Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia menempatkan para lanjut usia ( lansia ) pada posisi yang dihormati, bukan saja
karena nilai – nilai budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat, tetapi juga karena
lansia tergolong dalam kelompok yang retan. Penghormatan tersebut dapat berupa
pemberian fasilitas dan pelayanan khusus dalam rangka perlindungan dan pemenuhan
hak – hak mereka sebagai mana diatur dalam pasal 18 UU Nomor 39 Tahun 1999. Salah
satu wujudnya adalah terdsedianya fasilitas dan pelayanan khusus dirumah sakit berupa
kursi roda, lift khusus, toilet, jalan /akses berupa pelayanan geriatric.
Data menunjukkan jumlah lansia di Indonesia baik itu dipedesaan maupun di
perkotaan terus meningkat, berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah lansia perempuan ± 9,5
juta lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki ±8,2 juta. Penyebabnya adalah angka
harapan hidup perempuan lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka harapan hidup
laki –laki.
Keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan, dan
program-program terkait, berdampak pada menurunnya angka kelahiran dan
meningkatnya usia harapan hidup. Peningkatan usia lanjut sering disertai dengan
meningkatnya berbagai penyakit dan ketidak mampuan (disability), sehingga diperlukan
perawatan dan pengobatan dengan waktu yang cukup lama, sedangkan fasilitas dan
pelayanan kesehatan lansia dirumah sakit masih sangat kurang.

B. TUJUAN
Panduan pelayanan geriatri disusun agar ada standar pelayanan kesehatan bagi lansia
yang populasinya sudah semakin meningkat, yaitu :
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi – tingginya,
sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan.
2. Memelihara kesehatan melalui aktivitas fisik dan mental.
3. Merangsang para petugas kesehatan (dokter,perawat) untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini , bila dijumpai suatu kelainan.
4. Mencari upaya semaksimal mungkin,agar para lansia yang menderita penyakit atau
gangguan kesehatan, dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu
suatu pertolongan ( memelihara kemandirian secara maksimal).
5. Bila para lansia sudah sampai stadium terminal/penyakitatau gangguan kesehatan
sudah tidak dapat disembuhkan, sehingga kematiannya berlangsung dengan tenang.
6. Memberdayakan kemandirian penderita dalam waktu lama dan mencegah disabilitas
– handicap diwaktu mendatang. Sifat dari assesmen ini tidak sekedar multi-disiplin
tetapi juga interdisiplin dengan koordinasu serasi antar disiplin dan lintas pelayanan
kesehatan.

