Anda di halaman 1dari 7

POLINDES

A. Latar belakang terbentuknya polindes


1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) MDGs4 dan
MDGs5.
2. Keterbatasan fungsi, waktu dan peran pelayanan di posyandu.
3. Mendekatkan serta memeratakan yankes kepada masyarakat sehingga ditempatkan
bidan desa.
4. Tugas pokok bidan dalam menangani permasalahan KIA di desa
5. Polindes merupakan bentuk sarana pelayanan kesehatan ditingkat desa sebagai upaya
melengkapi sarana bagi bidan didesa dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
6. Sarana dan Prasarana bidan tertera dalam Kep.MesKes 900/Menkes/SK/VII/2002.
7. Meningkatkan derajat Kesmas melalui KIA sebagai salah satu syarat Desa SIAGA
B. Pengertian Polindes
Merupakan salah satu bentuk UKBM (Usaha Kesehatan Bagi Masyarakat) yang
didirikan masyarakat oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai kelengkapan dari
pembangunan masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan KIA-KB serta pelayanan
kesehatan lainnya sesuai dengan kemampuan Bidan. (Ambarwati retna,2009).
Suatu tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah sebagai
kelengkapan dari pembangunan kesmas untuk memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) dikelola oleh bidan desa (bides) bekerjasama
dengan dukun bayi dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat.
Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang merupakan wujud nyata bentuk peran serta
masyarakat didalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan
ibu dan anak lainnya, termasuk KB di desa. (Dinkes, 1999).
Kajian makna polindes
1. Polindes merupakan salah satu bentuk PSM dalam menyediakan tempat pertolongan
persalinan dan pelayanan KIA, termasuk KB di desa.
2. Polindes dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di desa tersebut.
3. PSM dalam pengembangan polindes dapat berupa penyediaan tempat untuk
pelayanan KIA (khususnya pertolongan persalinan), pengelolaan polindes, penggerakan
sasaran dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas bidan di desa.
4. Peran bidan desa yang sudah dilengkapi oleh pemerintah dengan alat-alat yang
diperlukan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat di desa
tersebut.
5. Polindes sebagai bentuk PSM secara organisatoris berada di bawah seksi 7 LKMD,
namun secara teknis berada di bawah pembinaan dan pengawasan puskesmas.
6. Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes dapat berupa ruang/kamar
untuk pelayanan KIA, termasuk tempat pertolongan persalinan yang dilengkapi dengan
sarana air bersih.
7. Tanggung jawab penyediaan dan pengelolaan tempat serta dukungan opersional
berasal dari masyarakat, maka perlu diadakan kesepakatan antara wakil masyarakat
melalui wadah LKMD dengan bidan desa tentang pengaturan biaya operasional dan tarif
pertolongan persalinan di polindes.
8. Dukun bayi dan kader posyandu adalah kader masyarakat yang paling terkait.
C. Fungsi polindes
1. Sebagai tempat pelayanan KIA-KB dan pelayanan kesehatan lainnya.
2. Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan konseling KIA.
3. Pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat.
4. Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
5. Sebagai tempat untuk konsultasi, penyuluhan dan pendidikan bagi masyarakat, dukun bayi
dan kader.
D. Tujuan Polindes
uan umum :
1. Meningkatnya jangkauan dan mutu pelayanan KIA-KB termasuk pertolongan dan
penanganan pada kasus gagal.
uan khusus :
1. Meningkatnya pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan.
2. Meningkatnya kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan
bagi ibu dan keluarganya.
3. Meningkatnya pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangan bidan.
4. Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan ANC dan partus normal di tingkat desa,
5. Meningkatkan pembinaan dukun bayi oleh bidan desa.
6. Meningkatkan yankes bayi dan anak sesuai dengan kewenangannya.
E. Prinsip-Prinsip Polindes
1. Merupakan bentuk UKBM di bidang KIA-KB.
2. Polindes dapat dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di desa.
3. Dalam pembangunan fisik polindes dapat berupa ruang/ kamar yang memenuhi
persyaratan sehat, dilengkapi sarana air bersih, maupun peralatan minimal yang
dibutuhkan.
4. Pelayanan di komunitas desa sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, kedokteran, sosial, psikologi, komunikasi, ilmu kebidanan, dan lain-lain
yang mendukung peran bidan di komunitas.
5. Dalam memberikan pelayanan di desa bidan tetap berpedoman pada standar dan etika
profesi yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
6. Dalam memberikan pelayanan bidan senantiasa memperhatikan dan memberi
