Anda di halaman 1dari 24

PERAN DJSN TERHADAP KELAS RAWAT

INAP STANDAR (KRIS) JKN

Yogyakarta, 7 Februari 2022


LATAR BELAKANG:
Meningkatkan Mutu dan Ekuitas Pelayanan JKN

TANTANGAN: Kriteria kelas rawat inap standar


Kerja sama antara RS dan PEMENUHAN PRINSIP EKUITAS JKN Untuk Menuju Prinsip
BPJS meningkat Ekuitas dan Mutu
Klasifikasi kelas perawatan yang
ada belum terstandar
Jumlah utilisasi pelayanan Mengutamakan keselamatan
rawat inap RS meningkat Akses ke faskes, nakes, dan obat pasien dan standar pencegahan
belum merata di semua wilayah dan pengendalian infeksi (PPI)

2
DASAR HUKUM (1)
Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2021 tentang
Menjalankan Amanah UU SJSN
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan

Pasal 19 ayat (1) : “Jaminan Kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan • Pasal 18
prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas Jumlah tempat tidur rawat inap untuk pelayanan rawat inap
kelas standar paling sedikit:
Pasal 23 ayat (4) : “Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka
a. 60% untuk RS pemerintah pusat dan daerah; dan
kelas pelayanan di rumah sakit diberikan berdasarkan kelas standar.
b. 40% untuk RS swasta.

Peraturan Presiden No 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua • Pasal 84 huruf b


Atas Perpres 82/2018 tentang Jaminan Kesehatan pelayanan rawat inap kelas standar diterapkan paling
lambat 1 Januari 2023.
Pasal 54A: “untuk keberlangsungan pendanaan Jaminan Kesehatan Menteri bersama
kementerian/lembaga terkait, organisasi profesi, dan asosiasi fasilitas kesehatan
melakukan peninjauan Manfaat Jaminan Kesehatan sesuai kebutuhan dasar kesehatan
dan rawat inap kelas standar paling lambat bulan Desember 2020”. Prinsip ekuitas yaitu kesamaan dalam
memperoleh pelayanan sesuai dengan
Pasal 54B : “Manfaat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54A diterapkan secara bertahap
sampai dengan paling lambat tahun 2022 dan pelaksanaannya dilakukan secara kebutuhan medisnya yang tidak terikat dengan
berkesinambungan untuk meningkatkan tata kelola Jaminan Kesehatan. besaran iuran yang telah dibayarkannya.

-3-
DASAR HUKUM (2)

Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Peta Jalan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial Bidang Kesehatan dan Bidang Ketenagakerjaan

