Oleh :
Aulia Agung Sanubari
G99131022
Pembimbing :
DR. Dr. Hj. Noer Rachma, Sp RM
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESA
A.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. J
Umur
: 54 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Selogiri, Wonogiri
Status
: Menikah
B.
Tanggal Periksa
: 21 Februari 2015
No CM
: 00882754
Keluhan Utama
Sesak nafas
C.
D.
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat Mondok
E.
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
F.
: disangkal
Riwayat Olahraga
: disangkal
G.
Pasien adalah seorang laki-laki yang memiliki satu orang istri dan empat orang
anak. Pasien merupakan petani. Saat ini dirawat di RSDM dengan fasilitas
BPJS.
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum sakit sedang, Compos Mentis E4V5M6, gizi kesan cukup
B. Tanda Vital
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),
spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-),
D. Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam,
tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan
tak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-),
sekret (-/-)
F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
G. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),lidah simetris, lidah tremor (-),
stomatitis (-), mukosa pucat (+), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
I. Leher
Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP (R+4) ,limfonodi membesar
multiple, nyeri tekan (-)
J. Thoraks
a.
b.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
paradoksal (-)
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
L. Abdomen
Inspeksi
: supel
Auskultasi
Perkusi
: tympani
Palpasi
M. Ekstremitas
Oedem
Akral dingin
N. Status Psikiatri
Deskripsi Umum
1. Penampilan : Laki-laki, tampak sesuai umur, berpakaian rapi
2. Kesadaran : Kuantitatif
: compos mentis
Kualitatif
: tidak berubah
Afek
: Appropiate
Mood : normal
5
Gangguan Persepsi
-
Halusinasi (-)
Ilusi (-)
Proses Pikir
-
Bentuk : realistik
Isi
: waham (-)
Arus
: koheren
Orientasi
: Orang : baik
Waktu : baik
Tempat : baik
Daya Ingat
Daya Nilai
Insight
: Baik
: GCS E4V5M6
Fungsi Luhur
5
-
Tonus :
5
-
N
6
Reflek fisiologis:
Reflek patologis:
+2
+2
+2
+2
Nervus Cranialis
N. III
N. VII
N XII
ROM
Flexi
Extensi
Lateral bend
Rotasi
Aktif
0 700
0 400
0 600
0 900
EKSTREMITAS
SUPERIOR
Shoulder Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
External Rotasi
Internal Rotasi
Elbow
Fleksi
Ekstensi
Pronasi
Supinasi
Wrist
Fleksi
Ekstensi
Ulnar deviasi
Radius deviasi
Finger
MCP I fleksi
MCP II-IV
ROM AKTIF
Dextra
Sinistra
0
0-180
0-1800
0-300
0-300
0-1500
0-1500
0-750
0-750
0
0-90
0-900
0-900
0-900
0-1350
0-1350
0
135-180
135-1800
0-900
0-900
0-900
0-900
0-900
0-900
0
0-70
0-700
0-300
0-300
0
0-30
0-300
0-900
0-900
0
0-90
0-900
7
Pasif
0 700
0 400
0 600
0 900
ROM PASIF
Dextra Sinistra
0-1800
0-1800
0-300
0-300
0-1500
0-1500
0-750
0-750
0
0-90
0-900
0-900
0-900
0-1350
0-1350
0
135-180
135-1800
0-900
0-900
0-900
0-900
0-900
0-900
0
0-70
0-700
0-300
0-300
0
0-30
0-300
0-900
0-900
0
0-90
0-900
fleksi
DIP II-V fleksi
PIP II-V fleksi
MCP I ekstensi
0-900
0-1000
0-300
EKSTREMITAS
INFERIOR
Hip
Knee
Ankle
0-900
0-1000
0-300
ROM AKTIF
Dextra
Sinistra
Fleksi
0
0
Ekstensi
0
0
Abduksi
0
0
Adduksi
0
0
Eksorotasi
0
0
Endorotasi
0
0
Fleksi
0
0
Ekstensi
0
0
Dorsofleksi
0
0
Plantarfleksi
0
0
0-900
0-1000
0-300
0-900
0-1000
0-300
ROM PASIF
Dextra
Sinistra
0
0-140
0-1400
0-300
0-300
0
0-45
0-450
0-450
0-450
0
0-80
0-800
0-800
0-800
0
0-120
0-1200
0
120-180
120-1800
0-400
0-400
0
0-40
0-400
Ekstensor
Shoulder
Elbow
Ekstremitas Superior
Fleksor
M Deltoideus anterior
M Biseps
Ekstensor
