Anda di halaman 1dari 28

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

BAB I PEMBAHASAN..........................................................................................3

A. Posyandu........................................................................................ 3
B. Polindes.......................................................................................... 7
C. KB / KIA........................................................................................ 11
D. Dasa Wisma.................................................................................... 13
E. Tabulin........................................................................................... 13
F. Donor Darah Berjalan.......................................................................14
G. Pengertian Peran Serta Masyarakat...................................................16
H. Tujuan Peran Serta Masyarakat........................................................17
I. Langkah-Langkah Pengembangan Peran Serta Masyarakat...................17
J. Faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat............................18
K. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi................................18
L. Penggerakkan Sasaran untuk Mencapai Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
19
M. Pengaturan Transportasi Setempat....................................................21
N. Pengaturan Biaya...........................................................................22
o. Pengorganisasian Donor Darah.........................................................23
BAB III HASIL KUNJUNGAN...........................................................................26

BAB IV PENUTUP...............................................................................................29

A. Kesimpulan................................................................................... 29
B. SARAN....................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA

1
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dasar
kebidanan yang berjudul Pengembangan Peran Serta Masyarakat Melalui
Pengembangann Masyarakat Desa ini tepat pada waktunya. Kami menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih belum mencapai kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami harapkan kritik, saran serta bimbingan yang membangun guna perbaikan
yang lebih baik.

Demikain kiranya, semoga dengan adanya makalah ini bisa memberikan


pengetahuan lebih, bermanfaat bagi kita semua dan apa yang kami sampaikan
pada makalh ini bisa tersampaikan dengan baik kepada pembaca sekalian. Amin.

Gowa 27 april 2016

penulis

2
BAB I

PEMBAHASAN

Beberapa wahana/ forum PSM yaitu posyandu, polindes, KB-KIA, Dasa Wisma,
Tabulin, Donor darah berjalan,ambulance desa
A. Posyandu
1. Pengertian
Posyandu adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dalam
pelayanan kesehatan masyarakat dari keluarga berencana dari
masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan
pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga
berencana yang mempunyai nilai strategi untuk pengembangan sumber
daya manusia sejak dini (Eny Retna, 2009, Asuhan
Kebidanan Komunitas).
Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan yang di kelolah dan diselanggarakan untuk dan oleh
masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan
( Sriati Rismintari, 2009, Asuhan Kebidanan Komunitas ).
Posyandu merupakan upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan
dasar dan peningkatan status gizi masyarakat ( Rita Yulifah, 2010,
Asuhan Kebidanan Komunitas).
2. Tujuan Posyandu
a. Menurunkan angka kematian ibu dan anak
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
c. Mempercepat penerimaan NKKBS
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan menunjang peningkatan hidup sehat
e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat sehingga tercapai peningkatan cakupan palayanan.
f. Meningkatkan dan membina peran serta masyarakat dalam rangka
alih teknologi untuk usaha kesehatan masyarakat.
3. Sasaran

3
a. Bayi < 1 tahun
b. Anak balita 1 5 tahun
c. Ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas
d. WUS ( Wanita Usia Subur )
4. kegiatan posyandu
a. Kesehatan Ibu dan Anak KIA
b. Keluarga Berencana KB
c. Imunisasi
d. Peningkatan Gizi
e. Penanggulangan Diare
f. Sanitas Dasar
g. Penyediaan Obat Essensial
h. Pembentukan Posyandu
5. Pembentukan posyandu
a. Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti pos
penimbangan balita, pos imunisasi, pos keluarga berencana, pos
kesehatan, pos lainnya yang berbentuk baru.
b. Persyaratan posyandu
1) Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita
2) Terdiri dari 120 kepala keluarga
3) Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa )
4) Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam 1 kelompok
tidak terlalu jauh.
c. Alasan pendirian posyandu
1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya
dalam upaya pencegahan penyakit dan pertolongan pertama
pada kecelakaan sekaligus dengan pelayanan KB
2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh
masyarakat sehingga menimbulkan rasa memiliki masayarakat
terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga
berencana.
6. Penyelenggara posyandu
a. Pelaksana kegiatan adalah anggota masyarakat yang telah dilatih
menjadi kader kesehatan setempat di bawah bimbingan puskesmas
b. Pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua
RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan
informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut.
7. Lokasi posyandu
a. Berada ditempat yang mudah didatangi masyarakat
b. Ditentukan oleh msyarakat itu sendiri
c. Dapat merupakan lokal tersendiri

