Anda di halaman 1dari 29

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah sakit

1. Definisi

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat. Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang

juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap

kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan

untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan

penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

serasi dan terpadu serta berkesinambungan.

8
9

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan

paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif. Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang

dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan, dan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan

pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu

pengetahuan bidang kesehatan.

9
10

3. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

a. Jenis Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan

jenis pelayanan dan pengelolaannya.

1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit

dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.

a) Rumah sakit umum, memberikan pelayanan kesehatan pada

semua bidang dan jenis penyakit.

b) Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada satu

bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin

ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan

lainnya.

2) Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah

sakit publik dan rumah sakit privat.

a) Rumah sakit publik sebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat

nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan

pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan

Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah

10
11

daerah sebagaimana dimaksud tidak dapat dialihkan menjadi

Rumah Sakit privat.

b) Rumah sakit privat sebagaimana dimaksud dikelola oleh badan

hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas

atau persero. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat

ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan setelah memenuhi

persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.

4. Klasifikasi Rumah Sakit

Di Indonesia Dalam rangka penyelenggaraan kesehatan secara

berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus

diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah

sakit. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009 tentang rumah sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan sebagai

berikut :

a. Rumah Sakit umum kelas A

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar,

5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan

13 (tiga belas) subspesialis.

11
12

b. Rumah Sakit umum kelas B

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar,

4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2

(dua) subspesialis dasar.

c. Rumah Sakit umum kelas C

Adalah Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum

yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling

sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang

medik.

d. Rumah Sakit umum kelas

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud terdiri atas :

a. Rumah Sakit khusus kelas A

Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan

medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.

12
13

b. Rumah Sakit khusus kelas B

Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan

medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.

c. Rumah Sakit khusus kelas C.

Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan

medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.

B. Sejarah Rumah Sakit Santo Borromeus

Rumah sakit santo Borromeus berdiri pada tanggal 18 september 1921 oleh

enam biarawati dan terekat cinta kasih Santo Carolus Borromeus. Enam biarawati

tersebut yaitu Sr. crispine CB, Sr. Judith CB, Sr. Gaudentia CB, Sr. Ludopha CB,

Sr. Ambrosine CB, dan Sr. Lioba CB. Mereka mempunyai dedikasi yang tinggi

terhadap bidang perawatan kesehatan. Awalnya Rumah Sakit ini hanya sebuah

rumah bekas poliklinik yang hampir tanpa perabot, milik dr. merz di jalan Dago,

berawal dari rumah itulah kemudian Rumah Sakit Santo Borromeus berdiri dan

berada di bawah yayasan yang diketuai oleh dr. Groot.

Rumah Sakit Santo Borromeus memulai langkahnya sebagai rumah sakit yang

hanya mempunyai 17 tempat tidur. Dalam kurun waktu 3 sampai 4 tahun

kemudian Rumah Sakit Santo Borromeus telah diperluas sehingga menampung

90 tempat tidur dan pelayanan kesehatan lainnya. Setelah melalui beberapa masa

13
14

sulit selama perang dunia II, perang kemerdekaan dan awal berdirinya Republik

Indonesia, pembangunan dan pengembangan fasilitas kesehatan dilanjutkan

kembali.

Pada tahun 1990-an, pembangunan 2 gedung baru telah selesai, yaitu gedung

maria yang mempunyai 4 lantai dan gedung yosep yang mempunyai 5 lantai.

Kedua gedung tersebut dapat menampung sekitar 370 tempat tidur dan berbagai

fasilitas kesehatan baru sehingga menjadikan Rumah Sakit Santo Borromeus

sebagai rumah sakit yang mempunyai fasilitas memadai di kota Bandung.

Rumah Sakit Santo Borromeus pada tahun 2010 memperoleh sertifikat ISO

9001:2008. Kemudian pada tahun 2005 pembangunan Gedung Carolus selesai

dengan 7 lantai dan 3 basement untuk lahan parker. Saat ini, Rumah Sakit Santo

Borromeus mampu menyediakan 407 tempat tidur dengan dilengkapi peralatan

medis yang canggih. Kemudian tahun 2006 Rumah Sakit Santo Borromeus

menyediakan perayaan rawat jalan bagi anak anak Borromeus Children

Medical Center (BCMC) dan secara komprehensif disediakan pelayanan anak

untuk rawat inap. Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun 2007 di resmikan

gedung Irene untuk menampung pasien rawat inap bagi anak anak.

