Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN PKL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jenis dan Bentuk Kegiatan PKL

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di UPTD RSUD

Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak dari tanggal 26 Februari s/d 16

Maret 2018 dengan jumlah mahasiswa 8 orang yang bertugas selama 6 hari kerja

setiap minggunya. Selama PKL dibagi menjadi 2 shift, yaitu pagi pada pukul

07.30-14.30 WIB dan siang pada pukul 14.30-20.30 WIB.

Kegiatan yang dilakukan di UPTD RSUD Sultan Syarif Mohamad

Alkadrie Kota Pontianak adalah mempelajari struktur organisasi di UPTD RSUD

dan IFRS. Kemudian pelaksanaan pelayanan perbekalan farmasi seperti membaca

dan melakukan skrining resep, menyiapkan obat jadi, peracikan, pengemasan dan

penyerahan obat ke pasien disertai informasi obat. Mempelajari dokumen dan

administrasi di IFRS seperti pencatatan, pelaporan pengeluaran obat harian, dan

pengarsipan resep yang sudah dilayani. Selain itu pengelolaan gudang farmasi

juga dilakukan seperti pengisian kartu stock, pendistribusian obat, penyimpanan

obat, dan stock opname.

4.2. Prosedur Kerja

4.2.1. Administrasi Farmasi Rumah Sakit

Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di UPTD RSUD Sultan Syarif

Mohamad Alkadrie meliputi Laporan Penggunaan Narkotika, Psikotropika, dan

Prekusor yang dilaporkan setiap bulan melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan

Narkotika dan Psikotropika). Pencatatan dan pelaporan juga dilakukan terhadap

penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan (Alkes), dan Bahan

45
46

Medis Habis Pakai (BHP) sumbangan/dropping/ hibah. Obat-obatan kadaluarsa,

BHP maupun alkes yang rusak, dicatat jumlah dan nilainya. Data obat

kadaluwarsa tersebut selanjutnya digunakan untuk dilakukan pemusnahan. Serta

dapat digunakan juga sebagai bahan pertimbangan untuk pengadaan obat dan

BHP selanjutnya.

4.2.2. Gudang Devisi Farmasi

Salah satu bagian dari unit pelayanan UPTD RSUD Sultan Syarif

Mohamad Alkadrie adalah gudang farmasi. Gudang farmasi adalah tempat

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pendokumentasian perbekalan

farmasi. Kedudukan gudang farmasi sebagai unit pelaksana teknis yang

bertanggung jawab langsung kepada Kepala IFRS. Adapun fungsi dari gudang

farmasi diantaranya :

1. Menerima, menyimpan dan mendistribusikan perbekalan farmasi.

2. Mengevaluasi proses penyimpanan setiap bulan, menyusun rencana

pengadaan perbekalan farmasi, menyiapkan penyusunan rencana, pencatatan

pelaporan mengenai persediaan dan penggunaan perbekalan farmasi.

3. Mengevaluasi tingkat ketersediaan obat.

Penyediaan obat yang dilakukan oleh IFRS Sultan Syarif Mohamad

Alkadrie mengikuti Formularium Rumah Sakit yang mengacu pada Formularium

Nasional. Semua obat-obatan dan BHP yang tersedia di gudang IFRS Sultan

Syarif Mohamad Alkadrie direncanakan mengikuti metode konsumsi, yang mana

setiap obat-obatan dan BHP direncanakan mengikuti data pemakaian pada tahun

sebelumnya dengan menyesuaikan pola penyakit yang ada dilingkungannya.


47

Pengadaan barang di IFRS dilakukan setiap tahun dengan menyusun

permintaan barang berdasarkan e-catalog yang diajukan apoteker

penanggungjawab gudang kepada bidang perencanaan dan pengadaan, kemudian

disetujui oleh direktur Rumah Sakit.

Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas gudang IFRS

Sultan Syarif Mohamad Alkadrie, yaitu pemeriksaan kesesuaian fisik obat

(jumlah, Expired Date dan nomor batch) dengan yang tercantum pada faktur.

Faktur terdiri atas 3 (tiga) rangkap yang mana lembar pertama dan kedua

diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan lembar ketiga disimpan

sebagai arsip kemudian diserahkan kepada bagian keuangan untuk penagihan

pembayaran.

