1
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU
JL. AHMAD YANI (BELAKANG RRI) AMBON
TELP. (0361) 430270, 430245. FAX. (0361) 263371, 430833
Email : rsbr_ambon@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Pedoman
Pelayanan Unit Radiologi RSU Bhakti Rahayu Ambon ini dapat selesai disusun.
Buku Pedoman ini merupakan Panduan kerja bagi seluruh staf Unit
Radiologi Rumah Sakit dalam menjalankan pelayanan radiologi di RSU Bhakti
Rahayu Ambon.
2
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU
JL. AHMAD YANI (BELAKANG RRI) AMBON
TELP. (0361) 430270, 430245. FAX. (0361) 263371, 430833
Email : rsbr_ambon@yahoo.co.id
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU AMBON
Mengingat :
3
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1042
tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik.
3. SK Direktur Nomor ……………………. tentang Pelayanan
Radiologi di Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu Ambon.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu
Ambon Tentang Pedoman Pelayanan Unit Radiologi Rumah
Sakit Bhakti Rahayu Ambon.
Kedua : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Unit Radiologi Rumah
Sakit Umum Bhakti Rahayu Ambon sebagaimana tercantum
dalam lampiran keputusan ini.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku
sejak tahun di tetapkan. Apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini maka akan
diadakan perbaikan sebagimana mestinya.
Ditetapkan di : Ambon
Pada tanggal : 01 Juni 2016
Direktur RSU Bhakti Rahayu Ambon
( …………………….. )
Tembusan :
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………. i
SURAT KEPUTUSAN……………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………….. . iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………… 1
A. LATAR BELAKANG ………………………………….. 1
B. TUJUAN PEDOMAN…………………………………… 3
C. SASARAN………………………………………………. 4
D. RUANG LINGKUP……………………………………… 4
E. BATASAN OPERASIONAL……………………………. 4
F. LANDASAN HUKUM………………………………….. 6
BAB II STANDAR KETENAGAAN…….…………………… 7
A. KUALIFIKASI SDM ……………..……………………. 7
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN………………………… 7
C. PENGATURAN JAGA…………………….…………… 7
BAB III STANDAR FASILITAS……………………………… 8
A. DENAH………………………….…………….………… 8
B. STANDAR FASILITAS……….……………………….. 9
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN…………………… 10
BAB V LOGISTIK……………………………………………… 15
BAB VI KESELAMATAN PASIEN…………………………... 18
BAB VII KESELAMATAN KERJA………………………….. 25
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU………………………… 29
BAB XI PENUTUP……………………………………………… 33
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagian integral yang
tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Tuntutan
akan pelayanan kesehatan yang bermutu semakin meningkat seiring dengan
semakin tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Semakin
pesat laju pembangunan, semakin besar pula tuntutan masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Dengan demikian,
pelayanan Rumah Sakit yang memadai, baik di bidang diagnostik maupun
pengobatan semakin dibutuhkan. Sejalan dengan itu maka pelayanan
diagnostik yang diselenggarakan oleh Unit Radiologi RSU Bhakti Rahayu
Ambon sangat perlu untuk dilakukan.
Unit Radiologi RSU Bhakti Rahayu Ambon adalah sebuah unit yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang pencitraan diagnostik yang
berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk
menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Dalam melaksanakan kegiatannya, Unit Radiologi RSU Bhakti
Rahayu Ambon berlandaskan kepada Undang - Undang dan peraturan yang
berlaku. Untuk dapat melakukan fungsinya, Unit Radiologi membutuhkan
banyak jenis tenaga dengan kompetensi khusus, berbagai teknologi
pemeriksaan dan alat alat mulai dari yang paling sederhana sampai yang
tercanggih.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan,Unit Radiologi yang terdapat di
RSU Bhakti Rahayu Ambon perlu dikelola dengan menggunakan prinsip-
prinsip manajemen yang tepat. Dipimpin dan diarahkan oleh orang orang yang
sesuai kualifikasinya, kompeten dan profesional. Dengan melihat
kompleksitas kerja Unit Radiologi RSU Bhakti Rahayu, maka perlu disusun
pedoman dalam pemberian pelayanan radiologi yang sesuai dengan standar
nasional, undang-undang dan peraturan yang berlaku yang menjadi rambu
6
rambu bagi semua yang terlibat dalam pelayanan radiologi secara langsung
maupun tidak langsung sehingga tujuan yang diinginkan tercapai.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan dari pembuatan Pedoman Pelayanan Unit Radiologi RSU Bhakti
Rahayu Ambon adalah sebagai barikut :
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan unit radiologi di bidang konvensional dan
imajing penunjang lainnya di Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu Ambon.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan bagi semua petugas Unit Radiologi RSU Bhakti Rahayu
Ambon dalam memberikan pelayanan radiologi sesuai standar.