4
d. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah
penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau poslainnya.
8. Pelayanan posyandu
a. Pelayanan kesehatan yang dijalankan
1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
2) Penimbangan bulanan
3) PMT yang berat badannya kurang
4) Imunisasi bayi 3 14 bulan
5) Pemberian oralit yang menanggulangi diare
6) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan
usia subur
1) Pemeriksaan kesehatan umum
2) Pemeriksaan kehamilan dan nifas
3) Pelayanan peniongkaatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil
penambah darah
4) Imunisasi TT unyk ibu hamil
5) Penyuluhan kesehatan dan KB
6) Pemberian alat kontrasepsi KB
7) Pemberian oralit pada ibu yang terkena diari
8) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
9) Pertolongan pertama pada kecelakaan
9. Sistem Informasi Di Posyandu ( Sistem Lima Meja )
a. Meja I adalah layanan pendaftaran
b. Meja II adalah layanan penimbangan
c. Meja III adalah tempat kader melakukan pencatatan pada buku
KIA setelah ibu dan balita mendaftar dan di timbang
d. Meja IV adalah tempat diketahuinya BB anak yang naik atau yang
turun, bumil dengan resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB,
penyuluhan kesehatan, Vit. A dll.
e. meja V adalah tempat pemberian makanan tambahan pada bayi dan
balita yang datang di posyandu
10. Prinsip dasar posyandu
a. Posyandu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan
antara pelayanan profesional dan non profesional
b. Adanya kerja sama lintas program yang baik
c. Kelembagaan masyarakat (pos, desa, kelompok timbang, pos
imunisasi, pos kesehatan,dll)
d. Mempunyai sasaran penduduk yang sama ( bayi 0-1 tahun, anak 1-
5 tahun, ibu hamil, PUS )

5
e. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan
PKMD/PHC.
11. Kategori posyandu
a. Posyandu pratama(warna merah) dengan kriteria posyandu yang
belum mantap, kegiatannya belum rutin tiap bulan, kader aktifnya
terbatas.
b. Posyandu madya (warna kuning) dengan kriteria kegiatannya
>8x/tahun, kader > 5 orang, cakupan program utama (KB, KIA,
Gizi, Imunisasi) rendah yaitu 50 %, kelestarian posyandu baik
c. Posyandu purnama (warna hijau)
d. Poyandu mandiri (warna biru).
B. Polindes
1. Pengertian
Polindes merupakan salah satu bentuk UKBM( Usaha Kesehatan Bagi
Masyarakat ) yang didirkan masyarakat oleh masyarakat atas dasar
musyawarah,sebagai kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa,
untuk memberikan pelayanan KIA KB serta pelayanan kesehatan
lainnya sesuai dengan kemampuan Bidan.
2. Tujuan
a. Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA KB termasuk
pertolongan dan penanganan pada kasus gagal.
b. Meningkatkan pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan
c. Meningkatkan kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan
konseling kesehatan bagi ibu dan keluarganya
d. Meningkatkan pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan
kesenangan bidan.
3. Fungsi
a. Sebagai tempat pelayanan KIA KB dan pelayanan kesehatan
lainnya
b. Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembinaan, penyuluhan
dan konseling KIA
c. Pusat kegiatan pemberdayan masyarakat

4. Indikator Polindes

6
a. Fisik
Bangunan polindes tampak bersih, tedak ada sampah berserakan,
lingkungan yang sehat, polindes jauh dari kandang ternak,
mempunyai ruangan yang cukup untuk pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan KIA, mempunyai ruangan untuk pertolongan persalinan,
tempat yang bersih dengan aliran udara/ventilasi yang baik dan
terjamin, mempunyai perabotan dan alat-alat yang memadai untuk
pelaksaan pelayanan.
b. Tempat tinggal bidan di desa
Keberadaan bidan secara secara terus menerus/menetap
menentukan efektivitas pelayanan, termasuk efektifitas polindes,
jarak tempat tinggal bidan yang menetap di desa dengan polindes
akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan di
polindes, bidan yang tidak tinggal di desa dianggap tidak mungkin
melaksanakan pelayanan pertolongan persalinan di desa.
c. Pengelolahan polindes
Pengelolahan polindes yang baik akan menentukan kualitas
pelayanan sekaligus pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat.
Criteria pengelolaan polindes yang baik adalah keterlibatan
masyarakat melalui wadah kemudian dalam menuntukan tariff
pelayanan maka tariff yang ditetapkan secara bersama, diharapkan
memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memnfaatkan
polindes sehingga dapat meningkatkan cakupan dan sekaligus
dapat memuaskan semua pihak.
d. Cakupan persalinan
Pemanfaatan pertolongan persalinan merupakan salah satu
mata rantai upaya penigkatan keamanan persalinan, tinggi
rendahnya cakupan persalinan dipengaruhi banyak factor,
diantaranya ketersediaan sumber dana kesehatan termasuk di
dalamnya keberadaan polindes beserta tenaga profesionalnya
yaitu bidan di desa, dihitung secara komulatif selama setahun,

