TINJAUAN PUSTAKA
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Depkes RI,
2009ᵃ).
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
4
5
menjadi Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus (Depkes RI, 2009ᵃ) :
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit
Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas A paling sedikit terdiri atas
tidur pada instalasi rawat inap, tenaga kesehatan lain, dan tenaga non-
Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas B paling sedikit terdiri atas
tidur pada intalasi rawat inap, tenaga kesehatan lain dan tenaga non-kesehatan
klinik, 11 jenis pelayanan penunjang non klinik, dan pelayanan rawat inap.
Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas C paling sedikit terdiri atas
Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas D paling sedikit terdiri atas
adalah Rumah Sakit yang hanya dapat didirikan dan diselenggarakan di daerah
undangan.
2. Rumah Sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
umum, pelayanan medik gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar sesuai
B. Berdasarkan Pengelolaan
1. Rumah Sakit publik adalah Rumah Sakit yang dapat dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah (Pemda), dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah
Rumah Sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah tidak
2. Rumah Sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
2009ᵃ).
pelayanan yang lebih dari rumah sakit non pendidikan terutama meliputi (Depkes
RI, 2009ᵃ) :
berbasis bukti.
Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau
direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang
medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan
keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai
organisasi untuk masing-masing kelas rumah sakit terdiri atas (Depkes RI, 2006) :
Rumah sakit umum kelas A dipimpin oleh seorang kepala yang disebut
Rumah sakit umum kelas B pendidikan dipimpin oleh seorang kepala yang
atau 3 bagian. Masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi, atau
atau 3 bagian. Masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi, atau
Rumah Sakit umum kelas C dipimpin oleh seorang kepala yang disebut
masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi, dan masing-masing bagian
Rumah Sakit umum kelas D dipimpin oleh seorang kepala yang disebut
Rumah sakit khusus kelas A dipimpin oleh seorang kepala yang disebut
Rumah sakit khusus kelas B dipimpin oleh seorang kepala yang disebut
dari paling banyak 3 seksi, atau masing-masing bagian terdiri dari paling
banyak 3 subbagian.
Rumah sakit khusus kelas C dipimpin oleh seorang kepala yang disebut
yang anggotanya dipilih dari anggota Staf Medis Fungsional (SMF). Komite
medik terdiri atas ketua, sekretaris, staf medis fungsional, panitia-panitia (panitia
anggotanya staf medis fungsional dan profesi lain yang bertugas mengatasi
bersifat fungsional, tidak memiliki tanggung jawab secara vertikal, artinya komite
medik tidak bertanggung jawab kepada Direksi, tetapi lebih pada hubungan
Farmasi di Rumah Sakit, Komite Farmasi dan Terapi merupakan unit kerja dalam
penggunaan obat di Rumah Sakit. KFT harus mengadakan rapat secara teratur
sedikitnya 2 bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapat diadakan sekali dalam
2. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium
rumah sakit
(ROTD)
rumah sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya bila
diperlukan. Ketua KFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang apoteker,
13
apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah apoteker, namun apabila
diketuai oleh apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter (Depkes RI, 2016).
(Depkes RI, 2016). Sedangkan menurut UU No. 44 tahun 2009, Instalasi farmasi
2009ᵃ).
Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dikepalai oleh seorang apoteker yang
IFRS melalui sistem satu pintu. Sistem satu pintu adalah satu kebijakan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bertujuan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang beredar di
Rumah Sakit merupakan tanggung jawab instalasi farmasi rumah sakit, sehingga
tidak ada pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh IFRS (Depkes RI, 2016).
14
Kefarmasian kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, sehingga Rumah Sakit akan
b. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
c. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai.
d. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai.
g. Kemudahan akses data sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
pegawai.
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek
Kefarmasian.
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang berlaku.
Sakit.
memungkinkan).
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat
digunakan.
Pakai.
Sakit.
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Standar
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi dua kegiatan, yaitu kegiatan non
klinik (pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai)
Habis Pakai
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
1. Pemilihan
Kesehatan (Alkes), dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) sesuai dengan
kebutuhan. pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
terapi, standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
2. Perencanaan Kebutuhan
dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan
penetapan prioritas, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, waktu
3. Pengadaan
dalam pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
adalah bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisa, bahan berbahaya harus
menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS), sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai harus mempunyai Nomor Izin Edar, dan Expired
date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain). Pengadaan
a. Pembelian
Pembelian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
barang dan jasa yang berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembelian adalah :
1) Kriteria sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,
2) Persyaratan pemasok.
