2
DASAR HUKUM (1)
Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2021 tentang
Menjalankan Amanah UU SJSN
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan
Pasal 19 ayat (1) : “Jaminan Kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan • Pasal 18
prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas Jumlah tempat tidur rawat inap untuk pelayanan rawat inap
kelas standar paling sedikit:
Pasal 23 ayat (4) : “Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka
a. 60% untuk RS pemerintah pusat dan daerah; dan
kelas pelayanan di rumah sakit diberikan berdasarkan kelas standar.
b. 40% untuk RS swasta.
-3-
DASAR HUKUM (2)
Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Peta Jalan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial Bidang Kesehatan dan Bidang Ketenagakerjaan
4
Kebijakan KRIS JKN:
Kronologi Penetapan KRIS JKN
2019 2020 2021 2022
I. RTM dipimpin oleh Menkeu bersama Menkes, Ketua - Pembentukan Tim - Dilakukan finalisasi NA KRIS JKN yang telah Rapat
DJSN, Ketua Dewas dan Dirut BPJS Kesehatan. Perumusan Kebijakan Kelas disetujui oleh Kementerian Kesehatan, Intensif
Standar Rawat Inap dalam Kementerian Keuangan, dan BPJS Kesehatan
Memutuskan hal-hal berikut: Program JKN berdasarkan
Pokja JKN
- Dilakukan sebanyak 25x rapat dan 4x RDP DPR RI
1. Kebijakan Rawat Inap Kelas Standar diputuskan Kep DJSN No. untuk membahas terkait KRIS JKN
menggunakan opsi PBI (acuan kelas 3) dan Non PBI 60/DJSN/VII/2020 yang - Telah dilakukan serangkaian konsultasi publik
(acuan kelas 2) → DJSN menjadi penanggungjawab. keanggotaannya tdd: DJSN, dengan stakeholders terkait
2. Peninjauan manfaat JKN berdasarkan KDK → Kemenkes Kementerian Kesehatan, - Dilakukan self assessment kepada 1.916 RS dan 144
menjadi penanggungjawab. Kementerian Keuangan, BPJS RS TNI/Polri untuk melihat kesiapan RS terhadap
Kesehatan, dan Pakar rencana penerapan KRIS JKN dengan hasil sebagian
II. DJSN melakukan kajian tentang rencana penerapan - Dilakukan sebanyak 24x besar RS (81%) dikategorikan siap
KRIS dan mengacu 5 opsi sbb: rapat pembahasan untuk mengimplementasikan kebijakan KRIS dengan
a. Opsi 1: PBI (acuan kelas 3) dan Non PBI (acuan kelas 2) penyusunan konsep KRIS penyesuaian infrastruktur skala kecil.
b. Opsi 2: PBI (acuan kelas 2) dan Non PBI (acuan kelas 1) - Naskah Akademik KRIS
c. Opsi 3: 1 kelas (kelas 3) - Pembentukan Pokja JKN (Oktober 2021)
d. Opsi 4: 1 kelas (kelas 2) - Simulasi iuran dan biaya
e. Opsi 5: 1 kelas (kelas 1)
KONSEPSI KRIS JKN → “Standardize”/
standarisasi
PERTIMBANGAN RANCANGAN DEFINISI KONSEP PENERAPAN
PERUMUSAN KRIS KRIS KRIS SEHARUSNYA
• Penentuan Definisi dan Kriteria • Kelas layanan rawat inap rumah • Mengutamakan keselamatan
Kelas Rawat Inap Standar sakit pada program JKN yang pasien (Standar SKP, PPI, AP,
• Ketersediaan jumlah tempat ditanggung oleh BPJS ARK, dan HPK (SNARS 1.1.)