C. PENGERTIAN
1. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas
2. Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari aspek kesehatan
dan kedokteran pada warga Lanjut Usia termasuk pelayanan kesehatan kepada Lanjut
Usia dengan mengkaji semua aspek kesehatan berupa promosi, pencegahan,
diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi.
3. Psikogeriatri adalah cabang dari ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari masalah
kesehatan jiwa yang menyangkut aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
serta masalah psikososial yang menyertai Lanjut Usia.
4. Pasien Geriatri adalah pasien Lanjut Usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan
akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan Multidisiplin
yang bekerja secara Interdisiplin.
5. Hendaya (Handicap) adalah kondisi kemunduran seseorang akibat adanya
ketunaan/kelainan dan/atau ketidakmampuan yang membatasinya dalam memenuhi
peran sosialnya yang normal menurut umur, jenis kelamin serta faktor sosial,
ekonomi dan budaya.
6. Rehabilitasi medik adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi
yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit ataupun cedera melalui paduan
intervensi medik, keterapian fisik, rehabilitatif, bio-psiko sosial dan edukasional
untuk mencapai kemampuan fungsional yang optimal.
7. Status Fungsional adalah kemampuan untuk mempertahankan kemandirian dan untuk
melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
8. Multidisiplin adalah berbagai disiplin atau bidang ilmu yang secara bersama-sama
menangani penderita dengan berorientasi pada ilmunya masing-masing.
9. Interdisiplin adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh berbagai
disiplin/bidang ilmu yang saling terkait dan bekerja sama dalam penanganan pasien
yang berorientasi pada kepentingan pasien.
10. Klinik Asuhan Siang (day care) adalah klinik rawat jalan yang memberikan
pelayanan rehabilitasi, kuratif, dan asuhan psikososial.
11. Tim Terpadu Geriatri adalah suatu tim Multidisiplin yang bekerja secara Interdisiplin
untuk menangani masalah kesehatan Lanjut Usia dengan prinsip tata kelola pelayanan
terpadu dan paripurna dengan mendekatkan pelayanan kepada pasien Lanjut Usia.
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayan geriatri di Rumah Sakit Abdi Waluyo meliputi :
1. Dokter spesialis penyakit dalam
2. Dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah
3. Dokter spesialis Kejiwaan
4. Dokter spesialis penyakit saraf
5. Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi
6. Dokter spesialis penyakit mata
7. Dokter spesialis penyakit THT
8. Dokter spesialis penyakit kulit
9. Dokter spesialis penyakit obsgyn
10. Dokter spesialis penyakit orthopedi
11. Dokter umum
12. Ruang rawat inap
13. Instalasi rawat jalan
14. Instalasi gawat darurat
15. Unit pendaftaran / admisi
16. Instalasi bedah sentral
17. Fisioterapi
18. Farmasi
19. Tenaga gizi
BAB III
TATALAKSANA
A. PELAYANAN GERIATRI
1. Batasan pelayanan
Pelayanan geriatrik adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
interdisiplin yang mencakup aspek medis, promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif serta aspek sosial dan psikologik pada pasien usia lanjut.
a. Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas
rawat jalan dan kunjungan rumah (home care). Terdiri dari:
 Dokter spesialis penyakit dalam;
 dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit
 Dokter umum
 perawat yang telah mengikuti pelatihan
 apoteker
 tenaga gizi
 fisioterapis; dan
 okupasi terapis.
b. Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas
rawat jalan, rawat inap akut, dan kunjungan rumah (home care).
Terdiri dari:
 Dokter spesialis penyakit dalam;
 Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi;
 Dokter spesialis kedokteran jiwa/psikiater ;
 Dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit
 Dokter umum
 perawat yang telah mengikuti pelatihan
 apoteker
 tenaga gizii
 fisioterapis
 okupasi terapis.
 psikolog; dan
 pekerja sosial.
c. Jenis pelayanan Geriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas
rawat jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik
Asuhan Siang. Terdiri dari:
 dokter spesialis penyakit dalam;
 dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi;
 dokter spesialis kedokteran jiwa/psikiater
 dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien
Geriatri;
 dokter;
 perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau
pelatihan keterampilan inteligensia;
 apoteker;
 tenaga gizi;
 fisioterapis;
 okupasi terapis;
 terapis wicara;
 perekam medis;
 psikolog; dan
 pekerja sosial.

d. Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan,


Klinik Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap
Psikogeriatri, penitipan Pasien Geriatri (respite care), kunjungan
rumah (home care), dan Hospice. Terdiri dari:
 dokter spesialis penyakit dalam konsultan Geriatri
 dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi;
 dokter spesialis kedokteran jiwa/psikiater
 dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien
Geriatri;
 dokter;
 perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau
pelatihan keterampilan inteligensia;
 apoteker;
 tenaga gizi;
 fisioterapis;
 okupasi terapis;
 terapis wicara;
 perekam medis;
 psikolog; dan
 pekerja sosial.

2. Alur pelayanan geriatri


a. Bagan alur pelayanan geriatri

Pasien Lanjut Usia

Triase di setiap Poliklinik


Departemen/ UGD
Rawat jalan / Poliklinik

- Asesmen dan konsultasi


Asesmen geriatric
- Kuratif
komprehensif oleh tim
- Intervensi psikososial
terpadu poli geriatri
- Rehabilitasi

Masalah geriatric:

- Kondisi medis umum Rencana tatalaksana


Home care / asuhan
- Status fungsional komprehensif oleh
rumah
- Psikiatri: Status mental, tim terpadu poli
fungsi kognitif geriatri
- Sosial dan lingkungan

