Anda di halaman 1dari 5

Fungsi Rumah Sakit

1. Fungsi rumah sakit berdasarkan sistem kesehatan nasional dalam Djojodibroto (1997)
adalah: memberikan pelayanan rujukan medik spesialistik dan subspesialis
2. menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan
pemulihan pasien
3. sarana pendidikan dan pelatihan di bidang kedokteran dan kedokteran gigi jenjang diploma,
dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis konsultan, magister, doktor dan pendidikan
berkelanjutan bidang kedokteran.

Karakteristik Rumah Sakit


Djojodibroto (1997) menyatakan bahwa organisasi rumah sakit mempunyai sejumlah sifat atau karakteristik
yang tidak dipunyai organisasi lainnya, antara lain:
1. sebagian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga profesional
2. wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan wewenang pimpinan perusahaan
3. tugas-tugas kelompok profesional lebih banyak dibandingkan tugas kelompok manajerial
4. beban kerjanya tidak bisa diatur
5. jumlah pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja beragam
6. hampir semua kegiatannya bersifat penting
7. pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistik. Setiap pasien harus dipandang
sebagai individu yang utuh, aspek fisik, aspek mental, aspek sosiokultur dan aspek spiritual harus
mendapat perhatian penuh
8. pelayanan bersifat pribadi, cepat dan tepat
9. pelayanan berjalan terus menerus selama 24 jam dalam sehari.

Macam Rumah Sakit


Djojodibroto (1997) membagi rumah sakit menjadi beberapa macam, yaitu menurut:
1. Pemilik
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit pemerintah (goverment hospital) dan
rumah sakit swasta (privat hospital).

2. Filosofi yang dianut


Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit yang tidak mencari keuntungan (non-
profit hospital) dan rumah sakit yang mencari keuntungan (profit hospital).

3. Jenis pelayanan yang diselenggarakan.


Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit umum (general hospital) yang
menyelenggarakan semua jenis pelayanan kesehatan dan rumah sakit khusus (specially hospital).

4. Lokasi rumah sakit


Rumah sakit dibedakan atas beberapa macam, tergantung dari pembagian sistem pemerintah yang
dianut, misalnya rumah sakit pusat jika lokasinya di ibukota negara, rumah sakit propinsi jika lokasinya di
ibukota propinsi dan rumah sakit kabupaten jika lokasinya di ibukota kabupaten.

Azwar(1996) menyatakan bahwa rumah sakit di Indonesia jika ditinjau dari kemampuan yang dimiliki
dibedakan menjadi lima macam, yaitu:
1. Rumah sakit tipe A
Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan
subspesialis secara luas. Rumah sakit kelas A ditetapkan sebagai tempat pelayanan rumah sakit rujukan
tertinggi (top referral hospital) atau rumah sakit pusat.
2. Rumah sakit tipe B
Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas
dan subspesialis terbatas. Rumah sakit kelas B didirikan di setiap ibukoata propinsi (propincial hospital)
yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak
termasuk kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B.

3. Rumah sakit tipe C


Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis
terbatas, yaitu pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan
kebidanan dan kandungan. Rumah sakit kelas C akan didirikan di setiap ibukota kabupaten (regency
hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

4. Rumah sakit tipe D


Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit ynag bersifat transisi karena pada satu saat akan ditingkatkan
menjadi rumah sakit kelas C. Kemampuan rumah sakit kelas D hanya memberikan pelayanan kedokteran
umum dan kedokteran gigi. Rumah sakit kelas D juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari
puskemas.

5. Rumah sakit Tipe E


Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang menyelenggarakan satu macam
pelayanan kedokteran saja, misalnya rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit
jantung, rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit gigi dan mulut dan lain sebagainya.

Daftar Pustaka Pengertian Rumah Sakit Definisi Fungsi Macam Karakteristik Tipe A B C D

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara

Djojodibroto, Darmanto R. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta: Hipokrates


Rumah Sakit
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004


tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dinyatakan bahwa :

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun
orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/PER/III/2010 adalah :

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.

Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya pelayanan
medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan
peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai
tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari
risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan
kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.

2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit terdiri atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah Sakit Umum adalah
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Sedangkan Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis
penyakit.

Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan kelas rumah sakit berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit dibagi
menjadi :
1. Klasifikasi Rumah Sakit Umum
a) Rumah Sakit Umum Kelas A yaitu harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub
Spesialis.
b) Rumah Sakit Umum Kelas B yaitu harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis
Dasar.
c) Rumah Sakit Umum Kelas C yaitu harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik.
d) Rumah Sakit Umum Kelas D yaitu harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
2. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus
a) Rumah Sakit Khusus Kelas A
b) Rumah Sakit Khusus Kelas B
c) Rumah Sakit Khusus Kelas C

Pengklasifikasian Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan pelayanan, Sumber Daya Manusia,
peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi dan manajemen.