Adapun Visi, Misi, Falsafah dan Aspek yang terkait dalam Rumah Sakit

Santo Borromeus yaitu:

1. Visi

Dalam terang dan semangat Iman Kristiani, Rumah Sakit Santo

Borromeus mengabdi seutuhna untuk keselamatan jiwa dan raga bagi

14
15

sesame umat manusia tanpa membedakan suku, kebangsaan, golongan,

warna kulit, asal usul, status social, agama dan kepercayaan.

2. Misi

Dengan semangat cinta kasih kristiani kepada sesame manusia

serta pengabdian yang tulus, Rumah Sakit Santo Borromeus

menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi yang membutuhan kesehatan

jiwa dan raga.

3. Falsafah

Dalam semangat cinta kasih kristus, kami mengadi. Sedangkan

perilaku yang diharapkan diwarnai oleh nilai- nilai : cinta kasih,

menghargai kehidupan sebagai karunia Allah, mengutamakan pasien, sifat

sifat setia, kesiap sediaan, jujur, sederhana, ramah, bertanggung jawab

dan mengutamakan mutu pelayanan.

4. Aspek yang terkait dalam kegiatan Rumah Sakit Santo Borromeus

Rumah Sakit Santo Borromeus merupakan rumah sakit swasta di

kota Bandung yang memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan.

Dengan motto mitra anda menuju sehat rumah Sakit Santo Borromeus

konsisten terhadap pelayanan kepada pasien yang membutuhkan baik

rawat jalan maupun rawat inap. Beberapa fasilitas yang ada di Rumah

Sakit Santo Borromeus yaitu :

15
16

a. Pelayanan medis

Pelayanan medis yang ada di Rumah Sakit Santo Borromeus

terdiri dari beberapa klinik jalan untuk dewasa dan anak anak, unit

hemodialysis, one day care, one day surgery, Intensive Care Unit

(ICU), Stroke Unit Intermadiate Care (SU-IC), medical chek-up

(MCU), Klinik Kesehatan Keluarga (K3) dan kamar operasi.

b. Penunjang medis

Penunjang medis yang dimiliki Rumah Sakit Santo Borromeus

yaitu : laboratorium, farmasi, radiologi, rehabilitasi medic, klinik

fisiologi, Instalasi Gizi dan rekam medis.

c. Rawat inap

Untuk pelayanan rawat inap Rumah Sakit Santo Borromrus

memiliki 371 ruangan rawat inap pasien dengan berbagai fasilitas

kamar.

d. Fasilitas penunjang umum

Sedangkan untuk Fasilitas penunjang umum di Rumah Sakit Santo

Borromues menyediakan : media informasi, ATM, Bank Swasta,

cafeteria, took alat medis, took buku, ruang bermain anak, dan temoat

parker

16
17

C. Rawat Inap

Rawat inap merupakan pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana penderita

tinggal sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan

kesehatan atau rumah sakit pelayanan kesehatan lain atau pelayanan kesehatan

perorangan yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan, yang meliputi

observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medil, dengan

menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah atau

swasta serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena

penyakitnya penderita harus menginap.

D. Farmasi

1. Definisi

Menurut Undang Undang Republik Indonesia no.44 tahun 2009

tentng rumah sakit, instalansi Farmasi merupakan bagian departemen atau unit

bagian di suatu rumah sakit dipimpin oleh seorang apotek yang memiliki

tugas melaksanakan kegiatan kefarmasian, seperti mengawasi pebuatan obat,

pengadaan obat, pendistribusian obat / perbekalan farmasi, berperan dalam

pendidikan dan penelitian, pembinaan kesehatan masyarakat melalui

pemantauan keamanan efektifitas, efisiensi biaya dan ketepatan pengunaan

obat oleh pasien

17
18

2. Tugas dan Tanggung Jawab Farmasi

Menurut Kepmenkes No. 1197 tahun 2004 tentang standar pelayanan

farmasi dirumah sakit, menyatakan bahwa farmasi mempnyai tugas yaitu

melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal, menyelenggarakan kegiatan

pelayanan farmasi professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik

profesi, melakukan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), memberi

pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu

pelayanan farmasi, melakukan pengawasan berdasarkan aturan aturan yang

berlaku, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dibidang farmasi.