b. Memaksimalkan pelayanan radiologi di Unit Radiologi Rumah Sakit
Umum Bhakti Rahayu Ambon
c. Untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman bagi semua
petugas Unit Radiologi Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu Ambon
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan Unit Radiologi RSU Bhakti Rahayu Ambon
meliputi :
1. Pelayanan Radiologi Konvensional
2. Pelayanan Radiologi Imejing Diagnostik (USG)
D. Batasan operasional
1. Pelayanan Radiologi Konvensional adalah pelayanan untuk melakukan
diagnosis dengan menggunakan radiasi pengion atau dikenal dengan sinar-
X.
2. Pelayanan Radiologi Imejing Diagnostik adalah pelayanan untuk
melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi non pengion antara lain
pemeriksaan dengan USG (ultrasonografi).
7
E. Landasan hukum
Landasan Hukum dari Pedoman Pelayanan Unit Radiologi RSU Bhakti
Rahayu Ambon antara lain :
1. Undang – Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
375/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Radiografer
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 780 / Menkes /
Per / VIII / 2008 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1014/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan.
6. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Terhadap Pemanfaatna Radiasi Pengion.
7. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 01-P/Ka-
Bapeten/I-03 Tentang Pedoman Dosis Pasien Radiologi Diagnostik.
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No 6 Tahun 2010
Tentang Pemantauan Kesehatan Untuk Pekerja Radiasi
8
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
9
PPR Medik Tingkat II
Petudas Proteksi Memiliki SIB
4 1 Orang
Radiasi Sehat jasmani dan
rohani
Pendidikan minimal
SMU/STM +
pelatihan
keterampilan teknik
rontgen dan proses
film
Menguasai teknik
Petugas Kamar pencucian film
5 -
Gelap Menguasai teknik
pencucian film
Menguasai teknik
pembuatan obat
prosessing film
Pengalaman kerja
minimal 5 tahun
Pendidikan minimal
Sekolah Menengah
Umum
Dapat bekerja dalam
tim
Petugas Menguasai Microsoft
6 -
Administrasi office dengan baik
Menguasai
pengarsipan
Sehat jasmani dan
rohani
B. Distribusi ketenagaan
Saat ini Unit Radiologi RSU Bhakti Rahayu Ambon memiliki 4 orang tenaga
Radiologi dengan status kontrak kerja yang terdiri dari :
* 1 orang Dokter Spesialis Radiologi
* 1 orang Radiografer
* 1 orang Petugas Kamar Gelap merangkap administrasi.
10
* 1 orang Petugas Proteksi Radiasi
Ada pun pengaturan ketenagaannya diatur sebagai berikut :
* Hari senin - sabtu : Operator Radiologi dan Petugas Kamar Gelap (on call)
* Apabila ada pasien cito, perawat ruangan/Perawat UGD menghubungi
petugas radiologi (on call 24 jam)
C. Pengaturan jaga
Pengaturan jadwal dinas radiologi dibuat dan di pertanggung
jawabkan oleh penanggungjawab radiologi dan disetujui oleh Kabag.
Pelayanan Medis RSU Bhakti Rahayu Ambon
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan
direalisasikan ke pelaksana radiologi setiap satu bulan.
Jadwal tugas hanya di siang dari jam 13.00 - 18.00 wit
11
BAB III
STANDAR FASILITAS
(1)
(3) (2)
KETERANGAN :
1 : Ruang Pemeriksaan X-Ray
2 : Ruang Operator
3 : Ruang Procesing Film
: Meja Kerja
: Tempat Tidur Pasien
: Alat Pesawat Sinar-X
: Bucky Stand
: Panel control alat X-Ray
: Meja Baca Dokter Radiologi
: Viewer
: Developer
: Fixer
: Air Bilas
: Ruang Tunggu Pasien
: Ruang Ganti Pasien
: Meja Film Dan Kasette
12
B. Standar fasilitas
Sarana dan parasarana ditujukan untuk terselenggaranya kegiatan
pelayanan radiologi yang aman, efektif, efisien sesuai dengan ketentuan yang
ada ,penerangan yang jelas,dilengkapi dengan AC sesuai dengan peraturan
yang berlaku, serta memungkinkan petugas Unit Radiologi RSU Bhakti
Rahayu Ambon bekerja dengan nyaman dan tertib.