M Deltoideus anterior
M Teres mayor
Abduktor
M Deltoideus
M Biceps
Adduktor
M Lattissimus dorsi
M Pectoralis mayor
Internal
M Lattissimus dorsi
Rotasi
M Pectoralis mayor
Eksternal
M Teres mayor
Rotasi
M Infra supinatus
Fleksor
M Biceps
M Brachialis
Ekstensor
M Triceps
8
Dextra
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Sinistra
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Wrist
Supinator
Pronator
Fleksor
M Supinator
M Pronator teres
M Fleksor carpi
radialis
M Ekstensor
digitorum
M Ekstensor carpi
radialis
M ekstensor carpi
ulnaris
M Fleksor digitorum
M Ekstensor
digitorum
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Finger
Hip
Knee
Ankle
Fleksor
Ekstensor
Ekstremitas inferior
Fleksor
M Psoas mayor
Ekstensor
M Gluteus maksimus
Abduktor
M Gluteus medius
Adduktor
M Adduktor longus
Fleksor
Harmstring muscle
Ekstensor
Quadriceps femoris
Fleksor
M Tibialis
Ekstensor
M Soleus
5
5
5
5
5
5
5
Dextra
1
1
1
1
1
1
1
1
Status Ambulasi
Dependent
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium Darah
Rujukan
Hb
: 12,8 gr/dl
13,5-18
Hct
: 37 %
40-54
AE
: 4,42 x 106 L
4,6-6,2
AT
: 327 x 103 L
150-440
AL
: 6,4 x 103 L
4,5-11
5
5
5
Sinistra
1
1
1
1
1
1
1
1
GDP
: 126 mg/dl
60-140
Ureum
: 16 mg/dl
10-50
Creatinin
: 0,7 mg/dl
0,9-1,3
Natrium
: 129 mmol/l
135-145
Kalium
: 4,7 mmol/l
3,3-5,1
Chlorida
: 99 mmol/l
98-106
:
:
:
:
:
:
:
:
7.430
-1.9
33.6
75.4
37
22.8
19.7
95.4
Rujukan
7.350-7.450
-2-+3
27-41
83-108
37-50
21-28
19-24
94-98
Kuning kemerahan
Agak keruh
Ada bekuan
Tidak berbau
Tidak dilakukan
2.9
Kuning muda
Jernih
Tak ada bekuan
Tidak berbau
Negative
<3
kualitatif
Glukosa
LDH
Jumlah sel
Hitung
jenis
98
241
30
65
0-115
<200
<1000
30-75
sel MN
Hitung jenis se
35
<10
PMN
10
11
13
IV. ASSESMENT
Paraplegi inferior, pneumonia komuniti, efusi pleura dd keganasan
V. PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa :
1. Bed rest tidak total
2. Diet TKTP 1900 kkal
3. Infus NaCl 0,9% 20 tpm
4. Injeksi ciproflox 200mg/12 jam
5. Injeksi vit B1 100mg/12 jam
6. NAC 3x200mg
VI.
DAFTAR MASALAH
Problem Medis
1. Fisioterapi
2. Terapi wicara
: tidak ada
3. Okupasi Terapi
4. Sosiomedik
5. Ortesa-protesa
: Keterbatasan mobilisasi
6. Psikologi
Rehabilitasi Medik:
1.
2.
Fisioterapi
a.
b.
c.
14
3.
Okupasi terapi
Sosiomedik :
a.
Motivasi
dan
edukasi
keluarga
Motivasi
dan
edukasi
keluarga
Ortesa-Protesa
Psikologi
TUJUAN
1.
2.
Mencegah
terjadinya
komplikasi
yang
dapat
memperburuk keadaan
3.
4.
5.
IX.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad malam
Ad sanam
: dubia ad malam
15
Ad fungsionam
: dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
16
Paraplegia merupakan paralysis permanen dari tubuh yang disebabkan oleh luka atau
penyakit yang dipengaruhi oleh medulla spinalis.
Pada luka medulla spinalis tulang belakang, biasanya rusak di suatu tempat di
sepanjang tulang belakang tersebut akan sembuh, tetapi jaringan saraf pada medulla
spinalis tidak dapat sembuh. Kerusakan saraf inilah yang menyebabkan kehilangan
permanent pada fungsi dan berakibat pada kondisi yang disebut paraplegia.
II. DEFINISI
Paraplegia adalah kondisi dimana bagian bawah tubuh (extremitas bawah)
mengalami kelumpuhan atau paralysis yang disebabkan karena lesi transversal pada
medulla spinalis.
III. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan terjadi sekitar 10.000 kasus cedera medulla spinalis dalam setahun di
Amerika Serikat, terutama pada pria muda yang belum menikah. Dari jumlah di atas,
penyebab terbanyak karena kecelakaan mobil. Diikuti karena terjatuh, luka tembak
dan cedera olah raga. Penyebab non traumatic yang paling sering menyebabkan
paraplegi adalah tumor tulang belakang.