Adapun tanggung jawab farmasi adalah mengembangkan suatu

pelayanan farmasi yang luasdan terkoordinir dengan baik dan tepat untuk

memenuhi kebutuhan berbagai bagian/ unit diagnosis dan terapi, unit

pelayanan keperawatan, staf medic dan keseluruhan untuk kepentingan rumah

sakit (Amalia, 2004)

E. Manajemen logistik

Logistik adalah suatu bagian dari instansi yang tugasnya untuk menyediakan

barang yang dibutuhkan, kegatan operasional instansi dalam jumlah, kualitas, dan

pada waktu yang tepat dengan harga serendah mungkin.

Adapun fungsi fungsi dari manajemen logistik yang terdiri dari :

18
19

1. Fungsi perencanaan dan fungsi kebutuhan. Fungsi ini mencakup aktivitas

dalam menetapkan sasaran, pedoman dan pengkuran penyelanggaraan

dalam bidang logistic.

2. Fungsi penganggaran, merupakan usaha untuk merumuskan perincian

penentu kebutuhan dalam suatu skala standar dalam mata uang

3. Fungsi pengadaan, merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi

kebutuhan operasinal.

4. Fungsi penimpanan dan penyaluran/pendistribusian, merupakan sarana

penyalur ke bagian instansi terkait, adapun faktor faktor yang

mempengaruhinya, (subagya, 1994) yaitu:

a. Proses administrasi

b. Proses penyampaian berita

c. Proses pengeluran fisik barang

d. Proses angkutan/distribusi, proses pembongkaran dan pemuatan

e. Pelaksanaan rencana yang ada

5. Fungsi pemeliharaan adalah suatu proses kegiatan untuk mempertahankan

kondisi teknis, daya guna, dan daya hasil barang

6. Fungsi penghapusan yaitu berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang

dari pertanggungjawaban yang berlaku.

Perencanaan Fungsi logistik Pengahapusan


19

Penganggaran Pemeliharaan
20

Bagan 1.1 fungsi logistik

F. Manajemen farmasi.

Dalam manejemen farmasi tidak jauh dengan konsep manajemen logistik yaitu :

1. Pegadaan yang terencana

Dalam hal pengadaan ada 4 faktor yang perlu diperhatikan yaitu : mutu,

jumlah, waktu, biaya

2. Pengangkutan eksternal barang

Dalam pengakutan barang ada beberapa aspek dalam komponennya, yaitu :

pengemasan, pengiriman, dan perencanaan

3. Distribusi internal

4. Pengendalian persediaan barang

Secara umum di dalam farmasi memiliki alur yang meliputi : proses

penerimaan,penyimpanan, penyaluran, dan pencatatan.

20
21

G. Perawat

1. Definisi

Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti

merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah

seseorang (seorang profesional) yang mempunyai kemampuan, tanggung

jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan

pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan.

Wardhono (dalam Suwignyo, 2007) mendefinisikan perawat adalah

orang yang telah menyelesaikan pendidikan professional keperawatan, dan

diberi kewenangan untuk melaksanakan peran serta fungsinya. Perawat

adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan

sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu

membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien profesional yaitu

membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat

segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui

kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya. Dalam teorinya tentang

disiplin proses keperawatan mengandung elemen dasar, yaitu perilaku

pasien, reaksi perawat dan tindakan perawatan yang dirancang untuk

kebaikan pasien.

2. Tanggung jawab perawat

21
22

Secara umum perawat mempunyai tanggung jawab dalam

memberikan asuhan keperawatan, meningkatkan ilmu pengetahuan dan

meningkatkan diri sebagai profesi. Tanggung jawab memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien mencakup aspek bio-psiko-kultural-spiritual

dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya dengan menggunakan proses

keperawatan yang meliputi :

a. Membantu pasien memperoleh kesehatannya.

b. Membantu pasien yang sehat untuk memelihara kesehatannya.

c. Membantu pasien yang tidak bisa disembuhkan untuk menerima

kondisinya.

d. Membantu pasien yang menghadapi ajal untuk memperlakukan

secara manusiawi sesuai martabatnya sampai meninggal.

