Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MANAJEMEN BANGSAL

DISUSUN OLEH :
1. Ary Windiyanti(19231003)
2. Ruth E.D.S.Nesi (19231023)

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES TARUMANAGARA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah yang berjudul “Manajemen Bangsal”
Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
“Manajemen Keperawatan”. Disamping itu makalah ini diharapkan dapat
menjadikan sarana pembelajaran serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan.
Disamping itu penulis juga menyadari akan segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan, baik dari segi penulisan mupun dari cara penyajiannya.
Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran demi
perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.
Penyusun berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 24 Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………i
DAFTAR IS…………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………..1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………....3
2.1 Pengertian manajamen bangsal…………………………………………....3
2.2 Pelayanan Ruang Rawat ………………………..3
2.3 Metode pemberi asuhan keperawatan
…………………………………………...3
2.4 Kepala Ruangan Rawat Inap ……………………………………………4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………4
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………....4
3.2 Saran……………………………………………………………………...4
REFERENSI………………………………………………………………...iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan
dimana orang –orang yang bekerja sama di dalam suaut kelompok dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien (H.Weihrich dan H.
Koontz dalam Suarli dan Bahtiar, 2009).
Menurut Terry (2013) manajer adalah orang yang melakukan kegiatan
manajemen. Manajer dalam manajemen keperawatan terdapat beberapa
tingkat dimana kepala ruangan merupakan firstline manajer dikatakan sebagai
manajer operasional yang merupakan pemimpin langsung mengelola sumber
daya di unit perawatan menghasilkan pelayanan yang bermutu dan penting
dalam keberhasilan layanan pasien Soejitno (2005, dalam verawati, 2014).
Frederick W. Taylor adalah salah seorang tokoh dari bidang ilmu manajemen.
Pada awal tahun 1900-an, ia mengemukakan bahwa teori manajemen
diibaratkan sebagai suatu mesin. Penekanan utamanya adalah produksi yang
efisien dan cepat. Motivasi pekerja dan manajemen dipengaruhi kepuasan
dalam bekerja sama untuk meningkatkan produksi.
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan
merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu
dan kiatnya secara optimal. Performance manajemen bangsal, tidak lepas dari
peran seorang kepala ruang rawat dan timnya, dimana kepala ruang rawat
merupakan jabatan yang cukup penting dan strategis, hal itu disebabkan
secara manajerial kemampuan kepala ruang rawat dalam menentukan suatu
keberhasilan pelayanan keperawatan.
Pada model ini Kepala Ruangan menentukan apa yang menjadi tugas setiap
perawat dalam suatu ruangan dan perawatakan melaporkan tugas-tugas yang
dikerjakan kepada Kepala Ruangan .Dan Kepala Ruanganlah yang
bertanggung jawab jawab dalam membuat laporan pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah dimaksud dengan manajemen bangsal ?
2. Bagaimana pelayanan diruang rawat inap rumah sakit?
3. Apa saja peran dan tanggung jawab kepala ruangan serta tim yang
berperan ?

1.3 Tujuan
1. Pembaca dapat mengetahui arti dari manajemen bangsal
2. Pembaca dapat mengetahui pelayanan di ruang rawat inap
3. Pembaca dapat mengetahui peran dan tanggung jawab kepala ruangan
serta tim yang berperan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Bangsal


Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan
dimana orang –orang yang bekerja sama di dalam suaut kelompok dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien (H.Weihrich dan H.
Koontz dalam Suarli dan Bahtiar, 2009).
Manajemen bangsal adalah pengelolaan ruangan atau bangsal sebagai salah satu
unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat yang memungkinkan bagi
perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal. Sistem pengelolaan
bangsal keperawatan di suatu rumah sakit akan berdampak terhadap kualitas
pelayanan dan kualitas kinerja yang diberikan kepada pasien
2.2 Pelayanan Ruang Rawat
a. Pengertian
Bangsal atau Ruang Perawatan adalah inti dari suatu tempat dimana pasien
dirawat dengan seluruh upaya pengobatan yang diberikan Rumah Sakit.
Pengertian bangsal adalah entomologi peninggalan belanda, bahwa
pengertian tersebut adalah suatu ruangan yang ditempati banyak orang
(pasien). Namun pengertian sekarang bergeser karena bentuk serta struktur
rumah sakit telah berbentuk kamar-kamar / ruangan tersekat-sekat sehingga
tentu manajemen ruang-ruang tersebut membutuhkan pengelolaan yang baik.
b. Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit
Ruangan rawat inap berupa ruangan atau bangsal (ward room) yang berisi
tempat tidur dan di huni oleh beberapa pasien sekaligus. Namun pada
beberapa rumah sakit juga menyediakan kategori kelas tertentu seperti
Rawat Inap VIP, Rawat Inap VVIP, Eksekutif untuk mengakomodasi
kebutuhan pasien akan pelayan dan fasilitas yang lebih dari standar.
Semakin tinggi kelas tersebut maka ruangan rawat inap akan memiliki
fasilitas dan pelayanan yang melebihi standar fasilitas dan pelayanan kelas
biasa.

Adapun kriteria umum dan kriteria ruangan di rawat inap antara lain:
1. Kriteria Umum :
 Kersedianya akomodasi dan pelayanan setiap hari selama 24jam
secara terus-menerus dan 7 hari seminggu.
 Pelayanan harus berorientasi pada pasien (PCC) dan bersifat
komprehensif yang terintegrasi antar disiplin ilmu.
 Pelayanan harus mengacu pada Panduan Praktik Klinik (PPK),
panduan asuhan keperawatan (PAK), clinical pathway (CP), dan SPO
terkait.
 Pelayanan harus sesuai dengan standar pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI), mutu dan keselamatan pasien
 Tersedianya Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang
terinformasi pada pasien-keluarga yang ditangani untuk setiap pasien
rawat inap
 Pelayanan rawat inap harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
sesuai dengan kompetensinya
 Dalam memberikan pelayanan rawat inap, RS harus menjaga privasi
dan kerahasiaan informasi pasien
 Pelayanan rawat inap didukung oleh pelayanan penunjang medik
maupun nonmedik yang tersedia 24jam
 Pelayanan rawat inap diberikan kepada pasien sesuai Indikasi medis
rawat inap dan kebutuhan lainnya
2. Kriteria Ruangan
 Suhu ruangan 24±2 ºC
 Kelembaban ruangan 55±5%
 Pencahayaan 250 lux untuk penerangan dan50 lux untuk tidur
 Jarak antar tepi tempat tidur minimal 1,5 meter
 Ruang perawatan memiliki 6 –12 kali pergantian udara per jam
 Tirai antar TT yang berbahan non porosif dan mudah di
dekontaminasI, rel tirai harus dibenamkan/ menempel di plafon
 Dua kotak kontak listrik di setiap tempat tidur dan tidak ada
percabangan/sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
 Outlet oksigen di setiap tempat tidur
 Bukaan jendela yang aman untuk kebutuhan pencahayaan dan
ventilasi alami
 Nurse call di setiap tempat tidur yang terhubung ke pos perawat(nurse
station)
 Kamar mandi yang mengikuti persyaratan aksesibilitas.
 Letak ruang rawat inap harus di lokasi yang tenang, aman, dan
nyaman.
 Ruang rawat inap harus memiliki akses yang mudah ke ruang
penunjang pelayanan lainnya.
 Ruangan perawatan pasien di ruang rawat inap harus dipisahkan
berdasarkan jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit.
c. Standar Kelas Rawat Inap Di Rumah Sakit
1. Konsep Kelas Standar
 Kebutuhan standar minimal sarana prasarana dan alat
kesehatan yang harus terpenuhi disetiap ruang rawat inap
 Memenuhi standar PPI dan keselamatan pasien
 SDM sesuai dengan ratio kebutuhan (ratio perawat: pasien
sesuai dengan jenis pelayanan rawat inap.
2. Akses dan mutu sesuai standar pelayanan
 Tantangan pelayanan Kesehatan
 Jangkauan Pelayanan Kesehatan belum merata terutama di
daerah DTPK
 Mutu pelayanan kesehatan
 Kelas RS tidak menggambarkan kompetensi yang
sebenarnyaJenis pelayan Rawat Inap
 Era UHC, Globalisasi, Disrupsi , era pandemi Covid 19
3. Jenis Pelayanan Rawat Inap
a. Usia pasien
 Rawat inap anak: neonatus, (0-1 bulan),anak ( 1-18
tahun) termasuk remaja.
 Rawat inap dewasa
b. Jenis Penyakit
 Kasus infeksi: - pinere dan non pinere
 Kasus non infeksi
c. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
d. Tingkat Keparahan
• rawat inap
• rawat intensif