Letak Unit Radiologi sedemikian rupa sehingga mampu melayani pasien
rujukan rawat jalan, rawat inap, UGD, OK , maupun pasien rujukan dari luar
rumah sakit. Dan ruangan yang menggunakan peralatan radiasi telah
memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Pelayanan Radiodiagnostik terdiri dari :
1. Ruang pemeriksaan radiodiagnostik rutin .
2. Kamar gelap
3. Ruang pemeriksaan imejinng diagnostik (Ruang USG)
Peralatan pelayanan radiodiagnostik terdiri dari :
1. Pesawat pemeriksaan radiodiagnostik konvensional merk Alengers
2. Peralatan Proteksi Radiasi
4. Manual Processing ( standby)
5. Alat USG Portable
7. Kaset dan grid
8. Hanger
Unit Radiologi RSU Bhakti Rahayu Ambon dilengkapi dengan alat
proteksi radiasi untuk menjamin berjalannya program proteksi radiasi terhadap
petugas radiasi ,pasien dan keluarga pasien serta staf rumah sakit yang lain.
Berikut tabel Alat Proteksi Radiasi :
13
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
14
5) Petugas radiologi melakukan identifikasi identitas, klinis serta
permintaan foto benar.
6) Petugas radiologi menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta
pelepasan atribut / perhiasan yang dapat mengganggu gambaran.
7) Setelah dilakukan pemeriksaan pasien menunggu di unit radiologi
untuk memastikan hasil tidak ada pengulangan.
8) Petugas radiologi melakukan proses cetak film di kamar gelap.
9) Setelah selesai, pasien diperbolehkan untuk pulang kemudian petugas
radiologi mengisi buku register dan menyiapkan foto rontgen untuk
diekspertise oleh Radiolog.
10) Jika dokter pengirim membutuhkan meminjam hasil foto rontgen maka
petugas Radiologi mencatat pada buku pinjaman foto rontgen.
11) Apabila dokter pengirim sudah selesai melihat hasil foto rontgen maka
foto rontgen tersebut dikembalikan ke bagian radiologi oleh perawat
ruangan untuk diekspertise oleh Radiolog.
12) Hasil foto rontgen baru dapat diambil oleh pasien pada besok hari.
3. Tata Laksana Pelayanan Radiologi Pasien Gawat Darurat
1) Dokter memeriksa keluhan pasien
2) Dokter membuat jenis permintaan pemeriksaan radiologi
3) Perawat menghubungi petugas petugas radiologi
4) Perawat membawa pasien dan surat pengantar pemeriksaan radiologi
ke unit radiologi.
5) Petugas radiologi melakukan identifikasi identitas, klinis serta
permintaan foto benar.
6) Petugas radiologi menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta
pelepasan atribut / perhiasan yang dapat mengganggu gambaran.
7) Setelah dilakukan pemeriksaan pasien menunggu di unit radiologi
untuk memastikan hasil tidak ada pengulangan.
8) Petugas radiologi melakukan proses cetak film di kamar gelap.
9) Setelah selesai, pasien diperbolehkan untuk kembali ke UGD
kemudian petugas radiologi mengisi buku register dan menyiapkan
foto untuk dibaca oleh Radiolog.
15
10) Jika dokter pengirim membutuhkan meminjam hasil foto rontgen
maka petugas Radiologi mencatat pada buku pinjaman foto rontgen.
11) Apabila dokter pengirim sudah selesai melihat hasil foto rontgen maka
foto rontgen tersebut dikembalikan ke bagian radiologi oleh perawat
ruangan untuk diekspertise oleh Radiolog.
4. Pendaftaran Pemeriksaan USG Radiologi
1. Pasien Instalasi Gawat Darurat
a. Perawat menghubungi Dokter Spesialis Radiologi apabila ada pasien
yang memerlukan pemeriksaan USG dari IGD.
b. Apabila pasien dapat dipulangkan maka pasien ke Ruang USG
membawa pengantar USG untuk dapat dijelaskan mengenai waktu
pelaksanaan USG, persiapan pasien dan meminta nomer telepon pasien
yang dapat dihubungi untuk mendapat pelayanan USG
c. Apabila pasien di masukkan ke rawat inap, konfirmasi jadwal USG
dilakukan oleh perawat ruangan dengan menghubungi Dokter Spesialis
Radiologi untuk dijadwalkan waktu pemeriksaannya dan persiapan
pasien yang perlu dilakukan oleh perawat ruangan.