H. Lean Hospital

1. Definisi

Penerapan paling sederhana mengenai Lean menurut Graban dalam

"Lean Hospital" terdiri dari dua bagian:

a. Total Elimination of Waste

Pemborosan yang merupakan segala aktivitas yang tidak

membantu proses penyembuhan terhadap pasien harus dihilangkan

atau diminimalisir agar dapat menekan biaya rumah sakit,

22
23

meningkatkan kepuasan pasien serta meningkatkan keselamatan

pasien dan pegawai. Contoh:

1) waktu tunggu untuk diperiksa dokter

2) waktu tunggu pasien untuk tahap berikutnya

3) adanya kesalahan yang membahayakan pasien

4) pergerakan yang tidak perlu, contoh letak apotik dan kasir yang

jauh

b. Respect of People

Respect dalam Lean adalah memotivasi pegawai agar

melaksanakan pekerjaan menjadi lebih baik dan konstruktif. Respect of

People (menghargai orang lain) bermakna luas, bagaimana pemimpin

berkomitmen dan memberikan kepercayaan kepada pegawainya dalam

ikut serta membantu menyelesaikan masalah dan mengurangi

pemborosan, memotivasi pegawai agar lebih peduli terhadap pasien

dan lingkungan rumah sakit tanpa mereka merasa jenuh dan terpaksa,

membangun kerjasama antara pegawai pelaksana dan manajemen,

sehingga tidak ada anggapan bahwa manajemen mengatur sistem,

menyelesaikan masalah, membuat keputusan, sedangkan pegawai

pelaksana hanya melaksanakan instruksi saja. Ketika konsep Lean

digunakan dalam industri kesehatan, elimination of waste (mengurangi

pemborosan) dan respect of people (menghargai orang lain) adalah

respect kepada pasien, karyawan, dokter, komunitas dan stakeholder

23
24

rumah sakit serta lingkungannya, sehingga segala tindakan yang

diambil harus dapat diterima oleh semua yang terlibat. Lima prinsip

Lean yang diadaptasikan ke dalam sistem pelayanan di rumah sakit

seperti yang ditulis oleh Womack dan Jones (dalam Graban, 2009),

seperti terlihat dalam tabel dibawah ini.

No Prinsip-Prinsip Lean Hospital

1 Value Nilai secara spesifik harus dilihat dari

sudut pandang konsumen akhir (pasien)

2 Value Stream Identifikasi semua tahapan proses yang

memberikan nilai tambah pada semua dan

lintas departemen (the value stream)

hilangkan tahapan-tahapan yang tidak

memberikan nilai

3 Flow Jaga agar proses berjalan lancar dengan

menghilangkan faktor-faktor penyebab

keterlambatan, misalnya muncul masalah

kualitas layanan atau pengalokasi sumber

daya

4 Pull Hindari mendorong suatu pekerjaan

berdasarkan ketersediaan sumber daya

yang ada, biarkan suatu proses jasa terjadi

24
25

karena adanya kebutuhan atau suatu

permintaan dari pasien (sehingga efisien

dan sesuai dengan kebutuhan pasien)

5 Perfection Kejar kesempurnaan

pelayanan melalui perbaikan

berkelanjutan (continous

improvement)

Tabel 1.2 Prinsip prinsip Lean Hospital

Sumber: Graban (2009)

Prinsip Lean Thinking dalam lingkungan Rumah Sakit akan

meningkatkan mutu pelayanan dengan memperbaiki aliran perjalanan pasien

dan menghilangkan pemborosan (waste). NHS dalam Going Lean in NHS

menyebutkan lima prinsip:

1) Specify Value: spesifikasi value/nilai produk yang diinginkan oleh pasien.

Nilai adalah setiap kegiatan yang dapat meningkatkan kesehatan pasien

dan kesejahteraan pasien. Kegiatan yang tidak meningkatkan kesehatan

pasien disebut pemborosan (waste). Kegiatan yang tidak bernilai (Non

Value Added) tidak menambah kesehatan pasien namum tidak dapat

dihilangkan dari suatu proses kegiatan seperti penjadwalan ulang rawat

25
26

jalan karena dokter tidak praktek, jadwal praktek dokter yang tidak

tersedia, pasien harus menunggu hasil tes laboratorium.