7
meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong di polindes selain
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan ibu hamil sekaligus
mencerminkan kemampuan bidan itu sendiri baik di dalam
kemampuan teknis medis maupun di dalam menjalin hubungan
dengan masyarakat.
e. Sarana air bersih
Polindes dianggap baik apabila telah tersedia air bersih
yang dilengkapi dengan MCK, tersedia sumber air PDAM dan
dilengkapi pula dengan SPAL.
f. Kemitraan bidan dan dukun bayi
Merupakan hal yang dianjurkan dalam pelayanan
pertolongan persalinan di polindes, dihitung secara komulatif
selama setahun.
g. Dana sehat
Sebagai wahana memandirikan masyarakat untuk hidup
sehat yang pada gilirannya diharapkan akan mampu melestarikan
berbagai jenis upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
setempat untuk itu perlu dikembangkan ke seluruh
wilayah/kelompok sehingga semua penduduk terliput dana sehat.
h. Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran
i. KIE merupakan salah satu teknologi peningkatan PSM yang
bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mau dan mampu
memelihara serta melaksanakan hidup sehat sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya, melalui jalinan komunikasi,
informasi dan edukasi yang bersifat praktis dengan keberadaan
polindes berserta bidan di tengah-tengah masyarakat diharapkan
akan terjalin interaksi antara bidan dan masyarakat. Interaksi
dengan intensitas dan frekuensi yang cukup tinggi akan dapat
mengatasi kesenjangan informasi kesehatan. Semakin
sering bidan menjalankan KIE akan semakin mendorong
masyarakat untukmenigkatkan kualitas hidup sehatnya termasuk di

8
dlalam menigkatkan kemampuan dukun bayi sebagai mitra kerja di
dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil. KIE untuk
kelompok sasaran seharusnya dilakukan minimal sekali setiap
bulannya dihitung secara komulatif.
5. Kegiatan Kegiatan Polindes
a. Memeriksa bumil dan komplikasinya
b. Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang
c. Memberikan pelayanan kesehatan bufas dan ibu menyusui
d. Memberikan pelayan kesehatan neonatal, bayi, balita, anak pra
sekolah dan imunisasi dasar pada bayi
e. Memberikan pelayanan KB
f. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama
pada kehamilan dan persalinan yang berisiko tinggi baik ibu
maupun bayinya
g. Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader
h. Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu
i. Melatih dan membina dukun bayi maupun kader
j. Memberi penyuluhan kesehatan tentang gizi bumildan anak serta
peningkatan penggunaan ASI dan KB
k. Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada
puskesmas setempat.
6. Prinsip-prinsip polindes
a. Merupakan bentuk UKBM dibidang KIA-KB
b. Polindes dapat dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang
tinggal didesa
c. Memiliki tingkat peran serta masyarakat yang tinggi, berupa
penyediaan tempat untuk pelayanan KIA, khususnya
pertolongan persalinan, pengelolaan polindes, penggeraka
sasaran dan dukungan terhadap pelaksana tugas bidan di desa.
d. Dalam pembangunan fisik polindes dapat berupa ruang/kamar
yang memenuhi persyaratan sehat, dilengkapi sarana air bersih,
maupun peralatan minimal yang dibutuhkan.
e. Kesepakatan dengan masyarakat dalam hal tanggung jawab
penyediaan dan pengelolaan tempat, dukungan operasional dan
tarif pelayanan kesehatan di polindes
f. Menjalin kemitraan degan dukun bayi
g. Adanya polindes tidak berarti bidan hanya memberi pelayanan di
dalam gedung
7. Unsur-unsur polindesa

9
a. adanya bidan di desa
b. Bangunan atau ruang untuk pelayanan KIA-KB dan pengobatan
sederhana
c. adanya partisipasi masyarakat
8. kebijakan penempatan bidan di desa
membantu penurunan AKI/AKB akibat komplikasi oobstetri,
khususnya AKP/AKN, dengan mengatasi berbagai kesenjangan :
kesenjangan geografis (mendekatkan pelayanan KIA-KB kesenjangan
informasi, kesenjangan sosial budaya, kesenjangan ekonomi).
9. Yang Harus Dilakukan oleh Bidan
a. Membangun kemitraan dengan masyarakat, tokoh masyarkat,
dukun bayi.
b. Meningkatkan profesionalisme
c. Memobilisasi pendanaan masyarakat dalam bentuk tabulin
d. Mendorong kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan.

C. KB / KIA

1. Pengertian
KB KIA adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak
yang anggotanya meliputi ibu hamil dan menyusui.
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Agar ibu hamil dan menyusui tahu cara yang baik untuk menjaga
kesehatan sendiri dan anaknya, tahu pentingnya pemeriksaan ke
puskesmas dan posyandu atau tenaga desehatan lain pada masa hamil dan
menyusui serta adanya keinginan untuk ikut menggunakan kontrasepsi
yang efektif dan tepat.
b. Tujuan khusus