 Pelayanan pasien geriatri di rumah sakit Abdi Waluyo akan diberikan
pada:
 Pasien usia lanjut (≥ 60 tahun) memiliki lebih dari 1 (satu)
penyakit fisik dan/atau psikis; atau memiliki 1 (satu) penyakit
dan mengalami gangguan akibat penurunan fungsi organ,
psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan
pelayanan kesehatan.
 Pasien dengan usia 70 (tujuh puluh) tahun ke atas yang
memiliki 1 (satu) penyakit fisik dan/atau psikis.
 Apabila pasien masuk dengan usia ˃ 60 tahun dan saat masuk pasien
hanya didapatkan 1 , maka pasien dirawat sesuai dengan DPJPnya.
 Setelah dirawat dan didapatkan diagnosa lebih dari 1, maka pasien
dikonsultasikan /diraberkan kepada tim geriatrik sesuai dengan
permasalahannya dan dilakukan pengisian asesmen geriatri oleh salah
satu dari tim geriatri sesuai dengan jadwal atau sesuai yang ditunjuk
oleh DPJP utama.

3. Jenis pelayanan geriatri


a. Poliklinik geriatri
Tempat ini memberikan jasa pengadaan asesmen , tindakan kuratif
sederhana dan konsultasi bagi penderita rawat jalan, baik dari
mayarakat , puskesmas, maupun antar poliklinik. Tenaga minimal
yang dibutuhkan adalah dokter umum/internis yang telah mendapat
kursus geriatric atau dokter spesialis geriatric, seorang perawat dan
seorang petugas sosial medik.
b. Bangsal geriatri akut
Bangsal geriatri merawat pasien usia lanjut yang menderita penyakit
akut atau semi akut , antara lain : stroke akut, pneumonia, asidosis,
penyakit jantung kongestif dan lain-lain. Pasien lansia dilakukan
asesmen, tindakan kuratif dan rehabilitas oleh tim geriatric.
Ketenagaan dibangsal ini tergantung dari jumlah tempat tidur dan
kompleknya pelayanan yang diberikan minimal ada tenaga geriatric
yang mendapat kursus geriatri.
Tenaga di bangsal akut ini melayanai konsultasi dari bangsal lain yang
membutuhkan.
c. Rehabilitasi medik
Rehabilitasi medic adalah pelayanan terpadu dengan pendekatan
medic, psikososial, edukasional, dan vokasional untuk mencapai
kemampuan fungsional semaksimal mungkin.
Penyakit pada usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi
kecacatan, sehingga oleh WHO selalu diharapkan penegakan diagnosis
pasien usia lanjut dalam aspek impairment, disabilitas dan bandikap,
sehingga rehabilitasi medic merupakan aspek penting dalam pelayanan
lansia dan harus dilaksanakan secepat mungkin sejak pasien masuk
sampai pulang sesuai kebutuhan.
d. Bangsal geriatric kronis
Bangsal ini diperlukan untuk merawat pasien usia lanjut dengan
penyakit kronis yang memerlukan rawat inap dalam jangka waktu
yang lama dan memerlukan biaya yang sangat tinggi mengingat turn
over rute nya yang sangat rendah (sementara ini di rumah sakit
memfasilitasi di bangsal internis)
e. Pendidikan dan riset
Hal ini merupakan satu bagian inplisit dari suatu pemberian pelayanan
geriatric antara lain: dilaksanakan untuk pendidkan tenaga medis,
terapis, rehabilitasi, dan berbagai riset yang diperlukan untuk
meningkatkan pelayanan dan pengembangan ilmu geriatri.

4. Assessment geriatri
Assessment geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk
menilai aspek medik, fungsional, psikososial dan eklonomi penderita usia
lanjut dalam rangka menyusun pogram pengobtan dan pemeliharaan
kesehatan yang rasional. Assessment ini bersifat tidak sekedar multidisiplin
tetapi juga mendisplin dngan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas
pelayanan kesehtan
5. Yang perlu mendapatkan pelayanan geriatric
a) Menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif dengan atau
tanpa disertai penyakit akut
b) Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami jatuh
(falls), atau imobilisasi (bedrident)
c) Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care ) seperti
kesulitan makan atau berpakaian
d) Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan
tingkah laku (behavior) dini
e) Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis,penyakit
parkinson,arthritis,gangguan berkemih (inkontinensia urine),atau
gangguan buang air besar.

