1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga (Proverawati dan Rahmawati, 2012). PHBS (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadi seseorang atau keluarga mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2008). PHBS (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat (Maryunani A, 2013). jadi PHBS adalah semua perilaku hidup yang dilakukan dengan sadar oleh seseorang atau kelompok demi mencapai kesehatan yang optimal.
Proverawati dan Rahmawati, (2012) menyampaikan beberapa indikator yang
digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan pola hidup bersih dan sehat diantaranya adalah sebagai berikut : a. Ibu hamil memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.. b. Ibu hamil agar memeriksakan diri dan meminta pertolongan persalinan kepada bidan/tenaga kesehatan. c. Ibu memberikan ASI saja kepada bayinya selama 6 bulan pertama kelahiran. d. Semua bayi harus diimunisasi lengkap sebelum berusia 1 tahun. e. Semua bayi dan balita harus ditimbang berat badannya sejak lahir sampai usia 5 tahun di posyandu atau sarana kesehatan setiap bulan. f. Setiap orang agar makan makanan yang mengandung unsur zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). g. Semua orang menggunakan garam yodium untuk keperluan makan sehari-hari. h. Semua orang agar membuang air besar atau tinja di jamban atau WC. i. Semua orang agar mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan waktu akan makan. j. Semua orang agar menggunakan air bersih dan untuk minum agar dimasak terlebih dahulu. k. Setiap rumah, halaman dan pekarangan agar selalu bersih, bebas dari sampah dan bebas dari sarang nyamuk. l. Setiap orang agar menggosok gigi paling sedikitnya 2 kali sehari, yaitu sesudah makan dan sebelum tidur. m. Semua orang agar tidak merokok, terutama bila berdekatan dengan ibu hamil, bayi dan di tempat umum. n. Semua orang agar menyadari bahaya HlV/AIDS dan berperilaku positif utnuk terhindar dari HIV/AIDS namun tidak mengucilkan penderita. o. Semua orang agar berolahraga secara teratur. p. Semua orang agar menjadi peserta Dana Sehat (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). 2. Manfaat PHBS Keluarga yang melaksanakan PHBS maka setiap rumah tangga akan meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tangga yang sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota dibidang kesehatan adalah pelaksanaan PHBS. PHBS juga bermanfaat untuk meningkatkan citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan, sehingga dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain (Proverawati dan Rahmawati, 2012). 3. Ruang Lingkup PHBS Menurut Proverawati dan Rahmawati (2012) Terdapat lima tatanan didalam pembinaan PHBS yang diluncurkan oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan, yaitu: a. PHBS di Rumah Tangga b. PHBS di Instirusi Kesehatan c. PHBS Di tempat-tempat Umum d. PHBS Di sekolah e. PHBS Tempat Kerja Akan tetapi, untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS, praktik PHBS yang diukur adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga (KemenKes RI, 2011). 4. PHBS (PHBS) di Rumah Tangga PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS (Proverawati dan Rahmawati, 2012). Rumah tangga yang berPHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu: a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan b. Memberi Asi ekslusif c. Menimbang balita setiap bulan d. Menggunakan air bersih e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun f. Menggunakan jamban sehat g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu h. Makan buah dan sayur setiap hari i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari j. Tidak merokok di dalam rumah Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu: a. Pasangan Usia Subur b. Ibu Hamil dan Menyusui c. Anak dan Remaja d. Usia lanjut e. Pengasuh Anak PHBS sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup suatu rumah tangga. Manfaat rumah tangga ber-PHBS adalah: a. Bagi Rumah Tangga : 1) Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit. 2) Anak tumbuh sehat dan cerdas. 3) Anggota keluarga giat bekerja. 4) Pangeluaran biaya rumah tangga dapat mewujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga. b. Bagi Masyarakat: 1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat. 2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah - masalah kesehatan. 3) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. 4) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain. B. Tifoid 1. Pengertian Demam Tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). 2. Penyebab a. Bakteri Salmonella typhosa b. Basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu 1) Antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), 2) Antigen H (flagella) 3) Antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. 3. Penyebaran Penyakit Bakteri Salmonella menular ke manusia melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia yang telah tercemar oleh komponen feses atau urin dari pngidap tifoid, yaiut melalui penularan sebagai berikut : a. Kebersihan atau Higiene perorangan yang rendah, seperti cuci tangan yang tidak terbiasa b. Kebersihan atau Higiene makanan dan minumam yang rendah, seperti : makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi ( seperti sayur – sayuran dan buah – buahan ) c. Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, kotora dan sampah yang tidak memenuhi syarat – syarat kesehatan. d. Penyerdiaan air bersih untuk warga yang tidak memadai. e. Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat. f. Belum membudayakan program imunisasi untuk tifoid. 