penghargaan terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sepanjang tidak
merugikan dan tidak bertentangan dengan prinsip kesehatan.
7. Memiliki tingkat peran serta masyarakat yang tinggi, berupa penyediaan tempat untuk
pelayanan KIA, khususnya pertolongan persalinan, pengelolaan polindes, penggerakan
sasaran dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas bidan di desa.
8. Kesepakatan dengan masyarakat dalam hal tanggung jawab penyediaan dan
pengelolaan tempat, dukungan operasional dan tarif pelayanan kesehatan di polindes.
9. Menjalin kemitraan dengan dukun bayi.
10. Adanya polindes tidak berarti bidan hanya memberi pelayanan di dalam gedung.
F. Kegiatan Polindes
1. Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada bumil dan mendeteksi
dini resiko tinggi kehamilan.
2. Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang.
3. Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
4. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal, bayi, anak balita dan anak pra sekolah,
serta imunisasi dasar pada bayi.
5. Memberikan pelayanan KB.
6. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan
yang beresiko tinggi baik ibu maupun bayinya.
7. Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader (posyandu, dasa wisma).
8. Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
9. Melatih dan membina dukun bayi maupun kader (posyandu, dasa wisma).
10. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta peningkatan
penggunaan ASI dan KB.
11. Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas setempat.
G. Sasaran Polindes
ϑ Bayi berusia kurang dari 1 tahun
ϑ Anak balita usia 1 sampai dengan 5 tahun
ϑ Ibu hamil
ϑ Ibu menyusui
ϑ Ibu nifas
ϑ Wanita usia subur.
ϑ Kader
ϑ Masyarakat setempat.
H. Syarat Terbentuknya Polindes
1. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes.
2. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Bidan, antara lain
bidan kit, IUD kit, sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil, timbangan, pengukur
Tinggi Badan, Infus set dan cairan D 5 %, NaCl 0,9 %, obat - obatan sederhana dan
uterotonika, buku-buku pedoman KIA, KB dan pedoman kesehatan lainnya, inkubator
sederhana.
3. Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain penyediaan air bersih, ventilasi cukup,
penerangan cukup, tersedianya sarana pembuangan air limbah, lingkungan pekarangan
bersih, ukuran minimal 3 x 4 m2.
4. Lokasi mudah dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudah dijangkau
oleh kendaraan roda 4.
5. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan postpartum
minimal 1 tempat tidur.
I. Program Polindes
Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan kematian dan
kejadian sakit di kalangan ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka Kematian Ibu dan
Anak adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan
kesehatan ibu dan perinatal.
Dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan kesehatan anak terutama
di desa maka tenaga kesehatan (medis) seperti bidan harus menjalin kerjasama yang baik
dengan tenaga non medis seperti dukun dengan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan
dengan harapan dapat:
a. meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan
b. dapat mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan
Selain bekerja sama dengan tenaga non medis seperti dukun,bidan desa juga bekerja
sama dengan masyarakat yang secara sukarela membantu dan melaksanakan pos yandu.
Biasanya masyarakat tersebut telah mendapat pelatihan dalam menjalankan tugasnya tersebut
sebagai kader.
Kehadiran bidan di desa diharapkan mampu memperluas jangkauan pelayanan yang
telah ada sekaligus dapat meningkatkan cakupan program pelayanan KIA melalui:
a. peningkatan pemeriksaan kesehatan ibu hamil yang bermutu
b. pertolongan persalinan
c. deteksi dini faktor kehamilan dan peningkatan pelayanan neonatal.
d. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi
Serta bekerja sama dengan kader posyandu mencari sasaran ibu hamildengan
melakukan :
a. kunjungan rumah
b. sosialisasi pentingnya pemeriksaan kesehatan antenatal
c. memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara rutin minimal empat kali
selama kehamilannya.
Bidan di desa telah melalui tingkat pendidikan kebidanan dan telah mampu dan cakap
dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan. Rasa malu pada pemeriksaan kehamilan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi cakupan pelayanan antenatal.Masyarakat
malu untuk memeriksakan dirinya terutama pada kehamilan pertama. Pemberian bantuan
tambahan gizi bagi ibu hamil merupakan daya tarik tersendiri dalam kunjungan pelayanan
antenatal dan dapat meningkatkan kunjungan ibu.