6. Prinsip – prinsip Pelayanan Geriatri adalah sebagai berikut :


a) Pendekatan menyeluruh (bio-psikososial spiritual)
b) Orientasi terhadap kebutuhan klien
c) Diagnosis secara terpadu
d) Team work (koordinasi)
e) Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya

7. Kriteria Pelayanan Lansia


a) Komprehensif : adanya dukungan financial yang adekuat, perawatan
sehari – hari, pelayanan kesehatan yang memadai, pendidikan
kesehatan, perawatan keluarga, kebutuhan rekreasi dan aktifitas fisik
dan pelayanan transportasi
b) Adanya kerjasama/terkoordinasi lintas program/sektoral
c) Mudah dijangkau
d) Memperhatikan kualitas pelayanan
8. Tata Laksana Assesment Lansia
Assessment Lansia adalah suatu rangkaian kegiatan proses keperawatan yang:
a) Ditujukan kepada usia lanjut
b) Meliputi kegiatan pengkajian dengan memperhatikan kebutuhan fisik
psikologis, sosial dan spiritual
c) Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan
d) Membuat perencanaan
e) Melaksanakan impelementasi dan melakukan evaluasi

9. Tujuan Assesment Usia Lanjut


a) Mengakkan
1) Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat fifiologik
2) Diagnosis kelainan fisik/psikologis bersifat patologik
3) Dan melakukan terapi atas kelainan tersebut
b) Menegakkan adanya gangguan organ/system (impairment),
ketidakmampuan (disabilitas) dan ketidakmampuan sosial (handicap)
untuk dapat dilakukan terapi dan atau rehabilitasi
c) Untuk mengetahui sumber daya sosial ekonomi dan lingkungan yang
dapat digunakan untuk pelaksanaan penderita tersebut
10. Proses Assesment Usia Lanjut

Pasien Lanjut Usia

Triase di setiap Poliklinik


Departemen/ UGD
Rawat jalan / Poliklinik

- Asesmen dan konsultasi


Asesmen geriatrik*
- Kuratif
komprehensif oleh tim
- Intervensi psikososial
terpadu poli geriatri
- Rehabilitasi

Masalah geriatric:

- Kondisi medis umum Rencana tatalaksana


Home care / asuhan
- Status fungsional komprehensif oleh
rumah
- Psikiatri: Status mental, tim terpadu poli
fungsi kognitif geriatri
- Sosial dan lingkungan

(*terlampir pada BAB IV)