d. Pedoman Rawat Inap


1. Kelas I (2TT)
 Jumlah tempat tidur max. 2 TT dengan pengaman, 2 crank
manual/otomatis
 1 tempat duduk/TT
 1 buah kamar mandi pasien
 1 nakas/TT
 1 Overbed table/TT
 1 unit TV/ruangan
 Menu makanan sesuai yang ditetapkan RS
 Ukuran minimal: 2,4m x 3 m untuk 1 TT
2. Kelas II (4TT)
 Jumlah tempattidurmax. 4 TT denganpengaman, 2 crank
manual/otomatis
 1 tempat duduk/TT
 1 buah kamar mandi pasien
 1 nakas per tempat tidur
 1 Overbed table/TT
 Menu makanan sesuai yang ditetapkanRS
 Ukuran minimal: 2,4m x 3 m untuk 1 TT
3. Kelas III (6TT)
 Jumlah tempattidur: max 6 TT dengan pengaman
 1 tempat duduk/TT
 1 buah kamar mandi pasien
 1 nakas/TT
 Menu makanan sesuaiyang ditetapkan RS
 Ukuran minimal: 2,4m x 3m untuk 1 TT
e. Ruang Rawat Inap Anak

1. Rawat gabung
2. Perawatan anak usia 1 bulan-18 tahun :
 Usia 1 bulan -2 tahun
 2 tahun – 6 tahun
 6 tahun – 18 tahun
f. Peralatan medis rawat inap
No Nama Alat Jumlah Minimal

1 Stetoskop (dewasa/anak/bayi) 1 : 6 TT sesuai ruang rawat

2 Termometer digital 1/Kamar (Kecuali 1 bh/ruang


isolasi/infeksius/Kamar dengan 1
TT)

3 Tensimeter digital (dewasa daan anak) 2/Bangsal

4 Timbangan BB (bayi,anak dan dewasa) 1/Bangsal


5 Pengukur panjang/tinggi badan(bayi,anak 1/Bangsal
dan dewasa

6 Penlight/lampu senter 1/Bangsal

7 EKG 1/sesuai/kebutuhan/bangsal

8 Infusion pump 1 set/kamar

9 Syringe pump 1 set/kamar

10 Pulse oximetry 2-4/bangsal

11 Daignostik set (otolaringoskop dan 1/bangsal


oftalmoskop)

12 Speculum hidung 1/bangsal

13 Reflek hammer 1/bangsal

14 Emergency kit dan, set resusitasi: set BHP 1/bangsal


emergensi

15 Trolley Emergency dengan Defibrillator Minimal 1/ lantai perawatan, atau


dapat disesuaikan dengan hasil
pemetaan tim medis reaksi cepat .
16 Tiang Infus 1 Set/Bed

