Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN

PELAYANAN
GERIATRI

RSU BHAKTI RAHAYU AMBON

Jl. Ahmad Yani (Belakang


RRI)Ambon
Telp. (0911) 342746 Fax. (0911) 311741

Email: rsbr_ambon@yahoo.co.id

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami telah
selesai menyusun Panduan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Umum Bhakti
Rahayu Ambon.
Dalam menyusun Panduan Pelayanan Geriatri, Tim penyusun
mendapatkan banyak masukan dari Unit Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat,
Unit Bedah Sentral, Unit Kamar Bersalin dan Perinatologi, Unit Laboratorium,
Instalasi Radiologi serta Staf Medik Fungsional sesuai dengan kebutuhan serta
kemampuan pelayanan medis yang aktual di Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu
Ambon.
Panduan ini digunakan pedoman dan acuan oleh segenap Staf Medis,
Paramedis maupun Karyawan RSU Bhakti Rahayu Ambon yang terlibat dalam
pelaksanaan pelayanan medis serta pelayanan penunjangnya di lingkungan RSU
Bhakti Rahayu Ambon, khususnya dalam upaya Pelaksanaan Pelayanan Geriatri,
dengan demikian diharapkan terjadi Peningkatan Mutu Pelayanan di RSU Bhakti
Rahayu Ambon.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan Panduan Pelayanan Geriatri ini, karena itu saran dan kritik sangat
kami harapkan guna penyempurnaannya.
Dan pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan buku panduan ini.

Ambon, 01 Juni 2016


Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
SK DIREKTUR …………………………………………………………………iv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................1
B. TUJUAN ........................................................................................1
C. PENGERTIAN...............................................................................2
BAB II. RUANG LINGKUP.............................................................................4
BAB III. TATALAKSANA ................................................................................5
A. PELAYANAN GERIATRI............................................................4
1. Batasan Pelayanan...................................................................4
2. Alur Pelayanan Geriatri ..........................................................5
3. Pelayanan Geriatri di RS bhakti Rahayu
4. Jenis Pelayanan Geriatri ..........................................................6
5. Assesment Geriatri ..................................................................9
6. Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri .........................9
7. Prinsip-Prinsip Pelayanan Geriatri ........................................10
8. Kriteria Pelayanan Lansia .....................................................10
9. Tata Laksana Assesment Lansia ...........................................10
10. Tujuan Assesment Usia Lanjut .............................................10
11. Proses Assesment Usia Lanjut ..............................................11
B. GERIATRIC GIANTS .................................................................21
1. Sindroma Serebral .................................................................21
2. Konfusio dan Dimentia .........................................................22
3. Gangguan Otonom ................................................................23
4. Inkontinensia .........................................................................23
5. Jatuh (The True Geriatric Giant) ..........................................23
6. Kelainan pada Tulang Belakang ...........................................26

iii
7. Dekubitus ..............................................................................26
BAB IV. DOKUMENTASI ..............................................................................30

iv
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU
JL. Ahmad Yani (Belakang RRI) Ambon
Telp. (0911) 342746, Fax. (0911)311741
Email : rsbr_ambon@yahoo.co.id

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU AMBON
NOMOR :

TENTANG
PANDUAN PELAYANAN GERIATRI
DI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU AMBON

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU AMBON


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit Umum Bhakti Rahayu Ambon, maka diperlukan
panduan Pelayanan Geriatri pada Rumah Sakit Umum
Bhakti Rahayu Ambon;
b. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu
ditetapkan kebijakan panduan Pelayanan Geriatri dengan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Bhakti
Rahayu Ambon.

Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan;
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktek kedokteran;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 10 Tahun
1966 Tentang Wajib simpan Rahasia Kedokteran;

v
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU
JL. AHMAD YANI (BELAKANG RRI) AMBON
TELP. (0361) 430270, 430245, FAX. (0361) 263371, 430833
EMAIL : bhakti _rahayu_dps@yahoo.co.id

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


BHAKTI RAHAYU AMBON TENTANG PANDUAN
PELAYANAN GERIATRI DI RUMAH SAKIT UMUM
BHAKTI RAHAYU AMBON.
Pertama : Panduan Pelayanan Geriatri Rumah Sakit Umum Bhakti
Rahayu Ambon sebagaimana dimaksud dijadikan acuan dalam
peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum Bhakti
Rahayu Ambon
Kedua : Keputusan ini berlaku selama 3 tahun sejak tanggal ditetapkan
dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Ambon
Pada tanggal : 1 Juni 2016
Direktur RSU Bhakti Rahayu Ambon

dr. Wayan Suastana, Sp.B

Tembusan Kepada Yth. :

1. Direktur PT. Bhakti Rahayu sebagai laporan


2. Arsip

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia menempatkan para lanjut usia (lansia) pada posisi yang
dihormati, bukan saja karena nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang
di masyarakat, tetapi juga karena lansia tergolong dalam kelompok yang
rentan. Penghormatan tersebut dapat berupa pemberian fasilitas dan
pelayanan khusus dalam rangka perlindungan dan pemenuhan hak-hak
mereka sebagaimana diatur dalam Pasal 8 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM. Salah satu wujudnya adalah tersedianya fasilitas dan pelayanan khusus
di rumah sakit berupa kursi roda, toilet, jalan/akses bagi lansia yang
bertongkat, tangga, fasilitas lain, dan layanan khusus berupa “Pelayanan
Geriatri”.

Data menunjukkan, jumlah lansia di Indonesia, baik itu di pedesaan


maupun di perkotaan terus meningkat.

Keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan, pendidikan,


kesehatan, dan program terkait, berdampak pada menurunnya angka kelahiran
dan meningkatnya usia harapan hidup. Peningkatan usia lanjut sering disertai
dengan meningkatnya berbagai penyakit dan ketidakmampuan (disability),
sehingga diperlukan perawatan dan pengobatan dengan waktu yang cukup
lama, sedangkan fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi lansia di rumah sakit
masih sangat kurang.

B. TUJUAN
Panduan Pelayanan Geriatri disusun agar ada standar pelayanan kesehatan
bagi lansia yang populasinya sudah semakin meningkat, yaitu :

1
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-
tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan;
2. Memelihara kesehatan melalui aktivitas fisik dan mental;
3. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat
mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila dijumpai
suatu kelainan;
4. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lansia yang menderita
penyakit atau gangguan kesehatan, dapat mempertahankan kebebasan
yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian
secara maksimal);
5. Bila para lansia sudah sampai stadium terminal/penyakit atau gangguan
kesehatan sudah tidak dapat disembuhkan, ilmu ini mengajarkan untuk
tetap memberikan bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh
pengertian, (dalam akhir hidupnya memberikan bantuan moril dan
perhatian yang maksimal, sehingga kematiannya berlangsung dengan
tenang dan bermartabat);
6. Memberdayakan kemandirian penderita dalam waktu lama dan mencegah
disabilitas-handicap diwaktu mendatang. Sifat dari asesmen ini tidak
sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin dengan koordinasi serasi
antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan secara bersama–sama.

C. PENGERTIAN
1. Gerontologi: cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses
penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
2. Pasien Geriatri: orang tua berusia diatas 60 tahun yang memiliki penyakit
lebih dari satu penyakit pada saat yang sama akibat gangguan fungsi
jasmani, rohani, dan atau kondisi sosial yang bermasalah.
3. Konsep/pengertian secara bertingkat dari mundurnya kemandirian lansia
yaitu :

2
a. Hambatan (impairment) adalah setiap kehilangan atau kelainan,baik
psikologik, fisiologik, maupun struktur atau fungsi anatomik;
b. Disabilitas adalah semua restriksi atau kekurangan dalam kemampuan
untuk melakukan kegiatan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang
normal.
c. Handicap adalah ketidakmampuan seseorang sebagai akibat
impairment/disabilitas sehingga membatasinya untuk melaksanakan
peranan hidup secara normal (berhubungan erat dengan usia, jenis
kelamin, dan faktor-faktor sosial budaya);
4. Pengkajian Geriatri adalah suatu proses diagnostik interdisiplin untuk
menilai aspek medik, fungsional, psikososial, dan ekonomi penderita
lansia dalam rangka menyusun program pengobatan dan pemeliharaan
kesehatan yang rasional.
5. Tim Terpadu Geriatri adalah suatu tim multidisiplin yang bekerja secara
interdisipliner untuk menangani masalah kesehatan usia lanjut. Tim ini
minimal terdiri atas dokter geriatris atau internis/dokter umum, perawat
yang telah mendapatkan pelatihan geriatri, fisioterapi, nutrisionis dan
farmasi.