tidur pada setiap kelas kesehatan; • Letak ruang inap berada di
perawatan di Rumah Sakit saat • Dimungkinkan naik kelas bagi lokasi yang tenang, aman, dan
ini peserta selain PBI atas nyaman
• Pertumbuhan jumlah Peserta pembiayaan sendir, atau • Ruang rawat inap harus
JKN asuransi tambahan; memiliki akses yang mudah ke
• Kemampuan fiskal negara dan ruang penunjang pelayanan
kemampuan masyarakat dalam lainnya
membayar iuran • Ruang rawat inap harus
• Angka rasio utilisasi di tingkat dipisahkan berdasarkan jenis
Kabupaten/ Kota kelamin, usia, dan jenis
penyakit
6
KONSESUS RANCANGAN 12 KONSEP
KRITERIA JKN (1)
No. Kriteria KRIS JKN Uraian
Struktur bangunan rumah sakit yang baik tidak memiliki porositas
Tidak boleh memiliki porositas bangunan yang (pori) yang tinggi. Sehingga semakin tidak berpori atau padat struktur
1 Bahan bangunan
tinggi bangunan (contoh: dinding) maka jaminan mutu dan keselamatan
pasien semakin baik
Ventilasi udara harus memenuhi standar frekuensi pertukaran udara sebagaimana
Menjamin pertukaran udara untuk mekanik minimal
ditetapkan dalam kriteria melalui pengukuran menggunakan alat bantu
2 Ventilasi udara pertukaran 6 kali per jam dan untuk ventilasi alami harus
velocitymeter/ anemometer.
lebih dari nilai tersebut
Pencahayaan ruangan Pencahayaan ruangan buatan harus mengikuti kriteria yang ditetapkan dengan
Mengoptimalkan pencahayaan alami. Jika pencahayaan
standar 250 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk pencahayaan tidur diukur
3 buatan maka intensitas pencahayaannya 250 lux untuk
dengan luxmeter pada bidang kerja (tempat tidur).
penerangan dan 50 lux untuk tidur
Spesifikasi kelengkapan tempat Setiap tempat tidur dilengkapi dengan: Tempat tidur dalam instalasi rawat inap harus menjamin kelengkapan spesifikasi
tidur sebagaimana ditetapkan dalam kriteria.
• Minimal 2 kotak kontak dan tidak boleh
4 percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengamanan arus
• Nurse call yang terhubung dengan nurse
Nakas ialah meja kecil yang harus tersedia untuk setiap tempat tidur.
5 Nakas per Tempat Tidur 1 buah
Pengaturan suhu dalam ruangan rawat inap harus berada pada rentang 20 hingga
6 Suhu Ruangan 20-260 C 26 derajat Celsius.
7
KONSESUS RANCANGAN 12 KONSEP
KRITERIA JKN (2)
No. Kriteria KRIS JKN Uraian
Ruangan telah terbagi atas jenis Ruang rawat inap terpisah berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis
Ruangan terpisah berdasarkan jenis kelamin, usia,
7 kelamin, usia, jenis penyakit penyakit (infeksi, noninfeksi, bersalin)
jenis penyakit (infeksi, noninfeksi, bersalin)
(infeksi, noninfeksi, bersalin)
Jarak (as) antar tempat tidur: Jarak As (posisi tengah) antar tempat tidur dalam instalasi ruang
rawat inap diatur sebagaimana kriteria yang ditetapkan
2,4 m
Luas dalam satuan meter persegi untuk tempat tidur di masing-
Minimal Luas m2 per tempat tidur: masing kelas harus lebih dari atau sama dengan standar yang
ditetapkan.
10 m2
Jarak antara tepi samping satu tempat tidur dengan tempat tidur
8 Kepadatan Ruang Rawat dan terdekat harus lebih dari atau sama dengan standar yang
Antar Tepi Tempat Tidur minimal:
Kualitas TT ditetapkan. Jarak antar tepi samping satu tempat tidur dengan
1,5 m dinding samping minimal 75cm. bagian kepala (bed head) dapat
menempel pada dinding.
Jumlah maksimal TT per ruangan: Jumlah maksimal tempat tidur dalam satu ruangan harus kurang
dari atau sama dengan standar yang ditetapkan.
4
Standar Tempat Tidur : Standar tempat tidur yang digunakan 3 engkol.
Sekurang-kurangnya P:206 L:90 T:50-80 (adjustable)
8
KONSESUS RANCANGAN 12 KONSEP
KRITERIA JKN (3)
No. Kriteria KRIS JKN Uraian
Tirai atau partisi antar tempat tidur dapat diatur dengan rel yang dibenamkan
Tirai/partisi antar tempat Rel Dibenamkan atau menempel di Plafon dan sebaiknya
9 atau menempel di plafon dengan jaminan bahan tidak berpori/ tidak
tidur bahan non porosif
menyerap air.