B. GERIATRIC GIANTS
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan usia muda. Harus
dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi berkenaan dengan bertambahnya usia
atau memang ada suatu proses patologi sebagai penyebabnya. Beberapa problema
klinik dari ponyakit pada lansia yang sering dijumpai disebut “GERIATRIC
GIANTS” yang terdiri dari ;
1. Sindroma Selebral;
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut, dapat
dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhapat perubahan
perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun faktor lain, misalnya yang
berkaitan dengan tekanan darah seperti fungsi jantung, bahkan fungsi otak yang
berkaitan dengan pengaturan tekanan darah (system otonom).
2. Konfusio dan Dimentia
Konfusio akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif yang
ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat kesadaran dan kewaspadaan
dan tanggungannya prodes berfikir yang berakibat terjadinya disorientasi.
Gambaran klasik penderita konfusio yaitu:
a. Derajat kesadaran menurun, misalnya sulit untuk tetap bangun saat diperiksa;
b. Gangguan persepsi, antara lain ilusi, delusi, halusinasi, dan mis intreprestasi;
c. Terganggunya siklus bangun tidur dengan terjadinya insomnia, tetapi siang
hari tertidur;
d. Aktivitas spikomotor meningkat atau menurun;
e. Disorientasi waktu, tempat, dan orang;
f. Gangguan memori.
Dementia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga ,menyebabkan disfungsi hidup
sehari-hari. Secara garis besar, dementia pada usia lanjut dapat dikategorikan
dalam 4 (empat) golongan, yaitu:
a. Dementia degenerative primer 50-60%
b. Dementia multi-infark 10-2-%
c. Dementia yang reversibel atau sebagian reversibel 20-30%
d. Gangguan lain (terutama neurologic) 5-10%
Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental (PPSM=MMSE= Mini
Mental State Examination)
3. Gangguan Otonom
Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya gangguan syaraf
otonom pada usia lanjut adalah:
- Dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan pada
neurotransmisi pada ganglion otonom, berupa penurunan asetil kolin
terutama disebabkan oleh penurunan enzim utama, yaitu kolin
asetilase. Hal ini cenderung menurunkan fungsi otonom.
4. Inkontinensia
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan utama pada poenderita
lansia.Inkontinensia adalah pengeluaran urine (atau feses) tanpa disadari, dalam
jumlah dan frekwensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan
kesehatan atau sosial.
Inkontinensia dapat disebabkan oleh “DRIP”
D= Delirium
R= Retreksi mobilitas, retensi;
I= Infeksi, inflamasi, impaks feses
P= Pharmasi (obat-obatan), poliuri
5. Jatuh (The True Geriatric Glant)
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang
lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuh pada lansia :
a. Faktor intrinsic
- Kondisi fisik dan neuropsikiatrik
- Penurunan visus dan pendengaran
- Perubahan neuro muskulet, gaya berjalan, dan reflek postural karena
proses menua.
b. Faktor Ekstrinsik
- Obat-obatan yang diminum
- Alat-alat bantu berjalan
- Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya).
Penyebab-penyebab jatuh pada lansia :
a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama;
b. Nyeri kepala atau vertigo;
c. Hipotensi orthoastatic
d. Obat-obatan
e. Proses penyakit spesifik
f. Idiopatik
g. Sinkope
Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada
lansia:
a. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil,
atau tergeletak dibawah;
b. Tempat tidur atau WC yang rendah/ jongkok;
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang;
- Lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menurun;
- Karpet yang tidak di lem dengan baik, keset yang tebal/menekuk
pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah
tergeser;
- Lantai yang licin atau basah;
- Penerangan yang kurang baik (kurang atau menyilaukan );
- Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran,berat,maupun cara
penggunaannya.
Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresitipasi jatuh antara
lain :
a. Aktivitas;
Sebagian besar jatuh terjadi pada lansia melakukan aktivitas biasa
seperti berjalan, naik atau turun tangga, dan mengganti posisi.
b. Lingkungan
Sekitar 70% lansia jatuh dirumah, 10% terjadi di tangga, dengan
kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibandingkan saat
naik tangga.
c. Penyakit Akut
Pencegahan jatuh:
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini, antara lain :
a. Identifikasi Faktor Risiko:
Perlu dilakukan asesmen keadaan sensorik, neurologik,
musculoskeletal dan penyakit sistemik yang sering
mendasarkan jatuh, juga keadaan lingkungan, obat-obatan dan
alat bantu jalan.
b. Penilaian keseimbangan gaya berjalan;
Setiap lansia harus dievaluasi keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat pindah posisi juga gaya
berjalan dan kekuatan otot ekstremitas bawash lansia.
c. Mengatur/ mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangat akut dapat dicegah
dengan perbaikan lingkungan.Aktivitas fisik dapat dibatasi
sesuai kondisi kesehatan lansia.
6. Kelainan pada Tulang Belakang
Penyakit tulang dan pada tulang merupakan salah satu dari sindroma geriatrik.
Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang
tulang ini lebih nyata pada wanita disbanding pria.
7. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulangakibat adanya penekanan pada suatu area
secara terus menerus, sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan tidak
dilindungi cukup dengan lemak subkutan, misalnya : daerah sacrum, daerah
trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat sibagi sebagai berikut :
 Derajat I : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis,
kemerahan/ eritema indurasi atau lecet;
 Derajat II : Reaksi yang lebih mencapai seluruh dermis hingga lapisan
lemak subkutan. Tampak sebagai ulkus yang dangkal, dengan tepi
yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit;
 Derajat III :Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak
subkutan dan mengganggu, berbatasan dengan fascia dari otot-otot.
Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.
 Derajat IV : Perluasan ulkus menembus otot, sehingga tampak tulang
di daerah ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau
sendi.
Faktor-faktor penyebab Dekubitus
a. Faktor intrinsic (dari tubuh sendiri )
- Status gizi;
- Anemia;
- Hipoalbuminemia;
- Penyakit-penyakit neurologic;
- Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
b. Faktor Ekstrinsik
- Kebersaihan tempat tidur;
- Alat-alat tenun yang kusus dan kotor;
- Peralatan medic yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu
sikap tertentu.
Pengelolaan Dekubitus :
a. Dekubitus Derajat I;
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis : kulit yang
kemerashan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi
lotion, kemudian di massage 2-3 kali/hari.
b. Dekubitus Derajat II ;
Terjadi ulkus yang dangkal : perawatan luka harus memperhatikan
syarat-syarat aseptic dan anseptik. Daerah bersangkutan digesek
dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk
merangsang sirkulasi.Dapat diberikan salep topical, mungkin juga
merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi.Pergantian balut dan
salep ini jangan terlalu sering karena malah dapat merusak
pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
c. Dekubitus Derajat III
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat, diusahakan dapat mengalir
keluar.Balut jangan terlalu tebal sebaiknya transparan sehingga
permeable untuk masuknya udara/oksigen dan penguapan.
d. Dekubitus Derajat IV
Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dengan mekrotik yang
ada harus dibersihkan, sebab akan menghalangi pertumbuhan
jaringan/ epitelasi. Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk
usaha ini.Dengan tujuan mengurangi perdarahan.Setelah jaringan
nekrotik dibuang luka bersih.Penyembuhan luka secara alami dapat
diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan
oksigenasi pada daerah luka, tindakan dengan ultrasono untuk
membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan sampai
transplantasi kulit setempat.
Skor penilaian Dikubitus *(terlampir pada BAB IV)
BAB IV
LAMPIRAN