(recenter paratus)
21
c. Sumbangan/Dropping/Hibah
penerimaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit.
4. Penerimaan
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
5. Penyimpanan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, seperti persyaratan stabilitas
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Komponen yang
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan
d. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang dibawa
Instalasi farmasi harus dapat memastikan obat disimpan secara benar dan
diinspeksi secara periodik. Selanjutnya sediaan Farmasi, alat kesehatan, dan bahan
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan
tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya.
keselamatan.
sediaan, dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak
6. Pendistribusian
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Instalasi Farmasi.
2) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan di floor stock.
pakai berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
IFRS.
24
pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal
atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini
d. Sistem Kombinasi
habis pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau
b + c atau a + c.
Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM). Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah sakit harus
dilakukan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
apabila :
b. Telah kadaluwarsa.
8. Pengendalian
medis habis pakai dapat dilakukan oleh IFRS harus bersama dengan Tim Farmasi
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai adalah untuk :
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
habis pakai.
9. Administrasi
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang meliputi perencanaan
bahan medis habis pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan IFRS
4) Dokumentasi farmasi.
Instalasi Farmasi.
3) Laporan tahunan.
b. Administrasi Keuangan
laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan pelayanan kefarmasian secara rutin
atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.
c. Administrasi Penghapusan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak terpakai
karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat
usulan penghapusan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas
hidup pasien (quality of life) terjamin. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan
obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter
a. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien.
c. Tanggal resep.
c. Stabilitas.
b. Duplikasi pengobatan.
d. Kontraindikasi.
e. Interaksi obat.
pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau
penggunaan obat.
Dikehendaki (ROTD).
29
digunakan.
sepengetahuan dokter.
3. Rekonsiliasi Obat
dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error)
rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit
lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke
dokter.
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit.
kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit.
dengan obat/sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,
a. Menjawab pertanyaan.
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.
kesehatan lainnya.
31
f. Melakukan penelitian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO antara lain sumber daya
5. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
pengunaan obat.
f. Dokumentasi
a. Kriteria Pasien :
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil
dan menyusui).
32
dan lain-lain).
phenytoin).
6. Visite
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan
terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit
baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program rumah sakit yang
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
b. Kerahasiaan informasi.
setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek
samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
kuantitatif. EPO bertujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas
pola penggunaan obat, membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu
untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari
Dispensing sediaan steril bertujuan untuk menjamin agar pasien menerima obat
sesuai dengan dosis yang dibutuhkan, menjamin sterilitas dan stabilitas produk,
maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Kegiatan ini meliputi
intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai, dan mengemas
parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai
aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi
petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan
dengan pelarut yang sesuai, mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan
hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat
karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.
PKOD bertujuan untuk mengetahui kadar obat dalam darah dan memberikan
kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi kebutuhan
dalam menghasilkan suatu obat yang meliputi pembuatan obat mulai dari
pengadaan bahan awal, proses pengolahan, pengemasan sampai obat jadi siap
tersebut tidak ada di pasaran, lebih murah jika diproduksi sendiri, dengan formula
khusus, dengan kemasan yang lebih kecil/repacking dan tidak stabil dalam
mencegah terjadinya resiko infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah
satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka
pasien dari rumah sakit dimana infeksi tersebut tidak diderita pasien saat masuk
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah resiko infeksi
pada pasien dan petugas rumah sakit yaitu sterilisasi dan desinfeksi yang
rumah sakit.
Barang Masuk
Perendaman
Pelabelan
Ultrasonic Washer
Cleaning Pencucian Manual Disinfector
Sterilisasi Kontrol Indikator
Pengeringan
Penyimpanan pada Gudang Steril
Spotting
Pendistribusian/Barang Keluar Out
Air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan yang lain merupakan salah satu sumber pencemaran air yang
sangat potensial karena mengandung senyawa organik yang cukup tinggi, serta
38
berbahaya bagi kesehatan. Air limbah tersebut harus dikelola dengan baik agar
Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sedangkan baku mutu air limbah mengacu pada
Keputusan Menteri Negara Hidup No.58 Tahun 1995 tanggal 21 Desember 1995