3
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Pelayanan Geriatri di RSU Bhakti Rahayu Ambon meliputi :

1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam


2. Dokter Spesialis Penyakit Bedah
3. Dokter Spesialis Penyakit THT
4. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
5. Dokter Spesialis Paru
6. Instalasi Rawat Jalan
7. Unit Pendaftaran/Admisi

4
BAB III

TATALAKSANA

A. PELAYANAN GERIATRI
1. Batasan Pelayanan
Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan
pendekatan interdisiplin yang mencakup aspek medik promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif serta aspek sosial dan psikologik pada pasien usia
lanjut.
a. Pelayanan Geriatri Tingkat Sederhana adalah suatu bentuk
pelayanan geriatri yang mempunyai kegiatan paling sedikit terdiri atas
rawat jalan dan kunjungan rumah (homecare). Bangunan paling
sedikit terdiri dari ruang pendaftaran, ruang tunggu, ruang periksa,
dan ruang Tim Terpadu Geriatri. Ketua Tim Terpadu Geriatri ialah
minimal dokter spesialis penyakit dalam.
b. Pelayanan Geriatri Tingkat Lengkap adalah suatu bentuk
pelayanan geriatri yang mempunyai kegiatan paling sedikit berupa
rawat jalan, rawat inap akut, dan kunjungan rumah (homecare).
Bangunan paling sedikit terdiri dari ruang pendaftaran, ruang tunggu,
ruang periksa, ruang bangsal geriatri akut, dan ruang Tim Terpadu
Geriatri. Ketua Tim Terpadu Geriatri ialah minimal dokter spesialis
penyakit dalam.
c. Pelayanan Geriatri Tingkat Sempurna adalah suatu bentuk
pelayanan geriatri yang mempunyai kegiatan paling sedikit berupa
rawat jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah (homecare), dan klinik
asuhan siang (daycare). Bangunan paling sedikit terdiri dari ruang
pendaftaran, ruang tunggu, ruang periksa, ruang bangsal geriatri akut,
ruang klinik asuhan siang, dan ruang Tim Terpadu Geriatri. Ketua
Tim Terpadu Geriatri ialah minimal dokter spesialis penyakit dalam.

5
d. Pelayanan Geriatri Tingkat Paripurna adalah suatu bentuk
pelayanan geriatri yang mempunyai kegiatan paling sedikit berupa
rawat jalan, rawat inap akut, rawat inap kronik, klinik asuhan siang
(daycare), rawat inap psikogeriatri, penitipan pasien geriatri (respite
care), kunjungan rumah (homecare), dan hospice. Bangunan paling
sedikit terdiri dari ruang pendaftaran, ruang tunggu, ruang periksa,
ruang bangsal geriatri akut, ruang klinik asuhan siang, ruang bangsal
geriatri kronik, ruang penitipan pasien geriatri, ruang hospice care,
dan ruang Tim Terpadu Geriatri. Ketua Tim Terpadu Geriatri ialah
minimal dokter spesialis penyakit dalam konsultan geriatri.
2. Alur Pelayanan Geriatri
Alur Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu
ditunjukkan pada bagan di bawah.

PASIEN

IGD POLIKLINIK DOKTER PRAKTEK


SPESIALIS

PUSKESMAS

UNIT RAWAT
INAP

3. Pelayanan Pasien Geriatri


a. Apabila pasien masuk dengan usia ≥ 60 tahun dan saat masuk pasien
hanya didapatkan 1 (satu) diagnosa, maka pasien tersebut dirawat
sesuai dengan DPJP nya.
b. Setelah dirawat dan didapatkan diagnosa lebih dari 2 (dua), maka
pasien dikonsultasikan/diraberkan kepada Tim Terpadu Geriatri
sesuai dengan permasalahan (diagnosanya) dan dilakukan pengisian
assessment geriatri oleh salah satu dari Tim Terpadu Geriatri.