17 Oxygen set + flow meter 1 Set/kamar

18 Kursi roda 1/ Bangsal

19 Brankar 1/bangsal

20 Lampu periksa 1/bangsal

21 Nebulyzer 1 set/bangsal

22 Suction pump 1 set/bangsal

23 Film viewer 1/bangsal

24 Minor surgery intrumen set 1/bangsal

25 Vena section set 1/bangsal

26 Suction pump 1/bangsal


27 Hand scrub 1/TT

28 Oksigen transport 1/bangsal

g. Ruang Isolasi
Ruang Isolasi adalah ruangan untuk memisahkan pasien dari pasien
lainnya selama mendapatkan pelayanan medis karena berpenyakit infeksi
yang mudah menular termasuk Penyakit infeksi New Emerging dan Re
Emerging (PINERE) atau memiliki kondisi yang mudah tertular.
Adapun Kriteria dari ruangan isolasi antara lain:
1. Desain dan konstruksi bangunan harus mencerminkan kaidah PPI
(Penfegahan dan Pengendalian Infeksi)
2. Tersedia fasilitas kebersihan tangan (wastafel dan/atau kebersihan
tangan berbasis alkohol) disetiap TT
3. Seluruh kamar isolasi memiliki pertukaran udara minimal 12ACH.
4. Pada masa pandemi COVID-19, WHO dan CDC menyarankan
minimal 25ACH. diruang isolasi tempat melakukan tindakan memicu
aerosol.
5. Idealnya Semua ruang isolasi memiliki anteroom dengan tujuan temp
at memakai dan melepas APD agar tidak mengkontaminasi
lingkungan diluar kamar isolasi. Bila tidak memiliki anteroom
pastikan saat melepas APD tidak mencemari lingkungan.
6. Restriksi pengunjung, harus seizin petugas dan menggunakan APD
yang sesuai.
7. Persediaan APD dan linen disiapkan diluar ruang atau area isolasi
(mis. di ruang ganti).
Pedoman Rawat inap Ruang Isolasi
Tekanan Udara Standar (Kelas S) Tekanan Negatif (Kelas Tekanan Positif (Kelas
N) P)
Untuk merawat pasien infeksi untuk pasien yang untuk melindungi
dengan transmisi kontak membutuhkan isolasi pasien dari transmisi
dan/atau droplet dengan sistem airborne. ketentuan: penularan infeksi pada
cohorting (disatukan pasien • Anteroom yang perawatan pasien non
dengan infeksi yang sama). beroperasi sebagai infeksi dengan imunitas
Kriteria ruangan ini adalah: airlock menurun. contohnya

• Setiap ruang perawatan • shower dan toilet pada pasien yang

(bangsal) harus menyediakan khusus pasien didalam mendapat kemoterapi

minimal 2 kamar (laki-laki dan ruangan kanker atau

perempuan) masing-masing • 1 wastafel di ruang transplantasi dengan

maksimal 4 TT (dengan jarak isolasi dan Anteroom imunitas menurun.

antar TT minimal 1,5 meter) • memiliki saluran ketentuan:


• Lokasi berada terdekat di pembuangan udara • HEPA filter harus
dipasang ke saluran
pintu masuk atau keluar tersendiri,dialirkan
masuk udara suplai. •
(paling ujung) keluar melalui
Pasien imunitas
• Isolasi standar juga hepafilter atau sinar UV
menurun jika tidak
disediakan di IGD, unit didalam ducting.
memiliki ruang isolasi
hemodialisis, ICU • Adanya sistem
tekanan positif maka
komunikasi antara
dapat disediakan
ruangan dengan area
ruangan isolasi tekanan
luar.
standar tertutup
• Tersedia ruang rawat
dengan pergantian
satu pasien (single
udara 12 ACH dengan
room) untuk isolasi
syarat udara dari luar
pasien infeksius dan
tidak masuk ke kama
pasien dengan imunitas
rendah.
• Jarak antar tempat
tidur adalah ≥1.5 meter.
Bila memungkinkan 1,8
m.
• Ruang rawat pasien
disarankan mempunyai
luas lantai bersih antara
12-16 m2 per tempat
tidur.
• Pasien transmisi
airborne jika tidak
memiliki isolasi
tekanan negative dapat
disediakan ruangan
isolasi dengan tekanan
standar tertutup dengan
pergantian udara 12
ACH dengan syarat
udara dari kamar tidak
keluar ke selasa