2) Identify the value stream of patient journey (identifikasi aliran nilai) untuk

setiap proses jasa. Mencakup seluruh perjalanan pasien dari awal sampai

akhir. Mengidentifikasi Value Stream Mapping (pemetaan aliran proses)

memungkinkan kita secara visual mengetahui proses yang sedang

berlangsung sehingga kita dapat melakukan identifikasi terhadap waste,

value added dan non value added.

3) Make the Process and Value Flow (membuat proses dan nilai mengalir).

Eliminasi semua waste yang terdapat dalam aliran jasa agar nilai dapat

mengalir sehingga memungkinkan untuk menghilangkan hambatan agar

perawatan pasien dapat berjalan dengan lancar.

4) Let The Customer Pull (ditarik dari sisi pelanggan). Pelanggan menarik

produk atau jasa yang dibutuhkan. Perawatan yang diberikan sesuai

dengan permintaan dengan sumber daya yang diperlukan pada saat itu.

Setiap langkah dalam proses perawatan pasien perlu menarik orang,

ketrampilan, bahan dan informasi. Kita harus mmenuhi permintaan atau

kebutuhan pasien.

5) Pursue perfection (mengejar kesempurnaan). Mengembangkan proses

terus menerus untuk mengejar kesempurnaan pelayanan melalui perbaikan

yang berkelanjutan.

26
27

Pada tahap 5 digambarkan langkah dalam mengejar kesempurnaan dengan

mengurangi waste/non value added (pemborosan) yang ada, sehingga seluruh

kegiatan menjadi aktivitas yang menambah nilai untuk pelanggan (value

added activities). Delapan jenis pemborosan yang ada di bidang kesehatan

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

No Waste "Muda" Definisi Contoh

1 Defect/Rework Pekerjaan berulang Salah obat

(Cacat/mengulang atau mengandung Biaya/penagihan yang

kegiatan) kesalahan salah

Variasi hasil

Mengulang pekerjaan

2 Overproduction Pekerjaan yang Beberapa formulir untuk

(berlebih) berlebihan satu informasi yang

sama

Salinan laporan dikirim

secara otomatis

3 Menunggu Menunggu Menunggu untuk dokter

(Waiting) informasi, peralatan visit

atau material Menunggu laporan

Menunggu pembedahan

27
28

4 Bingung Bingung karena Aktivitas sama yang

(Confusion) tidak mengerti dilakukan berbeda oleh

tugasnya orang yang berbeda

Instruksi tidak jelas

Sistem penagihan tidak

jelas

5 Transportasi Merelokasi atau Mengirimkan obat dari

mengirim pasien, sentral farmasi ke satelit

material atau suplai farmasi

Staf berjalan mondar

mandir ke ruang

penyimpanan

6 Inventory Lebih banyak Stok obat yang

material yang berlebihan

disimpan dari yang

dibutuhkan untuk

kerja

7 Pergerakan Pergerakan orang Mencari informasi,

(Moving) yang tidak material, orang, alat

menambah nilai yang ditempatkan jauh

dari tempat kerja

28
29

8 Proses yang Aktivitas yang Klarifikasi perintah,

berlebihan dilakukan tidak pesanan. informasi dan

menambah nilai grafik

dari sisi pasien Pencatatan pelaporan

yang membutuhkan

formulir yang banyak

Tabel 1.3 Delapan Jenis Pemborosan di Bidang Kesehatan

Sumber: Healthcare Performance Partners: 8 wastes with Healthcare

Examples

I. Value Stream Mapping (VSM)

VSM atau pemetaan aliran proses adalah nilai pemetaan aliran yang

membantu para pimpinan rumah sakit melihat seluruh gambar melintasi batas-

batas departemen. Dengan pelihat pemetaan proses dan aliran informasi yang

mengalir kepada pelanggan sebagai aliran kerja. Peta proses membuat jelas

langkah-langkah dalam Value Stream Mapping (VSM) tahap mana yang

merupakan suatu pemborosan (waste) dan bagaimana membuat cara penyelesaian

yang lebih mudah dan cepat serta menemukan jawaban yang tepat sehingga dalam

proses VSM bisa memberikan nilai (value added) bagi pelanggan. VSM

merupakan kumpulan semua kegiatan spesifik yang diperlukan untuk membawa

produk (layanan dan perawatan) melalui pengelolaan pemecahan masalah,

29
30

informasi dan transformasi fisik. Gambaran Pemetaan waktu proses dan kegiatan

value added dan non value added berperan dalam konteks Lean secara

keseluruhan.