6
4. Jenis Pelayanan Geriatri
a. Poliklinik Penyakit Dalam;
Tempat ini memberikan pelayanan pengkajian paripurna geriatri,
tindakan kuratif sederhana dan konsultasi bagi penderita rawat jalan,
baik dari masyarakat, puskesmas, maupun antar poliklinik. Tenaga
minimal yang dibutuhkan adalah dokter spesialis Penyakit Dalam
b. Rehabilitasi Medik;
Rehabilitasi medik adalah pelayanan terpadu dengan pendekatan
medik, psikososial, edukasional, dan vokasional untuk mencapai
kemampun fungsional semaksimal mungkin.
Penyakit pada usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi
kecacatan, sehingga oleh WHO selalu diharapkan penegakan
diagnosis pasien usia lanjut dalam aspek impairment, disabilitas dan
handicap, sehingga rehabilitasi medik merupakan aspek penting
dalam pelayanan lansia dan harus dilaksanakan secepat mungkin sejak
pasien masuk sampai pulang sesuai kebutuhannya.
Untuk memulai program rehabilitasi medik pada lansia, tenaga
profesional harus mengetahui kondisi lansia saat itu juga, baik
penyakit yang menyertai maupun kemampuan fungsional yang
mampu dilakukan.
5. Pengkajian Geriatri;
Pengkajian Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk
menilai aspek medik, fungsional, psikososial dan ekonomi penderita usia
lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan dan pemeliharaan
kesehatan yang rasional. Pengkajian ini bersifat tidak sekedar multi-
disiplin tetapi juga interdisiplin dengan koordinasi serasi antar disiplin
dan lintas pelayanan kesehatan.
6. Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri :
- Menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif dengan atau
tanpa disertai penyakit akut;

7
- Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami jatuh
(falls), atau imobilisasi (bedridden);
- Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care). seperti
kesulitan makan atau berpakaian;
- Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan
tingkah laku (behavior) dini;
- Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit parkinson,
artritis, gangguan berkemih (inkontinensia urin), atau gangguan buang
air besar.
7. Prinsip-Prinsip Pelayanan Geriatri adalah sebagai berikut :
- Pendekatan menyeluruh (bio-psiko-sosial-spiritual);
- Orientasi terhadap kebutuhan klien;
- Diagnosis secara terpadu;
- Team work (koordinasi);
- Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
8. Kriteria Pelayanan Lansia;
- Komprehensif: adanya dukungan finansial yang adekuat, perawatan
sehari-hari, pelayanan kesehatan yang memadai, pendidikan
kesehatan, perawatan keluarga, kebutuhan rekreasi dan aktifitas fisik
dan pelayanan transportasi;
- Adanya kerjasama/terkoordinasi lintas program/sektoral;
- Mudah dijangkau;
- Memperhatikan kualitas pelayanan.
9. Tata Laksana Pengkajian Lansia;
Pengkajian Lansia adalah suatu rangkaian kegiatan proses keperawatan
yang:

- Ditujukan kepada usia lanjut;


- Meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatikan kebutuhan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual;
- Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan;

8
- Membuat perencanaan;
- Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi.
10. Tujuan Pengkajian Usia Lanjut;
a. Menegakkan :
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat fisiologik;
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat patologik;
- Dan melakukan terapi atas kelainan tersebut.
b. Menegakkan adanya gangguan organ/sistem (impairment),
ketidakmampuan (disabilitas) dan ketidakmampuan sosial (handicap)
untuk dapat dilakukan terapi dan/atau rehabilitasi.
c. Untuk mengetahui sumber daya sosial ekonomi dan lingkungan yang
dapat digunakan untuk penatalaksanaan penderita tersebut.
11. Proses Pengkajian Usia Lanjut mengacu pada comprehensive geratric
assessment (CGA).