Kamar mandi dalam
10 ruangan Kamar mandi dalam ruangan rawat inap
Kamar mandi memenuhi standar aksesibilitas sebagai Letak kamar mandi harus berada di dalam ruangan rawat inap
berikut***) dengan spesifikasi sebagaiamana ditetapkan dalam kriteria.
a. Ada tulisan/symbol “disable” pada bagian luar
b. Memiliki ruang gerak yang cukup untuk
Kamar mandi sesuai pengguna kursi roda
11 dengan standar c. Dilengkapi pegangan rambat (handrail)
aksesabilitas d. Permukaan lantai tidak licin dan tidak boleh
menyebabkan genangan
e. Dianjurkan untuk memiliki tombol bantuan
darurat pada tempat yang mudah dicapai
9
PENTAHAPAN BERDASARKAN
KRITERIA KRIS JKN NO INDIKATOR
BOBOT
INDIKATOR
Bahan bangunan di Rumah Sakit tidak memiliki porositas yang
• Opsi Pentahapan: 1
tinggi
7
2 Ventilasi Udara 7
• Kriteria No. 1-9 menjadi 3 Pencahayaan Ruangan 7
Kelengkapan TT
kriteria wajib • Minimal 2 kotak kontak dan tidak boleh percabangan/
4 7
• Kriteria No. 10-12 menjadi sambungan langsung tanpa pengamanan arus
• Nurse call yang terhubung dengan nurse
kriteria wajib dengan 5 Tersedia nakas 1 buah per TT 7
6 Dapat mempertahankan dengan stabil suhu ruangan 20-260 C 7
pentahapan Ruangan telah terbagi atas jenis kelamin, usia, jenis penyakit
7 7
(infeksi, noninfeksi, bersalin)
Kepadatan ruang rawat & kualitas TT bagi KRIS JKN
• Faktor penentu bobot indikator: • Jarak (As) Antar Tempat Tidur 2,4 m
•
• kemudahan rumah sakit 8 •
Minimal Luas Per Tempat Tidur adalah 10 m2
Antar Tepi Tempat Tidur Minimal 1,5 m 9
untuk menyiapkan indikator • Jumlah maksimal TT per ruangan sebanyak 4 TT
• Tempat Tidur, dapat disesuaikan (adjustable), 200 x 90 x (50-
kriteria; dan 80) cm
10 10
RANCANGAN ROADMAP KRIS JKN
2022 2023 2024
• Penyiapan Peraturan • Implementasi • Implementasi
Pelaksana dan Uji secara bertahap: di seluruh RS
Publik RSUD dan RS • Monitoring
• Harmonisasi/Revisi Swasta dan evaluasi
Peraturan Pelaksana berdasarkan terpadu
terkait kriteria KRIS JKN secara berkala
• Pemetaan dan Uji coba • Penyiapan
KRIS JKN infrastruktur
• Penyiapan infrastruktur • Sosialisasi,
• Sosialisasi, edukasi dan edukasi dan
advokasi advokasi
• Implementasi secara • Monitoring dan
bertahap di RS vertikal evaluasi terpadu
secara berkala
• Monitoring dan
evaluasi terpadu secara
berkala
11 11
RANGKAIAN KONSULTASI DAN DIALOG PUBLIK
12
SELF ASSESSMENT RS :
RESPONSE RATE PER REGIONAL*
Total Peserta (4.009)
• Pelaksanaan: 8-1 Februari 2021
• RS Bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan
Total R S (1916)
• Regional Iterdiri dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIYogyakarta, dan Jawa Timur
• Regional Iterdiri dari Sumatera Barat, Riau,Sumatera Selatan, Lampung, Bali, dan NTB
• Regional IIterdiri dari NAD, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi
Barat, Sulawesi Selatan
• Regional IVterdiri dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
• Regional V terdiri dari Bangka Belitung, NTT, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
14 14
HASIL SELF ASSESSMENT RS PER PROVINSI
250
200
Jumlah RS
150
100
50
- 15 -
Potensi Dampak Penerapan KRIS
(1) ASPEK KEBIJAKAN (2) ASPEK TATA KELOLA
PMK No 141/PMK.02/2018 tentang Koordinasi Antar Penyelenggara Koordinasi Antar Penyelenggara Jaminan
5
Jaminan Dalam Pemberian Manfaat Pelayanan Kesehatan Kesehatan
contact@djsn.go.id | sekretariatdjsn@gmail.com
0822-21-500500
Pro Sejalan dengan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 47 RS menjadi mudah untuk menentukan rencana investasi jangka panjang