Identifikasi pemborosan (Gaspersz, 2011) dicipatakan akronim E-

DOWNTIME Waste dan formulir identifikasi pemborosan dalam proses di tempat

kerja. Arti akronim tersebut adalah:

1. E: Environmental Health and Safety: pemborosan terjadi karena kelalaian

dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan

2. D: Defect, jenis pemborosan karena cacat atau gagal produk (barang dan

atau jasa)

3. O: Overproduction, jenis pemborosan karena produksi berlebih

4. W: Waiting, jenis pemborosan karena menunggu

5. N: Not utilizing employees knowledge, skills and abilities, jenis

pemborosan sumber daya manusia karena tidak menggunakan

pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan dari karyawan secara optimal

6. T: Transportation, karena transportasi yang berlebihan selama proses

value stream

7. I: Inventories, karena persediaan yang berlebihan

8. M: Motion, jenis pemborosan karena pergerakan yang banyak dari

seharusnya

9. E: Excess Processing, jenis pemborosan karena langkah proses yang

lebih panjang dari yang seharusnya

30
31

J. 5 M Management

Menurut Abdulsyani (1987) dalam Terry ( 2010 ) 5 M management antara

lain :

1. Man : tenaga kerja manusia

2. Money : uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan

3. Methods : cara atau system untuk mencapai tujuan

4. Materials : bahan bahan yang diperlukan untuk kerja

5. Market : pasaran atau tempat untuk melemparkan hasil produksi

K. Metode -metode dalam Lean / Lean Hospital Tools

Lean terdiri dari sekumpulan alat yang digunakan untuk menggolongkan dan

menghilangkan waste (pemborosan). Metode dalam Lean yang banyak digunakan

di rumah sakit adalah Visual Management, 5 S dan Kanban (Graban, 2009).

1. Visual Management

Metode ini disebut juga dengan standarisasi kerja yaitu membuat

kondisi manajemen dapat terlihat oleh manajer dan pegawai. Waste

(pemborosan) dapat terlihat dan masalah yang menjadi penyebab dapat

diidentifikasi. Bentuk visual manajemen memungkinkan segala sesuatu

terdokumentasi sehingga setiap orang mendapatkan penjelasan tanpa

harus bertanya. Contoh visual manajemen dapat berupa petunjuk arah,

daftar dokter, petunjuk prosedur pembayaran, dan sebagainya.

31
32

2. 5 S

Metode ini merupakan konsep untuk membuat tempat kerja berada

dalam keadaan yang teratur. Hal ini dapat mengurangi pemborosan

melalui 5 S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) yang dalam

bahasa Inggris disebut Sort (Ringkas), Store (Rapi), Shine (Resik),

Standardize (Rawat) dan Sustain (Rajin).

a. Seiri/Sort/Ringkas

Pengelompokkan barang yang diperlukan dan tidak diperlukan

b. Seiton/Store/Rapi

Penempatan barang sesuai sesuai frekuensi penggunaan agar

tertata rapi, mudah ditemukan, mudah dijangkau dan dapat

diambil lebih cepat bila diperlukan.

c. Seiso/Shine/Resik

Menjaga kebersihan tempat kerja sehingga ruang kerja menjadi

nyaman dan melakukan pemeriksaan atau membersihkan

barang-barang yang ada di tempat kerja.

d. Seiketsu/Standardize/Rawat

Segala bentuk peraturan atau standar kerja agar semua yang

ada di lingkungan kerja diletakkan di tempat yang seharusnya.

32
33

e. Shitsuke/Sustain/Rajin

Pelaksanaan yang berkelanjutan membutuhkan komitmen atau

membiasakan diri melakukan pekerjaan sesuai standar yang

sudah ditetapkan.