h. Ruang ICU
Ruang Perawatan Intensif (Intensive Care Unit=ICU) adalah bagian dari
bangunan rumah sakit dengan kategori pelayanan kritis, selain instalasi
bedah dan instalasi gawat darurat (Depkes RI 2012). Pelayanan
kesehatan kritis diberikan kepada pasien yang sedang mengalami
keadaan penyakit yang kritis selama masa kedaruratan medis dan masa
krisis. Pelayanan intensif adalah pelayanan spesialis untuk pasien yang
sedang mengalami keadaan yang mengancam jiwanya dan membutuhkan
pelayanan yang komprehensif dan pemantauan terus-menerus. Pelayanan
kritis atau intensif biasanya dilakukan pada Intensive Care Unit atau
ICU, untuk anak-anak biasanya disebut Paediatric Intensive Care Unit
atau PICU (Murti 2009).
Adapun pasien yang layak dirawat di ICU antara lain (Kemenkes RI, 2011):
1. Pasien yang memerlukan intervensi media segera oleh tim Interview care
2. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi system organ tubuh secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan
yang konstan terus menerus dan metode terapi titrasi
3. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan
segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis.

Sistem Pelayanan di ICU


 Penyelenggaraan pelayanan ICU di rumah sakit harus berpedoman
pada Keputusan Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan ICU di rumah sakit. Pelayanan ICU di rumah sakit
meliputi beberap hal, yang pertama etika kedokteran diamana etika
pelayanan di ruang ICU harus berdasarkan falsafah dasar “saya
akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dan berorientasi
untuk dapat secara optimal, memperbaiki kondisi kesehatan pasien.
 ,indikasi yang benar dimana pasien yang dirawat di ICU harus
pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive
care, pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi system organ
tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapt
dilakukan pengawasan yang konstan dan metode terapi titrasi, dan
pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan
tindakan segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi
fisiologis.
 kerjasama multidisipliner dalam masalah medis kompleks dimana
dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin
tenaga kesehatan dari beberapa ilmu terkait yang memberikan
kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerja sama
di dalam tim yang dipimpin oleh seorang dokter intensivis sebagai
ketua tim
 kebutuhan pelayanan kesehatan pasien dimana kebutuhan pasien
ICU adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan hidup
untuk fungsi-fungsi vital seperti Airway (fungsi jalan napas),
Breathing (fungsi pernapasan), Circulation (fungsi sirkulasi), Brain
(fungsi otak) dan fungsi organ loain, dilanjutkan dengan diagnosis
dan terapi definitif.
 peran koordinasi dan integrasi dalam kerja sama tim dimana setiap
tim multidisiplin harus bekerja dengan melihat kondisi pasien
mislalnya sebelum masuk ICU, dokter yang merawat pasien
melakukan evaluasi pasien sesuai bidangnya dan member
pandangan atau usulan terapi kemudian kepala ICU melakukan
evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi instruksi
terapi dan tindakan nsecara tertulis dengan mempertimbangkan
usulan anggota tim lainnya serta berkonsultasi dengan konsultan
lain dan dapat mempertimbangkan usulan-usulan anggota tim.
 asas prioritas yang mengharuskan setiap pasien yang dimasukkan
ke ruang ICU harus dengan indikasi masuk ke ruang ICU yang
benar. Karena keterbatasan jumlah tempat tidur ICU, maka berlaku
asas prioritas dan indikasi masuk.
 sistem manajemen peningkatan mutu terpadu demi tercapainya
koordinasi dan peningkatan mutu pelayanan di rruang ICU yang
memerlukan tim kendali mutu yang anggotanya terdiri dari
beberapa disiplin ilmu, dengan tugas utamanya memberi masukan
dan bekerja sama dengan staf structural ICU untuk selalu
meningkatkan mutu pelayanan ICU.
 kemitraan profesi dimana kegiatan pelayanan pasien di ruang ICU
disamping multi disiplin juga antar profesi seperti profesi medic,
profesi perawat dan profesi lain. Agar dicapai hasil optimal maka
perlu peningkatan mutu SDM (Sumber Daya Manusia) secara
berkelanjutan, menyeluruh dan mencakup semua profesi.
 efektifitas, keselamatan dan ekonomis dimana unit pelayanan di
ruang ICU mempunyai biaya dan teknologi yang tinggi, multi
disiplin dan multi profesi, jadi harus berdasarkan asas efektifitas,
keselamatan dan ekonomis.
 kontinuitas pelayanan yang ditujukan untuk efektifitas,
kesselaamtan dan ekonomisnya pelayanan ICU. Untuk itu perlu
dikembangkan unti pelayanan tinggkat tinggi (High Care Unit =
HCU). Fungsi utama HCU adalah menjadi unit perawatan dari
bangsal rawat dan ruang ICU. Di HCU tidak diperlukan peralatan
canggih seperti ICU tetapi yang diperlukan adalah kewaspadaan
dan pemantauan lebih tinggi.