4
Kebijakan KRIS JKN:
Kronologi Penetapan KRIS JKN
2019 2020 2021 2022

I. RTM dipimpin oleh Menkeu bersama Menkes, Ketua - Pembentukan Tim - Dilakukan finalisasi NA KRIS JKN yang telah Rapat
DJSN, Ketua Dewas dan Dirut BPJS Kesehatan. Perumusan Kebijakan Kelas disetujui oleh Kementerian Kesehatan, Intensif
Standar Rawat Inap dalam Kementerian Keuangan, dan BPJS Kesehatan
Memutuskan hal-hal berikut: Program JKN berdasarkan
Pokja JKN
- Dilakukan sebanyak 25x rapat dan 4x RDP DPR RI
1. Kebijakan Rawat Inap Kelas Standar diputuskan Kep DJSN No. untuk membahas terkait KRIS JKN
menggunakan opsi PBI (acuan kelas 3) dan Non PBI 60/DJSN/VII/2020 yang - Telah dilakukan serangkaian konsultasi publik
(acuan kelas 2) → DJSN menjadi penanggungjawab. keanggotaannya tdd: DJSN, dengan stakeholders terkait
2. Peninjauan manfaat JKN berdasarkan KDK → Kemenkes Kementerian Kesehatan, - Dilakukan self assessment kepada 1.916 RS dan 144
menjadi penanggungjawab. Kementerian Keuangan, BPJS RS TNI/Polri untuk melihat kesiapan RS terhadap
Kesehatan, dan Pakar rencana penerapan KRIS JKN dengan hasil sebagian
II. DJSN melakukan kajian tentang rencana penerapan - Dilakukan sebanyak 24x besar RS (81%) dikategorikan siap
KRIS dan mengacu 5 opsi sbb: rapat pembahasan untuk mengimplementasikan kebijakan KRIS dengan
a. Opsi 1: PBI (acuan kelas 3) dan Non PBI (acuan kelas 2) penyusunan konsep KRIS penyesuaian infrastruktur skala kecil.
b. Opsi 2: PBI (acuan kelas 2) dan Non PBI (acuan kelas 1) - Naskah Akademik KRIS
c. Opsi 3: 1 kelas (kelas 3) - Pembentukan Pokja JKN (Oktober 2021)
d. Opsi 4: 1 kelas (kelas 2) - Simulasi iuran dan biaya
e. Opsi 5: 1 kelas (kelas 1)
KONSEPSI KRIS JKN → “Standardize”/
standarisasi
PERTIMBANGAN RANCANGAN DEFINISI KONSEP PENERAPAN
PERUMUSAN KRIS KRIS KRIS SEHARUSNYA
• Penentuan Definisi dan Kriteria • Kelas layanan rawat inap rumah • Mengutamakan keselamatan
Kelas Rawat Inap Standar sakit pada program JKN yang pasien (Standar SKP, PPI, AP,
• Ketersediaan jumlah tempat ditanggung oleh BPJS ARK, dan HPK (SNARS 1.1.)
tidur pada setiap kelas kesehatan; • Letak ruang inap berada di
perawatan di Rumah Sakit saat • Dimungkinkan naik kelas bagi lokasi yang tenang, aman, dan
ini peserta selain PBI atas nyaman
• Pertumbuhan jumlah Peserta pembiayaan sendir, atau • Ruang rawat inap harus
JKN asuransi tambahan; memiliki akses yang mudah ke
• Kemampuan fiskal negara dan ruang penunjang pelayanan
kemampuan masyarakat dalam lainnya
membayar iuran • Ruang rawat inap harus
• Angka rasio utilisasi di tingkat dipisahkan berdasarkan jenis
Kabupaten/ Kota kelamin, usia, dan jenis
penyakit

6
KONSESUS RANCANGAN 12 KONSEP
KRITERIA JKN (1)
No. Kriteria KRIS JKN Uraian
Struktur bangunan rumah sakit yang baik tidak memiliki porositas
Tidak boleh memiliki porositas bangunan yang (pori) yang tinggi. Sehingga semakin tidak berpori atau padat struktur
1 Bahan bangunan
tinggi bangunan (contoh: dinding) maka jaminan mutu dan keselamatan
pasien semakin baik
Ventilasi udara harus memenuhi standar frekuensi pertukaran udara sebagaimana
Menjamin pertukaran udara untuk mekanik minimal
ditetapkan dalam kriteria melalui pengukuran menggunakan alat bantu
2 Ventilasi udara pertukaran 6 kali per jam dan untuk ventilasi alami harus
velocitymeter/ anemometer.
lebih dari nilai tersebut
Pencahayaan ruangan Pencahayaan ruangan buatan harus mengikuti kriteria yang ditetapkan dengan
Mengoptimalkan pencahayaan alami. Jika pencahayaan
standar 250 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk pencahayaan tidur diukur
3 buatan maka intensitas pencahayaannya 250 lux untuk
dengan luxmeter pada bidang kerja (tempat tidur).
penerangan dan 50 lux untuk tidur

Spesifikasi kelengkapan tempat Setiap tempat tidur dilengkapi dengan: Tempat tidur dalam instalasi rawat inap harus menjamin kelengkapan spesifikasi
tidur sebagaimana ditetapkan dalam kriteria.
• Minimal 2 kotak kontak dan tidak boleh
4 percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengamanan arus
• Nurse call yang terhubung dengan nurse
Nakas ialah meja kecil yang harus tersedia untuk setiap tempat tidur.
5 Nakas per Tempat Tidur 1 buah

Pengaturan suhu dalam ruangan rawat inap harus berada pada rentang 20 hingga
6 Suhu Ruangan 20-260 C 26 derajat Celsius.