Penyimpanan obat-obatan di IFRS dikelompokkan berdasarkan bentuk

sediaan dan disusun secara alfabetis. Obat yang memerlukan tempat penyimpanan

khusus disimpan dalam kulkas dan disusun secara alfabetis untuk memudahkan

pencarian obat (Lampiran 3 poin c). Sedangkan untuk obat golongan psikotropika

dan narkotika disimpan dilemari yang terpisah dengan obat lainnya dan disusun

secara alfabetis (Lampiran 3 poin g). Cairan infus dan alat-alat kesehatan disusun

dalam rak yang terpisah dari rak penyimpanan obat yang disusun secara alfabetis

(Lampiran 3 poin a dan b). Sistem penyimpanan yang digunakan baik di gudang

farmasi rumah sakit maupun pada setiap depo farmasi berdasarkan prinsip FIFO

(First in First Out) dan FEFO (First Expired First Out).

4.2.3. Depo Farmasi Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan di IFRS Sultan Syarif Mohamad Alkadrie melayani

resep dari pasien yang berobat di seluruh poliklinik rumah sakit. Apotek rawat
48

jalan terdiri dari loket penerimaan resep, loket penyerahan obat, ruang peracikan

serta dilengkapi dengan lemari obat dan lemari pendingin untuk menyimpan obat

yang harus disimpan pada suhu khusus. Petugas di apotek rawat jalan terdiri dari 2

orang apoteker dan 7 orang tenaga teknis kefarmasian yang saling bekerjasama

secara profesional dan telah diatur sedemikian rupa dalam waktu 8 jam kerja

setiap harinya.

Setiap hari petugas apotek mengecek stok obat, jika stok menipis ditulis di

lembar permintaan apotek yang diserahkan ke bagian gudang farmasi. Jika obat

dibutuhkan cepat (cito), maka petugas apotek dapat langsung meminta petugas

gudang untuk segera mengirim obat. Penyimpanan obat berdasarkan bentuk

sediaan dan alfabetis. Penyimpanan obat-obat prekursor dan obat-obat tertentu

diletakkan pada bagian yang terpisah (Lampiran 3 poin g). Penyimpanan untuk

obat narkotik dan psikotropik di lemari tersendiri. Sedangkan untuk vaksin,

serum, albumin, suppositoria dan insulin disimpan di lemari pendingin yang

dilengkapi termometer untuk memantau suhu setiap harinya.

Sistem distribusi obat di apotek rawat jalan berdasarkan sistem individual

prescribing (resep perorangan). Apotek rawat jalan melayani resep dari BPJS dan

pasien umum. Saat skrining resep, jika ada permasalahan terkait obat maka pihak

apotek langsung menghubungi dokter untuk konsultasi. Jika obat pengganti yang

direkomendasikan oleh dokter tidak tersedia di apotek maka petugas apotek akan

memberikan copy resep kepada pasien untuk ditebus di apotek luar.

Di depo farmasi rawat jalan, mahasiswa mendapatkan kesempatan dalam

pelayanan resep. Selain itu, mahasiswa mendapat kesempatan untuk menyerahkan

obat secara langsung pada pasien dengan didampingi oleh apoteker pembimbing.
49

4.2.4. Depo Farmasi Rawat Inap

UPTD RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie memiliki depo farmasi

rawat jalan maupun rawat inap, sehingga sistem distribusi obat untuk pasien rawat

inap dapat menggunakan sistem unit dosis yang dilakukan oleh tenaga

kefarmasian dan perawat. Sistem unit dosis dilakukan dengan cara obat setiap

pasien dikemas dalam plastik dan diberi etiket putih atau biru agar tidak

tercampur dengan obat pasien lain kemudian disimpan pada lemari penyimpanan

obat di ruang perawat untuk diberikan sesuai jadwal minum obat pasien atau

jadwal obat yang akan disuntikkan per hari, dimana waktu pemberian obat dan

daftar obat yang akan diberikan sudah dicatat di papan tulis di ruang perawat.

Khusus untuk obat sirup tidak disimpan diruang perawat namun langsung dibawa

ke ruang pasien. Sisa infus atau obat injeksi yang masih utuh yang tidak

digunakan oleh pasien rawat inap dapat diretur kembali ke apotek. Pemberian obat

kepada pasien rawat inap dilakukan oleh perawat dan tidak dikontrol langsung

oleh apoteker mengingat belum berjalannya sistem visite apoteker secara efektif di

UPTD RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie sehingga pengontrolan kepatuhan

minum obat pasien dipantau oleh dokter dan perawat. Sedangkan pemberian obat

untuk pasien pulang diserahkan langsung oleh petugas apotek.

4.2.5. Depo Farmasi IGD

UPTD RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie juga memiliki depo

farmasi IGD, sehingga sistem distribusi obat untuk pasien tidak menggunakan

sistem distribusi ward floor stock yang mana sistem ini digunakan dengan cara

obat–obat emergency, BHP atau obat - obat yang dibutuhkan segera (Cito) sudah

disiapkan terlebih dahulu pada ruangan IGD agar obat–obat emergency, BHP atau
50

obat - obat dapat digunakan secara langsung. Sistem ward floor stock ini tidak

digunakan karena cenderung beresiko terjadinya medication error akibat

penyiapan obat dan pengontrolannya tidak dilakukan oleh tenaga farmasi.