2.1.3 Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-undang RI. No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menjelaskan bahwa
rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan.

2.2 Sanitasi Rumah Sakit

Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua
faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang
merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

Musadad,http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10SanitasiRS083.pdf/10SanitasiRS083.html, Sanitasi
Rumah Sakit sebagai Investigasi, Jumat, 06 April 2012. Dalam lingkup Rumah Sakit (RS), sanitasi
berarti upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, dan biologi di rumah sakit yang
menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas,
penderita maupun bagi masyarakat di sekitar rumah sakit.

Dari pengertian diatas maka rumah sakit merupakan upaya dan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistim pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam memberikan layanan dan asuhan pasien yang
sebaik-baiknya. Tujuan dari sanitasi rumah sakit tersebut adalah menciptakan kondisi lingkungan
rumah sakit agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak
mencemari lingkungan.

2.3 Kebijakan Rumah Sakit

Dalam buku Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat (2003:113-114) menjelaskan bahwa lingkungan
rumah sakit terdiri dari semua yang ada di tempat itu: semua peralatan tetap, peralatan yang ada
dapat dipindahkan, instrumen, pasien, dan petugas. Kita dapat membedakan dua keadaan-keadaan
dimana risiko infeksi sangat tinggi dan diperlukan kewaspadaan ekstra (ruang operasi dan unit
perawatan intensif), dan semua yang lain, dimana jelas ada bahaya tetapi dengan tingkatan yang
lebih rendah.
Namun, semua tempat prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang sama merupakan hal vital.

Dalam hal ini manajemen risiko dapat secara efektif dimasukkan ke dalam program yang dirancang
untuk mengendalikan infeksi. Manajemen risiko adalah suatu proses sistemik untuk mengidentifikasi
dan menganalisis risiko yang dapat terjadi dalam suatu situasi, menentukan tindakan yang diperlukan
dan mengevaluasi risiko potensial dan risiko sebenarnya, sehingga tercipta suatu mekanisme untuk
mengurangi risiko dan menghindari kerugian ekonomi. Hal ini diperlukan karena meningkatnya
kebutuhan untuk menyediakan layanan kesehatan yang aman dan efektif di dalam hubungan yang
sedang berkembang antara Primary Care Groups/Trusts dan pemberi layanan kesehatan sekunder
mereka, meningkatkan jumlah klaim yang diajukan terhadap penyedia layanan kesehatan, serta biaya
pengadilan. Tujuannya adalah memperkecil jumlah risiko yang terjadi, meningkatkan kualitas
perawatan dan menurunkan beban biaya bagi organisasi/pengelola.

2.4 Peraturan

Dalam buku Kajian Dampak Kualitas Lingkungan Di Lingkungan Kerja Rumah Sakit (2001:1)
menjelaskan bahwa pelayanan rumah sakit pada saat ini merupakan bentuk upaya pelayanan
kesehatan yang bersifat sosio-ekonomi, yaitu usaha yang bersifat sosial namun diusahakan agar bisa
mendapatkan keuntungan keuangan dengan cara pengelolaan yang profesional.

Didalam pelaksanaannya sering timbul masalah yang berasal dari keterbatasan sarana dan prasarana
yang ada, pelayanan petugas yang kurang ramah, pembuangan limbah yang belum tertata dengan
baik dan lain sebagainya. Disisi lain dampak negatif dari rumah sakit terhadap kesehatan pasien,
pengunjung, petugas kesehatan serta masyarakat sekitar bisa timbul apabila dalam pengelolaannya
tidak memperhatikan persyaratan kesehatan lingkungan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Dirjen PPM
dan PLP No. HK.00.06.6.44 tentang Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan
Lingkungan Rumah Sakit serta Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.

2.5 Pengawasan

Pengawasan sanitasi rumah sakit sangat diperlukan karena rumah sakit merupakan tempat dengan
risiko kontaminasi tinggi. Pengawasan di rumah sakit meliputi pengawasan infeksi, pengawasan
penderita, pengawasan pekerja rumah sakit dan pengawasan lingkungan rumah sakit. Salah satu
pengawasan yang dapat dilakukan adalah melalui pemantauan kualitas udara secara bakteriologis.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) Republik Indonesia Nomor


1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit menyatakan bahwa
untuk mengurangi kadar kuman dalam ruang (indoor) satu kali dalam sebulan harus didesinfeksi
dengan menggunakan aerosol (resorcinol, triethylen glikol) atau disaring dengan electron presipitator
atau menggunakan sinar ultraviolet. Untuk pemantauan kualitas udara ruang minimal dua kali
setahun dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu dan
gas).

Anda mungkin juga menyukai