Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak dari tanggal 26 Februari s/d 16
Maret 2018 dengan jumlah mahasiswa 8 orang yang bertugas selama 6 hari kerja
setiap minggunya. Selama PKL dibagi menjadi 2 shift, yaitu pagi pada pukul
dan melakukan skrining resep, menyiapkan obat jadi, peracikan, pengemasan dan
pengarsipan resep yang sudah dilayani. Selain itu pengelolaan gudang farmasi
penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan (Alkes), dan Bahan
45
46
BHP maupun alkes yang rusak, dicatat jumlah dan nilainya. Data obat
dapat digunakan juga sebagai bahan pertimbangan untuk pengadaan obat dan
BHP selanjutnya.
Salah satu bagian dari unit pelayanan UPTD RSUD Sultan Syarif
bertanggung jawab langsung kepada Kepala IFRS. Adapun fungsi dari gudang
farmasi diantaranya :
Nasional. Semua obat-obatan dan BHP yang tersedia di gudang IFRS Sultan
setiap obat-obatan dan BHP direncanakan mengikuti data pemakaian pada tahun
(jumlah, Expired Date dan nomor batch) dengan yang tercantum pada faktur.
Faktur terdiri atas 3 (tiga) rangkap yang mana lembar pertama dan kedua
diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan lembar ketiga disimpan
pembayaran.
sediaan dan disusun secara alfabetis. Obat yang memerlukan tempat penyimpanan
khusus disimpan dalam kulkas dan disusun secara alfabetis untuk memudahkan
pencarian obat (Lampiran 3 poin c). Sedangkan untuk obat golongan psikotropika
dan narkotika disimpan dilemari yang terpisah dengan obat lainnya dan disusun
secara alfabetis (Lampiran 3 poin g). Cairan infus dan alat-alat kesehatan disusun
dalam rak yang terpisah dari rak penyimpanan obat yang disusun secara alfabetis
(Lampiran 3 poin a dan b). Sistem penyimpanan yang digunakan baik di gudang
farmasi rumah sakit maupun pada setiap depo farmasi berdasarkan prinsip FIFO
resep dari pasien yang berobat di seluruh poliklinik rumah sakit. Apotek rawat
48
jalan terdiri dari loket penerimaan resep, loket penyerahan obat, ruang peracikan
serta dilengkapi dengan lemari obat dan lemari pendingin untuk menyimpan obat
yang harus disimpan pada suhu khusus. Petugas di apotek rawat jalan terdiri dari 2
orang apoteker dan 7 orang tenaga teknis kefarmasian yang saling bekerjasama
secara profesional dan telah diatur sedemikian rupa dalam waktu 8 jam kerja
setiap harinya.
Setiap hari petugas apotek mengecek stok obat, jika stok menipis ditulis di
lembar permintaan apotek yang diserahkan ke bagian gudang farmasi. Jika obat
dibutuhkan cepat (cito), maka petugas apotek dapat langsung meminta petugas
diletakkan pada bagian yang terpisah (Lampiran 3 poin g). Penyimpanan untuk
prescribing (resep perorangan). Apotek rawat jalan melayani resep dari BPJS dan
pasien umum. Saat skrining resep, jika ada permasalahan terkait obat maka pihak
apotek langsung menghubungi dokter untuk konsultasi. Jika obat pengganti yang
direkomendasikan oleh dokter tidak tersedia di apotek maka petugas apotek akan
obat secara langsung pada pasien dengan didampingi oleh apoteker pembimbing.
49
rawat jalan maupun rawat inap, sehingga sistem distribusi obat untuk pasien rawat
inap dapat menggunakan sistem unit dosis yang dilakukan oleh tenaga
kefarmasian dan perawat. Sistem unit dosis dilakukan dengan cara obat setiap
pasien dikemas dalam plastik dan diberi etiket putih atau biru agar tidak
tercampur dengan obat pasien lain kemudian disimpan pada lemari penyimpanan
obat di ruang perawat untuk diberikan sesuai jadwal minum obat pasien atau
jadwal obat yang akan disuntikkan per hari, dimana waktu pemberian obat dan
daftar obat yang akan diberikan sudah dicatat di papan tulis di ruang perawat.
Khusus untuk obat sirup tidak disimpan diruang perawat namun langsung dibawa
ke ruang pasien. Sisa infus atau obat injeksi yang masih utuh yang tidak
digunakan oleh pasien rawat inap dapat diretur kembali ke apotek. Pemberian obat
kepada pasien rawat inap dilakukan oleh perawat dan tidak dikontrol langsung
oleh apoteker mengingat belum berjalannya sistem visite apoteker secara efektif di
minum obat pasien dipantau oleh dokter dan perawat. Sedangkan pemberian obat
farmasi IGD, sehingga sistem distribusi obat untuk pasien tidak menggunakan
sistem distribusi ward floor stock yang mana sistem ini digunakan dengan cara
obat–obat emergency, BHP atau obat - obat yang dibutuhkan segera (Cito) sudah
disiapkan terlebih dahulu pada ruangan IGD agar obat–obat emergency, BHP atau
50
obat - obat dapat digunakan secara langsung. Sistem ward floor stock ini tidak
farmasi bedah sentral, sehingga sistem distribusi obat untuk pasien digunakan
sistem distribusi ward floor stock. BHP dan obat yang digunakan pasien ditebus
pasien di IFRS setelah selesai operasi, kemudian BHP dan obat-obatan yang
kesehatan lain. Peran farmasi klinik lainnya meliputi pengkajian dan pelayanan
dispensing sediaan steril, dan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
Farmasi klinik yang telah dilakukan oleh UPTD RSUD Sultan Syarif
maksimal. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga farmasi yang tidak mencukupi.
pasien menerima dan menjalani pengobatan. Apabila terdapat interaksi obat, maka
dokter berhak mengganti obat sebelumnya dengan obat lain yang tidak
terjadi, tenaga kesehatan lain yang ikut andil dalam menangani pasien hendaknya
seperti pengkajian dan pelayanan resep serta Pelayanan Informasi Obat (PIO).
teknis kefarmasian selama 24 jam. PIO yang ditujukan kepada dokter, perawat,
dan profesi kesehatan lainnya adalah berupa informasi yang mendetail dan secara
rinci, sedangkan PIO yang ditujukan kepada pasien berupa informasi yang lebih
ringkas dan sederhana yang mudah dipahami oleh pasien. Tenaga farmasi mencari
media elektronik seperti internet yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya
PIO merupakan salah satu bentuk pelayanan farmasi klinik yang dilakukan
terhadap obat bebas, obat wajib apotek dan obat resep. Kegiatan pelayanan yang
52
benar, cara pakai, efek samping yang sering terjadi, dan aturan pakai obat yang
dilakukan pada saat menyerahkan obat kepada pasien rawat jalan. Pertanyaan
yang diajukan oleh tenaga medis maupun pasien dapat berupa pertanyaan
mengenai kestabilan obat, dosis obat untuk pasien dengan keadaan tertentu, dan
Khusus untuk sediaan seperti injeksi dan infus yang diserahkan kepada pasien
sediaan tersebut kepada perawat di ruang inap. Sebagian besar pelaksanaan PIO
dilakukan untuk pasien rawat jalan, karena pasien rawat jalan bertanggung jawab
mencegah terjadinya medication error dan mendukung self medication yang tepat
dan rasional.