10
Memberi pengetahuan kepada ibu tentang hygiene perorangan
pentingnya menjaga kesehatan, kesehatan ibu untuk kepentingan janin,
jalanya proses persalinan, persiapan menyusui dan KB.
3. Materi kegiatan
a. Pemeliharaan diri waktu hamil
b. Makanan ibu dan bayi
c. Pencegahan infeksi dengan imunisasi
d. Keluarga berencana
e. Perawatan payudara dan hygiene perorangan
f. Rencana persalinan
g. Tanda-tanda persalinan
4. Kegiatan yang dilakuan
a. Pakaian dan perawatan bayi
b. Contoh makanan sehat untuk ibu hamil dan menyusui
c. Makanan bayi
d. Perawatan payudara sebelumdan setelah persalinan
e. Peralatan yang diperlukan ibu hamil dan menyusuiCara memandikan
bayi
f. Demontrasi tentang alat kontrasepsi dan cara penggunaanya
5. Faktor penentu keberhasilan
a. Faktor manusia
b. Faktor sarana [tempat]
c. Faktor prasarana [fasilitas]
6. Pelaksana
a. Pelaksana utama meliputi dokter puskesmas, pengelola KIA,
kader, Bidan
b. Pelaksana pendukung meliputi Camat, kades, pengurus LKMD, tokoh
masyarakat
c. Pelaksana pembina meliputi sub dan KIA propinsi tim pengelola KIA
kabupaten.
D.Dasa Wisma
Dasawisma adalah kelompok ibu berasal dari 10 rumah yang
bertetangga. Kegiatannya diarahkan pada peningkatan kesehatan keluarga.
Bentuk kegiatannya seperti arisan, pembuatan jamban, sumur, kembangkan
dana sehat [ PMT, pengobatan ringan, membangun sarana sampah dan
kotoran ]

11
Dasawisma atau kelompok persepuluh merupakan salah satu
pembinaan wahana peran serta masyarakat dibidang kesehatan secara
swadaya di tingkat keluarga. Salah satu dari anggota keluarga pada
kelompok persepuluh dipilih untuk dijadikan ketua kelompok atau
penghubung/Pembina. Bidan desa dijadikan sebagai Pembina yang bertugas
melakukan pembinaan secara berkala dan menerima rujukan masalah
kesehatan.
E. Tabulin
1. Pengertian
Tabulin adalah tabungan social yang dilakukan oleh calon pengantin,
ibu hamil dan ibu yang akan hamil maupun oleh masyarakat untuk biaya
pemeriksaankehamilan dan persalinan serta pemeliharaan kesehatan
selama nifas. Penyetoran tabulin dilakukan sekali untuk satu
masa kehamilan dan persalinan ke dalam rekening tabulin.
Tidak semua ibu hamil dapat melahirkan dengan normal. Ibu hamil harus
selalu mewaspadai kemungkinan terjadinya komplikasi pada
saat kehamilan dan melahirkan. Keluarga ibu hamil perlu menyisihkan
sebagian dari pendapatan untuk pembiayaan selama kehamilan dan
kelahiran, salah satu cara adalah dengan adanya tabungan ibu
bersalin ( tabulin ).
Para ibu hamil diberi kotak tabungan yang dikunci dan disimpan
oleh bidan. Tujuan dari Tabulin adalah supaya ibu hamil rajin menabung
dan disiplin memeriksakan diri kebidan. Pada saat ibu hamil periksa
kandungan,kotak tabungan dapat dibukan dan dihitung jumlahnya
kemudian dicatat di dalam buku sesuai dengan jumlah uang yang di
simpan.
2. Tujuan
a. Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pengelola dan masyarakat
tentang tabulin

12
b. Meningkatkan kemampuan para pengelola dan masyarakat dalam
mengenali masalah potensi yang ada dan menemukan alternative
pemecahan masalah yang berkaitan dengan ibu hamil dan nifas
c. Meningkatkan kesadaran, kepedulian pengelola dan masyarakat dalam
menggerakkan ibu hamil untuk ANC, persalinan dengan tenaga
kesehatan, PNC, serta penghimpunan dana masyarakat untuk ibu hamil,
bersalin, dan ambulan desa.
F. Donor Darah Berjalan
1. Pengertian
a. Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakuakan
Departemen Kesehatan dalam hal ini derektorat Bina Kesehatan ibu.
Melalui program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat,
dalam upaya mempercepat penurunan AKI.
b. Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bias
dipanggil. Termasuk kerja mobil dan swasta terkait sediaan darah lewat
program yang mereka buat (Eny Retna, 2009, Asuhan
Kebidanan Komunitas ).
2. Tujuan
a. Membantu menurunkan risiko terkena serangan jantung
b. Sebagai pemeriksaan kesehatan secara teratur
c. Mengurangi kemungkinan terjadinya penyumbatan pembuluh darah.
3. Tahapan Donor darah
a. Fasilitasi warga untuk menyepakati pentingnya mengetahui golongan
darah
b. Jika warga belum mengetahui golongan darahnya, maka perlu dilakukan
pemeriksaan golongan darah bagi seluruh warga yang memenuhi syarat
untuk menjadi donor darah
c. Hubungi pihak Puskesmas untuk untuk menyelenggarakan pemeriksaan
darah
d. Membuat daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir,
kumpulkan nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama
dengan ibu hamil