7
KONSESUS RANCANGAN 12 KONSEP
KRITERIA JKN (2)
No. Kriteria KRIS JKN Uraian
Ruangan telah terbagi atas jenis Ruang rawat inap terpisah berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis
Ruangan terpisah berdasarkan jenis kelamin, usia,
7 kelamin, usia, jenis penyakit penyakit (infeksi, noninfeksi, bersalin)
jenis penyakit (infeksi, noninfeksi, bersalin)
(infeksi, noninfeksi, bersalin)
Jarak (as) antar tempat tidur: Jarak As (posisi tengah) antar tempat tidur dalam instalasi ruang
rawat inap diatur sebagaimana kriteria yang ditetapkan
2,4 m
Luas dalam satuan meter persegi untuk tempat tidur di masing-
Minimal Luas m2 per tempat tidur: masing kelas harus lebih dari atau sama dengan standar yang
ditetapkan.
10 m2

Jarak antara tepi samping satu tempat tidur dengan tempat tidur
8 Kepadatan Ruang Rawat dan terdekat harus lebih dari atau sama dengan standar yang
Antar Tepi Tempat Tidur minimal:
Kualitas TT ditetapkan. Jarak antar tepi samping satu tempat tidur dengan
1,5 m dinding samping minimal 75cm. bagian kepala (bed head) dapat
menempel pada dinding.

Jumlah maksimal TT per ruangan: Jumlah maksimal tempat tidur dalam satu ruangan harus kurang
dari atau sama dengan standar yang ditetapkan.
4
Standar Tempat Tidur : Standar tempat tidur yang digunakan 3 engkol.
Sekurang-kurangnya P:206 L:90 T:50-80 (adjustable)

8
KONSESUS RANCANGAN 12 KONSEP
KRITERIA JKN (3)
No. Kriteria KRIS JKN Uraian
Tirai atau partisi antar tempat tidur dapat diatur dengan rel yang dibenamkan
Tirai/partisi antar tempat Rel Dibenamkan atau menempel di Plafon dan sebaiknya
9 atau menempel di plafon dengan jaminan bahan tidak berpori/ tidak
tidur bahan non porosif
menyerap air.
Kamar mandi dalam
10 ruangan Kamar mandi dalam ruangan rawat inap

Kamar mandi memenuhi standar aksesibilitas sebagai Letak kamar mandi harus berada di dalam ruangan rawat inap
berikut***) dengan spesifikasi sebagaiamana ditetapkan dalam kriteria.
a. Ada tulisan/symbol “disable” pada bagian luar
b. Memiliki ruang gerak yang cukup untuk
Kamar mandi sesuai pengguna kursi roda
11 dengan standar c. Dilengkapi pegangan rambat (handrail)
aksesabilitas d. Permukaan lantai tidak licin dan tidak boleh
menyebabkan genangan
e. Dianjurkan untuk memiliki tombol bantuan
darurat pada tempat yang mudah dicapai

Outlet oksigen tersentral


12 Outlet oksigen

9
PENTAHAPAN BERDASARKAN
KRITERIA KRIS JKN NO INDIKATOR
BOBOT
INDIKATOR
Bahan bangunan di Rumah Sakit tidak memiliki porositas yang
• Opsi Pentahapan: 1
tinggi
7
2 Ventilasi Udara 7
• Kriteria No. 1-9 menjadi 3 Pencahayaan Ruangan 7
Kelengkapan TT
kriteria wajib • Minimal 2 kotak kontak dan tidak boleh percabangan/
4 7
• Kriteria No. 10-12 menjadi sambungan langsung tanpa pengamanan arus
• Nurse call yang terhubung dengan nurse
kriteria wajib dengan 5 Tersedia nakas 1 buah per TT 7
6 Dapat mempertahankan dengan stabil suhu ruangan 20-260 C 7
pentahapan Ruangan telah terbagi atas jenis kelamin, usia, jenis penyakit
7 7
(infeksi, noninfeksi, bersalin)
Kepadatan ruang rawat & kualitas TT bagi KRIS JKN
• Faktor penentu bobot indikator: • Jarak (As) Antar Tempat Tidur 2,4 m