B. GERIATRIC GIANTS
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan usia muda.
Harus dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi berkenaan dengan
bertambahnya usia atau memang ada suatu proses patologi sebagai
penyebabnya. Beberapa problema klinik dari penyakit pada lansia yang sering
dijumpai disebut “GERIATRIC GIANTS”, yang terdiri dari :
1. Sindrom Serebral;
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut,
dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan
terhadap perubahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun
faktor lain, misalnya yang berkaitan dengan tekanan darah seperti fungsi
jantung, bahkan fungsi otak yang berkaitan dengan pengaturan tekanan
darah (sistem otonom).
2. Delirium dan Demensia
Delirium adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif yang
ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat kesadaran dan

9
kewaspadaan dan terganggunya proses berfikir yang berakibat terjadinya
disorientasi.
Gambaran klasik penderita delirium yaitu :
a. Derajat kesadaran menurun, misalnya sulit untuk tetap bangun saat
diperiksa;
b. Gangguan persepsi, antara lain ilusi, delusi, halusinasi, dan
misintrepretasi;
c. Terganggunya siklus bangun tidur dengan terjadinya insomnia, tetapi
siang hari tertidur;
d. Aktivitas psikomotor meningkat atau menurun;
e. Disorientasi waktu, tempat, dan orang;
f. Gangguan memori.
Demensia adalah suatu sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari-hari.
Secara garis besar, dementia pada usia lanjut dapat dikategorikan dalam 4
(empat) golongan,yaitu :
a. Dementia degeneratif primer (50-60%);
b. Dementia multi-infark (10-20%);
c. Dementia yang reversibel atau sebagian reversibel (20-30%);
d. Gangguan lain (terutama neurologik) (5-10%).

10
Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental (PPSM=MMSE= Mini
Mental State Examination)

3. Gangguan Otonom
Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya gangguan saraf
otonom pada usia lanjut adalah :
- Dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan pada
neurotransmisi pada ganglion otonom, berupa penurunan asetilkolin

11
terutama disebabkan oleh penurunan enzim utama, yaitu kolin
asetilase. Hal ini cenderung menurunkan fungsi otonom.
4. Inkontinensia
Inkontinensia urin merupakan salah satu keluhan utama pada penderita
lansia. Inkontinensia adalah pengeluaran urine (atau feses) tanpa disadari,
dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah
gangguan kesehatan atau sosial.
Inkontinensia dapat disebabkan oleh “DRIP”.
D = Delirium;
R = Retriksi mobilitas, retensi;
I = Infeksi, inflamasi, impaks feses;
P = Pharmacy (obat-obatan), poliuria.
5. Jatuh (The True Geriatric Giant)
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran
atau luka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuh pada lansia :
a. Faktor Intrinsik;
- Kondisi fisik dan neuropsikiatrik;
- Penurunan visus dan pendengaran;
- Perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan reflek postural
karena proses menua.
b. Faktor Ekstrinsik
- Obat-obatan yang diminum;
- Alat-alat bantu berjalan;
- Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya).
Penyebab-penyebab jatuh pada lansia :
a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama;
b. Nyeri kepala dan atau vertigo;
c. Hipotensi ortostatik;

12
d. Obat-obatan;
e. Proses penyakit yang spesifik;
f. Idiopatik;
g. Sinkop.
Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan
pada lansia :
a. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil,
atau tergeletak di bawah;
b. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok;
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang;
- Lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menurun;
- Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk
pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah
tergeser;
- Lantai yang licin atau basah;
- Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan);
- Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya.
Faktor-faktor situasional yang mungkin sebagai presipitasi jatuh antara
lain:
a. Aktivitas;
- Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas
biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, dan mengganti
posisi.
b. Lingkungan;
- Sekitar 70% lansia jatuh di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan
kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibandingkan saat
naik tangga.
c. Penyakit Akut.
Pencegahan Jatuh :
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini, antara lain :