13
e. Usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang
sesuai dengan golongan darahnya
f. Membuat kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap
24 jam, sewaktu waktu ibu hamil memerlukan transfusi
g. Membuat kesepakatan dengan Unit Transfusi Darah, agar
para warga yang telah bersedia menjadi CARINFOMU

14
G. Pengertian Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan
dimana individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta
bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga ataupun kesehatan
masyarakat lingkungannya. Upaya kesehatan berumber daya masyarakat
(UKBM) adalah wahana pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas
dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama
mayarakat dengan bimbingan dari petugas puskesmas, lintas sektor dan
lembaga terkait.

Pentingnya peran serta masyarakat memiliki arti penting dalam


pembangunan pada umumnya dan pembangunan kesehatan pada
khususnya. Hal ini terbukti dengan dicantumkannya peran serta
masyarakat dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 9, 18,
dan 174.

Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1997, peran serta


masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga, lembaga
swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya:

1. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya


sendiri, keluarga dan masyarakat.
2. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya
peningkatan kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga
termotivasi untuk pemecahan masalah kesehatan yang dihadapinya.
3. Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan memimpin dalam
perkembangan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi
dengan semangat gotong royong.

Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang


dilakukam berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam
rangka menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah dan
kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dakam bidang kesehatan

15
maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu
memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu
hidup dan kesejahteraan masyarakat.

H. Tujuan Peran Serta Masyarakat


(melani, 2009)tujuan pembinaan peran serta masyarakat adalah
terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat secara terorganisasi
untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana menuju
keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai
upaya yang dilakukan berbagai upaya yang dilakukan adalah:

1. Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan


mengarahkan masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak dan
keluarga berencana.
2. Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam
pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan keluarga terutama kesehatan
ibu, anak dan keluarga berencana.
3. Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan masyarakat.
Selain itu, tujuan peran masyarakat adalah tujuan program peran
serta masyuarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja
sama dengan lembaga-lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai,
yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi
non pemerintah dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat
dalam setiap tahap dalam proses pembangunan melalui peniongkatan
jaringan kemitraan dengan masyarakat (Laluna, 2008).

I. Langkah-Langkah Pengembangan Peran Serta Masyarakat


Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997)
langkah Pengembangan PSM meliputi:

16
1. Penggalangan dukungan penentu kebijaksanaan, pemimpin wilayah,
lintas sektor dan berbagai organisasi kegiatan yang dilaksankan
melalui dialog, seminar, lokakarya dengan memanfaatkan media masa
dan sistem informasi kesehatan.
2. Persiapan petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi
kepemimpinan di bidang kesehatan.
3. Persiapan masyarakat melaui rangkaian kegiatan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah
kesehatan, dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang
dimilikinya.
4. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui
kader yang terlatih.

J. Faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat


Menurut Yeung (1986) beberapa faktor yang berpengaruh untuk
membuat pendekatan peran serta masyarakat bekerja yaitu:

1. Motivasi, insentif bagi kelompok untuk bekerjasama harus ada jika


interaksi dan keterlibatan ingin berkelanjutan.
2. Kepemimpinan masyarakat, keberadaan struktur kepemimpinan dalam
organisasi formal dan informal di masyarakat.
3. Kemampuan untuk melakukan learning approach, adanya fleksibilitas
untuk mencoba aktifitas dan metode baru serta memberi peluang
mekanisme feedbackuntuk belajar dari kesuksesan dan kesalahan.
Dalam hal ini masyarakat diberi hak untuk menentukan pilihannya
sendiri dan menanggung konsekuensinnya.
4. Sumber daya, kemampuan sumber daya di masyarakat

K. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi


Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di
luar gedung puskesmas, puskesmas pembantu, dan bidan di desa harus ikut
dicatat. Kematian ibu adalah kematian seseorang perempuan saat
hamil atau dalam 42 minggu setelah berhentinya kehamilan, tanpa
memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena berbagai penyebab yang

17
berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan penanganannya,
tetapi tidak dari kasus kecelakaan atau incidental(Depkes RI, 1998).

Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu (15-49


tahun) per 100.000 perempuan per tahun. Ukuran ini merefleksikan, baik
risiko kematian ib hamil dan baru saja hamil, serta proporsi perempuan
menjadi hamil pada satu tahun tersebut (Depkes RI, 1998). Angka
kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi sebelum mencapai
umur tepat satu tahun per 1000 kelahiran hidup (Badan Pusat Statistik,
2003).

Tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi menunjukkan


masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan (Maternal mortality is an
indicator of how well the entire health care system is functioning).
Penyebab kematian Ibu diantaranya adalah perdarahan, eklamsia, aborsi,
infeksi, dan partus lama. Sedangkan penyebab kematian bayi adalah
gangguan perinatal, sistem pernapasan, diare, sistem percernaan, tetanus,
dan syaraf (Depkes RI, 1998).