• kemudahan rumah sakit 8 •
Minimal Luas Per Tempat Tidur adalah 10 m2
Antar Tepi Tempat Tidur Minimal 1,5 m 9
untuk menyiapkan indikator • Jumlah maksimal TT per ruangan sebanyak 4 TT
• Tempat Tidur, dapat disesuaikan (adjustable), 200 x 90 x (50-
kriteria; dan 80) cm

• dampak biaya yang 9


Tirai/Partisi Rel Dibenamkan atau menempel di Plafon dan bahan
tidak berpori
9

dibutuhkan 10 Kamar mandi di dalam ruangan inap 11


11 Kamar Mandi sesuai dengan standar aksesabilitas 11
12 Outlet oksigen 11

10 10
RANCANGAN ROADMAP KRIS JKN
2022 2023 2024
• Penyiapan Peraturan • Implementasi • Implementasi
Pelaksana dan Uji secara bertahap: di seluruh RS
Publik RSUD dan RS • Monitoring
• Harmonisasi/Revisi Swasta dan evaluasi
Peraturan Pelaksana berdasarkan terpadu
terkait kriteria KRIS JKN secara berkala
• Pemetaan dan Uji coba • Penyiapan
KRIS JKN infrastruktur
• Penyiapan infrastruktur • Sosialisasi,
• Sosialisasi, edukasi dan edukasi dan
advokasi advokasi
• Implementasi secara • Monitoring dan
bertahap di RS vertikal evaluasi terpadu
secara berkala
• Monitoring dan
evaluasi terpadu secara
berkala

11 11
RANGKAIAN KONSULTASI DAN DIALOG PUBLIK

12
SELF ASSESSMENT RS :
RESPONSE RATE PER REGIONAL*
Total Peserta (4.009)
• Pelaksanaan: 8-1 Februari 2021
• RS Bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan
Total R S (1916)

Regional 1 Regional 2 Regional 3 Regional 4 Regional 5


(996) (268) (405) (57) (190)

• Regional Iterdiri dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIYogyakarta, dan Jawa Timur
• Regional Iterdiri dari Sumatera Barat, Riau,Sumatera Selatan, Lampung, Bali, dan NTB
• Regional IIterdiri dari NAD, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi
Barat, Sulawesi Selatan
• Regional IVterdiri dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
• Regional V terdiri dari Bangka Belitung, NTT, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

*Regionalisasi tarif inacbgs - 13 -


HASIL SELF ASSESSMENT RS
Rekapitulasi Kesiapaan R S TNI/Polri dalam
Mengimplementasikan
Kebijakan KRIS JKN

74% masuk dalam kategori KRIS JKN dengan


81% dari total sampel siap mengimplementasikan perbaikan
Kriteria dan peningkatan
dengan kendala infrastruktur
paling banyak antara lain adalahskala kecil,
setting
kebijakan KRIS JKN. 78% diantaranya masih perlu spesifikasi
dan 26%kamar mandi dalamperbaikan
membutuhkan ruangan, dan
rel separator dan
peningkatan
penyesuaian infrastruktur dalam skala kecil kelengkapan TT.
infrastruktur skala sedang hingga besar.