*SKOR PENILAIAN DEKUBITUS

Nama Penderita Tanggal


Skor
Kondisi Fisik Umum :
- Baik 4
- Lumayan 3
- Buruk 2
- Sangat Buruk 1
Kesadaran :
- Komposmentis 4
- Apatis 3
- Konfus/soporus 2
- Stupor/koma 1
Aktivitas :
- Ambulan 4
- Ambulan dengan 3
bantuan
- Hanya bisa duduk 2
- Tiduran 1
Mobilitas :
- Bergerak Bebas 4
- Sedikit Terbatas 3
- Sangat Terbatas 2
- Tidak Bis Bergerak 1

Inkontinensia :
- Tidak 4
- Kadang-kadang 3
- Sering 2
Inkonentinensia
Urine Skor
- Inkonensia Alvi 1 Total
dan Urine ≤ 14
Skor Total

* ASESMEN GERIATRI

STATUS FUNGSIONAL (INDEKS ADL (Activity Daily Living) BARTHEL)


Tanggal : __________________
FUNGSI SKOR KETERANGAN
0 Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar)
Mengendalikan rangsang
1 Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu)
pembuangan tinja
2 Terkendali teratur
0 Tak terkendali atau pakai kateter
Mengendalikan rangsang 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x /24
berkemih jam)
2 Mandiri
Membersihkan diri (seka muka, 0 Butuh pertolongan
sisir,
rambut, sikat gigi) 1 Mandiri
0 Tergantung pertolongan orang lain
Penggunaan jamban, masuk dan
1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
keluar
tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa
(melepaskan, memakai celana,
kegiatan yang lain
membersihkan, menyiram)
2 Mandiri
0 Tidak mampu
Makan 1 Perlu ditolong memotong makan
2 Mandiri
0 Tidak mampu
Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk
Berubah sikap dari berbaring ke 1
(2orang)
Duduk
2 Bantuan minimal 1 orang
3 Mandiri
0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
Berpindah/berjalan
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri
0 Tergantung orang lain
Memakai baju 1 Sebagian dibantu (mis mengancing baju)
2 Mandiri
0 Tidak mampu
Naik turun tangga 1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
0 Tergantung orang lain
Mandi
1 Mandiri
TOTAL SKOR
SKOR ADL
: Mandiri 5-8 : Ketergntungan Berat
20
12 – 19 : Ketergantungan Ringan 0-4 : Ketergantungan Total
9 – 11 : Ketergantungan Sedang