IV. PENYEBAB
Penyebab yang paling umum dari kerusakan medulla spinalis adalah :
1. Trauma
Seperti kecelakaan motor, jatuh, luka ketika berolahraga (khususnya menyelam ke
perairan dangkal), luka tembakan dan juga bisa karena kecelakaan rumah tangga.
2. Penyakit
17
V. GAMBAR ANATOMI
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang dikelompokkan menjadi :
7 vertebra cervical atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah tengkuk.
5 vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal atau
pinggang.
18
VI. DIAGNOSA
1. ANAMNESA
1. Bagaimana kekuatan otot pada extremitas bawah ?
2. Bagaimana rasa rasa yang dialami pada extremitas bawah ? Apakah
merasa seperti tebal atau kesemutan ?
3. Bisa buang air kecil atau tidak ?
4. Bisa buang air besar atau tidak ?
5. Apakah pernah kecelakaan / jatuh yang mengenai tulang belakang ?
19
2.PEMERIKSAAN
a. Inspeksi
Pasien dalam kondisi berbaring
b. Palpasi
Sistem Motorik
Penilaian kekuatan otot merupakan salah satu pemeriksaan yang harus dilakukan
pada pemerikasaan paraplegi. Kekuatan otot dapat diperiksa baik pada waktu otot
melakukan suatu gerakan (power, kinetik) atau pada waktu menahan atau
menghambat atau melawan gerakan (statik). Kadang kelemahan otot baru diketahui
bila penderita disuruh melakukan serentetan gerakan pada satu periode (endurance).
Untuk melakukan pemeriksaan kekuatan otot harus diketahui fungsi masing
masing otot yang diperiksa.
Pada paraplegia didapatkan kekuatan otot yang menurun pada kedua tungkai.
Penilaian kekuatan otot :
Nilai
0
1
2
Kontraksi
Persentase
Tidak ada
Ada, tanpa gerakan yang nyata
0 10 %
Dapat menggeser / menggerakkan lengan tanpa11 25 %
4
5
tanpa tahanan
Dapat mengangkat lengan dengan tahanan ringan 51 75 %
Dapat mengangkat lengan melawan gaya berat76 100 %
dengan beban tahanan berat
Sistem Sensorik
Untuk menentukan level dari paraplegia terutama digunakan sistem sensoris, bukan
motoris.
20
21
Refleks
22
Pada kelumpuhan lower motor neuron (LMN) tidak menunjukkan reflek patologis
sedangkan pada kelumpuhan Upper Motor Neuron menunjukkan refleks patologis.
a. Reflek Superficial
1. Reflek Kulit Dinding Perut
Kulit dinding perut digores dengan ujung gagang palu refleks atau ujung kunci.
Refleks kulit dinding perut menghilang pada lesi piramidalis. Hilangnya refleks ini
yang berkombinasi dengan meningkatnya refleks otot dinding perut adalah khas bagi
lesi di susunan piramidal.
2. Reflek Kremaster dan Reflek Skrotal
Penggoresan dengan pensil, ujung gagang palu refleks atau ujung kunci terhadap
kulit bagian medial akan dijawab dengan elevasi testis ipsilateral. Refleks kremaster
menghilang pada lesi di segmen L I II, juga pada usia lanjut.
3. Reflek Gluteal
Refleks ini terdiri dari gerakan reflektorik otot gluteus ipilateral bilamana digores
atau ditusuk dengan jarum atau ujung gagang palu refleks. Refleks gluteal
menghilang jika terdapat lesi di segmen L IV S I.
4. Reflek Anal Eksterna
Refleks ini dibangkitkan dengan jalan penggoresan atau ketukan terhadap kulit atau
mukosa daerah perianal.
5. Reflek Plantar
Penggoresan terhadap kulit telapak kaki akan menimbulkan ekstansi serta
pengembangan jari jari kaki dan elevasi ibu jari kaki.
b. Reflek Patologik
Reflek patologik yang sering diperiksa di dalam klinik ialah Ekstensor Plantar
Response atau tanda Babinski.
Metode-metode Perangsangan :
1. Refleks Chaddock
Penggoresan terhadap kulit dorsum pedis pada bagian lateralnya atau penggoresan
terhadap kulit di sekitar malcolus eksterna.
2. Refleks Oppenheim
Pengurutan dari proksimal ke distal secara keras dengan jari telunjuk dan ibu jari
tangan terhadap kulit yang menutupi os. telunjuk dan ibu jari tangan terhadap kulit
yang menutupi os. tibia atau pengurutan itu dilakukan dengan menggunakan sensi
interfalangeal jari telunjuk dan jari tengah dari tangan yang mengepal.