14 14
HASIL SELF ASSESSMENT RS PER PROVINSI

Hasil Kesiapan RS dalam Self Assessment KRIS JKN


300

250

200
Jumlah RS

150

100

50

Siap Penyesuaian Kecil Penyesuaian Besar

- 15 -
Potensi Dampak Penerapan KRIS
(1) ASPEK KEBIJAKAN (2) ASPEK TATA KELOLA

KONSEP FISIK & NON FISIK PENDANAAN & FASILITAS SDM


Konsep Kelas rawat Inap memerlukan Penyiapan supply JANGKA WAKTU
Penentuan jumlah Penyesuaian
penyesuaian kondisi yang ada saat ini side termasuk Ketersediaan tenaga
pendanaan & lini fasilitas
jumlah tempat medis & non medis
masa penyiapan KELAS RAWAT
tidur dan fasilitas
supply-side INAP JKN oleh RS
ATURAN RS
Perlu harmonisasi dengan beberapa peraturan
terkait pelaksanaan jaminan kesehatan
(3) ASPEK PEMBIAYAAN
PELAKSANAAN
• Pelaksanaan secara bertahap; PENYESUAIAN TARIF INA-CBG’s
• Pendalaman opsi pentahapan: IURAN
❑ RS Vertikal / RS Pendidikan Perlu penyesuaian Tarif INA
❑ RS Pemerintah
CBGs tidak lagi dibedakan EFISIENSI
berdasarkan kelas perawatan. Penghitungan untuk
❑ RS Swasta kebijakan, desain, & Proses penghitungan iuran,
• Memperhatikan; Berpeluang mengurangi penyesuaian iuran penghitungan tarif, dan
❑ KAPJ potensi kecurangan (fraud) proses klaim manfaat
INA CBGS akibat perbedaan
❑ Kondisi Pandemi Covid-19 menjadi lebih sederhana
kelas perawatan RS;
❑ Kesiapan Pemerintah dan Rumah
Sakit
❑ Kecukupan TT dan BOR di Kab/ Kota
KEBUTUHAN HARMONISASI
PERUNDANGAN
NO PERUNDANGAN/ RANCANGAN PER-UU PERIHAL
• Manfaat
1 Perpres 82/ 2018 tentang Jaminan Kesehatan
• Iuran
Perpres 64/2020 tentang Perubahan Kedua atas Perpres 82 tahun 2018 • Manfaat
2
tentang Jaminan Kesehatan • Iuran
• Penyelenggaraan Rawat Inap RS
3 Permenkes 3/ 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
• Penyediaan jumlah TT
Permenkes No.51 Tahun 2018 Mengenai Pengenaan Urun Biaya Dan Koordinasi Antar Penyelenggara Jaminan
4
Selisih Biaya Dalam Program Jaminan Kesehatan Kesehatan

PMK No 141/PMK.02/2018 tentang Koordinasi Antar Penyelenggara Koordinasi Antar Penyelenggara Jaminan
5
Jaminan Dalam Pemberian Manfaat Pelayanan Kesehatan Kesehatan

Permenkes 52/ 2016 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam


6 Tarif pelayanan rawat inap JKN
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
7 Permenkes 85/ 2015 tentang Pola Tarif Nasional Rumah Sakit Pola Tarif RS
- 17 -
Gedung Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan, Lantai 11, Jalan Medan Merdeka Barat No.3, Jakarta Pusat -
10110

contact@djsn.go.id | sekretariatdjsn@gmail.com

0822-21-500500

P.O BOX DJSN500500 Jakarta 10000


Dewan Jaminan Sosial Nasional
Republik Indonesia
PRO KONTRA KRIS JKN
Kelas PBI dan Non PBI Kelas Tunggal

Pro Sejalan dengan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 47 RS menjadi mudah untuk menentukan rencana investasi jangka panjang
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Perumahsakitan

Dampak terhadap aspek tata kelola dan pembiayaan Fasilitas tidak jauh berbeda dengan Kelas 3 kondisi eksisting yang merupakan
rumah sakit dapat diminimalisasi penyumbang angka ketersediaan tempat tidur paling banyak