J. Sistem Rujukan Di Polindes


Sistem rujukan di polindes dapat dilakukan:
1. ke puskesmas(kecamatan)
2. rumah sakit tipe C/D(kabupaten)
3. rumah sakit tipe B(propinsi)
4. rumah sakit tipe A(pusat)
K. Stratifikasi Polindes
Dalam menganalisa pertumbuhan Polindes harus mengacu kepada indikator tingkat
perkembangan Polindes yang mencakup beberapa hal :
1. Fisik
Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes perlu memenuhi persyaratan
antara lain :
a. Bangunan polindes tampak bersih, salah satunya ditandai tidak adanya sampah
berserakan
b. Lingkungan yang sehat, bila polindes jauh dari kandang ternak
c. Mempunyai jumlah ruangan yang cukup untuk : pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
KIA, mempunyai ruang untuk pertolongan persalinan.
d. Tempat pelayanan bersih dengan aliran udara/ventilasi yang baik terjamin.
e. Mempunyai perabotan dan alat-alat yang memadai untuk pelaksanaan
pelayanan.Mempunyai sarana air bersih dan jamban yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
2. Tempat tinggal bidan desa
Keberadaan bidan di desa secara terus menerus (menetap) menentukan efektifivitas
pelayanannya, termasuk efektivitas polindes. Selain itu, jarak tempat tinggal bidan yang
menetap di desa dengan polindes. Bidan yang tidak tinggal di desa dianggap tidak mungkin
melaksanakan pelayanan pertolongan persalinan di polindes. Untuk mempercepat tumbuh
kembang Polindes bidan harus selalu berada/tinggal di desa dan lebih banyak melayani
masalah kesehatan masyarakat desa setempat.
3. Pengelolaan polindes
Pengelolaan Polindes yang baik akan menentukan kualitas pelayanan, sekaligus
pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat. Kriteria pengelolaan polindes yang baik antara
keterlibatan masyarakat melalui wadah LPM dalam menentukan tarif pelayanan. Tarif yang
ditetapkan secara bersama, diharapkan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk
memanfaatkan polindes, sehingga dapat meningkatkan cakupan dan sekaligus dapat
memuaskan semua pihak.
4. Cakupan persalinan
Tinggi rendahnya cakupan persalinan dipengaruhi banyak faktor, diantaranya
ketersediaan sumberdaya kesehatan termasuk didalamnya keberadaan polindes beserta tenaga
profesionalnya, yaitu bidan desa. Tersedianya polindes dan bidan di suatu desa memberikan
kemudahan untuk mendapatkan pelayanan KIA, khususnya dalam pertolongan persalinan,
baik ditinjau dari segi jarak maupun dari segi pembiayaan. Meningkatnya cakupan persalinan
yang ditolong di polindes, selain berpengaruh terhadap kualitas pelayanan ibu hamil,
sekaligus mencerminkan kemampuan bidan itu sendiri baik di dalam kemampuan teknis
medis maupun di dalam menjalin hubungan dengan masyarakat. Cakupan persalinan dihitung
secara kumulatif selama setahun.
5. Sarana air bersih
Tersedianya air bersih merupakan salah satu persyaratan untuk hidup sehat. Demikian
juga halnya di dalam operasional pelayanan polindes. Polindes dianggap baik apabila telah
tersedia air bersih yang dilengkapi dengan : MCK, tersedia sumber air (sumur, pompa, PAM,
dll), dan dilengkapi pula dengan saluran pembuangan air limbah.