1. Pasien Rawat Inap
a. Perawat menghubungi Dokter Spesialis Radiologi apabila terdapat
pasien yang memerlukan pemeriksaan USG dari Rawat Inap.
b. Setelah Dokter Spesialis Radiologi menentukan jadwal USG, perawat
ruangan memperiapkan pasien sesuai persiapan pasien yang dianjurkan
oleh Dokter Spesialis Radiologi. .
c. Pasien datang sesuai jadwal USG diantar oleh perawat Rawat Inap dan
sudah membawa form pemeriksaan USG radiologi.
d. Hasil pemeriksaan USG baru dapat diambil setelah Dokter Spesialis
Radiologi selesai melakukan ekspertise hasil.
16
2. Pasien Rawat Jalan
a. Pasien datang dari dokter spesialis/ umum dengan membawa form
pemeriksaan USG
b. Pasien dikasih tahu perihal penjadwalan USG dan hal-hal menyangkut
persiapan pasien serta memberikan nomer telepon yang dapat
dihubungi.
c. Petugas menghubungi pasien untuk datang ke ruang USG untuk
mendapat pelayanan USG sesuai jadwal yang sudah dibuat.
5. Tata Laksana Pencucian Film
1. Setelah proses pemotretan selesai maka kaset yang akan dicuci dibawa ke
kamar gelap.
2. Setelah petugas menaruh kaset di atas meja yang telah disediakan, maka
pintu kamar gelap ditutup rapat dan lampu kamar gelap di padamkan.
3. Setelah yakin bahwa tidak ada cahaya yang masuk maka kaset dibuka
kemudian baru film dimasukkan ke cairan developer beberapa saat,
kemudian film diangkat dan dimasukan ke tangki bila, setelah dibilas film
tersebut diangkat dan dimasukan ke tangki cairan fixer, tunggu beberapa
saat sampai AgBr semuanya terlepas dari permukaan film, kemudian film
diangkat dan dibilas pada pembilasan terakhir,setelah dibilas, film diangkat
dan digantung pada hanger film untuk dikeringkan.
4. Kaset yang kosong diisi kembali dengan film yang baru, kontrol kembali
kaset dan kardus agar tertutup rapat.
5. Setelah Film selesai dari proses pencucian, segera diisi identitas pasien dan
tanggal dilakukan pemeriksaan pada film.
6. Tata Laksana Pemberian expertice
1. Hasil foto yang sudah selesai di expertice diserahkan ke dokter yang
melakukan permintaan
2. Hasil foto radiologi dibaca oleh dokter yang melakukan permintaan
3. Dokter yang melakukan permintaan memberitahu hasil foto ke pasien atau
Keluarga
4. Bila pasien rawat jalan maka hasil foto dibawa oleh pasien.
5. Bila pasien rawat inap hasil foto dibawa oleh perawat ruangan..
17
7. Penyerahan Hasil
Hasil radiograf rawat jalan merupakan milik pasien sepenuhnya dan dapat
diambil saat hasil ekspertise dokter spesialis radiologi keluar. Pada pasien
Rawat jalan hasil radiograf langsung diambil oleh pasien atau keluarga saat
pasien memerlukan hasil radiologi untuk control kembali atau pasien dapat
meninggalkan nomer yang bisa di hubungi apabila hasil ekspertise selesai.
Untuk pasien IGD hasil diserahkan langsung ke dokter IGD tanpa ekspertise
apabila pasien dipulangkan dan hasil radiologi ingin dibacakan maka pasien
bisa meinggalkan nomer yang bisa dihubungi dan apabila pasien dari IGD
masuk menjadi pasien rawat inap maka perawat rawat inap dapat
menghubungi petugas radiologi apabila ada hasil foto yang ingin dibacakan.
Prosedur pengambilan hasil pemeriksaan radiologi, setiap pasien yang datang
untuk mengambil hasil pemeriksaan radiologi,menyebutkan nama pasien
yang di lakukan pemeriksaan radiologi. Hasil pemeriksaan radiologi dapat
diambil di bagian radiologi.