4. Tanda dan Gejala Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut : a. Demam > 1 minggu terutama pada malam hari Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal. b. Nyeri kepala c. Malaise d. Letargi e. Lidah kotor dengan tepi hiperemis (coated tongue) f. Bibir kering pecah-pecah (regaden) g. Mual, muntah h. Nyeri otot i. Anoreksia j. Hepatomegali, splenomegali k. Konstipasi, diare l. Epistaksis m. Mengigau (delirium) n. Penurunan kesadaran o. Bradikardi 5. Patofisiologi Bakteri Salmonella typhosa masuk melalui makanan / minuman, setelah melewati lambung kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri). Kuman ikut aliran limfe mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer). Mencapai jaringan RES (hepar, lien, sumsum tulang, untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami bacteria sekunder, kuman mencapai sirkulasi darah untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal). Masa inkubasi 10-14 hari. (IDAI, 2004) Salmonella typhosa masuk melalui makanan atau minuman yang tercemar menuju tempat infeksi ileosekal (usus halus) dan terjadi inflamasi minimal. Kuman masuk pembuluh darah dan terjadi septicemia primer, kemudian masuk ke sistem retikuloendotelial untuk berkembang biak (inflamasi local) pada kelenjar getah bening, hati dan limpa. Kuman kembali ke pembuluh darah (septicemia sekunder) menuju tempat infeksi utama ileosekal. (Tri Atmadja, 2001) Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakteremia primer) dan mencapai sel retikuloendotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikuloendotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks peyer. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu ke dua terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus. (Suriadi, 2001) 6. Komplikasi a. Perforasi usus e. Kolesistitis b. Perdarahan usus f. Meningitis, Ensefalitis, Ensefalopati c. Peritonitis g. Bronkopneumonia d. Sepsis (Kapita selekta kedokteran, 2000) 7. Pemeriksaan Penunjang a. Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis. b. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan fsofat alkali meningkat. c. Minggu pertama biakan darah S. Typhi positif, dalam minggu berikutnya menurun. d. Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga. e. Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang memastikan diagnosis. Pada reaksi widal titer aglutinin O dan H meningkat sejak minggu kedua. Titer reaksi widal diatas 1 : 200 menyokong diagnosis. 8. Penatalaksanaan a. Keperawatan 1) Memenuhi kebutuhan nutrisi : kalori, cairan dan elektrolit. Bila perlu melalui sonde 2) Diet TKTP, rendah serat dan mudah dicerna, lunak, cair (klien dengan penurunan kesadaran) 3) Menurunkan demam 4) Mengawasi komplikasi 5) Mengelola oksigen 6) Health education : perawatan di rumah 7) Memonitor vital sign b. Medis 1) Antipiretik 2) Antibiotik:cloramphenicol 50-100 mg/kgBB/hari, cotrimoksasol 6-10 mg/kgBB/hari, amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, Seftriakson 80 mg/kg BB/hari, sefiksim 10 mg/kg BB/hari 3) Infus D5 %, D10 %, KN 3A 4) Roboransia : Vitamin K ( untuk suplementasi terhadap gangguan flora usus terhadap pemberian antibiotik yang lama). 5) Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan penurunan kesadaran. 6) Deksametoason 1-3 mg/Kg BB/hari intravena dibagi menjadi 3 dosis hingga kesadaran membaik. 7) Lavemen, Laxantia 8) Tranfusi darah : kadang-kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan perforasi 9) Oksigenasi : diberikan pada klien dengan penurunan kesadaran atau kejang. C. Mencuci Tangan 1. Cuci Tangan Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya (Priyono, 2015). 2. Fungsi Cuci Tangan Cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan/ mengurangi mikroorganisme yang menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun maka kotoran dan kuman masih tertinggal ditangan (Proverawati dan Rahmawati, 2012). Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan cara mudah dan tidak perlu biaya mahal. Karena itu, membiasakan CTPS sama dengan mengajarkan anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini, dengan demikian PHBS (PHBS) tertanam kuat pada diri pribadi anak- anak dan anggota keluarga lainnya. Kedua tangan kita adalah salah satu jalur utama masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh (Proverawati dan Rahmawati, 2012). Kebiasaan cuci tangan sebelum makan memakai air dan sabun mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan pencegahan infeksi kecacingan, karena dengan mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan. Oleh karenanya, mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan telur cacing yang menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari- jari pada kedua tangan (Proverawati dan Rahmawati, 2012). Menurut Prionyono (2012) Waktu yang tepat untuk mencuci tangan yaitu : a) Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang, berkebun, dll). b) Setelah buang air besar c) Setelah menceboki bayi atau anak d) Sebelum makan dan menyuapi anak e) Sebelum memegang makanan f) Sebelum menyusui bayi g) Sebelum menyuapi anak h) Setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari bepergian, dan i) Sehabis bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan. 3. Manfaat Mencuci Tangan Cuci tangan sangat berguna untuk membunuh kuman penyakit yang ada ditangan, tangan yang bersih akan mencegah penularan penyakit seperti Diare, kolera disentri, typus, kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Dengan mencuci tangan, maka tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman (Proverawati dan Rahmawati, 2012).
4. Langkah – Langkah mencuci tangan
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI. Anik Maryunani. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Trans Indo Media. Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC Proverawati, Atikah dan Rahmawati Eni. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta : Nuha Medika. Republik Indonesia. 2011. PHBS. Jakarta : Departemen Kesehatan RI diunduh 6 april 2019 pukul 16.35 Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta : Departemen Kesehatan RI diunduh 9 april 2019 pukul 18.00 Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV Agung Seto. Tri Atmadja DS. 2001. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD Wates