Perawat ICU
Seorang perawat yang bertugas di ICU melaksanakan tiga tugas utama yaitu:
 life support
 memonitor keadaan pasien dan perubahan keadaan akibat pengobatan
 mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
 Akses dan Mutu
 Tantangan Pelayanan Kesehatan
 Jangkauan Pelayanan Kesehatan belum merata terutama di
daerah DTPK
 Mutu pelayanan kesehatan
 Kelas RS tidak menggambarkan kompetensi yang
sebenarnya
 Era UHC, Globalisasi, Disrupsi , era pandemi Covid 19
 Konsep Kelas Standar
 • Kebutuhan standar minimal sarana prasarana dan alat
kesehatan yang harus terpenuhi disetiap ruang rawat inap
 Memenuhi standar PPI dan keselamatan pasien
 SDM sesuai dengan ratio kebutuhan (ratio perawat: pasien
sesuai dengan jenis pelayanan rawat inap
 Akses dan mutu sesuai standar pelayanan
 Jenis pelayan Rawat Inap
i. Usia pasien
 Rawat inap anak: neonatus, (0-1 bulan),anak ( 1-18
tahun) termasuk remaja.
 Rawat inap dewasa
j. Jenis Penyakit
 Kasus infeksi: - pinere dan non pinere
 Kasus non infeksi
k. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
l. Tingkat Keparahan
 Rawat Inap
 Rawat Intensif
2.3 Metode Pemberi Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan (Askep) adalah proses interaksi perawat dengan klien dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien
dalam merawat dirinya. Keberhasilan askep pada pasien sangat ditentukan oleh
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional.
 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan menurut Grant & Massey
(1997) dan Marquis& Huston (1998):
 Fungsional: perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan
jadwal kegiatan yang ada. Metode ini digunakan sebagai pilihan terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat, sehingga setiap perawat hanya mampu
menjalankan 1-2 jenis tindakan/intervensi kepada semua pasien yang
dirawat.
 Kasus: Metode ini umumnya dijalankan di ruang perawatan seperti intesif
dan isolasi. Easio perawat 1:1, dimana perawat bertanggung jawab
melakukan asuhan dan observasi pasien tertentu. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shif dan tidak ada jaminan pasien akan
dirawat oleh perawat yang sama hari berikutnya.
 TIM : Metode ini menggunakan tim terdiri atas anggota perawat yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien 6-7 perawat professional dan pelaksana akan bekerja dalam satu tim
yang saling membantu dan akan dipimpin satu orang sebagai ketua tim
(KATIM).
 Primer : Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan
keperawatan dari pengkajian kondisi pasien untuk mengorinasi asuhan
keperawatan. Rasio 1:1 (perawat : pasien ) perawat bertanggung jawab
penuh 24 jam terhadap asuhan keperawatan. Metode ini ditandai dengan
adanya keterkaitan antara pasien dan perawat yang bertugas untuk
merncanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.
 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan TIM-PRIMER
(Sitorus,2002)
 Model pemberi asuhan keperawatan Tim dan Primer digunakan secara
kombinasi dari kedua system tersebut . model ini juga dapat digunakan
jika antara lain:
1. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer tidak harus mempunyai latar belakang pendidikan Ners.
2. Kperawatan tim digunakan secara murn, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat
ini perawat yang ada di RS sebagai besar adalah perawat pelaksana
(Vokasi/D3 Keperawatan).