Menghindari gejolak penolakan dari PPU bila penerapan


secara langsung menjadi kelas tunggal

Penambahan jumlah kebutuhan tempat tidur lebih


sedikit dibanding kelas tunggal

Kontra RS menjadi sulit untuk merencanakan investasi, karena Berpotensi adanya gejolak penolakan dari PPU bila penerapan secara langsung menjadi
RS harus menentukan skenario investasi jangka pendek kelas tunggal
dan jangka panjang

Pembedaan kelas rawat inap standar antara peserta PBI Berpotensi disharmoni dengan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021
dan Non-PBI menimbulkan kesan diskriminasi

Potensi ketidakmampuan membayar iuran bagi PBPU Potensi ketidakmampuan membayar iuran bagi PBPU Eksisting Kelas 3 dan
eksisting Kelas 3 penambahan anggaran PBI apabila yang dipilih sebagai kelas tunggal bukan Kelas 3

Potensi penurunan fasilitas dan kepuasan peserta bagi


PBPU, PPU-P dan PPU-BU Eksisting Kelas 1 19
KEGIATAN POKJA JKN

20
Kebijakan KRIS JKN

10 November 2021 12-14 November 2021 18-19 November 2021 22 November 2021
Pembahasan konsep integrasi Pembahasan Peninjauan Manfaaat Dukungan JKN Financial Pembahasan Funding
kebijakan KDK dan KRIS berbasis KDK dan KRIS Modelling pada Formulasi Landscape dalam rancangan
Opsi kebijakan KRIS yang akan diusulkan pada RTM: Kebijakan Kebutuhan Dasar Skrining JKN dan Costing
1. Paket Manfaat berdasarkan
• Konsep KRIS dengan kelas A dan B Kesehatan (KDK) dan Kelas Kelas Standar
rumusan Kemenkes • Konsep KRIS dengan kelas pekerja dan non-pekerja Rawat Inap (KRI) Standar
a. Isi Paket Manfaat
• Tahapan KRIS: Tahun 2022 kelas 1 untuk PBPU dan BP
b. Cara mengaturnya: dihilangkan; Tahun 2023 kelas 1 PPU dihilangkan; 1. Funding landscape Form akan
apakah dalam lampiran Tahun 2026 kelas tunggal setara kelas 2 dilengkapi oleh Kemenkes pada
perpres atau regulasi minggu ini
turunannya Kriteria Manfaat JKN berbasis KDK: 2. Survei cepat persepsi RS atas tarif
2. Kelas Rawat Inap Standar • Luas Cakupan: pelayanan yang mengancam jiwa dan layanan JKN akan ditriangulasi dengan
a. 12 Indikator mengganggu produktivitas hasil pemodelan yang dibuat oleh Prof
b. 2 kelas vs 1 kelas • Uncertainty of loss (pelayanan kesehatan yang Budi. Rencananya akan dilakukan
3. Dampak pembiayaan terhadap tergolong tidak dapat diprediksi pembahasan bersama DJSN dan
KDK dan KRIS: Iuran dan Tarif • Unbearable Risk (pelayanan kesehatan tidak dapat Kemenkes pada hari Kamis dan Jumat
4. Kajian resiko dan mitigasi dijangkau oleh masyarakat dari sisi biaya) atau Risiko 3. Tim NCC dan tim Prof Budi akan
terhadap implementasi KDK, KRIS finansial besar melakukan costing Ina CBG terkait KDK
Iuran dan Tarif • Efektivitas Biaya/cost efektif dan KRIS
5. Proses Perancangan revisi • Pelayanan Terstandar
Perpres • Bersifat private good (UKP)
• Bukan Cakupan Program Lain

21
Kebijakan KRIS JKN (2)
Beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti DJSN sesuai hasil Rapat pada tanggal 24 November
2021:
• Melakukan pendalaman dari kertas kerja yang telah disampaikan oleh BPJS Kesehatan dengan
pendekatan BOR dan kepemilikan.
• Menyusun kategori ketersediaan tempat tidur (berdasarkan BOR, rasio TT/penduduk, dan
rasio TT/peserta) dan ketersediaan pelayanan kesehatan.
• Perlu dilakukan pemetaan dan analisis regulasi, serta usulan harmonisasi untuk keberhasilan
implementasi KRIS.