13
a. Identifikasi Faktor Risiko;
Perlu dilakukan penilaian keadaan sensorik, neurologik,
muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering
mendasari/menyebabkan jatuh, juga keadaan lingkungan, obat-obatan
dan alat bantu jalan.
b. Penilaian keseimbangan gaya berjalan;
Setiap lansia harus dievaluasi keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi, juga gaya berjalan
dan kekuatan otot ekremitas bawah lansia.
c. Mengatur/mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut dapat dicegah dengan
pemeriksaan rutin kesehatan lansia, bahaya lingkungan dapat dicegah
dengan perbaikan lingkungan. Aktivitas fisik dapat dibatasi sesuai
kondisi kesehatan lansia.
6. Kelainan pada Tulang Belakang
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindrom
geriatrik. Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang
secara linear. Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita dibanding pria.
7. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah
kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya
penekanan pada suatu area secara terus menerus, sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah setempat.
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan tulang
dan tidak dilindungi cukup dengan lemak subkutan, misalnya: daerah
sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior,
daerah tumit dan siku.
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai
berikut:
 Derajat I : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis,
kemerahan/eritema indurasi atau lecet;

14
 Derajat II : Reaksi yang lebih mencapai seluruh dermis hingga lapisan
lemak subkutan.Tampak sebagai ulkus yang dangkal,dengan tepi yang
jelas dan perubahan warna pigmen kulit;
 Derajat III : Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak
subkutan dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot.
Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.
 Derajat IV : Perluasan ulkus menembus otot, sehingga tampak tulang
di daerah ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau
sendi.
Faktor-faktor penyebab dekubitus :
a. Faktor Intrinsik (dari tubuh sendiri);
- Status gizi;
- Anemia;
- Hipoalbuminemia;
- Penyakit-penyakit neurologik;
- Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
b. Faktor Ekstrinsik.
- Kebersihan tempat tidur;
- Alat-alat tenun yang kusut dan kotor;
- Peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada
suatu sikap tertentu.
Pengelolaan Dekubitus :
a. Dekubitus Derajat I;
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis : kulit yang
kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi
lotion, kemudian dimassage 2-3 kali/hari.
b. Dekubitus Derajat II;
Terjadi ulkus yang dangkal : perawatan luka harus memperhatikan
syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek
dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk
merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga

15
merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Pergantian balut dan
salep ini jangan terlalu sering karena malah dapat merusakkan
pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
c. Dekubitus Derajat III;
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat, diusahakan dapat mengalir
keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaiknya transparan sehingga
permeabel untuk masuknya udara/oksigen dan penguapan.
d. Dekubitus Derajat IV.
Semua langkah-langkah di atas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik
yang ada harus dibersihkan, sebab akan menghalangi pertumbuhan
jaringan/epitelisasi. Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk
usaha ini, dengan tujuan mengurangi perdarahan. Setelah jaringan
nekrotik dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka secara alami
dapat diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan
oksigenasi pada daerah luka, tindakan untuk membuka sumbatan-
sumbatan pembuluh darah dan sampai transplantasi kulit setempat.
Skor Norton untuk mengukur resiko dekubitus
Tanggal
Nama Penderita Skor
Kondisi Fisik Umum : Aaaaaaa Aaaaaaa Aaaaaaa
- Baik 4
- Lumayan 3
- Buruk 2
- Sangat Buruk 1
Kesadaran :
- Komposmentis 4
- Apatis 3
- Konfus/soporus 2
- Stupor/koma 1
Aktivitas :
- Ambulan 4
- Ambulan dengan bantuan 3
- Hanya bisa duduk 2
- Tiduran 1
Mobilitas :
- Bergerak Bebas 4

16
Tanggal
Nama Penderita Skor
- Sedikit Terbatas 3
- Sangat Terbatas 2
- Tidak Bis Bergerak 1
Inkontinensia :
- Tidak 4
- Kadang-kadang 3
- Sering Inkontinensia 2
Urine 1
- Inkontinensia Alvi dan
Urine
Skor Total
Skor Total ≤ 14 berisiko tinggi dekubitus

17
BAB IV

DOKUMENTASI

1. Asesment Medis Geriatri


2. SPO Pelayanan Pasien Geriatri

18

Anda mungkin juga menyukai