3 BOF/BNO ≤ 24 Jam
18
10 Cruris AP/LAT ≤ 24 Jam
6 Pneumonia ≤ 1 Jam
BAB V
LOGISTIK
19
tentunya dapat mengganggu kelancaran operasional. Untuk itulah diperlukan
adanya suatu program / prosedur pengendaliann logistik yang efektif
Kegiatan logistic radiologi meliputi :
1. Permintaan
2. Pencatatan
3. Pelaporan
1. Permintaan
1.1. Alat Kesehatan
Permintaan alat kesehatan ini melalui pembelian dan logistik;
a. Permintaan dibuat / disiapkan oleh Penanggungjawab radiologi
dengan membuat pengajuan yang ditanda tangani ole Ka. Sie
Pelayanan dan SDM
b. Pengajuan dengan persetujuan dari Tim Pengadaan dan bagian
Keuangan
c. Tim pengadaan melakukan kajian terhadap harga dengan
membandingkan beberapa harga dan urgency kebutuhan.
d. Hasil kajian disampaikan ke direktur untuk mendapatkan
persetujuan.
e. Tim pengadaan membeli alat kesehatan yang telah disetujui oleh
direktur
f. Jika barang sudah ada, tim pengadaan menghubungi petugas
administrasi logistic untuk mengiventaris alat kesehatan yang
dibeli
g. Penanggungjawab kemudian membuat amprahan ke logistic untuk
alat yang diajukan dan mencatat di iventaris ruangan
1.2. Alat Kantor dan Rumah tangga
Alat kantor dan rumah tangga diminta melalui logistik, permintaan
dilayani setiap hari kerjat. Pengambilan barang bisa dilakukan setelah
barang tersedia ;
a. Penanggungjawab radiologi membuat amprahan alat kantor dan
rumah tangga yang dibutuhkan dalam buku amprahan
20
b. Bila amprahan dilakukan oleh petugas harus mendapat persetujuan
dari Penangungjawab radiologi
c. Buku permintaan/amprahan di bawa ke bagian logistic untuk
mendapatkan barang yang dibutuhkan
d. Setelah dilakukan pengecekan oleh bagian logistic maka petugas
dapat mengambil barang
e. Barang diterima dan dibawa ke unit radiologi.
1.3. Penetapan barang logistic
Barang-barang logistik yang di diperlukan oleh Unit Radiologi antara lain :
1. Bahan Utama Pelayanan
- Film Ukuran 35 x 35 dan 30 x 40
- Developer
- Fixer
- Amplop Rontgen
- Album USG
- Film USG
- Jelly USG
2. ATK
2. Pencatatan
2.1. Alat Kesehatan
Disediakan buku stok untuk setiap jenis alat kesehatan. Setiap barang
masuk dan keluar dicatat dalam buku stok
2.2. Alat Kantor dan Rumah tangga
Disediakan buku stok untuk setiap jenis barang. Setiap barang masuk dan
keluar dicatat dalam buku stok agar jumlah barang selalu terkontrol.
3. Inventarisasi alat kesehatan
Setiap akhir bulan berikutnya dilakukan perhitungan semua persediaan alat
kesehatan, alat – alat kantor dan rumah tangga.
4. Pelaporan
Laporan persediaan barang dibuat setiap bulan yaitu pada awal minggu
pertama bulan berikutnya.
21
5. Recall
Penarikan peralatan kesehatan adalah ditariknya kembali suatu alat diunit
pelayanan oleh karena kerusakan alat yang tidak bisa diperbaiki baik oleh
teknisi rumah sakit maupun teknisi rekanan, biaya perbaikan terlalu besar,
teknologi alat yang sudah ketinggalan serta suku cadang alat kesehatan yang
discontinued.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu system dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah
setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari
Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera
dan Kejadian Potensial Cedera.
22
Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC, adalah kondisi
yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden.
Kejadian Sentinel, adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius.
Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan
insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran.