• Mempersiapkan simulasi pelaksanaan KRIS.

• Menyusun program-program intervensi kebijakan termasuk tarif.


Kebijakan KRIS JKN (3)
Telah dilakukan rangkaian pembahasan dengan Tim Pokja JKN (pertemuan terakhir tanggal 14-16 Desember 2021)

Update hasil diskusi Tim Pokja JKN terkait KRI:


➢ Perlu kesepakatan pemerintah untuk pentahapan KRIS
➢ Perlu pentahapan implementasi KRIS untuk beberapa tahun ke depan (hingga 2024) untuk kebutuhan pemodelan. Berbagai
opsi pentahapan dan skenario implementasi KRIS perlu dibuat dan dihitung (smooth, moderate, extreme). Termasuk terkait
Top up, AKP.
➢ Dampak dari skenario kebijakan KRIS dalam menurunkan iuran (perlu dipersiapkan opsi dan juga untuk komunikasi publik)
➢ Dalam penerapan KRIS, aspek supply side yang harus memenuhi 12 kriteria membutuhkan waktu dan biaya dalam
implementasinya, maka dapat dibuat skenarionya. Budget impact dan funding dari sisi supply
➢ Usulan tambahan skenario PBI di kelas 3 dan non PBI di kelas 1. Selain itu terdapat juga usulan untuk menaikkan batas atas
upah
➢ PP baru terkait perumahsakitan yang menyatakan bahwa ada batas akhir pelaksanaan KRIS pada 1 Januari 2023.

TL Tim Pokja JKN:


➢ Akan dilakukan pertemuan kembali untuk menyusun hasil diskusi Tim Pokja yang akan disampaikan kepada Sekjen Kemenkes

RTM dengan Menkeu:


Pembahasan KRI dan KDK harus diselesaikan pada akhir Desember 2021 dan disampaikan kepada Menkeu pada
Januari 2022
23
Kebijakan KRIS JKN (4)
Kesimpulan dan TL Konsinyering Pokja JKN 7 Januari 2022:
Kesimpulan pertemuan POKJA JKN tanggal 4-6
Januari 2022: • RTM untuk menyepakati konsep KDK dan KRIS JKN. Diinisiasi
oleh Menko PMK (Januari 2022), melibatkan Menkes, Menkeu,
• Masih diperlukan aturan turunan Perpres 82/2018 Ketua DJSN, dan Dirut BPJS Kesehatan
• Baru 11 Pasal dari 42 Pasal pada Perpres 82/2018 • Revisi Perpres 82/2018 tentang jaminan kesehatan (Januari-
• KRIS: Menkes ingin mendengarkan penjelasan dari Maret 2022):
DJSN terkait implementasi KRIS yang tidak langsung • KDK termasuk penambahan layanan promotif preventif.
satu kelas
• Pengaturan potensi asuransi swasta dalam JKN.
• KDK
• KRIS.
• Telah mengidentifikasi list skrining yang akan
diimplementasikan secara bertahap, dengan • Revisi Permenkes 52/2016 tentang Standar Tarif Pelayanan
approach dan pembiayaannya masing-masing. Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
(paralel dengan revisi Perpres 82/2018):
• Perlu membuat tim kecil untuk membahas revisi
katalog (list penyakit yang dijamin) dan timeline- • Pembayaran berbasis kinerja dalam mendukung promotif
nya. preventif.
• Akan dibentuk tim khusus untuk costing yang akan • Revisi Permenkes 51/2018 tentang Pengenaan Urun Biaya dan
bertugas membuat template pelaksanaan Selisih Biaya Dalam Program Jaminan Kesehatan (Januari 2022):
kedepannya. • Pengaturan selisih biaya bagi asuransi swasta.

Tindak Lanjut: Pertemuan lanjutan POKJA JKN pada minggu ke-2 Januari 2022 24

Anda mungkin juga menyukai