L. Penggerakkan Sasaran untuk Mencapai Pelayanan


Kesehatan Ibu dan Anak

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan


Kabupaten atau Kota yang bertanggungjawab untuk mencapai pelayanan
kesehata ibu dan anak.Menurut Kemenkes No. 128 (2004) pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, yaitu:

1. Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah


kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan
kesehatan.
2. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggarakan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
3. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.Berupaya agar
perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat

18
4. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untk hidup sehat.
5. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk pembiayaan.
6. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksana
program kesahatan.
7. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
a. Pelayanan kesehatan perorangan
b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Menurut Ali (2008) Program pokok Puskesmas merupakan


program pelayanan kesehatan yang wajib di laksanakan karena
mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 Program Pokok
pelayanan kesehatan di Puskesmas untuk meningkatkan pelayanan KIA
yaitu:

1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan


kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada
seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan
pemeriksaan.
2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas
yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara
optimal melalui kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun
masyarakat).
3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan
KB di Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan
kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu
hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular
yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan
mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD,
Kusta dll).

19
5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan
lingkungan di puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan
pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu
lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat.
6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan
kesehatan, perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi
peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein,
Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY),
Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans
Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.

M. Pengaturan Transportasi Setempat


Menurut Departemen Kesehatan RI (1997) pengaturan transportasi
yang siap pakai untuk rujukan kegawatdaruratan yaitu:

1. Rujukan Upaya Kesehatan


Rujukan upaya kesehatan ini pada dasarnya meneliti rujukan
kesehatan serta rujukan medik yang dapat bersifat vertikal atau
horizontal serta timbal balik. Rujukan kesehatan terutama berkaitan
dengan upaya peningkatan dan pencegahan.
2. Bantuan teknologi
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantua teknologi tertentu baik
dalam bidang kesehatan maupun yang berkaitan dengan kesehatan
yang mampu memberikan teknologi tertentu. Teknologi yang diberikan
harus tepat guna dan cukup sederhana dan dapat dikuasai dan
dilaksanakan serta dapat dibiayai oleh masyarakat yang bersangkutan.
Bantuan teknologi tersebut dapat berupa:
a. Pembuatan jamban keluarga dan sarana air minum.
b. Pembuangan air limbah.
c. Penimbangan bayi untuk pengisian kartu menuju sehat.
3. Bantuan sarana transportasi

Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan baik secara


tertentu dalam bidang kesehatan maupun sarana yang terdapat pada

20
sektor-sektor-sektor lain. Bantuan sarana transportasi tersebut dapat
berupa obat-obatan, peralatan medis, ambulans guna untuk merujuk
pasien yang mengalami kegawat daruratan dari puskesmas ke rumah
sakit yang dapat siap pakai untuk pelaksanaan rujukan.

N. Pengaturan Biaya
Menurut Departemen Kesehatan RI (1997) pengaturan biaya kesehatan
meliputi:

1. Pengembangan pembiayaan kesehatan


Dalam rangka mencapai tujuan dan sarana pembangunan kesehatan
diperlukan dana baik yang bersumber dari pemerintah maupun
masyarakat terdapat kecenderungan, bahwa tingginya biaya kesehatan
akan memberikan beban berat kepada pemerintah. Oleh karena itu,
sesuai dengan dasar pembangunan sistem kesehatan nasional dan
upaya kesehatan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan
masyarakat.
2. Sumber-Sumber Pembiayaan
Sumber-sumber pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan
kesehatan akan barasal dari:
a. Masyarakat termasuk swasta misalnya, CSR (Corporate Social
Responsibility), pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan
tunai atau melelui sistem asuransi, hibah dan donor dari LSM.
b. Pemerintah pusat dan daerah misalnya, dana pemerintah pusat,
dana pemerintah provinsi, dana pemerintah kabupaten kota,
saham pemerintah dan BUMN, dan premi bagi Jamkesmas yang
dibayarkan oleh pemerintah.
c. Dana upaya kesehatan sebagai contoh Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK).
3. Cara Pembiayaan
Pengalokasian dana kedalam program atau kegiatan, hendaknya
bukan saja di sesuakan dengan prioritas yang berorientasi pada
manfaat dan daya guna yangg akan tercapai, namun hendaknya di
pertimbangkan pula segi-segi kesesuaian dengan kebijaksanaan umum,

21
namun digariskan dana diarahkan kepada program atau kegiatan yang
dititikkan beratkan kepada upaya kesehatan dengan kelompok sasaran
serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatan baik biaya berupa biaya
berobat, daya sehat maupun asuransi kesehatan merupakan komponen
biaya upaya kesehatan secara menyeluruh (Depkes RI, 1997).

o. Pengorganisasian Donor Darah

Donor darah merupakan salah satu strategi yang dilakukan


Departemen Kesehatan, dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu
melalui program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat
dalam upaya mempercepat penurunan AKI (Bancoolen, 2011). Untuk
menguatkan program tersebut Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah
Supari, Sp.JP (K) mencanangkan dimulainya penempelan stiker program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) secara nasional.
Dengan mencanangkan ini, semua rumah yang di dalamnya terdapat ibu
hamil akan ditempeli stiker berisi nama, tanggal taksiran persalinan,
penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan,
transportasi dan calon pendonor darah. Dengan demikian, setiap
kehamilan sampai dengan persalinan dan nifas dapat dipantau oleh
masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan tersebut
berjalan dengan aman dan selamat.