23
3. Refleks Gordon
Cara membangkitkan Ekstensor Plantar Response ialah dengan menekan betis secara
keras.
4. Refleks Scaeffer
Cara membangkitkan respon tersebut adalah dengan menekan tendon Achilles secara
keras.
5. Refleks Gonda
Respon patologik tersebut diatas timbul pada penekukan (plantar fleksi) maksimal
dari jari kaki keempat.
6. Refleks Bing
Dibangkitkan dengan memberikan rangsangan tusuk pada kulit yang menutupi
metatarsal kelima.
c. Perkusi
1. Refleks otot dinding perut (bagian atas T8-9, tengah T9-10, bawah T11-12)
Sikap
:
Pasien berbaring terlentang dengan kedua tangan lurus di samping badan.
Stimulasi :
Ketukan pada jari yang ditempatkan pada bagian atas, tengah dan bawah dinding
perut.
Respons :
Otot perut yang mengganjal.
2. Refleks tendon lutut (L 2-3-4, N. Femoralis)
24
Sikap
:
Pasien duduk dengan kedua kakinya digantung
Pasien duduk dengan kedua kakinya ditapakkan di lantai
Pasien berbaring terlentang dengan tungkainya difleksikan di sendi lutut
Stimulasi :
Ketukan pada tendon Patella
Respons :
Tungkai bawah berekstensi
3. Refleks Biseps Femoralis (L4-5,S1-2, N.Ischiadicus)
Sikap
:
Pasien berbaring terlentang dengan tungkai ditekuk ke lutut.
Stimulus :
Ketukan pada jari di pemeriksa yang ditemoatkan pada tendon
M. Biseps
femoralis
Respons :
Kontraksi M.biceps femoralis
4. Refleks Tendon Achilles (L5,S1-2, N.Tibialis)
Sikap
:
1. Tungkai ditekuk di sendi dan kaki didorsofleksikan
2. Pasien Berlutut dengan kedua kaki bebas
Stimulus :
Ketukan pada tendon Achilles
Respons :
Plantarfleksi kaki
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a)
b)
RO
Laboratorium :
VII. PENGOBATAN
a. Obat
Jika terjadi contasio / transeksi / kompresi medulla spinalis, maka dapat kita terapi
dengan :
25
Sedangkan apabila terdapat comotio medulla spinalis fraktur atau dislokasi tidak
stabil harus disingkirkan. Jika pemulihan sempurna, pengobatan tidak diperlukan.
Antibiotik pada umumnya untuk menyembuhkan infeksi saluran kemih.
b. Fisioterapi
Terdiri dari :
Alat bantu
Pada penyakit paraplegia, kita dapat menggunakan alat bantu terapi yang dinamakan
Giger MD. Dimana merupakan suatu terapi dinamis koordinasi yang efisien untuk
melatih pasien dengan lesi CNS.
Pemanasan
Latihan
Disebut dengan Range Of Motion (ROM) untuk mengetahui luas gerak sendi.
c. Operasi
Dengan menggunakan teknik Harrison roda stabilization (Instrumen Harrison) yaitu
mengguakan batang distraksi baja tahan karat untuk mengoreksi dan stabilisasi
deformitas vertebra.
26
Prinsip dasar teknik Harrison dalam perawatan trauma deformitas spinal adalah
adanya kemauan dan dukungan dari pasien mengikuti rehabilitasi sejak dini dan
untuk mencegah deformitas yang lebih parah.
Tindakan operasi diindikasikan pada kasus :
Cedera terbuka dengan benda asing atau tulang dalam canalis spinalis
Dapat juga kita lakukan tindakan segera pada cedera medulla spinalis, tujuannya
adalah mencegah kerusakan lebih lanjut pada medulla spinalis yang diperburuk
dengan penanganan yang kurang tepat, efek hipotensi atau hypoxia pada jaringan
saraf yang sudah terganggu, yaitu :
Letakkan pasien pada alas yang keras dan datar untuk pemindahan
Beri bantal, guling atau bantal pasir pada sisi pasien untuk mencegah
pergeseran
d. Saran
27
28
Control nyeri : analgetik, obat anti inflamasi non steroid, anti konvulsi,
codein, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Mardjono, Mahar DR.Prof., Sidharta, Priguna DR.Prof. 2003. Neurologi Klinis
Dasar. Jakarta : Dian Rakyat. Hal : 20 27, 35, 85.
29
Sidharta, Priguna M.D. Ph.D. Neurologis Klinis dalam Praktek Umum. Hal 7
Sidharta, Priguna M.D. Ph.D. 1999. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Hal :
115 131, 434 443.
30