2.4 Kepala Ruang Rawat Inap


a) Pengertian
Kepala ruang rawat inap adalah sesorang tenaga perawatan
professional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dalam
mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di satu ruang rawat.
b) Persyaratan Yang harus dimiliki
 Pendidikan Sarjana Muda keperawatan /D-III
Keperawatan dengan pengalam sebagai pelaksana
perawatan 2-3 tahun
 Memiliki sertifikat kursus manajemen keperawatan
 Memilki kemampuan kepemimpinan
 Beribawa
 sehat
c) Tanggung Jawab
 Secara administrative dan fungsional, bertanggung jawab
kepada kepala bidang keperawatan melaui kelapa seksi
perawatan
 Secara teknis dan operasional, bertanggung jawab kepada
dokter yang berwenang/kepala unit pelaksana fungsional.
d) Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayan keperawatan di
ruang rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Manajemen bangsal adalah pengelolaan ruangan atau bangsal sebagai salah satu
unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat yang memungkinkan bagi
perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal. Sistem pengelolaan
bangsal keperawatan di suatu rumah sakit akan berdampak terhadap kualitas
pelayanan dan kualitas kinerja yang diberikan kepada pasien.
3.2 Saran
Sasaran makalah ini dituju pada pembaca untuk mendiskusikan
masalahmasalah profesi yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan
mengenai manajemen bangsal dan membantu penambahan wawasan
pembaca mengenai manajemen bangsal
Daftar Pustaka
ALMIDAWATI, A. (2015). ANALISIS KOMPETENSI DAN KINERJA
KEPALA RUANGAN DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI MANAJERIAL
BANGSAL MENURUT PERSPEKTIF PERAWAT PELAKSANA DAN
FAKTOR DETERMINANNYA DI IRNA AMBUN PAGI RSUP Dr M
DJAMIL PADANG (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ANDALAS).
https://krakataumedika.com/info-media/artikel/pelayanan-rawat-inap-rumah-
sakit/amp
https://kissparry.com/2018/12/12/mengenal-alat-alat-ruang-kamar-rawat-
inap-rumah-sakit-dan-kegunaannya/
Nursalam, D. (2014). Manajemen Keperawatan" Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional.
Murwidayati, M. G. (2019). NALISIS FAKTOR TINGKAT KECEMASAN
KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG ICU RST dr
SOEDJONO MAGELANG TAHUN 2019 (Doctoral dissertation, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Magelang)
Sopacua, E., Poerwani, S. K., Widjiartini, W., Susanti, S., & Guntarlin, S.
(1997). Fungsi Kepala Ruang Rawat Inap sebagai Perawat Pengelola di 8
Rumah Sakit Provinsi Kawasan Timur Indonesia. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 1(1), 20988.

Anda mungkin juga menyukai