J. Pertemuan Rutin Gerakan Sayang Ibu dan Desa Siaga

Gerakan sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan


kualitas perempuan utamanya melalui percepatan penurunan angka
kematian ibu yang dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan
masyarakat dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dengan
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam upaya
integrative dan sinergis (Syarifudin, (2011). Upaya percepatan penurunan
AKI dan AKB juga merupakan komitmen internasional dalam rangka
target mencapai target Millineum Development Goals (MDGs).

22
Dalam pelaksanaan GSI, kecamatan merupakan lini terdepan untuk
mensinergikan antara pendekatan lintas sektor dan masyarakat dengan
pendekatan social budaya secara komprehensif utamanya dalam
mempercepat penurunan AKI dan AKB. Selain itu juga GSI
mempromosikan program kesehatan di komunitas lainnya seperti desa
siaga. Wujud aksi siaga adalah pembantukan desa siaga, yaitu desa dimana
warga dan pihak-pihak terkait di dalamnya siap-siaga dan bergotong
royong melakukan upaya-upaya penyelamatan ibu dan bayi baru lahir,
terutama pada masa kritis 1-7 hari pasca kelahiran, sehingga mendukung
upaya-upaya penyiapan manusia sehat sejak dini.

Tujuan yang akan dicapai dari aksi siaga dengan pembentukan desa
siaga adalah untuk membentuk atau mengembangkan sistem
pencatatan kehamilan, kelahiran dan kematian ibu dan bayi,
menumbuhkan dukungan promosi masyarakat dalam perawatan BBL, dan
meningkatkan perubahan perilaku masyarakat dalam pemberian ASI
segera dan ASI saja selama 6 bulan sejak kelahiran.

23
BAB III
HASIL KUNJUNGAN

Dalam kunjungan ke Puskesmas Sewon 1 kami mendapatkan beberapa informasi


mengenai peran serta masyarakat melalui pengembangan desa yang meliputi:

1. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi dan ibu


Di Puskesmas Sewon 1 sistem pencatatan kelahiran dan kematian
bayi dan ibu sudah menggunakan komputerisasi. Dalam pencatatan
kelahiran dan kematian bayi dan ibu terdapat beberapa kendala, salah
satunya yaitu Bidan praktik swasta yang tidak melakukan pelaporan ke
puskesmas. Jangka penyimpanan data kelahiran dan kematian bayi dan ibu
di Puskesmas Sewon 1 selama 5 tahun sekali dilenyapkan dan data
kelahiran dan kematian bayi dan ibu dilaporkan ke Dinas Kesehatan setiap
bulan.
2. peran Puskesmas dalam menggerakkan sasaran agar mau menerima
pelayanan KIA. Upaya yang dilakukan Puskesmas Sewon 1 untuk
mencapai pelayanan KIA yaitu:
a. Mengoptimalkan pendataaan ibu hamil dan kelahiran dengan
bekerjasama dengan kader, BPS, BPRB di wilayah setempat.
b. Meningkatkan peran Bidan pendamping dusun.
c. Meningkatkan lintas program dan sektoral dalam pelaksanaan KIA.
d. Minta dukungan kepala Puskesmas dalam pelaksanaan program KIA
yang mengalami kendala MTBS.
e. Melakukan penyuluhan posyandu.
f. Melakukan kunjungan rumah.
g. Melaksanakan kelas ibu hamil.
h. Menggerakkan kegiatan KB ibu di wilayah setempat.
i. Melaksanakan evaluasi PWSKIA setiap bulan di Puskesmas.
j. Memfasilitasi pelayanan KB pasca persalinan.

Upaya yang dilakukan Puskesmas Sewon 1 untuk mencapai


pelayanan KIA belum tepat sasaran karena pada program MTBS

24
masih relatif rendah dan terdapat kendala-kendala yang dihadapi
seperti, ibu hamil tidak bisa datang sendiri ke Puskesmas sehingga
ibu hamil datang ke BPS terdekat sedangkan BPS terkadang tidak
melakukan pelaporan ke Puskesmas. Hal tersebut membuat
Puskesmas kesulitan untuk mendapatkan data secara menyeluruh.