3. Kanban (Kartu)

Merupakan metode yang menggunakan kartu atau tanda dalam bentuk

fisik untuk menunjukkan kapan waktunya memesan barang, dari siapa

dan jumlah yang diperlukan. Saat ini dapat dilakukan dengan

menggunakan sistem komputer.

4. Error proofing

Metode ini adalah cara pandang dan upaya untuk mengelola suatu

proses agar dapat mencegah terjadinya cacat.

5. Kaizen

Metode ini merupakan upaya perbaikan terus menerus (Continous

Improvement). Hal ini dilakukan dengan melakukan evaluasi proses

secara terus menerus dengan melakukan dokumentasi dan standarisasi

proses perbaikan.

6. Cross Functional Flowchart

Flowchart adalah gambaran alur proses yang ada atau yang akan

diusulkan dengan menggunakan simbol. Cross functional flowchart

adalah gambaran alur proses yang memperlihatkan keterkaitan antar

beberapa unit dalam suatu proses kegiatan. Simbol ini berupa gambar,

33
34

garis dan kata-kata untuk menggambarkan kegiatan dan urutan dari suatu

proses. Flowchart standar atau sederhana yang sering kita dapatkan tidak

memiliki kemampuan untuk menunjukkan siapa yang bertanggung jawab

atas suatu tahapan dalam proses, juga tidak mampu menunjukkan

hubungan antara pihak pelaku proses tersebut. Aliran proses dapat

terlihat jelas dan digunakan untuk mengidentifikasi delay (penundaan),

langkah yang berulang (rework), inspeksi yang berlebihan dan tahapan

yang dapat menimbulkan kegagalan sistem. Dapat dibuat secara vertikal

maupun horisontal. Tergantung proses apa yang akan ditampilkan.

7. Spaghetti diagram

Merupakan suatu metode uantuk memetakan aliran nilai dalam sebuah

layout.

8. Service Bluprint

Metode untuk mendeskripsikan jasa dengan pendekatan yang berfokus

kepada pelanggan.

9. Heijunka

Suatu metode pengaturan beban kerja ataupun permintaan dari suatu

jasa.

34
35

L. Hasil Penerapa Lean di pelayanan kesehatan

1. Allegheny General Hospital at Medical Care Unit (MCU) and Coronary

Care Unit (CCU) dimana pada tahun 2003 didapatkan 49 kasus infeksi

pembuluh darah utama pada 37 pasien dengan 19 angka kematian diantara

1753 admissions dan 1110 yang terpasang jarum infus, setelah penerapan

Leantahun 2006 didapatkan tiga infeksi pembuluh darah utama pada 3

pasien, angka kematian zero deaths, untuk 1832 admissions diantara 1898

yang terpasang jarum infus. Tahun 2007, CCU telah berhasil meraih satu

tahun tanpa infeksi pembuluh darah utama untuk pasiennya (Grunden,

2008).

2. Seattle Children's Hospital menghemat 180 juta $ pada proses

pembangunan melalui proses pemanfaatan kapasitas gedung.

3. Delnor Hospital (Geneva, Illionois) berhasil mengurangi biaya ekspansi

sebesar 80 juta $ dengan melakukan improvisasi pencegahan penundaan

proses kepulangan, sehingga mengurangi length of stay dan hal ini

meningkatkan junlah kapasitas yang lebih hemat dibandingkan dengan

melakukan pengembangan konstruksi gedung.

4. Beberapa contoh penerapan Lean (Graban, 2009):

a. Penurunan waktu pemeriksaan hasil laboratorium klinis sebesar 60%

di Alegent Helath, Nebraska.

b. Penurunan dekontaminasi dan waktu sterilisasi alat-alat sampai 70%

pada Kingston general Hospital, Ontario

35
36

c. Pengurangan average length of stay sebesar 29% pada rumah sakit

Avera Mc Kennan, South Dakota

M. Kerangka teori

Fungsi logistik farmasi

1. Perencanaan 5 M management
2. Penganggaran 1. Man
Faktor- faktor
Pendistribusian 3. Pengadaan 2. Money
obat 3. Methods
4. Penyimpanan dan
4. Materials
Penyaluran 5. market
5. Pemeliharaan
6. Penghapusan

36

Anda mungkin juga menyukai