23
namun dapat menghasilkan citra radiografi yang layak terbaca
untuk keperluan diagnosa. Proteksi dan keselamatan radiasi untuk
pasien dilakukan dengan cara :
a. Pelayanan diberikan oleh petugas profesional sesuai dengan
keahliannya.
b. Menyediakan prosedur pengoperasian pesawat yang jelas dan
mudah dipahami.
c. Mengatur luas lapangan radiasi fokus pada bagian yang
diperiksa.
d. Membatasi peluang terjadinya pengulangan eksposi.
e. Melakukan Uji Kesesuaian pesawat secara berkala dan segera
memperbaiki jika hasil uji tidak andal ataupun andal dengan
perbaikan.
d. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi untuk Pendamping
Pasien
Kami menyediakan apron untuk digunakan oleh
pendamping pasien. Pendamping pasien diharuskan menggunakan
apron untuk meminimalkan paparan radiasi yang diterimanya
ketika harus berada di daerah Radiasi
e. Identifikasi Dosis
1. Nilai Batas Dosis untuk Pekerja
a. Dosis Efektif sebesar 20 mSv (dua puluh milisievert) per tahun
rata rata selama 5 (lima) tahun berturut-turut
b. Dosis Efektif sebesar 50 mSv (lima puluh milisievert) dalam 1
(satu) tahun tertentu
c. Dosis Ekivalen untuk lensa mata sebesar 20 mSv (dua puluh
milisievert) per tahun rata-rata selama 5 (lima) tahun berturut-
turut dan 50 mSv (lima puluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun
tertentu
d. Dosis Ekivalen untuk tangan dan kaki, atau kulit sebesar 500
mSv (lima ratus milisievert) dalam 1 (satu) tahun.
2. Nilai Batas Dosis untuk anggota masyarakat/pasien
a. Dosis Efektif sebesar 1 mSv (satu milisievert) dalam 1 (satu)
tahun
24
b. Dosis Ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv (lima belas
milisievert) dalam 1 (satu) tahun
c. Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv (lima puluh
milisievert)
dalam 1 (satu) tahun.
f. Panduan Dosis Radiodiagnostik
No Jenis Pemeriksaan Posisi Pemeriksaan Level Dosis
Permukaan Kulit*
(mGv)
1 Lumbal ( spine ) AP 10
LAT 30
2 Abdomen AP 10
3 Pelvis AP 10
4 Sendi Panggul (Hip) AP 10
5 Paru ( Chest ) PA 0,4
LAT 1,5
6 Thoracal ( spine ) AP 7
LAT 20
7 Gigi ( Dental ) Periapical 7
AP 5
8 Kepala ( Skull ) AP 5
LAT 3
*Di dalam udara dengan hamburan balik. Nilai-nilai tersebut adalah untuk
kombinasi film-screen convensional dalam kecepatan relatif 200. Untuk
kombinasi film-screen kecepatan tinggi (400-600), nilai-nilai tersebut
hendaknya dikurangi dengan faktor 2 – 3.
25
Wanita subur 0,5
Masyarakat umum
Seluruh badan 0,1 0,5
Pelajar 0,10
Populasi 0,17
g. Edukasi Pasien
Informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga dilakukan sejak
pertama kali pasien datang ke rumah sakit dan bertemu dengan petugas
mulai dari petugas fronf office , perawat, /bidan, dokter/ apoteker, analis,
ahli gizi, radiographer dan terapis.
Ada tiga tahapan dalam memberikan informasi dan edukasi pada
pasien dan keluarga yaitu :
1. Melakukan asessmen/ identifikasi tentang kebutuhan edukasi yang akan
dilakukan,
2. Pelaksanaan kegiatan pemberian informasi dan edukasi.
3. Verifikasi pemahaman pasien terhadap materi informasi dan edukasi yang
diberikan.
26
tanpa Nilai Batas Dosis ( NBD ) sedangkan efek deterministic adalah efek
yang langsung terjadi saat paparan sinar-X melebihi Nilai Batas Dosis
( NBD ), tingkat keparahan bergantung dengan banyak dosis radiasi yang
diterima. Efek biologis mengakibatkan beberapa perubahan potensi yakni
kerusakan dasar DNA. Efek yang ditimbulkan dikategorikan menjadi dua
yakni akut dan kronis. Efek akut adalah efek yang terjadi pada daerah
lokal yang terkena paparan, contoh pengelupasan kulit. Efek kronis adalah
paparan yang berulang atau paparan jangka panjang oleh radiasi dosis
rendah dari implant radioaktif atau sumber eksternal, contoh mandul dan
atau anemia.
Efek radiasi pengion berdasarkan dosis yang diterima antara lain
efek radiasi yang langsung terlihat disebut Efek Deterministik. Efek ini
hanya muncul jika dosis radiasinya melebihi suatu batas tertentu, disebut
Dosis Ambang. Efek deterministik bisa juga terjadi dalam jangka waktu
yang agak lama setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak berakibat
fatal. Sebagai contoh, katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam
waktu beberapa minggu setelah terkena dosis radiasi 5 Sv atau lebih.
Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam jangka waktu yang
lama (tidak sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan
memperbaiki dirinya sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-
tanda bekas terkena radiasi. Namun demikian, bisa saja sel-sel tubuh
sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan tersebut baru
muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin berpuluh-puluh
tahun kemudian), dikenal juga sebagai periode laten. Efek radiasi yang
tidak langsung terlihat ini disebut Efek Stokastik.
Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun
probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya juga
bertambah besar dan dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika.
Efek stokastik ini mengacu pada penundaan antara saat pemaparan radiasi
dan saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan tersebut. Kecuali
untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2 tahun, efek
pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20
27
tahun atau lebih. Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini
adalah kanker.
C. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Fasilitas
Pemanfaatan pesawat sinar-x untuk diagnostik secara tepat meliputi
disain ruangan, pemasangan, dan pengoperasian sesuai dengan norma
keselamatan radiasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi
ruangan pesawat sinar-x diagnostik sebelum bangunan didirikan, antara lain
lokasi bangunan, letak ruangan dan tebal dinding maupun perisai pintu.
Ruangan sinar-x harus dibangun dengan cukup kuat untuk menahan beban
peralatan yang ada di dalamnya dan dibangun sedemikian, sehingga
memberikan proteksi yang cukup terhadap operator dan orang lain yang
berada di sekitar ruangan pesawat sinar-x.
28
kecilnya jika mungkin dapat ditiadakan. Unit Radiologi RSU Bhakti Rahayu
Ambon terdiri dari 1 (satu) ruang pemeriksaan Radiodiagnostik yang
terproteksi dengan baik, antara lain :
1. Dinding ruangan yang dilapisi dengan timah hitam yang setara dengan 2
mmPb
2. Semua pintu kayu dilapisi dengan timah hitam setara dengan 2 mmPb
3. Mempunyai lampu merah ( lampu peringatan yang menandakan
pemeriksaan dengan radiasi sedang berlangsung ) diatas pintu masuk
ruang pemeriksaan
4. Pintu ruang pemeriksaan dilengkapi dengan atribut atau poster tanda
bahaya radiasi.
29
Untuk memastikan pesawat sinar-x bekerja dengan andal, baik untuk
kegiatan radiologi diagnostik, dan memenuhi peraturan perundang
undangan maka pesawat sinar-x harus dilakukan uji kesesuaian.
b. Inspeksi periodik
Inspeksi secara periodik terhadap peralatan sinar –x, perlengkapan proteksi
radiasi dan hal yang menyangkut keselamatan atau penahan radiasi
ruangan pesawat sinar-x harus dilakukan untuk perbaikan dalam hal
adanya komponen yang rusak atau hal yang berhubungan dengan
keselamatan radiasi.
c. Pembatasan arah sinar
Arah berkas utama dari pesawat sinar-x tidak boleh diarahkan ke panel
kontrol atau daerah lain yang tidak cukup penahan radiasi atau yang hanya
dipersiapkan untuk radiasi hambur
D. Keselamatan petugas
Semua usaha harus dilakukan dalam melaksanakan penyinaran sinar-x,
sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang baik dengan paparan
minimum pada petugas radiasi. Kegiatan itu antara lain :
a. Bekerja di Ruang Operator
Ruang operator berada dalam ruangan penyinaran telah disediakan tabir
Pb dan dilengkapi dengan kaca Pb.
b. Pemakaian Alat Proteksi Radiasi
Keselamatan terhadap radiasi memerlukan perlengkapan peralatan radiasi
yang memadai dan sesuai dengan standar yang ditetapkan, dan digunakan
dengan baik dan benar.
c. Pemakaian Monitor Perorangan
Untuk mencatat dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi maka
diperlukan adanya personal monitoring. Di instalasi Radiologi RSU Bhakti
30
Rahayu Ambon personal monitoringnya adalah TLD ( Thermolumisence
Dosemeter )..
d. Pengawasan Kesehatan Pekerja Radiasi
Pengawasan kesehatan di Instalasi Radiologi RSU Bhakti Rahayu Ambon
bagi pekerja radiasi dilakukan sekurang-kurangnya sekali setahun dan
apabila diperlukan dilakukan pemeriksaan kesehatan tambahan jika
pekerja radiasi mengalami penyinaran radiasi berlebih.