6. Kemitraan bidan dan dukun bayi


Kader masyarakat yang paling terkait dengan pelayanan di polindes adalah dukun
bayi. Karena itu, polindes dimanfaatkan pula sebagai sarana meningkatkan kemitraan bidan
dan dukun bayi dalam pertolongan persalinan. Kemitraan bidan dan dukun bayi merupakan
hal yang dianjurkan dalam pelayanan pertolongan persalinan di Polindes. Penghitungan
cakupan kemitraan bidan dan dukun dihitung secara kumulatif selama setahun.
7. Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran
KIE merupakan salah satu teknologi peningkatan peran serta masyarakat yang
bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mau dan mampu memelihara dan melaksanakan
hidup sehat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, melalui jalinan komunikasi,
informasi dan edukasi yang bersifat praktis. Dengan keberadaan polindes beserta bidan
ditengah-tengah masyarakat diharapkan akan terjalin interaksi antara antara bidan dengan
masyarakat. Semakin sering bidan di desa menjalankan KIE, akan semakin mendorong
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup sehatnya, termasuk di dalamnya
meningkatkan kemampuan dukun bayi sebagai mitra kerja di dalam memberikan penyuluhan
kesehatan ibu hamil.
8. Dana Sehat/JPKM
Dana sehat sebagai wahana memandirikan masyarakat untuk hidup sehat, pada
gilirannya diharapkan akan mampu melestarikan berbagai jenis upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat setempat. Suatu polindes dianggap baik bila masyarakat di desa
binaannya telah terliput dana sehat, sehingga diharapkan kelestarian polindes dapat terjamin,
kepastian untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas tak perlu dikhawatirkan lagi.
Cakupan dana sehat dianggap baik bila telah mencapai 50 %.

L. Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Polindes


Pencatatan dan pelaporan Polindes dilaksanakan seperti yang berlaku untuk praktik
bidan secara perorangan yang terdapat pada pasal 27 Bab VII Permenkes No.
900/Menkes/SK/VII/2002
Yaitu:
1. Dalam melakukan prakteknya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai
dengan pelayanan yang diberiakan.
2. Pelaporan sebagaimana dimaksud ayat(1)dilaporkan kepuskesmas di tembusan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota stempel
3. Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat(1)tercantum dalam
lampiran IV keputusan ini:
a. Dalam melaksanakan pelayanan kebidanan,bidan harus melaksanakan pencatatan
hasil pelayanan,baik berupa rakam medis kebidanan untuk setiap pasien maupun
rekapitulasi hasil pelayanan sebagai dasar untuk pembuatan laporan.
b. Bidan setiap memberiakn pelayanan kebidanan harus sesuai peraturan yang
berlaku:
 Identitas pasien
 Data kesehatan
 Data persalinan
 Data bayi yang dilahirkan (panjang badan dan berat badan)
 Tindakan dan obat yang diberikan
c. Bidan sedapat mungkin memberikan kartu menuju sehat(KMS)balita dan KMS ibu
ibu hamil atau KIA,yang telah diisi dengan hasil pemerikasaan kepada setiap balita dan
ibu hamil untuk dibawa pulang
d. Pelaporan yang dilakukan dengan mengikuti ketentuan program pemerintah,khusus
dalam pelayanan KIA dan KB,pelaporan ditujukan kepada puskesmas setempat,sebulan
sekali.

Anda mungkin juga menyukai