4.2.6. Depo Farmasi Bedah Sentral

UPTD RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie belum memiliki depo

farmasi bedah sentral, sehingga sistem distribusi obat untuk pasien digunakan

sistem distribusi ward floor stock. BHP dan obat yang digunakan pasien ditebus

pasien di IFRS setelah selesai operasi, kemudian BHP dan obat-obatan yang

ditebus ini diserahkan ke pasien untuk selanjutnya diserahkan kepada perawat di

ruang operasi sebagai pengganti bahan yang sudah dipakai sebelumnya.

4.2.7. Farmasi Klinik

Menurut European Society of Clinical Pharmacy (ESCP, 2009), farmasi

klinik merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh apoteker di rumah

sakit, apotek, perawatan di rumah/swamedikasi, klinik, dan di manapun yang

terjadi proses peresepan dan penggunaan obat.

Farmasi klinik memiliki tugas untuk melakukan evaluasi pengobatan dan

memberikan rekomendasi pengobatan, baik kepada pasien maupun tenaga

kesehatan lain. Peran farmasi klinik lainnya meliputi pengkajian dan pelayanan

resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, Pelayanan

Informasi Obat (PIO), konseling, visite, Pemantauan Terapi Obat (PTO),

Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO),

dispensing sediaan steril, dan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

Farmasi klinik yang telah dilakukan oleh UPTD RSUD Sultan Syarif

Mohamad Alkadrie meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat


51

penggunaan obat, rekonsiliasi obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO), Pemantauan

Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi

Penggunaan Obat (EPO). Kegiatan tersebut telah dilakukan, namun belum

maksimal. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga farmasi yang tidak mencukupi.

Kegiatan farmasi klinik yang dilaksanakan di UPTD RSUD Sultan Syarif

Mohamad Alkadrie dengan menganalisa rekam medis pasien yaitu pada saat

pasien menerima dan menjalani pengobatan. Apabila terdapat interaksi obat, maka

dokter berhak mengganti obat sebelumnya dengan obat lain yang tidak

menimbulkan interaksi. Sedangkan untuk menghindari medication error yang

terjadi, tenaga kesehatan lain yang ikut andil dalam menangani pasien hendaknya

melakukan evaluasi. Mahasiswa PKL di UPTD RSUD Sultan Syarif Mohamad

Alkadrie mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan farmasi klinis

seperti pengkajian dan pelayanan resep serta Pelayanan Informasi Obat (PIO).

4.2.8. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

PIO merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker maupun tenaga

teknis kefarmasian selama 24 jam. PIO yang ditujukan kepada dokter, perawat,

dan profesi kesehatan lainnya adalah berupa informasi yang mendetail dan secara

rinci, sedangkan PIO yang ditujukan kepada pasien berupa informasi yang lebih

ringkas dan sederhana yang mudah dipahami oleh pasien. Tenaga farmasi mencari

informasi yang dibutuhkan menggunakan buku-buku literatur terbaru maupun

media elektronik seperti internet yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya

dalam melakukan kegiatan PIO.

PIO merupakan salah satu bentuk pelayanan farmasi klinik yang dilakukan

terhadap obat bebas, obat wajib apotek dan obat resep. Kegiatan pelayanan yang
52

dilakukan selama berada di IFRS Sultan Syarif Mohamad Alkadrie berupa

pemberian informasi mengenai nama obat, indikasi, penyimpanan obat yang

benar, cara pakai, efek samping yang sering terjadi, dan aturan pakai obat yang

dilakukan pada saat menyerahkan obat kepada pasien rawat jalan. Pertanyaan

yang diajukan oleh tenaga medis maupun pasien dapat berupa pertanyaan

mengenai kestabilan obat, dosis obat untuk pasien dengan keadaan tertentu, dan

pertanyaan lainnya yang mungkin ditemukan selama pasien menjalani perawatan.

Khusus untuk sediaan seperti injeksi dan infus yang diserahkan kepada pasien

maka informasi yang diberikan hanya sebatas pemberitahuan untuk menyerahkan

sediaan tersebut kepada perawat di ruang inap. Sebagian besar pelaksanaan PIO

dilakukan untuk pasien rawat jalan, karena pasien rawat jalan bertanggung jawab

terhadap penggunaan obatnya sendiri, sehingga dengan adanya PIO dapat

mencegah terjadinya medication error dan mendukung self medication yang tepat

dan rasional.

Anda mungkin juga menyukai