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Perumahsakitan
Dampak terhadap aspek tata kelola dan pembiayaan Fasilitas tidak jauh berbeda dengan Kelas 3 kondisi eksisting yang merupakan
rumah sakit dapat diminimalisasi penyumbang angka ketersediaan tempat tidur paling banyak
Kontra RS menjadi sulit untuk merencanakan investasi, karena Berpotensi adanya gejolak penolakan dari PPU bila penerapan secara langsung menjadi
RS harus menentukan skenario investasi jangka pendek kelas tunggal
dan jangka panjang
Pembedaan kelas rawat inap standar antara peserta PBI Berpotensi disharmoni dengan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021
dan Non-PBI menimbulkan kesan diskriminasi
Potensi ketidakmampuan membayar iuran bagi PBPU Potensi ketidakmampuan membayar iuran bagi PBPU Eksisting Kelas 3 dan
eksisting Kelas 3 penambahan anggaran PBI apabila yang dipilih sebagai kelas tunggal bukan Kelas 3
20
Kebijakan KRIS JKN
10 November 2021 12-14 November 2021 18-19 November 2021 22 November 2021
Pembahasan konsep integrasi Pembahasan Peninjauan Manfaaat Dukungan JKN Financial Pembahasan Funding
kebijakan KDK dan KRIS berbasis KDK dan KRIS Modelling pada Formulasi Landscape dalam rancangan
Opsi kebijakan KRIS yang akan diusulkan pada RTM: Kebijakan Kebutuhan Dasar Skrining JKN dan Costing
1. Paket Manfaat berdasarkan
• Konsep KRIS dengan kelas A dan B Kesehatan (KDK) dan Kelas Kelas Standar
rumusan Kemenkes • Konsep KRIS dengan kelas pekerja dan non-pekerja Rawat Inap (KRI) Standar
a. Isi Paket Manfaat
• Tahapan KRIS: Tahun 2022 kelas 1 untuk PBPU dan BP
b. Cara mengaturnya: dihilangkan; Tahun 2023 kelas 1 PPU dihilangkan; 1. Funding landscape Form akan
apakah dalam lampiran Tahun 2026 kelas tunggal setara kelas 2 dilengkapi oleh Kemenkes pada
perpres atau regulasi minggu ini
turunannya Kriteria Manfaat JKN berbasis KDK: 2. Survei cepat persepsi RS atas tarif
2. Kelas Rawat Inap Standar • Luas Cakupan: pelayanan yang mengancam jiwa dan layanan JKN akan ditriangulasi dengan
a. 12 Indikator mengganggu produktivitas hasil pemodelan yang dibuat oleh Prof
b. 2 kelas vs 1 kelas • Uncertainty of loss (pelayanan kesehatan yang Budi. Rencananya akan dilakukan
3. Dampak pembiayaan terhadap tergolong tidak dapat diprediksi pembahasan bersama DJSN dan
KDK dan KRIS: Iuran dan Tarif • Unbearable Risk (pelayanan kesehatan tidak dapat Kemenkes pada hari Kamis dan Jumat
4. Kajian resiko dan mitigasi dijangkau oleh masyarakat dari sisi biaya) atau Risiko 3. Tim NCC dan tim Prof Budi akan
terhadap implementasi KDK, KRIS finansial besar melakukan costing Ina CBG terkait KDK
Iuran dan Tarif • Efektivitas Biaya/cost efektif dan KRIS
5. Proses Perancangan revisi • Pelayanan Terstandar
Perpres • Bersifat private good (UKP)
• Bukan Cakupan Program Lain
21
Kebijakan KRIS JKN (2)
Beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti DJSN sesuai hasil Rapat pada tanggal 24 November
2021:
• Melakukan pendalaman dari kertas kerja yang telah disampaikan oleh BPJS Kesehatan dengan
pendekatan BOR dan kepemilikan.
• Menyusun kategori ketersediaan tempat tidur (berdasarkan BOR, rasio TT/penduduk, dan
rasio TT/peserta) dan ketersediaan pelayanan kesehatan.
• Perlu dilakukan pemetaan dan analisis regulasi, serta usulan harmonisasi untuk keberhasilan
implementasi KRIS.
Tindak Lanjut: Pertemuan lanjutan POKJA JKN pada minggu ke-2 Januari 2022 24