SKOR INDEKS ADL BARTHEL (ADL)


JENIS KEGIATAN Sebelum Sakit Saat Masuk Rumah Sakit
Mengendalikan rangsang pembuangan
tinja
Mengendalikan rangsang berkemih
Membersihkan diri
Menggunakan jamban
Makan
Berubah sikap dari berbaring ke duduk
Berpindah/berjalan
Memakai baju
Naik turun tangga
Mandi
TOTAL
STATUS KUALITAS HIDUP (EQ5D)
Tanggal : __________________
BAGIAN PERTAMA DARI EQ-5D

Mohon beri tanda  pada kotak  yang paling sesuai untuk pernyataan tentang tingkat
kesehatan Bapak/ibu.
1. MOBILITAS
a. Saya tidak mempunyai masalah untuk berjalan
b. Saya tida ada masalah untuk berjalan
c. Saya hanya mampu berbaring

2. PERAWATAN DIRI SENDIRI


a. Saya tidak mempunyai kesulitan dalam perawatan diri sendiri
b. Saya tidak mengalami kesulitan untuk membasuh badan, mandi atau berpakaian
c. Saya tidak mampu mambasuh badan, mandi atau berpakaian sendiri

3. AKTIVITAS SEHARI-HARI (mis. Pekerjaan Rumah tangga, Aktifitas keluarga, bersantai)


a. Saya tidak mempunyai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari saya
b. Saya mempunyai keterbatasn dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
c. Saya tak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari

4. RASA NYERI/RASA TAK NYAMAN


a. Saya tidak mempunyai keluhan rasa nyeri atau rasa tak nyaman
b. Saya sering merasakan agak cemas atau depresi
c. Saya menderita karena keluhan rasa nyeri atau tidak nyaman

5. RASA CEMAS/ DEPRESI


a. Saya tidak merasa cemas/ gelisah atau depresi (jiwa tertekan)
b. Saya kadang merasa agak cemas atau depresi
c. Saya merasa sangat cemas atau sangat depresi
BAGIAN KEDUA DARI EQ-5D (VAS)

Untuk membantu menyatakan tingkat kesehatan bapak/Ibu, berikut ini adalah sebuah alat
ukur dengan skala yang dapat menggambarkan tingkat kesehatan yang menurut Bapak/Ibu
paling sesuai. Jika tingkat kesehatan yang dirasakan sangat baik maka dapat ditandai ke
angka 100 sedangkan jika tingkat kesehatan Bapak/Ibu sangat buruk maka dapat diberi tanda
di angka 0.

Mohon dapat menunjukkan tingkat kesehatan Bapak/Ibu saat ini dengan menggunakan alat
ukur ini dengan cara menarik garis dari kotak dibawah ini ke titik mana saja yang
menggambarkan tingkat kesehatan Bapak/Ibu.
Tingkat
Kesehatan yang
dirasakan
terbaik = 100

Tingkat kesehatan
anda hari ini

Tingkat
Kesehatan yang
dirasakan
terbaik = 100
BAB V
PENUTUP

Pedoman pelayan Geriatri adalah panduan dasar dalam melaksanakan program


Geriatri di Rumah Sakit Abdi Waluyo. Untuk dapat melaksanakan panduan ini tidaklah
mudah. Diperlukan komitmen dan dukungan dari segenap pihak yang terlibat. Dengan
tersusunnya pedoman pelayanan Geriatri ini, diharapkan dapat membantu pelaksanaan
pelayanan geriatrik di Rumah Sakit Abdi Waluyo.

Anda mungkin juga menyukai