E. Penanganan dan pembuangan limbah bahan infeksius berbahaya
Prosedur penanganan dan pembuangan limbah bahan infeksius berbahaya
adalah sebagai berikut :
1. Sampah Non Medis
Sampah non medis di buang pada tempat sampah yang telah di sediakan
(kantong plastik hitam). Setiap pagi dan sore sampah diangkut oleh tim
kebersihan Rumah Sakit ke tempat pembuangan pembuangan
sementara.
2. Bahan Infeksius
Sampah medis ( handscoen, dll ) di buang pada Tempat Sampah Medis
(kantong plastik kuning)
Setiap pagi sampah medis akan diangkut oleh tim kebersihan Rumah
Sakit ke tempat pembuangan sementara.
Dari tempat pembuangan sementara sampah medis diangkut ke tempat
pembakaran sampah medis yang bekerjasama dengan rumah sakit
3. Limbah Cairan Obat Prosesing Film
Limbah cairan developer dan fixer dikumpulkan dalam wadah dan
bekerjasama dengan pihak ketiga.
31
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
Mutu pelayanan radiologi dilaksanakan untuk mengetahui efektifitas dan
efisiensi pelayanan radiologi, meningkatkan dan mempertahankan mutu
pelayanan serta sebagai bahan acuan dalam perencanaan dan pengembangan
pelayanan radiologi.
B. Tujuan Pengendalian Mutu
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan radiologi di Rumah Sakit Umum
Bhakti Rahayu Ambon
2. Tujuan Khusus
32
Pekerja di unit radiologi selalu mengupayakan tercapainya mutu,
kepuasaan dan keselamatan pasien.
C. Monitoring Mutu
1. Data Monitoring
Monitoring dilakukan untuk memantau performa dan mutu pelayanan di
unit radiologi. Maka ditetapkan indikator mutu di Unit Radiologi Rumah
Sakit Bhakti Rahayu Ambon, yaitu :
a. Monitoring waktu tunggu hasil foto Thorax < 3 Jam.
b. Pencapaian kerusakan film tidak melebihi 2%
c. Monitoring waktu tunggu pemeriksaan USG Rawat Jalan tidak lebih
dari 3 hari.
2. Proses Monitoring
a. Untuk sasaran monitoring waktu tunggu hasil foto thorax dilakukan
pengumpulan data dengan tahap:
1. Pengumpulan jam pasien datang dan jam hasil dibacakan.
2. Penulisan jam dilakukan oleh petugas yang berjaga.
3. Pengumpulan data dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.
4. Melalui data tersebut dimasukkan dalam format excel dan
dilakukan perhitungan.
5. Frekuensi 1 bulan sekali.
b. Untuk sasaran pencapaian kerusakan film tidak melebih 2% dilakukan
pengumpulan data dengan tahap:
1. Film yg rusak ditulis tanggal kerusakannya dan di masukkan ke
box film riject yang disediakan.
2. Film yang rusak akan di rekap setiap bulan sesuai dengan jenis
penyebab kerusakannya.
3. Petugas yang ditunjuk yang melakukan perekapan dan
pengumpulan data adalah radiografer bertugas
4. Data jumlah kerusakan film dimasukkan kedalam data excel dan di
hitung.
5. Frekuensi 1 bulan sekali
33
c. Untuk sasaran monitoring waktu tunggu pemeriksaan USG rawat jalan
dilakukan pengumpulan data dengan tahap:
1. Pengumpulan hari pasien datang meminta jadwal dan hari pasien
dijadwalkan.
2. Penulisan hari ditulis oleh petugas jaga ketika pasien dijadwalkan
USG.
3. Pengumpulan data dilakukan oleh petugas radiografer yang
bertugas
4. Melalui data tersebut dimasukkan dalam format excel dan
dilakukan perhitungan.
5. Frekuensi 1 bulan sekali.
D. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan
Pelaksanaan kegiatan akan dievaluasi pada rapat bulanan untuk
mengindentifikasi dan membahas jadwal pelaksanaan kegiatan dan masalah-
masalah pelayanan yang terjadi. Pelaporan akan dibuat tertulis berserta
evaluasi dan tindakan selanjutnta kemudian di laporkan kepada tim PMKP
Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu Ambon.
34
BAB IX
PENUTUP
35
36