3. Peran serta masyarakat dalam mengatur transportasi setempat yang siap


pakaidalam rujukan kegawatdaruratan.
Alat transportasi yang dapat digunakan untuk rujukan di
Puskesmas Sewon 1 berjumlah 2 pusling sedangkan alat transportasi di
desa yang siap untuk melakukan rujukan kegawatdaruratan hanya
bergantung pada warga yang memiliki kendaraan roda 4. Selama ini
dengan adanya 2 pusling di Puskesmas Sewon 1 tidak mengalami kendala
dalam proses rujukan kegawatdaruratan.
4. peran serta masyarakat dalam mengatur biaya bagi masyarakat yang tidak
mampu.
Puskesmas Sewon 1 mendapatkan dana dari pemerintah yaitu
Bantuan Operasinal Kesehatan (BOK), sedangkan biaya bagi masyarakat
yang tidak mampu berupa tabulin, dasolin, jamkesmas, jamkesda dan
jampersal.
5. Pengorganisasian donor darah.

Pengorganisasian donor darah di Puskesmas Sewon 1 bekerjasama


dengan PMI dan Dinas Kesehatan kabupaten Bantul, sedangkan upaya
yang dilakukan Puskesmas Sewon 1 dalam pengorganisasian donor darah
dengan melakukan program P4K pada ibu hamil yaitu dengan memberikan
buku KIA dan sticker pada ibu hamil untuk menyiapkan pendonor darah
dari keluarganya minimal 2 pendonor darah dan upaya yang dilakukan dari
pihak Puskesmas jika kehabisan stok darah yaitu dengan menghubungi
PMI kemudian PMI ke Dinas Kesehatan kemudian ke wilayah setempat
kemudian ke desa kemudian ke pendonor darah.

6. Pertemuan rutin gerakan sayang ibu dan desa siaga.

25
Puskesmas Sewon 1 melakukan program inovasi yang berupaya
untuk menurunkan kematian ibu dan bayi dan upaya yang dilakukan
Puskesmas untuk menurunkan kematian ibu dan bayi yaitu melalui
program in door dan out door yang diselenggarakan setiap satu bulan
sekali. Program in door antara lain memberikan pelayanan KIA rutin,
melakukan pemantauan dan melakukan sistem rujukan dan program
MTBS yang baru saja dibentuk untuk menurunkan angka kematian balita
sedangkan program out door yang dilakukan Puskesmas Sewon 1 yaitu
melakukan kunjungan rumah untuk memantau bayi dan ibu risiko tinggi,
mengadakan kelas ibu hamil, mendatangi posyandu dan puskesmas
keliling.

26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sistem transportasi di Puskesmas Sewon 1 sudah cukup memadai


dengan adanya dua pukkesmas keliling. Dari hasil pembahasan di atas
dapat disimpulkan bahwa pengembangan peran serta masyarakat di
Puskesmas Sewon I sudah baik. Hal itu terlihat dari pencatatan kelahiran
dan kematian ibu dan bayi di Puskesmas Sewon 1 sudah melakukan tugas
pokok puskesmas yang dibantu oleh bidan desa dan BPS dengan
melaporkan data kelahiran dan kematian bayi dan ibu. Peran puskesmas
dalam penggerakan KIA juga sudah baik terlihat dari sudah banyaknya
program yang dilakukan untuk kesehatan ibu dan Puskesmas Sewon 1 juga
telah mengadakan program baru untuk balita yaitu program MTBS yang
menjadi program unggulan.

Puskesmas keliling juga dimanfaatkan dalam rujukan


kegawatdaruratan di Puskesmas Sewon 1. Untuk masalah pembiayaan
bagi masyarakat tidak mampu, Puskesmas Sewon 1 melayanai Jamkesmas,
Jampersal, Jamkesda, Askes.

B. SARAN

1. Bagi Puskesmas
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja puskesmas dalam
memberdayakan masyarakat sehingga tercapai kesejahteraan masyarakat
dalam bidang kesehatan.
2. Bagi Masyarakat
Lebih meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3. Bagi Mahasiswa
Untuk lebih memahami peran serta masyarakat melalui pengembangan
desa.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arali, 2008, Program Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Dancoolen, R, 2011, Kegiatan Donor Darah Berjalan, .

Husada, D, 2011, Pencatatan Kelahiran dan Kematian, Husada, D, 2011,


Pengorganisasian Donor Darah Berjalan, Husada, D, 2011, Pergerakkan Sasaran
Aga.

Kebijakan Dasar Puskesmas, Kepmenkes No. 128, 2004.

Lestari, A, 2012, Organisasi Peduli Donor DarahMuis, J, 2012, Pembinaan Peran


Serta Masyarakat,\

Muis, J, Pembinaan Peran Serta Msyarakat, Sihono, T, 2011, Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Peran, Suparyanto, 2011, Mutu Pelayanan KIA, , diunduh tanggal
28 April 2013 tanggal 19.00 WIB.

Syafrudin, 2011, Gerakan Sayang Ibu,

28

Anda mungkin juga menyukai