PSQ) yang telah diuji kesahihan (Spearman correlation coefficient: 0,383 – 0,607 ; p
< 0,01) dan keandalannya (Cronbach’s alpha: 0,684). Instrumen ini memiliki nilai standar
minimal 190.

RSU Kasih Ibu Denpasar melayani pelayanan Geriatri tingkat sederhana, pemantauan indikjator yang
dilakukan adalah:

1. Kepuasan pasien Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara
sahih dapat mengukur kepuasan pasien RSU Kasih Ibu Denpasar Diharapkan Kepuasan
pelanggan pasien mencapai 80 %
2. Kelengkapan Pengisian Assesemnt Awal Pasien Geriatri. Setiap pasien geriatri baru yang
melakukan kunjungan ke poliklinik rawat jalan pelayanan geriatri harus dilakukan pengkajian
awal pasien menggunakan Penilaian Awal Medis dan Keperawatan Rawat Jalan Geriatri.
Diharapkan assessment awal pasien geriatri memenuhi target kelengkapan 80%. Yang
dievaluasi tiap bulannya dengan menggunakan metode sampling

19
BAB IX

PENUTUP

Pedoman Pelayanan Geriatri ini diharapkan menjadi panduan penyelenggaraan pelayanan lanjut
usia/ geritarik secara terpadu dan nyaman di RSU Kasih Ibu. Pelaksanaan pelayanan geriatri di RSU
Kasih Ibu harus disesuaikan dengan SDM yang tersedia, peralatan, sarana dan prasarana sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan, selain itu perlu adanya kerjasama tim terpadu geriatri yang secara bersama-
sama menangani pasien geriatri sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing sehingga terwujud
pelayanan geriatri yang terpadu. Pedoman petunjuk teknis pelayanan ini selanjutnya perlu dijabarkan
dalam prosedur tetap guna kelancaran pelaksanaannya.

20

Anda mungkin juga menyukai